Anda di halaman 1dari 28

Bed Site Teaching

Furunkel

Oleh:

Rizkia Chairani Asri 1110313076

Preseptor:
dr. Qaira Anum, SpKK, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2015
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pendahuluan

Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai,

dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara

umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu Stafilokokus dan

Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram negatif, misalnya

Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan

Klebsiella.1,2

Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini

pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena

penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang

lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran

klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri.

Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi

dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.3

Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya

Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia. Bakteremia

Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain atau yang

dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis yang dapat

mrti osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. Manipulasi pada lesi akan

2
mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi, komplikasi tersebut

jarang terjadi. 3

Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan

pengobatan penyakit yang mendasari. Umumnya penderita sembuh dengan terapi

adekuat tersebut, namun ada beberapa penderita yang mengalami rekurensi yang

membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.3

1.2 Definisi

Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan

sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari satu

tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang.

Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di kulit (folikulitis),

kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.1,3 Karbunkel adalah satu kelompok

beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus aureus, yang disertai

oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan dibawahnya termasuk lemak

bawah kulit.4

3
Gambar 1. Furunkel. 5

Gambar 2. Furunkulosis. 6

4
Gambar 3. Karbunkel 3

1.3 Sinonim

Furunkel dapat disebut juga sebagai bisul.3

1.4 Epidemiologi

Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik

yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak-anak,

remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita sama

banyaknyain.2

1.5 Etiologi

Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan,

gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain,

sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya

Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat

5
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi

kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi, diskrasia

darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan diabetes mellitus.3

1.6 Patogenesis

Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora

residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran

hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha.

Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.

Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host

terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman

tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi

oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin

TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel

endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi dan pada

akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang

mati. 3

Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari

penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat

membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian

pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul. Nodus tadi

akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah melalui lokus minoris

resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi rontok atau terlepas.

Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel. Karena adanya mikrolesi

6
baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman masuk ke dalam kulit. Beberapa

faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, musim panas (karena

produksi keringat berlebih), kebersihan dan hygiene yang kurang, lingkungan yang

kurang bersih. Sedangkan faktor endogen yang mempengaruhi timbulnya furunkel

yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia, dan stres emosional.2

Gambar 4. Klasifikasi dari infeksi bakterial pada folikel rambut

1.7 Gejala Klinis

Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut,

kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus

keluar dengan meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa macula eritematosa

lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular setempat, kemudian menjadi

nodula lentikuler-numular berbentuk kerucut.4

Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di hidung

dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang, seperti panas

7
badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan dapat sering

kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pad.7,8

1.8 Diagnosis

Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis,

pemeriksaan bakteriologi dari sekret.2

a. Anamnesa

Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul

tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan

malaise.4

b. Pemeriksaan Fisik

Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi

setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single

follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang

yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan

granulasi.8

c. Pemeriksaan Penunjang

Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari

furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan

lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang

dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram S.aureus

akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) bergerombol

seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA (Manitot Salt

8
Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan manitol sehingga

terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi kuning. Kultur S. aureus

pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar (6-8 mm), permukaan halus,

sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji sensitivitas antibiotik diperlukan

untuk penggunaan antibiotik secara tepat.3

1.9 Diagnosa Banding

a. Karbunkel

b. Folikulitis

c. Insect Bite

1.10 Penatalaksanaan

Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya

dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres

dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium

fusidat atau framycetine sulfat kassa steril. 2,4

Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib diberikan

pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama

tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai dengan hasil

kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.3

Tabel 1. Antibiotik Sistemik

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually For

7 to 14 Days

9
Natural penicillins

Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days

Penicillin G 600,000–1.2 million U IM qd for 7 days

Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2 million

units if 7 years, if compliance is a problem

Penicillinase-resistant penicillins

Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days

Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days

Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h

Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h

Aminopenicillins

Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h

Amoxicillin plus clavulanic acid 875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10

(Betha-lactamase inhibitor) days

Ampicillin 250–500 mg qid for 7–10 days

Cephalosporins

Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50

mg/kg per day (children) for 10 days

Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50

10
mg/kg per day (children) for 10 days

Cefaclor 250–500 mg q8h

Cefprozil 250–500 mg q12h

Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h

Cefixime 200–400 mg q12–24h

Erythromycin group

Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40

mg/kg per day (children) qid for 10 days

Clarithromycin 500 mg bid for 10 days

Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250 mg

qd days 2–5

Clindamycin 150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15

mg/kg per day (children) qid for 10 days

Tetracylines

Minocycline 100 mg bid for 10 days

Doxycycline 100 mg bid

Tetracycline 250–500 mg qid

Miscellaneous agents

Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid

11
Metronidazole 500 mg qid

Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA)

dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah

tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk golongan

penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang alergi

terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang alergi terhadap

β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin. 3

Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene kulit

harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat diberikan

kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang mendasari

seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan adekuat untuk

mencegah terjadinya rekurensi.2,4

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi

berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi. Pasien

dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih

komplek.2

Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren

● Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti

- Proses sistemik

- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat

12
kimia, minyak).

- Higiene yang buruk.

- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga

kontak seperti gulat, autoinokulasi.

- Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran

organisme ke tempat tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal

bervariasi : 10%-15% pada balita 1 tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada

dokter RS dan siswa militer.

● Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus

pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun

adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung providone iodine atau

benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi

kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan

secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.

● Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus

digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada

seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat

menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya.

Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.

● Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren.

Kadang-kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh

pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu

13
dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,

idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan

istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program perawatan kulit.

● Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin

maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :

- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada

hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit,

sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara

intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan

lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70%

pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap

mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep

asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat

pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan karier strain infeksius

S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian antibiotik anti-stafilokokus

peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti dengan beberapa

keberhasilan.

- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif

dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode

lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk

mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus berkelanjutan

14
dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang dengan pengobatan

lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat muncul dengan cepat

pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin bagi S.aureus

yang peka methicillin; trimethoprim-sulfametaxole, siprofloksasin, atau

minoksiklin bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk

mengurangi resistensi rifampin dan untuk mengobati furunkulosis rekuren.

XI. Prognosis

Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis

menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien mengalami resolusi,

setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa pasien mengalami

komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa pasien mengalami

rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh.2

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.

2. Abdullah, Benny. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di

Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya. 2009. hal

113-115.

3. Timothy G. Bacterial Infection. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies. 2008.

pp 1689-1702.

4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair. 2005. Hal 29-

32.

5. Sterry, Wolfram et al. Bacterial Desease. In: Thieme Clinical Companions

Dermatology. 5th edition. New York: Georg Thieme Veriag. 2006. pp 73-75.

6. http://www.dermis.net/dermisroot/en/26832/image.htm diakses pada tanggal 12

Mei 2012.

7. Murtiastutik Dwi (editor), dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2

Cetakan kedua. Surabaya: Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD

dr.Soetomo. 2010. Hal 30-32.

8. Cohen P.R et al. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews Disease

of The Skin: Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphia: W.B. Saunders

Company. 2006. pp 253-254

16
9. Ray J. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fourth Edition. London: BMJ

Publishing Group Ltd. 2003. pp 90.

17
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. I

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pedagang Makanan

Alamat : Tarandam

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2015

II. Anamnesis

A. Keluhan Utama

Bisul di bokong yang terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

- Bisul di bokong yang terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul

berupa bintik merah kurang lebih 6 minggu yang lalu, semakin lama

semakin besar dan terasa semakin nyeri.

- Bisul dirasa nyeri terus menerus dan terasa meningkat ketika duduk dan

berjalan.

- Bisul tidak terasa gatal.

- Riwayat demam sebelumnya disangkal.

18
- Pasien mandi sebanyak 2x sehari, pakaian dan celana dalam diganti

setelah mandi.

- Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang makanan di RST, setiap hari

memasak makanan dan berkeringat setelah memasak setiap hari.

- Riwayat digigit serangga sebelumnya disangkal, lesi yang muncul pada

pagi hari disangkal.

- Pasien tidur menggunakan spring bed, alas kasur diganti dua kali sehari.

- Pasien jarang berbaring di lantai/karpet yang ada di rumah.

- Riwayat alergi makanan ikan tongkol.

- Riwayat asma disangkal.

- Riwayat bersin-bersin di pagi hari disangkal.

- Riwayat mata merah, gatal dan berair tidak ada.

- Riwayat kaligata tidak ada.

- Riwayat alergi serbuk sari tidak ada.

- Riwayat biring susu tidak ada.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien pernah mengalami sakit seperti ini 20 tahun yang lalu pada tempat

yang sama, tidak diobati dan sembuh sendiri dalam 3 bulan.

- Riwayat sakit ginjal disangkal.

- Riwayat DM disangkal.

- Riwayat hipertensi ada.

D. Riwayat Pengobatan

19
- Pasien telah mengkonsumsi amoksisilin dan asam mefenamat yang dibeli

di apotik, diminum secara tidak teratur bila nyeri tidak tertahankan. Nyeri

dirasakan berkurang namun bisul tidak menghilang.

- Pasien memakai obat oles berwarna hitam yang dibeli di apotik yang

dipakai tidak teratur, bisul tidak menghilang.

- Konsumsi obat antihipertensi tidak teratur.

E. Riwayat Keluarga/Atopi/Alergi

- Anak laki-laki yang sedang berkuliah namun tidak tinggal di rumah

mengalami sakit yang sama seperti ini namun lokasi pada kaki kanan.

- Anak perempuan memiliki bisul pada lengan kiri.

- Riwayat bersin-bersin di pagi hari : (-)

- Riwayat alergi obat : (-)

- Riwayat alergi makanan : alergi ikan tongkol

- Riwayat asma : (-)

- Riwayat kaligata : (-)

- Riwayat biring susu : (-)

- Riwayat mata merah : (-)

- Riwayat alergi serbuk sari : (-)

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

Keadaan Umum : Sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

20
Tekanan Darah : 150/90

Berat Badan : 55 Kg

Tinggi Badan : 160 cm

Status Gizi : Normoweight

 Pemeriksaan Thorax

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal

Palpasi : Diharapkan dalam batas normal

Perkusi : Diharapkan dalam batas normal

Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan Jantung

Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal

Palpasi : Diharapkan dalam batas normal

Perkusi : Diharapkan dalam batas normal

Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal

 Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Diharapkan dalam batas normal

Palpasi : Diharapkan dalam batas normal

Perkusi : Diharapkan dalam batas normal

Auskultasi : Diharapkan dalam batas normal

21
Status Dermatologikus

Lokasi : Bokong kiri dan kanan

Distribusi : Terlokalisir, bilateral

Bentuk / Susunan : Tidak khas / tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Numular-Plakat

Effloresensi : Nodul eritem dengan erosi di tengahnya,

sekitarnya kulit edema eritem, pustul, plak hiperpigmentasi.

Status Venerologikus : tidak ditemukan kelainan

Kelainan selaput : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kuku : tidak ditemukan kelainan

Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kelenjar limfe : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah

bening

22
IV. Pemeriksaan Rutin

Pewarnaan Gram

V. Pemeriksaan Anjuran

Kultur dan sensitivity test terhadap pus

VI. Resume

 Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 47 tahun yang

datang ke poliklinik kulit kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada

tanggal 25 Mei 2015

 Awalnya timbul berupa bintik merah kurang lebih 6 minggu yang lalu,

semakin lama semakin besar dan terasa semakin nyeri.

 Bisul dirasa nyeri terus menerus dan terasa meningkat ketika duduk

dan berjalan.

 Pasien seorang pedagang makanan dan memasak makanan tiap hari.

 Pasien memiliki riwayat alergi makanan yaitu ikan tongkol

 Pasien pernah mengalami sakit seperti ini 20 tahun yang lalu pada

tempat yang sama, tidak diobati dan sembuh sendiri dalam 3 bulan.

 Riwayat hipertensi ada.

 Pasien telah mengkonsumsi obat amoksisilin, asam mefenamat dan

obat oles yang dibeli di apotik dan dipakai tidak teratur bila nyeri tdak

tertahankan, nyeri terasa berkurang namun lesi tidak hilang.

 Pemeriksaan fisik: Nodul eritem dengan erosi di tengahnya, sekitarnya

kulit edema eritem, pustul, plak hiperpigmentasi.

23
 Pemeriksaan rutin: pemeriksaan gram dan kultur serta sensitivity test

VII. Diagnosis Kerja

Furunkel

VIII. Diagnosis Banding

Folikulitis

Karbunkel

Insect Bite

IX. Terapi

Umum:

- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.

- Menjelaskan keada pasien untuk menjaga kebersihan diri.

- Sebaiknya pasien mengganti baju jika sudah lembab dan memakai celana

yang berbahan menyerap keringat.

- Bisul jangan dipencet dan dipecahkan karena dapat menambah radang dan

infeksi sekunder.

- Menjelaskan kepada pasien cara pakai obat.

- Menjaga daya tahan tubuh.

Khusus:

Sistemik

- Eritromisin tab 4x500mg

- Asam Mefenamat Tab 3x500mg

Topikal

24
- Salap Asam Fusidat 2% tube 5mg

X. Prognosis

Quo ad sanam : bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad kosmeticum : bonam

Quo ad functionam : bonam

25
dr. Rizkia Chairani Asri
Praktek Umum
SIP : 11/23/44/2011
Hari :Senin – Jum’at
Pukul: 16.00 – 20.00
Alamat: Komplek Palimo Indah Blok T No 2
Telp : (0751)776354
Padang, 21 Mei 2015
R/ Amoksisilin-Klavulanat tab 500mg No.XXX
S 4dd tab 1
R/ Asam Mefenamat tab 500 mg No. XX
S3dd tab 1 .
R/ Salap Asam Fusidat 2% 5mg tube No. I
Sue (dioleskan 2x sehari pada lesi sesudah mandi ) .

Pro : Ny. I
Umur : 47 tahun
Alamat : Tarandam

26
BAB III

DISKUSI

Telah dioeriksa seorang pasien perempuan usia 47 tahun yang datang ke

poliklinik kulit kelamin RSUP Dr. M. Djamil padang dengan keluhan utama bisul

pada bokong yang nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Pasien awalanya timbul bintik merah

kurang lebih 6 minggu yang lalu, kemudian semakin besar dan terasa semakin nyeri.

Bisul terasa meningkat ketika duduk dan berjalan. Riwayat demam disangkal. Pasien

tidak memiliki alergi terhadap ikan tongkol, namun tidak memiliki alergi obat-obatan,

biring susu dan asma.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lokasi lesi pada bokong kanan dan kiri

dengan distribusi terlokalisir, bilateral, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, ukuran

numular-plakat, dan effloresensi berupa nodul eritem dengan erosi ditengahnya, kulit

edem eritem, pustul dan plak hiperpigmentasi.

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan adalah pemeriksaan

pewarnaan gram serta kultur dan sensitivity test. Diharapkan didapatkan kuman

coccus Gram positif berkelompok.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat

didiagnosa sebagai furunkel.

Tatalaksana umum bagi pasien ini adalah menjelaskan keadaan penyakit

kepada pasien, menganjurkan untuk mengganti dan celana jika sudah lembab dan

memakai celana yang menyerap keringat,. Bisul jangan dipecahkan serta

27
meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan istirahat

secara teratur.

Terapi khusus yang diberikan secara sistemik adalah Antibiotik sebagai terapi

kausatif berupa Eritromisin (lini 2) yang dipilih karena pasien memiliki riwayat

mengkonsumsi Amoksisilin (lini 1) secara tidak teratur, dengan dosis 500 mg 2 kali

sehari. Untung menghilangkan rasa nyeri dan tidak nyaman diberikan Asam

Mefenamat 500 mg 3 kali sehari. Untuk pengobatan secara topikal adalah diberikan

salep Asam Fusidat 2% yang dipakai 2 kali sehari setelah mandi.

28

Anda mungkin juga menyukai