Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya


penduduk, memaksa kebutuhan hidup terus meningkat. Pada saat ini kebutuhan hidup tidak
bisa diambil langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan cepat, efesien, dan
harga terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang untuk
memperoleh keuntungan. Akan tetapi, permintaan pasar berubah-ubah sehingga
menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan produksinya, produk apa yang akan di
produksi.

Buis beton dalam dunia properti sangat diperlukan untuk berbagai sarana dan prasarana
penunjang, terutama untuk sarana saluran air, saptictank, tampungan resapan air dan lain-
lain. Untuk itu usaha dalam bidang pembuatan buis beton mempunyai peluang yang
potensial. CV. Maju Jaya didirikan agar memenuhi permintaan buis beton dalam
pembangunan sarana dan prasarana saptictank dan sumur resapan air. Perusahaan ini akan
memproduksi buis beton dengan ukuran diameter 100 cm dan tinggi 50 cm.

Namun dalam melakukan proses produksi suatu barang, perusahaan seharusnya


memperhatikan beberapa hal sebelum melakukan produksi, salah satunya kekuatan finansial
yang mereka miliki, seperti biaya produksi. Untuk mencapai hal tersebut, tentu pemahaman
akan biaya produksi sangat diperlukan, karena biaya produksi merupakan faktor penting
yang perlu diperhatikan ketika perusahaan hendak menghasilkan suatu produk. Pemahaman
tentang biaya produksi sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan itu perusahaan
dapat memperhitungkan biaya-biaya apa saja yang memang diperlukan untuk menghasilkan
suatu barang. Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam
bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Menetapkan biaya produksi
berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena terkadang ada hal yang sulit
diidentifikasikan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Berapakah biaya produksi tetap dan biaya produksi variable dalam 1 tahun masa
produksi buis beton CV. Maju Jaya?
2) Berapakah pendapatan dan keuntungan maksimal CV. Maju Jaya?
3) Berapakan rentang kapasitas ideal produksi buis beton CV. Maju Jaya agar tidak
mengalami kerugian?
4) Berapakah nilai depresiasi tiap tahunnya dari beberapa aset yang dimiliki oleh CV.
Maju Jaya berdasarkan metode garis lurus?
5) Berapakah nilai buku tahunan pada tahun ke 5 dari beberapa asset yang dimiliki
oleh CV. Maju Jaya berdasarkan metode garis lurus?
6) Berapakah modal awal yang diperlukan CV. Maju Jaya agar tidak mengalami
kerugian dengan pengeluaran dan pemasukan yang ada selama satu tahun?
7) Bagaimana cash flow selama umur investasi?
8) Bagaimanakah kelayakan finansial dari investasi yang dilakukan oleh CV. Maju
Jaya?

1.3 TUJUAN

1) Dapat menentukan nilai fixed cost dan variable cost terhadap suatu bidang usaha.
2) Dapat memperkirakan kapasitas produksi ideal dalam menjalankan suatu bidang
usaha.
3) Dapat menggambarkan kurva total pendapatan dan permintaan.
4) Dapat mengetahui nilai depresiasi atas beberapa aset yang dimiliki CV. Maju Jaya
5) Dapat mengetahui nilai uang terhadap waktu perhitungan financial CV. Maju Jaya.
6) Dapat membuat cash flow dari keuangan CV. Maju Jaya.
7) Dapat menganalisis kelayakan financial CV. Maju Jaya.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PRODKSI

Produksi adalah suatu proses yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi atau
mengolah sesuatu untuk dijadikan barang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, dengan
menggunakan tenaga, alat, maupun keahlian pengolahan.

2.2 BIAYA PRODUKSI

Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah,
sedang maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi
adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan
faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha.
Semua faktor-faktor produksi yang dipakai merupakan pengorbanan dari proses produksi
dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang
digunakan untuk memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya
oportunis sendiri merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki nilai maksimum
yang menghasilkan output dalam suatu penggunaan alternatif.

Jenis-jenis biaya produksi menurut perilakunya dalam hubungannya dengan volume


kegiatan. Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya tergantung pada
pemahaman yang menyeluruh mengenai hubungan antara terjadinya biaya dan kegiatan
bisnis.

