Oleh
KELOMPOK 2:
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi tentang hepatitis
2. Mengetahui dan memahami tentang etiologi hepatitis
3. Mengetahui dan memahami tentang patofisiologi hepatitis
4. Mengetahui dan memahami tentang Web of Caution dari hepatitis
5. Mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinis hepatitis
6. Mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan diagnostik hepatitis
7. Mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan hepatitis
8. Mengetahui dan memahami tentang komplikasi hepatitis
9. Mengetahui dan memahami tentang prognosis diabetes melitus
10.Mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan hepatitis
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagonstik,
penatalaksanaan medis, komplikasi, prognosis hepatitis serta dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis,
khususnya pada mahasiswa keperawatan.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa
mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai
bahan pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hepatitis adalah sebuah penyakit inflamasi hati dan kerusakan sel hati
(Elaine A. Moore, 2006). Hal ini berarti bahwa terdapat zat-zat yang
menyebabkan inflamasi diproduksi di hati dan menyebabkan kerusakan sel-sel
hati (Sandra Cabot, 2011).
Hati adalah organ metabolis tubuh yang utama, bertanggung jawab
dalam merubah makanan menjadi energi dan pengobatan menjadi senyawa
yang efektif. Inflamasi adalah salah satu cara sistem imun dalam merespon
cidera dan penyakit. Pada saat tubuh mengalami inflamasi, sel-sel darah putih
akan menuju ke lokasi cidera. Sel-sel darah putih akan bekerja untuk
menghasilkan senyawa kimia untuk memberikan perlindungan. Substansi
imun inilah yang berkontribusi dalam kerusakan sel dan gejala-gejala pada
penyakit liver.
Pada hepatitis yang disebabkan racun, gejala-gejala dan tingkat
keparahan terutama berhubungan dengan kerusakan sel hati yang ditimbulkan
oleh racun penyebabnya. Pada hepatitis yang menular, respon sistem imun
terhadap cidera atau terhadap virus atau invasi bakteri akan menyebabkan
lebih banyak gejala. Di lain pihak, hati yang mengalami kerusakan tidak akan
dapat berfungsi secara efisien.
Hepatitis biasanya terjadi sebagai penyakit akut sebagai akibat dari serangan
mendadak yang berlangsung selama berbulan-bulan sebelum terobati. Pada
beberapa kasus hepatitis, bila kerusakan pada hati lumayan berat, bahkan jika
gejala tidak timbul, hepatitis dapat menimbulkan penyakit kronis atau
penyakit jangka panjang dengan gejala berat yang akan muncul kemudian.
e. Hepatitis E (HEV)
Hepatitis E merupakan jenis hepatitis yang disebabkan
virus hepatitis E (VHE). Hepatitis E bersifat akut seperti hepatitis
A. penularannya dari feses ke mulut melalui air minum dan
makanan yang terkontaminasi.
Hepatitis E dapat menyebabkan suatu hepatitis endemic dan
menyebabkan kasus-kasus letupan (KLB) atau wdah yang
umumnya menyerang negara-negara berkembang pada daerah
dengan kondisi sanitasi buruk dan tingkat kesehatannya .
umumnya, terjadi setelah banjir didaerah tropis , penyakit ini
terutama menyerang orang-orang berusia mudah sampai tua
menengah.
Tanda-tanda dan gejala yang timbulpada hepatitis B sama
dengan hepatitis akut tipe lainnya, yaitu fase pre-ikterius (seperti
lelah,mual,muntah, diare, dan nyeri lambung) dan fase intrinsic (
fase kuning) yang umumnya kembali normal setelah sekitar
1bulan. Pada anak-anak dibawah 14 tahun dan orang tua diatas 50
tahun jarang menunjukan fase kuning. Umumnya, penyakit
hepatitis E sembuh dan bersifat sedang tidak pernah menjadi hati
kronik.
f. Hepatitis G dan TT
Virus hepatitis G dan TT belum lama ditemukan sehiangga
ciri-ciri virus dan perjalanan penyakit kedua jenis hepatitis virus ini
belum banyak diketahui, terutama hepatitis TT. Hepatitis G
disebabkan oleh virus hepatitis G (VHG) atau virus hepatitis GB,
pertama kali ditemukan pada tahun 1996.
