Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PROSES KIMIA

I.1 Karakteristik Limbah Cair


Pada percobaan pengolahan limbah pabrik ini, kami menggunakan limbah cair
industri Tempe dengan karakteristik sebagai berikut :

 Warna : Kuning pucat dan keruh


 Bau : Tidak sedap dan menyengat seperti ragi
 pH :4

Berdasarkan karakteristik limbah diatas, diperlukan pengolahan limbah secara kimia


agar pH limbah sesuai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu pada pH 6-9 agar tidak
mencemari lingkungan. Pengolahan limbah secara kimia ini dilakukan dengan
penambahan koagulan berupa Natrium Hidroksida atau Alumunium Sulfat atau dengan
keduanya sekaligus. Penambahan koagulan juga berfungsi untuk membentuk endapan
yang selanjutnya akan dipisahkan dengan proses fisika.

I.2 Metode Pengolahan


Pada pengolahan secara kimia ini kami menggunakan 2 metode yaitu dengan
penambahan koagulan Natrium Hidroksida dan Alumunium Sulfat .

I.2.1 Penambahan Koagulan Natrium Hidroksida


Pengolahan dilakukan dengan penambahan koagulan dengan menggunakan
Natirum Hidroksida konsentrasi 2N sebanyak 5 ml ke dalam 300 ml limbah tempe.
Setelah ditambahkan Natrium oksida dilakukan pengamatan kembali perubahan pH yang
terjadi menggunakan kertas pH. Setelah dilakukan pengamatan, diketahui terjadi
perubahan pH dari 4 menjadi 9. Hal ini menandakan pH limbah cair sudah memenuhi
baku mutu.
Gambar 1. Hasil pengolahan secara kimia dengan koagulan NaOH
Karena peningkatan pH terlalu remdah maka dilakukan perlakuan dengan
meningkatkan pH. Dilakukan perlakuan secara kimia dengan penambahan koagulan
NaOH sebanyak 5 ml kedalam 300 ml limbah tempe. Pada perbandingan tersebut
didapatkan, yaitu pH 9. Hal ini menandakan bahwa penambahan koagulan NaOH saja
sudah cukup untuk membuat pH sesuai baku mutu dan membentuk endapan. Hasil dari
penambahan koagulan NaoH berpengaruh pada warna lebih kuning dan bau pada limbah
lebih menyengat.
I.2.1 Penambahan Koagulan Alumunium Sulfat

Gambar 2. Hasil pengolahan secara kimia dengan koagulan Alumunium Sulfat 2N

Karena peningkatan pH yang terlalu tinggi maka di turunkan lagi dengan


penambahan koagulan alumunium sulfat 10 tetes ke dalama limbah tempe 300 ml. Hal
ini dilakukan agar mendapat pH netral dan dapat membentuk padatan di dalam limbah
cair sehingga di dapatkan pH 7 . Hasil dari penambahan koagulan Alumunium sulfat tidak
berpengaruh pada warna dan bau pada limbah.

I.3 Kesimpulan
Perlakuan secara kimia dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan NaOH
hanya berpengaruh pada pH saja. Pada limbah tempe ini diperlukan koagulan cukup
sedikit. Sekitar 5 ml koagulan yang ditambahkan dalam 300 ml limbah cair tempe untuk
didapatkan pH yang sesuai dengan baku mutu. Yaitu pH antara 6 – 9. Pengolahan limbah
secara kimia dimaksudkan untuk memperoleh pH larutan limbah yang sesuai baku mutu
dan membentuk endapan agar selanjutnya dipisahkan menggunakan proses fisika.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa penambahan koagulan
alumunium sulfat sudah cukup untuk memperoleh pH larutan yang sesuai baku mutu dan
membentuk endapan. Maka hendaknya pada pengolahan proses kimia disesuaikan
dengan karakteristik awal limbah tersebut, jika pH awal asam cukup ditambahkan
koagulan basa dan sebaliknya.
BAB II

PROSES FISIKA

II.1 Karakteristik Limbah


Setelah dilakukan proses kimia, dilakukan pengolahan limbah selanjutnya dengan
menggunakan proses fisika. Pengolahan dengan proses fisika ini bertujuan untuk
menghilangkan endapan yang terbentuk dari proses kimia, sekaligus menghilangkan bau
pada limbah dan menjernihkan warna limbah cair. Pengolahan limbah secara fisika ini
menggunakan proses filtrasi.

Karakteristik fisik limbah cair industri tekstil setelah pengolahan secara kimia :
 Warna : Kuning dan terdapat endapan
 Bau : berbau alcohol menyengat

II.2. Metode Pengolahan


Pada pengolahan limbah secara fisika ini, kami menggunakan 2 metode
pengolahan yaitu dengan menggunakan sand filter, dan carbon black filter.

