Anda di halaman 1dari 7

Kajian Reguler AFDA

PCIM Kairo-Mesir
Rabu,10 Maret 2010 M/24 Rabiul Awwal 1431 H

METODE KALENDER MASEHI


Nurul A’rofah

I. Pendahuluan

Setiap tanggal 1 Januari seluruh manusia di belahan bumi ini bergembira menyambut datangnya
tahun baru, harapan dan doa pun dilantunkan untuk menyongsong hari baru. Namun dibalik
kebahagiaan ini, pernahkah terlintas pertanyaan seputar kalender seperti; Mengapa satu tahun
berjumlah 365 hari? atau Apa dasar pembuatan kalender ini?

Makalah ini akan menjelaskan beberapa metode kalender yang menggunakan dasar matahari
khususnya kalender Gregorian, atau lebih dikenal dengan kalender Masehi. Merupakan kalender
yang banyak digunakan pada saat ini, karena masa tahunannya yang tetap dan ketepatannya
dengan fenomena geografis khususnya pergantian musim. Oleh karena itu sistem penanggalan
ini sangat bermanfaat di bidang pertanian.

Revolusi dan rotasi bumi merupakan dasar satuan waktu pada kalender ini, baik dalam
menentukan hari, bulan, tahun, maupun menentukan musim-musim yang ada dalam 1 tahun
tersebut. Ketika bumi berevolusi terhadap matahari dari arah barat ke arah timur, maka siklus
matahari yang terlihat dari bumi akan berbalik arah yaitu matahari terbit dari timur dan akan
tenggelam di arah barat. Inilah fenomena yang dapat disaksikan setiap hari, terlihat mudah dan
sederhana, namun kenyataannya tidak semudah itu. Begitu banyak teori yang harus dipelajari
untuk memahami lebih dalam sistem penanggalan matahari.

Sebelum menjelaskan metode kalender Solar penulis ingin menjelaskan terlebih dahulu
mengenai gerak matahari.

a. Gerak Semu Matahari Harian

Matahari memiliki gerak semu harian yang berbentuk lingkaran, disebut dengan lingkaran
ekliptika, setengah lingkaran berada diatas ufuk dan sisanya dibawah ufuk. Gerak matahari akan
dimulai dari titik timur (terbit) dan berakhir (tenggelam) di titik barat, titik terbit matahari dapat
berubah-ubah sepanjang tahun, hal ini disebabkan oleh kemiringan poros bumi terhadap cahaya
matahari akibat revolusi bumi. Oleh karena itu lingkaran ekliptika yang berada diatas ufuk dapat
berubah-ubah dan waktu siang pun akan berubah sesuai dengan lingkaran tersebut. Titik terbit
matahari pada musim dingin akan mendekati arah selatan, maka waktu siang pada musim dingin
akan lebih pendek dibanding waktu siang pada musim panas dan begitu pula sebaliknya.

b. Gerak Semu Matahari Tahunan

Adalah gerak semu matahari yang terlihat dari bumi setiap tahun akibat revolusi bumi. Saat bumi
dan benda-benda langit lainnya bergerak mengelilingi matahari maka benda-benda tersebut akan
kembali ke posisi awal relatif terhadap matahari, lain halnya dengan matahari yang selalu
berubah apabila diukur dengan bintang-bintang yang tetap. Contohnya jika hari ini matahari
terlihat berdekatan dengan rasi bintang Leo, esok hari matahari akan terlihat berdekatan dengan
rasi bintang lainnya.

Ada dua jenis gerak semu matahari tahunan;


1. Tahun sideris (sidereal year) adalah periode yang dibutuhkan matahari untuk berputar 360º
pada lingkaran ekliptika atau periode yang dibutuhkan matahari untuk bergerak semu dimulai
dari suatu titik yang tetap dan kembali kepada titik tersebut yaitu 365,2564 hari.
2. Tahun tropis (tropical year) adalah periode yang dibutuhkan matahari untuk bergerak semu
mengelilingi bumi dimulai dari titik equinox 1 menuju equinox 2 dan kemudian kembali ke
equinox 1 yaitu 365,2422 hari.