2.2.1 BIAYA-BIAYA TETAP (FIXED COST)

Biaya-biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat
kegiatan diatas jangkauan pengoperasian yang layak untuk kapasitas atau kemampuan yang
tersedia. Biaya-biaya tetap yang khas termasuk asuransi dan pajak terhadap fasilitas, gaji
manajemen umum dan administratif, biaya lisensi, dan biaya bunga terhadap pinjaman
modal.

2.2.2 BIAYA-BIAYA VARIABEL (VARIABLE COST)

Biaya-biaya variabel (variable cost) adalah biaya-biaya yang dihubungkan terhadap


pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran (output)
atau ukuran-ukuran tingkat kegiatan yang lain. Sebagai contoh biaya variabel adalah biaya
material dan biaya buruh yang digunakan dalam suatu produk atau jasa karena biaya ini
secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya unit-unit output walaupun biaya per unit
tetap sama.

2.2.3 BIAYA TOTAL (TOTAL COST / TC)


Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya
Variabel dan Biaya Tetap. TC= TVC + TFC

2.2.4 BIAYA INKREMENTAL (INCREMENTAL COST)

Biaya Inkremental adalah biaya tambahan yang diakibatkan dari peningkatan keluaran
dari suatu sisitem dengan satu unit (atau lebih), biaya inkremental dalam prakteknya cukup
sulit ditentukan.

2.2.5 BIAYA-BIAYA LANGSUNG (DIRECT COST)

Biaya-biaya langsung adalah biaya-biaya yang secara beralasan dapat diukur dan
dialokasikan ke suatu keluaran atau kegiatan kerja tertentu.

2.2.6 BIAYA-BIAYA TIDAK LANGSUNG (INDIRECT COST)

Biaya-biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang sulit untuk dimasukan atau
dialokasikan ke suatu keluaran atau kegiatan kerja tertentu. Istilah ini biasanya menunjukan
jenis-jenis biaya yang kiranya memerlukan terlalu banyak usaha untuk secara langsung
mengalokasikannya ke keluaran tertentu. Sebagai contoh biaya peralatan umum, alat tulis
kantor, dan perawatan peralatan dalam pabrik.
2.2.7 BIAYA HANGUS (SUNK COST)

Biaya hangus adalah biaya yang terjadi dimasa lalu dan tidak relevan untuk
memperkirakan macam-macam biaya dan pendapatan dimasa depan sehubungan dengan
alternatif arah tindakan, biaya ini dapat diabaikan dalam ekonomi teknik.

2.2.8 BIAYA KESEMPATAN (OPPORTUNITY COST)

Biaya kesempatan terjadi akibat penggunaan sumber-sumber daya yang terbatas, seperti
hilangnya kesempatan untuk mempergunakan sumber-sumber itu untuk mendapatkan
keuntungan keuangan dengan cara lain. Jadi biaya ini adalah biaya kesempatan terbaik yang
ditolak (artinya hilang) dan sering kali tersembunyi atau tersirat.

2.3 CARA MENENTUKAN BIAYA TETAP (FIXED COST)


Untuk mengetahui biaya fixed cost dapat ditentukan melalui rumus sebagai berikut :
TC = VC + FC

dimana:

TC = Total Cost (Rupiah)

VC = Variabel Cost (Rupiah)

FC = Fixed Cost (Rupiah)

2.4 BEBERAPA ISTILAH TENTANG BIAYA PENGELUARAN SELAIN


BIAYA PENGELUARAN TOTAL

a) Biaya rata-rata (Average Cost)

Merupakan jumlah seluruh pengeluaran persatuan waktu dibagi dengan jumlah


output, sehingga dapat dinotasikan melalui rumus:

AC = TC / TO

Dimana :

AC = Average Cost (Rupiah) TC = Total Cost (Rupiah)


TO = Total Output (Rupiah)

b) Biaya Batas (Marginal Cost)

Merupakan tambahan biaya total apabila produksi diperluas dengan satu kesatuan.