Penularan hepatitis G sam dengan hepatitis B dan C, yaitu
melalui darah. Selain itu, penularan kontak seksual juga
dimungkinkan. Pada saat diagnosis, biasanya infeksi virus hepatitis
g ringan dan berlangsung singakat, tidak ada bukti komplikasi yang
serius. Namun, karena perjalanan penyakitnya belum begitu
diketahui mungkin saja VHG seperti virus hepatitis lainnya yang
dapat menyebabkan kerusakan hati serius.
2.3 Patofisiologi
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut :
a. Fase Inkubasi
Merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnya gejala
atau iktrus
b. Fase Prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan gejala timbulnya
icterus
1. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah
lelah, gejala saluran nafas dananoreksi.
2. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrikum
c. Fase icterus
Muncul setelah 5-10 hari,tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala.
d. Fase Konvalesen (penyembuhan)
1. Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
2. Ditandai dengan :
- Munculnya perasaan lebih sehat
- Kembalinya napsu makan
- Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
3. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih
sulit ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)
2.5 Komplikasi
Pada perkembangannya,pennyakit hepatitis tertama yang menetap atau
kronis, sering mengalami komplikasi seperti sirosis hati dan kanker hati
(hepatoma).
1. Sirosis hati
Merupakan penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan
sel-sel hati oleh jaringan-jaringan ikat, diikuti dengan parut serta sering
diiringi pembentukan nodules (benjolan). Penyakit ini mengubah struktur
hati dari jaringan hati normal menjadi benjolan-benjolan keras yang
abnormal dan menguubbah pembuluh darah. Jaringan parut menghambat
akiran darah ke hati dan menambah tekanan darah di perut. Hati yang
mengalami sirosis kelihatan berbenjol-benjol, penuh parut, berlemak, dan
berwarna kuning jingga. Kemungkinan lainnya, hati menjadi mengecil,
berkerut dan keras.
2. Hepatitis B
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serologi
untuk mencari HBS Ag, anti HBS, HBE Ag, anti HBE. Pemeriksaan yang
tidak kalah pentingnya adalah secara virologi yaitu menemukan HBV
DNA. (Brooks, 2005)
3. Hepatitis C
Pada tes serologis ditemukan Anti-HCV dan RNA HCV.
4. Hepatitis D
Pada tes serologis ditemukan HBsAg (+) dan ditemukan delta
antigen.
5. Hepatitis E
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik hepatitis yang
ditemui dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Sejauh ini, usaha
untuk mengembangkan suatu tes serologis untuk virus ini masih belum
berhasil.
6. Pemeriksaan lainnya
Tes HbsAG, waktu protombin, respon waktu protombin terhadap
vitamin K, pemeriksaan serum transferase dan transaminase, AST atau
SGOT, ALT atau SGPT, LDH, Amonia serum, Radiologi, foto rontgen
abdomen, pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose
bengal yang berlabel radioaktif, kolestogram dan kalangiogram,
arteriografi pembuluh darah seliaka
2.7 Penatalaksanaan
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien
penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis
(kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah
akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain.
Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari
tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan
kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi
penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada
pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna
untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya
berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan
replikasi virus hepatitis B (HB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah
membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan
ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah
mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis
yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita
penyakit hepatitis diantaranya adalah
a. Tirah baring
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur
saat mengalami fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita
perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas
hariannya. Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan pada
tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.
b. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori.
Pada stadium dini persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual,
dan bahkan muntah, disamping hal yang menganggu yaitu tidak nafsu
makan. Dalam keadaan ini jika dianggap perlu pemberian makanan
dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
c. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit
hepatitis virus akut.
d. Dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol. Biasanya
penderita penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena
itu sebaiknya asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika
penderita mengalami rasa mual yang hebat atau bahkan muntah terus
menerus maka biasanya makanan diberikan dalam bentuk cair melalui
infus.
e. Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang
terjadi di hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan
oleh virus, penderita diberi antiviral/antivirus dengan dosis yang tepat.
Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk menekan replikasi virus.Virus
membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan
diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi
virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi
(masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan
pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus.
Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap
pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-
virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut,
tergantung jenis antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya
adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir,
dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terapi antivirus akan lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi
antivirus, sehingga efek samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada
kasus hepatitis C, kombinasi terapi interferon dan ribavirin adalah yang
dianjurkan.
2.8 Prognosis
Prognosisnya pada masa anak baik. Pada orang dewassa infeksi hepatitis
persisten virus B dan C lebih mungkin menjelek ke arah sirosis, gagal hati,
atau karsinoma seluler.Biasanya reversibel secara sempurna apabila faktor
hepatotoksiknya dihentikan.
2.9 WOC (Web Of Caution)
HEPATITIS
Viremia
Kerusakan sel
hepar
MK : Proses inflamasi
HIPERTERMI
Perubahan pada
struktur hepar
Degenerasi Jaringan
hepar
Hepatomegali
Penurunan
Mual, MK : fungsi hepar
muntah, NYERI
anoreksia
Pembentukan Metabolisme
Metabolisme
protombin karbohidrat,lemak,protein
Bilirubin
MK : menurun
PERUBAHAN
NUTRISI PK : Ikterus
KURANG DARI PERDARAHAN
KEB.TUBUH Glikogenesis dan
Glukoneogenesis
Pruritus menurun
Glikogen di hepar
MK : RESTI
menurun
INTEGRITAS
KULIT
Glikogenelisis Glukosa dlm
menurun darah menurun
MK :
KELETIHAN
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Kaji identitas klien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
status social ekonomi, agama dll untuk mengetahui latar belakang klien.
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama: Kaji apakah ada pembesaran hepar yang dirasakan
hingga menimbulkan keluhan sesak napas yang disertai nyeri
abdomen. Klien juga biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri perut
kanan atas.
- Riwayat penyakit sekarang: klien awalnya mengalami mual, nyeri
perut kuadran kanan atas, kemudian perut klien membesar dan
sesak nafas.
- Riwayat penyakit dahulu: Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit
empedu, trauma hati, perdarahan gastrointestinal, sirosis hepatis.
- Riwayat penyakit keluarga: Kaji apakah salah satu dari keluarga
klien menderita penyakit hepatitis. Biasanya ibu klien menderita
hepatitis B atau C atau D yang diturunkan kepada anaknya pada
waktu hamil.
- Riwayat obat-obatan: Kaji apakah klien pernah menggunakan obat-
obatan dalam jangka waktu yang panjang seperti obat TB yang
dapat mempengaruhi fungsi hati.
- Riwayat penggunaan alkohol dan merokok: Tanyakan pada klien
apakah klien pernah mengkonsumsi alkohol atau merokok.
Tanyakan juga berapa banyak dalam sehari dan berapa lama
mengkonsumsinya.
- Riwayat Alergi
- Riwayat Operasi: Tanyakan pada klien apakah pernah mengalami
pembedahan di daerah abdomen.
- Riwayat Imunisasi: Tanyakan pada klien apakah sudah melakukan
imunisasi hepatitis, biasanya klien belum melakukan imunisasi
hepatitis.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
2. Sirkulasi
- Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
- Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites/Acites
5. Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
7. Seksualitas
- Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subyektif : klien Proses Gangguan rasa
mengatakan nyeri pada ulu hati. peradangan sel nyaman (nyeri)
Data Obyektif : klien nampak hati
meringis kesakitan sambil
memegangi perut, skala nyeri : 5, Kerusakan
jaringan hepar
Pelepasan zat
proteolitik
Merangsang
ujung saraf
Ditransmisikan ke
kortex serebri melalui
talamus
Nyeri
2 Data Subyektif: klien mengatakan Produksi garam Nutrisi kurang
mual dan muntah, klien juga empedu dari kebutuhan
mengatakan nafsu makan berkurang
berkurang,
Data Obyektif: Duadenum
BB : 60 kg, menjadi asam
TB : 170 cm
HbsAg : + Iritasi duadenum
SGOT : 71,6 (L <48, P < 32)
SGPT : 133,4 (L <41, P <31) Impuls iritiatif ke
Hematokrit :39% (N= 40-48 %) otak
Limfosit : 15 (N= 20-40 %)
Monosit : 8 (N= 2-3 %) Rangsengan
Klien terlihat lemas, pucat dan M.oblongata
warna kulit sedikit ikterus
Mual dan muntah
Anoreksia
3 Data Subyektif : klien mengatakan Proses Intoleransi
mudah lelah. peradangan sel aktivitas
Data Obyektif : klien nampak hati
jarang beraktivitas, kelemahan,
Kekuatan otot : 3 3 Gangguan
3 3 metabolisme
Kelainan ekstermitas (-) lemak,
Kelainan pada tulang (-) karbohidrat,
protein
Terjadi
glikogenolisis
dalam hepar
Glukosa dalam
darah menurun
Mudah lelah
4 Data Subyektif : Klien mengatakan Produksi garam Resiko
mual muntah, empedu terjadinya
Data Obyektif : klien nampak berkurang kekurangan
kelelahan. volume cairan
Akral : dingin, basah, pucat Duadenum
CRT : > 2 detik menjadi asam
Turgor kulit baik
TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, Iritasi duadenum
suhu 360C, RR 20x/menit
Produksi urin : 1500 ml/ hari Impuls iritiatif ke
otak
Rangsengan
M.oblongata
3.3 Intervensi
1. Dx : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
Tujuan : Klien merasa nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1. Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan Meningkatkan istirahat dan
lingkungan yang tenang, batasi ketenangan. Menyediakan energi yang
pengunjung sesuai keperluan. digunakan untuk penyembuhan.
Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat
diyakini menurunkan aliran darah
kekaki yang mencegah sirkulasi
optimal kehati.
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan Meningkatkan hasil pernapasan dan
perawatan kulit yang baik. meminimalkan takanan pada area
tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
3. Lakukan latihan dengan cepat dan Memungkinkan periode tambahan
sesuai toleransi. istirahat tanpa gangguan.
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, Tirah baring lama dapat menurunkan
bantu klien untuk melakukan latihan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi
rentang gerak sendi pasif/aktif. karena keterbatasan aktivitas yang
mengganggu periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik menejemen Meningkatkan relaksasi dan
stress, contoh relaksasi progresif, penghematan energi, memusatkan
visualisasi, bimbingan imajinasi. kembali latihan dan dapat
Berikan aktivias hiburan yang tepat meningkatkan koping.
seperti nonton tv, radio, membaca
3.4 Evaluasi
1. Nutrisi terpenuhi dan adekuat
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Suhu tubuh kembali normal
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh dan terjadi penurunan pruritus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah sebuah penyakit inflamasi hati dan kerusakan sel
hati (Elaine A. Moore, 2006). Hal ini berarti bahwa terdapat zat-zat yang
menyebabkan inflamasi diproduksi di hati dan menyebabkan kerusakan sel-sel
hati (Sandra Cabot, 2011). Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab
virus dan penyebab non virus. Sedangkan penyebab hepatitis non virus antara
lain alkohol, konsumsi obat-obatan, terpapar bahan-bahan beracun dan
penyakit autoimunitas. Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus
secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium
yaitu fase inkubasi, fase prodromal, fase ikterus dan fase konvalesen. Terapi
hepatitis dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu terapi suportif dan terapi
spesifik. Terpai suportif tujuan terapi ini untuk memberikan perawatan intensif
pada organ tubuh di luar hati, untuk berlangsungnya proses regenerassi sambil
menunggu terapi spesifik yaitu terapi transpalantasi hati.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga mahasiswa mampu memahami
dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
endokrin khususnya hepatitis mulai dari pengkajian analisa data,
intervensi/implementasi, dan evaluasi. Dan mahasiswa dapat menyesuaikan
praktek di lapangan dengan teori yang ada sehingga memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat kepada klien dengan hepatitis.
Daftar Pustaka