Dari kedua tahun diatas, yang sering dipakai sebagai dasar pembuatan kalender adalah tahun
tropis saja. Hal ini disebabkan oleh tahun sideris tidak sesuai dengan aktivitas manusia di bumi,
karena ketika matahari bergerak semu mengelilingi bumi maka ia akan memiliki kecepatan yang
tidak tetap jika diukur berdasarkan bintang lainnya.

II. Kalender Matahari (solar calendar)

Adalah suatu sistem penanggalan berdasarkan matahari (solar = matahari), setiap tanggalnya
menunjukkan posisi bumi ketika berevolusi mengelilingi matahari. Diantara jenis-jenis kalender
yang menggunakan sistem matahari a.l;
a. Kalender Romawi
b. Kalender Julian
c. Kalender Gregorian

a. Kalender Romawi Kuno


Sejarah kalender Masehi dimulai dari bangsa Romawi kuno, namun kalender tersebut bukanlah
mutlak buatan bangsa Romawi melainkan diambil dari bangsa Albania. Satu tahun terdiri dari 10
bulan yang berjumlah 304 hari, 4 bulan berjumlah 31 hari dan 6 bulan berjumlah 30 hari.
Kemudian dimodifikasikan menjadi 12 bulan dengan menambahkan Januari dan Februari
sehingga jumlah hari dalam setahun 354 hari dan dengan memakai sistem Lunar. Akan tetapi
tahun dengan jumlah hari 354 tidak sesuai dengan periode revolusi bumi, dan setelah 3 tahun
perbedaannya hampir mencapai satu bulan. Untuk mengakali hal ini maka kalender dikoreksi
kembali dengan menambahkan satu bulan yang berjumlah 22 hari setiap 2 tahun sekali. Tidak
berapa lama kalender yang dikoreksi menimbulkan kebingungan dalam masyarakat Romawi
kuno. Pada saat Julius Caesar memerintah Roma (46 SM) maka saat itu pula kalender Romawi
kuno diganti dengan kalender Julian.

b. Kalender Julian

Kalender ini dinisbatkan kepada Julius Caesar yang telah melakukan pengoreksian sistem
penanggalan pada masa pemerintahannya. Diantara koreksi yang ia lakukan antara lain;
1. Mengubah sistem kalender dari sistem lunar menjadi sistem solar
2. 1 tahun = 12 bulan = 365 ¼ hari, yaitu setiap tahun berjumlah 365 hari (tahun basithah) dan
pada setiap tahun ke-4 berjumlah 366 hari (tahun kabisat)
3. Bulan ganjil berjumlah 31 hari dan bulan genap berjumlah 30 hari, kecuali bulan Februari
yang berjumlah 29 hari pada tahun basithah dan berjumlah 30 hari pada tahun kabisat.

Pada kalender Julian, tahun kabisat dimana bulan Februari terdiri dari 29 hari dirumuskan
sebagai tahun yang habis dibagi 4. Contoh tahun kabisat pada kalender ini adalah tahun 572 948
1512. Untuk tahun negatif, ada perbedaan antara sejarawan dan astronom dalam penomoran
tahun. Bagi sejarawan, hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 1 SM 2 SM 3 SM
dan seterusnya. Sementara menurut astronom hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah
tahun 0 -1 -2 dan seterusnya. Sebagai contoh, tahun -45 sama dengan tahun 46 SM. Adapun
tahun kabisat yang habis dibagi 4 untuk tahun negatif dirumuskan secara astronomis. Jadi yang
termasuk tahun kabisat adalah tahun 8 4 0 -4 -8 -12 dan seterusnya. Hal ini dikarenakan bangsa
Romawi tidak menganggap angka 0 sebagai angka yang memiliki nilai, oleh karena itu mereka
tidak memakai angka 0 dalam sistem penanggalan.