2.5 HUBUNGAN PERMINTAAN DAN BIAYA

Pada setiap permintaan dapat ditunjukkan hubungan terhadap fungsi biaya total
sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kurva hubungan antara harga dan permintaan

Biaya variabel (VC) seringkali tidak proporsional terhadap permintaan, tetapi


untuk mudahnya hubungan tersebut dinyatakan sebagai garis lurus. Sehingga biaya variabel
dapat merupakan hasil perkalian biaya variabel per unit (V) dengan jumlah permintaan (D),
yaitu:

VC = V x D

Hubungaan antara harga dan permintaan secara umum dapat dilinierkan sebagaimana
gambar 2.1, dimana :
Gambar 2.2 Kurva hubungan antara harga dan permintaan terhubung secara linier

2.6 TOTAL REVENUE

Total Revenue (Pendapatan total) merupakan seluruh pendapatan yang diterima


oleh pengusaha dari output yang dijual. Dengan demikian total revenue dapat diartikan
sebagai banyaknya output dikalikan harga pasar persatuan output yang sinotasikan dengan
rumus:

TR = P x D

dimana:

TR = Total Revenue (Rupiah)

P = Harga Produk (Rupiah)

D = Jumlah Permintaan

2.6.1 TOTAL REVENUE MAKSIMAL

Pendapatan total maksimum dapat ditentukan dari turunan pertama TR terhadap D


= 0 seperti pada persamaan:

dTR / dD =0 d(aD-bD2)/dD =0

a – 2Bd =0

D = a/2b
Pendapatan total maksimum akan diperoleh dengan memasukkan nilai D =

pada persamaan TR, TR = aD – bD2.

2.7 KEUNTUNGAN MAKSIMUM

Keuntungan merupakan selisih antara jumlah pendapatan dengan jumlah biaya


yang dikeluarkan. Keuntungan maksimum dapat ditentukan dari turunan pertama K terhadap
D = 0 seperti pada persamaan:

dK/dD =0

(a-V) – 2bD =0

D = (a-V)/2b

Pendapatan keuntungan maksimum akan diperoleh dengan memasukkan nilai D=


(a-V)/2b pada persamaan berikut:

Keuntungan maksimum (K) = TR – TC

= TR – FC – VC

= (a × v)D – bD2 – FC

Apabila grafik hubungan permintaan dan biaya total digabungkan dengan grafik
hubungan permintaan dan pendapatan total maka dihasilkan grafik seperti gambar dibawah
ini :

Gambar 2.3 Grafik Total Biaya dan Pendapatan


2.8 BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS)

Merupakan titik perpotongan antara Total Cost dengan Total Revenue pada
kurva yang mengindikasikan bahwa biaya yang dikeluarkan sama dengan pendapatan yang
diperoleh.

BE
P

Bila :
TC = TR----> Impas
TC > TR---->Rugi
TC > TR---->Menerima
untung

output

Gambar 2.4 Grafik Perpotongan titik TC terhadap TR

Titik Impas atau Break Event Point dapat ditentukan petsamaan TR terhadap
TC sebagai berikut:

TR = TC

P x D = FC VC

(a - bD) D = FC + V

D (a - v)D – bD2 – FC =0

xD – Bd2 – FC =0
;2
D2 – bD – FC =0
Untuk penentuan titik impas atau break event point dapat dihitung melalui rumus:

−𝒃 ± √𝒃𝟐 − 𝟒𝒂𝒄
𝑫𝟏. 𝟐 =
𝟐𝒂

2.9 DEFINISI DEPRESIASI

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan
terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset
dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas
yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.

2.10 UMUR ATAU JANGKA WAKTU

2.10.1 UMUR TEKNIS

Umur teknis merupakan jangka waktu yang diperlukan suatu barang atau aset dari
hari pembelian hingga tidak bisa digunakan lagi atau tidak berfungsi.

2.10.2 UMUR EKONOMIS

Umur ekonomis adalah merupakan jangka waktu yang diperlukan oleh suatu barang
atau aset dari hari pembelian hingga batas keborosan yang diakibatkan kebuutuhan
perawatan yang sudah melampaui batas.

2.11 DEPRESIASI ALAT

Depresiasi dan pajak adalah dua faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam
studi ekonomi teknik. Meskipun depresiasi tidak berupa aliran kas, namun besarnya
depresiasi dan waktunya akan mempengaruhi pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan.
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena
waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya disebabkan karena
satu atau lebih faktor-faktor berikut :

1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut.

2. Kebutuhan produksi atau jasa lebih baru dan lebih besar.

3. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan

teknologi.

4. Nilai sisa yang ditetapkan.

5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang dapat menghasilkan produk yang lebih baik


dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang memadai.

Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu properti akan tergantung pada
beberapa hal, yaitu :

1. Ongkos investasi dari properti.

2. Tanggal pemakaian awalnya.

3. Estimasi masa pakainya.

4. Nilai sisa yang ditetapkan.

5. Metode depresiasi yang digunakan.

2.11.1 METODE-METODE DEPRESIASI

Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi , antara lain
adalah:

1. Metode garis lurus ( Straight Line / SL ).

2. Metode jumlah digit tahun ( Sum Of Years Digit / SOYD ).

3. Metode keseimbangan menurun ( Declining Balance / DB ).


4. Metode dana sinking ( Sinking Fund / SF ).

5. Metode Unit Produksi

2.11.2 METODE GARIS LURUS ( STRAIGHT LINE / SL ).

Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset berlangsung
secara linier/proporsional terhadap waktu atau umur aset tersebut. Metode ini cukup
sederhana dan banyak digunakan.

Dt = (P – S ) / N

Dimana :

Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke – t

P = ongkos/biaya awal aset yang bersangkutan

S = nilai sisa (salvage value )

N = masa pakai (umur) peralatan dalam tahun

t = tahun

2.1.2.2 METODE JUMLAH DIGIT TAHUN ( SUM OF YEARS DIGIT / SOYD ).

Metode yang dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun
awal dan semakin kecil pada tahun tahun berikutnya. Metode ini membebankan depresiasi
yang lebih cepat dalam arti jumlah pengembalian lebih cepat , pendapatan dan pajak lebih
kecil .

Dt = [ Sisa umur *(ongkos awal-nilai sisa ) ] / SOYD

Dt = (N-t+1 )( P-S ) / SOYD

Dimana :

Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke – t


SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N

t = tahun

2.11.3 METODE KESEIMBANGAN MENURUN ( DECLINING BALANCE / DB ).

Metode keseimbangan menurun juga menuyusutkan nilai asset lebih cepat pada
tahun-tahun awal dan secara progresif menurun pada tahun-tahun selanjutnya.Metode ini
bisa dipakai bila umur asset lebih besar dari 3 tahun.

Besarnya depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu


persentase tetap dari nilai buku asset tersebut pada akhit tahun sebelumnya.( d ).

Persentase maksimum yang diperbolehkan maksimum 200 % dari tingkat depresiasi


garis lurus , bila digunakan 200 % maka model DB lebih spesifik dinamakan sebagai DDB
( double declining balance ) , sehingga bila tingkat depresiasi linier 1/N maka tingkat
depresiasi

d = DDB = 2/N

d = 1 - [ F / P ]1/ t

Dt = d B Vt-1

Dimana :

Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke – t

B Vt-1 = nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya (t-1)

t = tahun

Catatan : Nilai sisa tetap lebih besar dari yang ditetapkan dan total depresiasi lebih
kecil dari Ongkos/biaya investasi , tapi jumlah nilai buku + total depresiasi = Ongkos/biaya
investasi

2.11.4 METODE DANA SINKING ( SINKING FUND / SF ).


Asumsi yang digunakan pada metode ini adalah penurunan nilai suatu aset semakain
cepat dari suatu saat ke saat berikutnya. Konsep peningkatan didasarkan pada nilai waktu
dari uang sehingga besarnya depresiasi akan meningkat dengan tingkat bunga yang berlaku.
Sehingga besarnya depresiasi tiap tahun makin tinggi , dan bila ditinjau dari pajak yang harus
ditanggung perusahaan kurang menguntungkan dan dengan alasan ini metode ini jarang
digunakan .Besarnya nilai patokan depresiasi tiap tahun dihitung dari konversi nilai yang
akan didepresiasi ( P – S ) selama N periode ke nilai seragam tahunan dengan bunga sebesar
i%

A = ( P – S ) ( A/F , i % , N )

Nilai buku periode t adalah nilai aset tersebut setelah dikurangi akumulasi nilai
patokan depresisasi maupun bunga yang terjadi sampai saat itu.

B Vt = P – A ( F/A , i % , t )

Dimana :

A = nilai patokan depresiasi dengan nilai bunga yang dihasilkan

BVt = nilai buku aset pada periode tahun ke t.

t = tahun

2.11.5 METODE UNIT PRODUKSI

Pada metode ini, besarnya depresiasi diperhitungkan sama untuk tiap satuan output
produksi dari aset tersebut, tanpa memperhitungkan berapa lama output tersebut dicapai.
Unit output atau unit produksi ini bisa dinyatakan dengan salah satudari 3 ukuran, yaitu :

1. Hari operasi
2. Output
3. Produksi
4. Proyeksi pendapatan

2.12 MENGENAL KONSEP NILAI WAKTU TERHADAP UANG


Konsep nilai waktu uang pada dasarnya mengungkapkan bahwa uang yang anda
terima sekarang berbeda nilainya bila dibandingkan dengan uang yang anda terima satu
bulan dari sekarang misalnya. Pengaruh waktu terhadap nilai uang (the time value of money)
di masa yang akan datang menyangkut penanaman dana ke dalam suatu investasi, baik
investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan pengaruh waktu nilai uang
akan berubah di waktu yang akan datang kalau jumlahnya sama, hal ini disebabkan karena
perkembangan perekonomian di mana masyarakat semakin tahu arti perkembangan
perekonomian dan bagaimana dampaknya terhadap harga-harga secara umum. Oleh karena
itu pengertian dari nilai uang terhadap waktu adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa
nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau
suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan
waktu.

Konsep nilai waktu dari uang adalah bahwa setiap individu berpendapat bahwa nilai
uang saat ini lebih berharga daripada nanti. Sejumlah uang yang akan diterima dari hasil
investasi pada akhir tahun, kalau kita memperhatikan nilai waktu uang, maka nilainya akan
lebih rendah pada akhir tahun depan. Jika kita tidak memperhatikan nilai waktu dari uang,
maka uang yang akan kita terima pada akhir tahun depan adalah sama nilainya yang kita
miliki sekarang.

Berbicara masalah nilai waktu uang ini, Anwar Iqbal Qureshi (1991) yang dikutip
Syafii Antonio (2001: 74) menjelaskan mengenai fenomena bunga dengan rumusan yang
dikenal “menurunnya nilai barang di waktu mendatang dibanding dengan nilai barang di
waktu kini.” Singkatnya kalangan ini menganggap bahwa: “sebagai agio atau selisih nilai
yang diperoleh dari barang-barang pada waktu sekarang terhadap perubahan atau penukaran
barang di waktu yang akan datang.”

Boehm Bawerk dalam Syafii Antonio (2001: 74) sebagai pendukung pendapat
tersebut mengemukakan tiga alasan mengapa nilai barang di waktu yang mendatang akan
berkurang, yaitu sebagai berikut:
1. Keuntungan di masa yang akan datang diragukan. Hal tersebut disebabkan oleh
ketidakpastian peristiwa serta kehidupan manusia yang akan datang, sedangkan
keuntungan masa kini sangat jelas dan pasti.

2. Kepuasan terhadap kehendak atau keinginan masa kini lebih bernilai bagi manusia
daripada kepuasan mereka pada waktu yang akan datang. Pada masa yang akan datang,
mungkin saja seseorang tidak mempunyai kehendak semacam sekarang.

3. Kenyataannya, barang-barang pada waktu kini lebih penting dan berguna. Dengan
demikian, barang-barang tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan
barang-barang pada waktu yang akan datang.

Dalam memperhitungkan, baik nilai sekarang maupun nilai yang akan datang maka
kita harus mengikutkan panjangnya waktu dan tingkat pengembalian maka konsep nilai uang
terhadap waktu sangat penting dalam masalah keuangan baik untuk perusahaan, lembaga
maupun individu. Dalam perhitungan uang, nilai Rp1.500,- yang diterima saat ini akan lebih
bernilai atau lebih tinggi dibandingkan dengan Rp1.000,- yang akan diterima dimasa akan
datang.

Pengertian dari nilai uang terhadap waktu adalah suatu konsep yang menyatakan
bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang
atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena
perbedaaan waktu. Sedangkan ekivalnsi adalah nilai uang yang berbeda pada waktu yang
berbeda akan tetapi secara finansial mempunyai nilai yang sama. Kesamaan nilai finansial
tersebut dapat ditunjukkan jika nilai uang dikonversikan (dihitung) pada satu waktu yang
sama.

2.12.1 DEFINISI NILAI USNG TERHADAP WAKTU

Nilai waktu terhadap uang adalah nilai uang dari beberapa waktu yang berbeda, yakni
antara nilai uang dimasa depan atau nilai uang saat ini. Konsep nilai waktu uang di perlukan
oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada
suatu aktiva dan pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman
yang akan di pilih. Suatu jumlah uang tertentu yang di terima waktu yang akan datang jika
di nilai sekarang maka jumlah uang tersebut harus di diskon dengan tingkat bunga tertentu
(discountfactor). Tentunya hal ini akan sangat membantu kita dalam perencanaan-
perencanaan dimasa mendatang. Banyak hal yang dapat kita perhitungkan menggunakan
rumus-rumus dari perhitungan present value, future value, present anuity dan future anuity
seperti merencanakan tabungan pendidikan untuk anak-anak dan tabungan masa depan.