II.2.1 Pengolahan Menggunakan Sand Filter


Perlakuan yang selanjutnya dilakukan ialah proses filtrasi namun menggunakan
pasir atau sand filter. Proses filtrasi ini di lakukan sebanyak 1 kali. Hasil yang didapat
dari proses ini ialah warna kuning dari limbah sudah memudar. Terlihat warna sudah
mulai berubah menjadi sedikit coklat. Karena warna dianggap masih kurang, maka
dilakukan kembali proses filtrasi menggunakan pasir agar hasil yang didapat bisa dibuang
ke lingkungan tanpa terjadi pencemaran lingkungan.
Gambar 3. Proses filtrasi pada Sand Filter

II.2.2 Pengolahan Menggunakan Carbon Black Filter


Pengolahan menggunakan carbon black filter dimaksudkan untuk menghilangkan
bau pada limbah cair. Limbah cair dimasukkan ke alat carbon black filter. Setelah
dilakukan proses filtrasi sebanyak 1 kali.

Pada proses filtrasi pertama tersebut didapatkan bahwa warna dari limbah tersebut
sedikit pudar dan padatan terlarut sedikit berkurang, namun warna tersebut masih belum
lulus uji jika limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Maka dari itu, dilakukan kembali
proses filtrasi menggunakan karbon aktif.

Gambar 4. Proses filtrasi pada carbon black filter


Proses filtrasi dengan menggunakan karbon aktif sebanyak 7 kali ini memberikan
hasil yang cukup memuaskan. Dimana limbah sudah terlihat jernih, bau dari limbah juga
sudah menghilang. Padatan terlarut dalam limbah sudah tidak ada. Namun limbah
tersebut masih berwarna ungu, jadi belum bisa dibuang ke lingkungan. Jadi limbah
tersebut di proses secara fisika kembali.

Gambar 4. Hasil proses filtrrasi carbon black filter

II.3 Kesimpulan
Perlakuan secara fisika dapat diambil kesimpulan bahwa proses filtrasi yang
dilakukan berulang ulang dapat berpengaruh cukup besar pada limbah cair tempe. Proses
filtrasi baik menggunakan karbon aktif ataupun pasir akan berdampak pada warna dan
padatan terlarut yang ada pada limbah cair. Jadi proses filtrasi disarankan dalam proses
pengolahan limbah pabrik tempe ini.
BAB III
PROSES BIOLOGI

III.1 Karakteristik Limbah


Pengolahan limbah secara biologi aerob dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
pengontakan dengan mikroorganisme dengan bantuan oksigen terhadap karakteristik
limbah cair. Karaktersitik limbah cair :

 Warna : Hitam pekat


 Bau : Sangat menyengat dan amis

III.2 Metode Pengolahan


Dikarenakan limbah tekstil yang kami gunakan dalam proses secara kimia dan
fisika hanya mengandung sedikit bahan organik, maka dari itu untuk proses secara biologi
ini, kami menggunakan limbah cair rumput laut.

Pertama hal yang dilakukan ialah identifikasi limbah rumput laut yaitu di cek pH
awalnya serta diidentifikasi secara fisik. Diketahui bahwa pH awal dari limbah rumput
laut ialah 14. Selain itu, padatan terlarut dalam limbah tersebut cukup banyak, bau dari
limbah tersebut sangat menyengat dan amis serta berwarna hitam pekat.

Awal dari proses pengolahan limbah secara biologi ialah, limbah dimasukkan ke
dalam tangki aerasi. Dimana dalam perlakuan kami, limbah yang kami masukkan
sebanyak 1500 mL. Tangki di sambungkan dengan kompresor, dan udara diinjeksikan ke
dalam tangki sampai teramati gelembung – gelembung udara dalam limbah tersebut.
Dalam perlakuan ini, udara yang kami injeksikan sebesar 5 L/menit. Proses secara biologi
ini kami lakukan tanpa menggunakan penambahan lumpur aktif atau mikroorganisme.
Proses ini kami lakukan selama 18 jam.

Setelah proses aerasi selesai, limbah ditampung dan diidentifikasi kembali.


Diketahui setelah dilakukan proses secara biologi pH dari limbah masih cukup tinggi,
yaitu 13. Warna dari limbah juga masih cukup pekat, padatan terlarut dari limbah juga
masih ada. Namun bau dari limbah sudah tidak amis. Tidak ada bau apapun dari limbah
yang dihasilkan dari proses secara biologi tersebut.

Gambar 6. Hasil pengolahan secara biologi aerob


III.3 Kesimpulan
Perlakuan secara biologi untuk limbah cair rumput laut dapat diambil kesimpulan
bahwa proses ini hanya berdampak pada bau dari limbah saja. Karena udara hanya
merombak bahan – bahan organik dalam limbah. Namun untuk pH, warna dan padatan
terlarut tidak berpengaruh besar dalam perlakuan ini. Jika dalam proses aerasi
ditambahkan lumpur aktif, mungkin akan hasil yang didapat akan lebih bagus. Dimana
warna dari limbah akan mengalami perubahan serta didapatkan nilai COD dan BOD yang
sesuai dengan baku mutu.

Anda mungkin juga menyukai