Walaupun terdapat beberapa kesalahan kalender ini tetap digunakan oleh sebagian besar
penduduk bumi hingga tahun 1582 M, bahkan umat Kristen Ortodox (gereja timur) masih
menggunakannya khususnya untuk menentukan hari Natal. Hingga saat ini mereka merayakan
Natal pada tanggal 7 Januari (25 Desember menurut kalender Julian), dua minggu lebih lambat
daripada umat Kristen lainnya .
c. Kalender Gregorian

Kalender ini dinisbatkan kepada Paus Gregorius XIII, terjadinya perubahan kalender Julian
menjadi kalender Gregorian disebabkan adanya selisih antara panjang satu tahun dalam kalender
Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis. Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII mendapati
bahwa musim semi jatuh pada tanggal 11 Maret, telah bergeser 10 hari dari tanggal yang
ditetapkan pada konsili Nicaia. Untuk mengatasi hal ini Paus Gregorius XIII membuat komisi
yang bertugas mengoreksi kalender dipimpin oleh Christopher Clavius.

1 tahun Julian lebih panjang dari rata-rata 1 tahun tropis selama 0,0078 hari (365,25 – 365,2422
= 0,0078) atau 11 menit 14 detik. Selisih tersebut dalam jangka waktu 128 tahun mencapai 23
jam 57 menit 41,76 detik atau 1 hari, dan setelah 1280 tahun kesalahan mencapai 10 hari.
Kesalahan ini mengakibatkan bergesernya musim-musim dari waktu sebenarnya. Tahun ke-128
menjadi standar karena tahun tersebut memiliki sisa hari terkecil.

Penjelasan: 128 × 365,2425 = 46751,04


128 tahun: 128 × 0,0078 × 24 = 23,9616
dibulatkan menjadi 24 jam = 1 hari

Dalam masa 400 tahun selisih tahun Julian dengan tahun tropis mencapai 3 hari, (400 × 0,0078 =
3,12) artinya setiap 400 tahun Julian harus dikurangi sebanyak 3 hari. Pengurangan ini dilakukan
dengan mengubah sistem tahun kabisat. Jika suatu tahun habis dibagi 4 tetapi tidak habis dibagi
100, termasuk tahun kabisat. Contohnya, tahun 1612 1704 termasuk tahun kabisat. Jika suatu
tahun habis 100, tetapi tidak habis dibagi 400, maka tahun tersebut bukan tahun kabisat. Jika
habis dibagi 400, termasuk tahun kabisat. Jadi, tahun 1700 1800 1900 bukan tahun kabisat,
sedangkan tahun 1600 2000 2400 termasuk tahun kabisat.

Tahun ke-400 dijadikan standar karena pada tahun tersebut tidak memiliki sisa hari. Penjelasan:
1 tahun pendek = 365 hari = 52 minggu + 1 hari
1 tahun kabisat = 366 hari = 52 minggu + 2 hari
1 abad = 76 tahun pendek + 24 tahun kabisat
1 abad = (76 × 1) + (24 × 2) = 124 hari
124 hari = 17 minggu + 5 hari

Jadi: 1 abad = (52 × 100) + 17 minggu + 5 hari


2 abad = (52 × 200) + 18 minggu + 3 hari
3 abad = (52 × 300) + 19 minggu + 1 hari
4 abad = (52 × 400) + 20 minggu + 0 hari

Dalam kalender Gregorian terdapat 97 tahun kabisat pada setiap 4 abad. Jadi panjang rata-rata 1
tahun Gregorian adalah 365,2425 hari atau 365 hari 5 jam 49 menit 12 detik. Sedangkan panjang
tahun tropis adalah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Selisihnya dalam setahun adalah 0,0003
hari atau 26 detik, yang berarti akan terjadi perbedaan 1 hari setelah ±3300 tahun, dan solusi
yang terbaik untuk menanggulanginya adalah menjadikan tahun ke 4000 menjadi tahun pendek.