Konsep nilai waktu dari uang adalah bahwa setiap individu berpendapat bahwa nilai
uang saat ini lebih berharga daripada nanti. Sejumlah uang yang akan diterima dari hasil
investasi pada akhir tahun, kalau kita memperhatikan nilai waktu uang, maka nilainya akan
lebih rendah pada akhir tahun depan. Jika kita tidak memperhatikan nilai waktu dari uang,
maka uang yang akan kita terima pada akhir tahun depan adalah sama nilainya yang kita
miliki sekarang.

2.12.2 Present Value (Nilai Sekarang)

Fv = Future Value (Nilai yang akan datang)


I = Bunga (i = interest/suku bunga)
N = Tahun ke-
An = Anuity
SI = Simple interest dalam rupiah
P0 = Pokok/jumlah uang yg dipinjam/dipinjamkan pada periode waktu
Dari pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa bahasan pokok
yang harus kita mengerti sebelumnya untuk mengetahui materi lebih dalam lagi diantaranya
Present Value, Future Value, Anuitas dan yang tidak kalah pentingnya adalah bunga yang
digunakan dalam penentuan perhitungannya.

2.12.3 Bunga

Adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi
kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila
diinvestasikan atau sejumlah uang yang dibayarkan atau dihasilkan sebagai kompensasi
terhadap apa yang dapat diperoleh dari penggunaan uang. Ada dua jenis bunga yang umum
dan juga digunakan dalam perhitungan present ataupun future value yakni Bunga tunggal,
Bunga majemuk.

Bunga Sederhana (simple interest) adalah bunga yang dibayarkan/dihasilkan hanya


dari jumlah uang mula-mula atau pokok pinjaman yang dipinjamkan atau dipinjam atau
bunga yang dibayar satu kali dalam setahun.

Rumus : SI = P0(i)(n)

Bunga majemuk atau (compound interest) adalah bunga yg dibayarkan/dihasilkan


dari bunga yg dihasilkan sebelumnya, sama seperti pokok yang dipinjam/dipinjamkan atau
bunga dibayar lebih dari 1 kali.

2.12.4 Future Value

Digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang apabila uang tersebut
diberikan sekarang berdasarkan tingkat suku bunga dan angsuran yang tetap selama periode
tertentu kemudian definisi lain dari future value adalah nilai uang yang akan datang dari satu
jumlah uang atau suatu seri pembayaran pada waktu sekarang, yang dievaluasi dengan suatu
tingkat bunga tertentu.

1. Perhitungan Future Value Dengan Bunga Tunggal

Kita dapat menggunakan rumus di bawah ini :

FV = PV (1 + i)n keterangan :
FV = nilai future value
PV = nilai saat ini
I = bunga
N = jangka waktu

2. Perhitungan Future Value Dengan Bunga Majemuk


Kita dapat menggunakan rumus di bawah ini :

FV = PV (1 + i / m)m x n
Keterangan:
FV = nilai future value
PV = nilai saat ini
i = bunga
n = jangka waktu
m = periode yang dimajemukkan

2.14.5 Present Value

Digunakan untuk mengetahui nilai investasi sekarang dari suatu nilai dimasa datang
ataupun lebih sederhananya lagi menghitung nilai tunai sekarang dari sejumlah uang yang
akan diterima dalam suatu periode di masa yang akan datang.

1. Perhitungan Present Value Dengan Bunga Tunggal

Kita dapat menggunakan rumus di bawah ini :


PV = FV / (1 + i)n
Keterangan: PV = nilai saat ini
FV = nilai future value
I = bunga
N = jangka waktu
2. Perhitungan Present Value Dengan Bunga Majemuk
PV = FV / (1 + i/m)m x n
Keterangan: FV = nilai future value
PV = nilai saat ini
I = bunga
N = jangka waktu
M = periode yang dimajemukkan
BAB III

