Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Portofolio Kegawatdaruratan
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia
Disusun oleh
dr. A.A. Gede Suprihatin Suputra
EKG (2/1/2019)
Foto Rontgen
Thoraks AP
Jantung membesar ke kanan dan kiri
Kesimpulan: Cardiomegali
Hasil pembelajaran:
1. Subyektif :
Ny A, 62 tahun, datang ke IGD RSML dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu
SMRS. Sesak nafas dirasakan terus menerus. Pasien memiliki riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan pembengkakan jantung namun tidak rutin berobat.
2. Obyektif:
Hasil pemeriksaan fisik di IGD menunjukkan terdapat peningkatan laju nafas dan
auskultasi rhonki di paru. Dari foto thorax, terdapat gambaran cardiomegali. Dari EKG
didapatkan gambaran OMI
3. Assesment:
Pasien didiagnosa dengan ALO, CHF dan OMI. Pasien kemudian dirawat di ICCU
4. Plan:
a. Medikamentosa di IGD
- IVFD RL lifeline
- Injeksi Furosemid 2x1 amp
- Pasang DK
- Pump dopamin mulai 2 mcg
- Pump NTG mulai 5 mcg
- P.O: Spirola 1x12.5 mg, Digoxin 1x0.25 mg, CPG 1x75 mg, Coralan 2x5
mg, Candesartan 1x4 mg, Alprazolam 1x0.5 mg
b. Follow up: setelah menjalani perawatan selama 2 hari di IPI, pasien
menunjukkan perbaikan. Keadaan umum cukup, hemodinamik stabil, sesak
nafas sudah tidak dirasakan. Pasien kemudian dipindah untuk rawat di ruangan
biasa
5. Pembahasan
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang terjadi karena abnormalitas
struktur dan/atau fungsi jantung yang diturunkan atau didapat sehingga mengganggu
kemampuan pompa jantung. Penyakit jantung yang mendasari termasuk penurunan
fungsi ventrikel (penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati, penyakit katub
jantung, dan penyakit jantung bawaan) dan gangguan dari pengisian ventrikel (stenosis
mitral, penyakit pericardial). Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Distensi vena-vena leher
Peningkatan tekanan vena jugularis
Ronki basah basal
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop (S3)
Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
•Edema ekstremitas
•Batuk malam
•Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
•Hepatomegali
•Efusi pleura
•Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
•Takikardi >120 kali per menit
Pada pasien ini didapatkan tiga kriteria mayor, yaitu ronki basah basal,
kardiomegali dan edema paru akut serta 1 kriteria minor yaitu edema ekstremitas. Oleh
karena pasien dapat didiagnosis sebagai CHF.
Tatalaksana pada tahap simtomatik dimana CHF sudah terlihat jelas seperti
fatigue, dyspnea d’effort, orthopnea, kardiomegali, JVP meningkat, ascites, dan edema,
maka diagnosis CHF mudah dibuat. Namun bila sindrom tersebut belum terlihat jelas,
maka diperlukan pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen, ekokardiografi, dan
pemeriksaan Brain Natriuretic Peptide (BNP).
Diuretik oral maupun parenteral merupakan pilihan utama pengobatan
CHF sampai edema atau ascites hilang. ACE inhibitor atau ARB dapat dimulai
setelahnya sampai dosis optimal. β blocker dosis kecil sampai optimal dapat diberikan
setelah pemberian diuretik dan ACE inhibitor. Digitalis diberikan bila ada aritmia
supraventrikuler atau ketiga obat di atas belum memberikan hasil. Aldosteron
antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan
hipokalemia.
Pasien perlu diberikan edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
gagal jantung kronik misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau
kadar gula darah. Pasien dan keluarga juga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular, seperti sesak nafas yang memberat dengan aktivitas dan nyeri dada
serta pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan.
Pembimbing Pembimbing