Penjelasan: 1 tahun Gregorian: 365 + (97 ÷ 400) = 365,2425


1 tahun tropis : 365,2422
selisihnya : 365,2425 – 365,2422 = 0,0003 hari
0,0003 × 24 = 0,0072 jam = 25,92 detik dibulatkan menjadi 26 detik
0,0003 × 3300 = 0,99 hari

Dan sejak tahun 325 M hingga tahun 1582 M selisih mencapai 10 hari. Oleh karena itu, pada
tanggal 5 Oktober 1582 kalender Julian diganti menjadi tanggal 15 Oktober 1582 Gregorian. Dan
pada tanggal inilah ditetapkannya kalender Gregorian sebagai kalender gereja.

Pada mulanya yang mengikuti keputusan paus untuk mengubah kalender sudah tentu hanyalah
negara-negara Eropa yang mayoritas Katolik. Hal ini pun menimbulkan kegemparan di kalangan
masyarakat awam. Banyak orang yang ketakutan seandainya usia mereka berkurang sepuluh
hari, dan para pekerja menuntut upah bagi sepuluh hari yang dianggap hilang. Adapun negara-
negara Protestan, Anglikan dan Ortodoks tetap memakai kalender Julian. Mereka mencurigai
mungkin saja keputusan paus itu hanya taktik untuk mengembalikan otoritas Katolik Roma di
bidang agama. Apalagi Paus Gregorius XIII sangat dibenci kaum Protestan, sebab memprakarsai
pembunuhan massal orang Protestan pada hari Santo Bartholemeus di Paris tahun 1572.
Menjelang akhir abad ke-17, tahun 1698, seorang ilmuwan Jerman yang berwibawa saat itu,
Prof. Dr. Erhard Weigel, mengirim surat kepada raja-raja Eropa yang beragama Protestan agar
menerima kalender Gregorian. Weigel menegaskan bahwa pemakaian kalender itu tidaklah
berarti tunduk kepada paus. Ini masalah ketepatan peredaran benda langit, kata Weigel, bukan
masalah agama.
Maka pada awal abad ke-18 negara-negara Protestan menerima kalender Gregorian. Inggris
negara Anglikan mengikuti pada tahun 1752, dengan menyatakan tanggal 2 September 1752
langsung disusul oleh 14 September 1752. Hal ini juga berlaku untuk seluruh jajahan Inggris,
termasuk Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada sekarang) yang saat itu belum merdeka.
Akibatnya, George Washington, yang nantinya menjadi presiden pertama Amerika Serikat,
terpaksa mengubah tanggal lahirnya dari 11 Februari 1732 menjadi 22 Februari 1732.
Negara-negara Eropa Timur yang menganut Kristen Ortodoks baru menerima kalender
Gregorian sesudah Perang Dunia I berakhir. Rusia memberlakukannya tahun 1918 dengan
menyatakan bahwa 31 Januari langsung disusul 13 Februari. Hari penghapusan kekaisaran Rusia
yang berlangsung tanggal 7 November 1917 (menurut kalender Gregorian) sampai sekarang
masih disebut “Revolusi Oktober”, sebab hari itu di Rusia masih berlaku kalender Julian tanggal
25 Oktober. Negara Eropa terakhir yang menerima kalender Gregorian adalah Yunani tahun
1923.
Di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin, penyebaran kalender Gregorian dilakukan
oleh negara-negara Eropa yang menjajahnya. Mesir mulai memakai kalender ini tahun 1875 pada
masa Khadev Ismail. Dan secara resmi dipakai di seluruh Indonesia mulai tahun 1910 dengan
berlakunya Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap, hukum yang menyeragamkan seluruh
rakyat Hindia Belanda.

III. Dasar Kalender Masehi

Julius Caesar menetapkan tahun 45 SM sebagai tahun 1 Julian yang bertepatan dengan 709 tahun
setelah berdirinya kota Roma. Kemudian pada tahun 532 M seorang pendeta Rusia, Dionysius
Exiguus, merubah dasar kalender ini yang disesuaikan dengan lahirnya Isa al-Masih, yaitu hari
Sabtu tanggal 25 Desember tahun ke-28 masa kekaisaran Agustus menurut riwayat Clement of
Alexandria. Kaisar Agustus mulai naik tahta pada tahun 727 Romawi, jadi Isa al-Masih lahir
pada tanggal 25 Desember 754 Romawi, kemudian 1 januari 754 Romawi ditetapkan sebagai 1
Januari tahun 1 Julian.

Setelah diteliti lebih lanjut ternyata Dionysius tidak tepat, karena pada tahun 727 adalah tahun
dimana kaisar Octavius mendapat gelar Agustus sedangkan masa pemerintahannya dimulai sejak
tahun 723 Romawi. Dan jika Isa al-Masih lahir di tahun ke-28 artinya ia lahir tahun 750
Romawi, berbeda 4 tahun dengan tahun yang ditetapkan oleh Dionysius.

Jika riwayat Clement of Alexandria ini benar maka Nabi Isa As. lahir pada tahun tersebut, pada
kenyataannya tidak ada bukti yang bisa membuktikan kebenaran hal ini. Akan tetapi kelahiran
Nabi Isa As. dapat diteliti dari sejarah hidup Raja Herodos yang diriwayatkan oleh Yosefos,
sejarawan Yahudi. Bahwa Nabi Isa lahir pada masa Raja Herodos, dan Raja Herodos meninggal
pada tahun ke-37 saat Nabi Isa masih kanak-kanak.

Dalam injil Lukas diceritakan bahwa Isa al-Masih berumur 30 tahun ketika dibaptis oleh Yahya,
bertepatan pada tahun ke-15 masa pemerintahan Raja Tiberius. Raja Tiberius bergabung dengan
raja Agustus tahun 765 Romawi, jadi tahun ke-15 adalah tahun 779, dan jika Isa al-Masih
berumur 30 tahun maka ia diperkirakan lahir tahun 749 Romawi.

Dari sejarah singkat diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada bukti yang benar-benar
menunjukkan tahun Nabi Isa lahir. Kesalahan yang terdapat pada kalender masehi ini tidak
dikoreksi bahkan masih tetap dipercayai hingga kini. Hanya saja telah dibedakan antara tahun
kelahiran Isa al-Masih dengan tahun Masehi, jadi SM (sebelum masehi) adalah sebelum tahun
Masehi dan bukan sebelum kelahiran Nabi Isa As.

IV. Penutup
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah bahwa dalam sistem penanggalan kalender Masehi
terdapat banyak sekali kerancuan. Salah satu sebab kerancuan yang terjadi adalah karena
kebiasaan orang-orang yang berkepentingan pada masa itu untuk merubah penanggalan sesuai
dengan kebutuhan. Tidak jauh beda dengan penanggalan, bahkan kitab suci agama mereka pun
bisa dirubah sesuai dengan kepentingan mereka.
Sebenarnya jika ditelaah lebih mendalam, pemakaian kalender Hijriyah lebih tepat dan akurat
karena tidak pernah terjadi perubahan dan pergeseran sejak awal ditetapkannya dan al-Qur’an
dapat dijadikan bukti nyata. Namun tidak semua orang dapat menyadarinya. Hanya orang-orang
yang berilmulah yang dapat mengetahuinya.
Wallahu a’lam.

Daftar Pustaka

Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Pengantar Ilmu Falak, PCIM Mesir, Kairo, Mesir, cet I, 2008
Fayâdh, Muhammad Muhammad, al-Taqâwîm, Nahdet Misr, cet. II, Januari 2003
Dr. Musa, Ali Hasan, al-Tawqît wa al-Taqwîm, Dar el-Fikr, Damaskus, cet. II, 1998
Dr. Sulaiman, Muhammad Ahmad, Sibâhah Fadhâiyah fî Âfâqi ‘Ilmi Falak, al-Âjiry, Kuwait,
1999
http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/kalender-julian-kalender-gregorian-dan-julian-
day.htm
http://maulanusantara.wordpress.com/2008/01/04/kalender-masehi-sekarang-seharusnya-tahun-
2013-masehi/
http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_calendar

Anda mungkin juga menyukai