DISKRIPSI USAHA

3.1 DISKRIPSI PENGANTAR BIAYA PRODUKSI

CV. Maju Jaya merupakan perusahaan yang memproduksi buis beton dengan ukuran
diameter 100 cm dan tinggi 50 cm. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2011. Perusahaan
Berlokasi di Jalan Kamboja 2, Kabupaten Malang.CV. Maju Jaya memiliki seorang pegawai
administrasi, seorang driver, 2 kuli angkut, dan 4 pekerja.Untuk pegawai administrasi
mendapatkan gaji bulanan akan tetapi untuk driver, kuli angkut, dan pekerja digaji sesuai
dengan buis beton yang telah dikerjakan. Sedangkan untuk menunjang proses produksi dan
mobilisasi, CV. Maju Jaya telah memiliki 2 molen 50 kg, 10 cetakan dan mobil pick up.

Untuk memproduksi buis beton perharinya, CV. Maju Jaya menyewa tanah seluas
300 m2 beserta bangunannya.

MC Gudang
Basecamp
K

10 m

30 m

Gambar 1.1DenahLokasiperusahaan

Dalam membuat buis beton diperlukan beberapa bahan yaitu semen, pasir dan air.
Untuk permintaan 1000 buah buis beton dihargai Rp. 200.000,- sedangkan untuk permintaan
800 buah buis beton dihargai Rp. 250.000,-.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PERHITUNGAN FIXED COST

Fixed cost (FC) setiap tahun :Rp. 39.175.000,-

4.2 PERHITUNGAN VARIABLE COST

4.3 MENENTUKAN PENDAPATAN TOTAL MAKSIMUM (TR MAX)

D P
1000 IDR 200,000.00
800 IDR 250,000.00
Kurva Harga per unit berdasarkan permintaan
300000
250000
200000
Harga P

150000 y = -250x + 450000


100000
50000
0
0 200 400 600 800 1000 1200
permitaan D

𝑌−𝑌1 𝑋−𝑋1
= 𝑋2−𝑋1
𝑌2−𝑌1

𝑌−200000 𝑋−1000
=
250000−200000 800−1000

𝑌−200000 𝑋−1000
=
50000 −200

Y = 450000 -250X

Jadipendapatan total maksimum (TR max) diperolehRp. 202.500.000,-

4.4 KEUNTUNGAN MAKSIMUM (K MAX)


JadiKeuntunganmaksimum (K max) diperolehRp. 66.697.156,00

4.5 MENENTUKAN BREAK EVENT POINT (BEP)

−𝑏 ± √𝑏2 −4𝑎𝑐
2𝑎

D2 =
D1 =

D1 = 135

D2 = 1170
Grafik Total Biaya dan Pendapatan Terhadap Permintaan
Rp300,000,000.00

Rp250,000,000.00

Rp200,000,000.00
TR

Rp150,000,000.00 FC
TC

Rp100,000,000.00 VC
Linear (TR)

Rp50,000,000.00

Rp0.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
D = 135 D = 1170

4.6 PERHITUNGAN DEPRESIASI METODE GARIS LURUS

4.6.1 DISKRIPSI PENGANTAR DEPRESIASI ASET PERUSAHAAN

Sesuai aset yang dimiliki CV. Maju Jaya, berikut ini merupakan data-data yang
digunakan untuk menghitung penurunan nilai asset tersebut :
1. Mesin adukan / Molen dibeli 5 tahun yang lalu dengan harga Rp. 5,1juta. Umur
penggunaan (ekonomis) diperkirakan 8 tahun. Sekarang alat tersebut bila dijual
dengan harga pasar Rp. 1,2juta.
2. Cetakan D 100-50 dibeli 5 tahun yang lalu dengan harga Rp. 1 juta. Umur
penggunaan (ekonomis) diperkirakan 5 tahun. Sekarang alat tersebut bila dijual
dengan harga pasar Rp. 250.000.
Nilai penurunan asset CV. Maju Jaya di atas akan dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus.
4.6.1.3 ASET : Mesin Adukan

Status : Beli

Harga awal : Rp5,100,000

Umur pakai (n) : 8 Tahun

Nilaisisa (s) : Rp1,200,000

Contoh Perhitungan

a) Nilai Depresiasi tiap tahun :

D = (P-S) / n

(5.100.000−1.200.000)
= 8

=Rp487,500

b) NilaiBukuTahunan :

Nbt = Bt = P - t ((P-s)/n)

= 5.100.000 – (5 x 487.500 )

