Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengetahuan tentang alat pelindung diri (APD) merupakan pemahaman


pekerja mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan alat pelindung diri yang
akan digunakan saat bekerja. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pekerja
mengenai alat pelindung diri tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku pekerja
dalam penggunaan APD secara lengkap pada saat bekerja (Magita, 2017).

Setiap aktifitas pekerjaan tentunya tidak terlepas dari sebuah risiko (Salawati
L, 2009 dalam jurnal ilmiah Vol.1 No.3 September 2018). Perbedaannya adalah
pada tingkat penyebaran risiko tersebut terhadap pekerja. Berkerja di Unit Tranfusi
Darah juga tidak terlepas dari risiko. Seperti, tertusuk jarum, penularan virus
hepatitis, dermatitis, HIV, infeksi dan gangguan pernafasan dari pendonor.

Unit Tranfusi Darah yang disingkat dengan UTD merupakan proses


pengambilan darah dari masyarakat umum atau disebut pendonor, dimana petugas
tidak melakukan pemeriksaan awal terhadap status darah atau kesehatan pendonor.
Apakah pendonor memiliki riwayat penyakit yang dapat ditularkan kepada petugas
seperti Hepatitis, HIV, ataupun pendonor tidak menjadi ancaman bagi petugas.
Ketidaktahuan status darah atau riwayat kesehatan pendonor memberikan risiko
terhadap petugas yang bekerja di bagian UTD. Untuk mencegah risiko ditempat
kerja petugas harus memperhatikan hirarki pencegahan risiko. Hirarki tersebut
adalah eliminasi, subtitusi, administrasi dan alat pelindung diri. Dari ke empat
hirarki tersebut, pemakaian APD merupakan pengendalian yang paling efektif di
laksanakan pada pekerja di UTD. Hal ini dikarekan proses kegiatan pekerja di
UTD tidak bisa dihindari dari kontak langsung dengan pendonor. Anjuran
pemakaian APD saat melakukan tranfusi darah juga terdapat pada permenkes 91
tahun 2015 tentang standar pelayanan tranfusi darah (Silaban G, 2016 ).

Pemakaian APD disaat bekerja seperti, sarung tangan, baju pelindung,


penutup kepala, masker, kaca mata pelindung dan sepatu merupakan keharusan
bagi petugas yang bekerja di UTD (Direktorat Bina Pelayanan Publik, 2009 dalam
jurnal ilmiah Vol.1 No.3 September 2018). Hal ini dilakukan oleh kesadaran
bahwa penyebaran penyakit infeksi melalui medium darah, sehingga pencegahan
yang paling utama adalah dengan cara memperkecil tingkat kejadian kontak darah
antara petugas dengan pendonor.

Banyak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan


APD, menurut Lawrence Green dalam Notoadmojo (2014) perilaku dipengaruhi
oleh faktor predisposisi (predisposing factor) mencakup pengetahuan, sistem
budaya, dan tingkat pendidikan, faktor pemungkin (enabling factor) mencakup
sarana dan prasarana atau fasilitas, faktor penguat (reinforcing factor) meliputi
sikap petugas kesehatan, dan peraturan

International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa setiap 15 detik


seorang pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja serta sebanyak 160
pekerja mengalami sakit akibat kerja. Menurut data Jamsostek tahun 2013, angka
kecelakaan kerja mencapai 103.285 kasus dari 12,4 juta jumlah pekerja peserta
Jamsostek. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi terdapat pada tahun
2013 dengan kecelakaan kerja sebanyak 35.917 kasus (tahun 2011 = 9.891; tahun
2012 = 21.735; tahun 2014 = 24.910).

Menurut data BPJS ketenagakerjaan jumlah kasus kecelakaan kerja sudah


mulai menurun. Pada tahun 2015 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 110.285 kasus,
sedangkan pada tahun 2016 terdapat 105.182 kasus, sehingga mengalami
penurunan sebanyak 4,6%. Sampai bulan Agustus 2017 terdapat 80.392 kasus
(Manaker Hanif Canangkan, 2018).
Sedangkan, menurut pengamatan dan informasi yang didapatkan oleh peneliti
di UTD PMI Tangerang Selatan, bahwa pegawai yang bekerja di tempat tersebut
baik yang merupakan tenaga kesehatan ataupun yang bukan sudah mulai
melakukan pengendalian infeksi dengan cara patuh dalam menggunakan APD
sehingga dapat menurunkan risiko angka kejadian kecelakaan kerja.
Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan terhadap penggunaan alat
pelindung diri (APD) pada petugas unit tranfusi darah”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Menurut pengamatan dan informasi yang didapatkan oleh peneliti, bahwa para
pekerja atau pegawai yang bekerja di unit tranfusi darah khususnya di UTD PMI
Tangerang Selatan baik yang merupakan tenaga kesehatan ataupun yang bukan,
sudah mulai melakukan pengendalian infeksi dengan cara salah satunya yaitu
patuh dalam menggunakan APD. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan angka
risiko kecelakaan kerja. Penelitipun menyimpulkan bahwa kepatuhan dalam
penggunaan APD tersebut didasari oleh beberapa faktor, maka dari itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor apa saja kah yang
mempengaruhi perilaku kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD)
pada petugas unit tranfusi darah”.

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kepatuhan
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas unit transfusi
darah.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri pada petugas unit transfusi darah.
b. Untuk mengetahui apakah kepatuhan dalam penggunaan alat pelindung
diri dilator belakangi oleh
c. Untuk mengetahui keterkaitan antara sikap dengan kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri.
d. Untuk megetahui keterkaitan antara usia dengan kepatuhan penggunaan
alat pelindung diri..
e. Untuk mengetahui keterkaitan antara pendidikan dengan kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri.
f. Untuk mengetahui keterkaitan antara masa kerja dengan perilaku
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri.
g. Untuk mengetahui keterkaitan antara penyediaan sarana dengan
penggunaan alat pelindung diri.
h. Untuk mengetahui keterkaitan antara kebijakan kesehetan dan
keselamatan kerja (k3) terhadap penggunaan alat pelindung diri.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi peneliti


Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu agar dapat memahami dan
mengetahui berbagai aspek mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan alat pelindung diri pada petugas unit transfusi darah serta
menambah pengalaman peniliti untuk mampu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penggunaan alat pelindung diri pada petugas unit tranfusi
darah.

2. Manfaat bagi institusi Pendidikan


Manfaat penelitian ini bagi lembaga atau institusi Pendidikan adalah sebagai
bahan informasi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

3. Manfaat bagi tempat penelitian


Manfaat penelitian ini bagi tempat penelitian adalah sebagai bahan untuk
dijadikan masukan agar mampu lebih memahami potensi bahaya dan
pentingnya penggunaan alat pelindung diri pada petugas unit transfusi darah
di lingkungan tempat penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai