Anda di halaman 1dari 7

ACUTE LUNG OEDEMA DAN CHRONIC HEART FAILURE

Portofolio Kegawatdaruratan
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh
dr. A.A. Gede Suprihatin Suputra

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
KABUPATEN LAMONGAN
JAWA TIMUR
2018
Nama peserta : dr. A.A. Gede Suprihatin Suputra
Nama wahana: RS Muhammadiyah Lamongan
Topik: Kegawatdaruratan : Acute Lung Oedema dan Chronic Heart Failure
Tanggal (kasus): 2/1/2019
Nama Pasien: Ny A No. RM: 72.90.95
Tanggal presentasi: 15/1/2019 Nama pendamping: 1. dr .Umi Aliyah, M.Kes
2. dr .Suhariyanto, Sp.BS
Tempat presentasi: RS Muhammadiyah Lamongan
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi: Ny.A, 62 tahun, sesak nafas, acute lung oedema, chronic heart failure
□ Tujuan: mengatasi kegawatdaruratan pada edema paru akut, mendiagnosis chronic heart
failure, memberikan tatalaksana pada kasus edema paru akut
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. A Usia: 62 tahun Nomor RM: 72.90.95
Nama klinik: RS Telp: (0322) 322834 Terdaftar sejak: 2 Januari
Muhammadiyah Lamongan 2019
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ gambaran klinis:
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk RS, sesak nafas
dirasakan terus menerus setelah pasien minum banyak. Sesak tidak dipengaruhi suhu
atau debu. Sesak dirasakan belum membaik meski sudah diberi terapi oksigen. Pasien
juga mengeluh ngongsro saat berjalan jauh kira-kira 50 meter sejak 2 tahun yang lalu,
bengkak di kedua kaki sejak 1 minggu SMRS. Keluhan demam, mual, muntah, pusing
disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
2. Riwayat pengobatan: Pasientidak rutin minum obat darah tinggi dan kencing manisnya
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Pasien mengatakan memilik riwayat sakit darah tinggi
dan kencing manis sejak 6 tahun yang lalu, tidak rutin berobat. Selain itu juga pasien
memiliki riwayat pembengkakan jantung dan 2x dirawat di RS dengan keluhan yang
sama
4. Riwayat keluarga:
Riwayat keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa, darah tinggi dan kencing
manis disangkal
5. Riwayat pekerjaan: Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey di IGD
A: clear, gargling (-), snoring (-), speak fluently (+), potensial obstruksi (-)
B: spontan, RR 46x/m, SaO2 92% on room air, ves -/-, rh+/+
C: akral DKM, CRT > 2 detik, HR 91x/m, TD 160/74 mmHg
D: GCS 456
E: temp 36.0C
Secondary Survey IGD
GCS 456
K/L: a/i/c/d : -/-/-/+
Th: retraksi -, simetris
Cor: S1S2 tunggal, gallop -, murmur –
Pulmo: ves/ves, rh +/+, wh -/-
Abdomen: supel, BU + normal, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan –
Ekstremitas: Akral DKM, edema +/+ di kaki
Pemeriksaan di IPI
Kesadaran : compos mentis
GCS : 456
Keadaan umum : tampak sesak
TV: TD: 107/70 mmHg N: 88x/m RR: 26x/m SaO2 100% dengan O2 nasal 4lpm
S: 36,50C
Mata : sklera ikterik -/- conjungtiva anemis -/-
Leher: KGB dalam batas normal
Thoraks :
Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur -, gallop-
Pulmo: Ves -/-, rh +/+
Abdomen : flat, supel, BU + N, hepar &limpa tidak teraba, nyeri tekan -
Ekstremitas : akral DKM, edema +/+ pada kaki

Pemeriksaan Laboratorium (2 Januari 2019)


GDA: 123
Hb: 12.4
MCV: 91.0
MCH: 29.10
MCHC: 32.00
LED 1: 18
LED 2: 132
Leukosit: 8600
Neutrofil: 65,6
Trombosit: 277.000
PT/APTT: 11.1/24.70
SGOT/SGPT: 18/14
Ur/Cr: 71/0,9
Na/K/Cl: 137/4.0/106

EKG (2/1/2019)

Foto Rontgen
Thoraks AP
Jantung membesar ke kanan dan kiri
Kesimpulan: Cardiomegali

Hasil pembelajaran:
1. Subyektif :
Ny A, 62 tahun, datang ke IGD RSML dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu
SMRS. Sesak nafas dirasakan terus menerus. Pasien memiliki riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan pembengkakan jantung namun tidak rutin berobat.
2. Obyektif:
Hasil pemeriksaan fisik di IGD menunjukkan terdapat peningkatan laju nafas dan
auskultasi rhonki di paru. Dari foto thorax, terdapat gambaran cardiomegali. Dari EKG
didapatkan gambaran OMI
3. Assesment:
Pasien didiagnosa dengan ALO, CHF dan OMI. Pasien kemudian dirawat di ICCU
4. Plan:
a. Medikamentosa di IGD
- IVFD RL lifeline
- Injeksi Furosemid 2x1 amp
- Pasang DK
- Pump dopamin mulai 2 mcg
- Pump NTG mulai 5 mcg
- P.O: Spirola 1x12.5 mg, Digoxin 1x0.25 mg, CPG 1x75 mg, Coralan 2x5
mg, Candesartan 1x4 mg, Alprazolam 1x0.5 mg
b. Follow up: setelah menjalani perawatan selama 2 hari di IPI, pasien
menunjukkan perbaikan. Keadaan umum cukup, hemodinamik stabil, sesak
nafas sudah tidak dirasakan. Pasien kemudian dipindah untuk rawat di ruangan
biasa
5. Pembahasan
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang terjadi karena abnormalitas
struktur dan/atau fungsi jantung yang diturunkan atau didapat sehingga mengganggu
kemampuan pompa jantung. Penyakit jantung yang mendasari termasuk penurunan
fungsi ventrikel (penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati, penyakit katub
jantung, dan penyakit jantung bawaan) dan gangguan dari pengisian ventrikel (stenosis
mitral, penyakit pericardial). Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Distensi vena-vena leher
Peningkatan tekanan vena jugularis
Ronki basah basal
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop (S3)
Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
•Edema ekstremitas
•Batuk malam
•Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
•Hepatomegali
•Efusi pleura
•Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
•Takikardi >120 kali per menit
Pada pasien ini didapatkan tiga kriteria mayor, yaitu ronki basah basal,
kardiomegali dan edema paru akut serta 1 kriteria minor yaitu edema ekstremitas. Oleh
karena pasien dapat didiagnosis sebagai CHF.
Tatalaksana pada tahap simtomatik dimana CHF sudah terlihat jelas seperti
fatigue, dyspnea d’effort, orthopnea, kardiomegali, JVP meningkat, ascites, dan edema,
maka diagnosis CHF mudah dibuat. Namun bila sindrom tersebut belum terlihat jelas,
maka diperlukan pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen, ekokardiografi, dan
pemeriksaan Brain Natriuretic Peptide (BNP).
Diuretik oral maupun parenteral merupakan pilihan utama pengobatan
CHF sampai edema atau ascites hilang. ACE inhibitor atau ARB dapat dimulai
setelahnya sampai dosis optimal. β blocker dosis kecil sampai optimal dapat diberikan
setelah pemberian diuretik dan ACE inhibitor. Digitalis diberikan bila ada aritmia
supraventrikuler atau ketiga obat di atas belum memberikan hasil. Aldosteron
antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan
hipokalemia.
Pasien perlu diberikan edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
gagal jantung kronik misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau
kadar gula darah. Pasien dan keluarga juga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular, seperti sesak nafas yang memberat dengan aktivitas dan nyeri dada
serta pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan.

Pembimbing Pembimbing

dr.H. Umi Aliyah, M.Kes dr. Suhariyanto, Sp.BS

Anda mungkin juga menyukai