= Rp2,662,500
Tabel 4.3 Depresiasi Mesin Adukan

Grafik 4. 4Metode Garis Lurus Depresiasi Mesin Adukan

4.6.1.4 ASET : Cetakan

Status : Beli

Harga awal : Rp1,000,000

Umur pakai (n) : 5 Tahun

Nilaisisa (s) : Rp250,000,000


Tabel 3.4 Depresiasi cetakan

ContohPerhitungan

a) Nilai Depresiasi tiap tahun :

D = (P-S) / n

= (1.000.000 – 250.000) / 5

= Rp 150.000.000

b) NilaiBukuTahunan :

Nbt = Bt = P - t ((P-s)/n)

= 1.000.000 – (5 x 150.000)

= Rp 250.000
Grafik 4.5 Metode Garis Lurus Depresiasi Cetakan
2.7 NILAI UANG TERHADAP WAKTU PINJAMAN
2.7.1 ILUSTRASI PINJAMAN

CV. Maju Jaya, yang bergerak dalam bidang produksi buis beton diameter 1 m dan
tinggi 50 cm mengambil pinjaman modal awal pada tahun 2011 pada bank BRI dengan
perincian pinjaman sebagai berikut :
Modal awal dengan biaya produksi tetap (fixed cost) sebagai capital expenses sesuai
perhitungan sebelumnya sebesar Rp. 39.175.000,00 dan biaya variable (variable cost) per
unit sebagai operasional expenses sebesar Rp. 124.190,00 dengan perkiraan produksi
sebanyak 200 buah dalam setahun.

Dari perhitungan diatas, CV. Maju Jaya melakukan pinjaman kepada bank sebesar
Rp. 64.013.000,-. Pembayaran kembali dilakukan secara merata tiap periode ditambah
bunga untuk jangka waktu yang ditetapkan, selama jangka waktu 3 tahun dengan suku
bunga sebesar 5% per tahun

4.7.2 PERHITUNGAN PEMBAYARAN PINJAMAN

Pinjaman P = Rp. 64.013.000,-


Suku Bunga r = 5 % / bulan
Jangka waktu peminjaman n = 3 tahun
Ditanyakan A ?
Maka :

r (1  r) n
AP
(1  r) n  1

5% (1  5%) 3
A  64.013.000
(1  5%) 3  1

A  23.506.122
Cash Flow :

Rp 64.013.000,-

2012 2013 2014


thn
2011

Rp. 23.506.122 Rp. 23.506.122 Rp. 23.506.122

Tabel rincian pembayaran pinjaman :

2.8 NILAI UANG TERHADAP PERHITUNGAN FINANSIAL


2.8.1 ILUSTRASI PERHITUNGAN FINANSIAL

Pada awal berdirinya CV. Maju Jaya mendapatkan modal sepenuhnya dari bank
sebesar Rp. 64.013.000,-. Pinjaman tersebut dikembalikan dalam jangka waktu 3 tahun
yang setelah dihitung maka tiap tahunnya harus mengangsur Rp. 23.506.122,-. Dan dalam
jangka waktu 3 tahun tersebut CV. Maju Jaya telah menjual 400 unit buis beton dengan
harga per buis beton ditentukan sebagai berikut :
Target produksi 1 tahun : 200 unit buis beton
Total biaya untuk 1 buis beton (V) : Rp. 124.190,-
Total biaya untuk 200 unit buis beton (VC) : Rp. 24.838.000,-
Total kebutuhan operasional per tahun (FC) : Rp. 39.175.000,-
Total cost : Rp. 64.013.000,-
Total cost untuk 1 buis beton : Rp. 320.065,-
Ambil keuntungan 20% : Rp. 64.013,-
Harga Jual 1 bis beton : Rp. 384.078,-  Rp. 385.000,-
Dengan harga jual Rp. 385.000,- sebanyak 200 unit buis beton yang berarti
mendapat pendapatan Rp. 154.000.000,- tiap tahunnya. Shingga selama 3 tahun awal CV.
Maju Jaya melakukan pengeluaran sebesar Rp. 112.357.122 per tahun dangan rincian
pengembalian pinjaman tiap tahun Rp. 23.506.122,-, biaya produksi tetap tiap tahun Rp.
39.175.000,- dan biaya produksi variable sebanyak Rp. 49.676.000 per tahun dengan
rincian biaya 1 variabel yang sudah termasuk harga bahan, mobilisasi, dan upah pekerja,
kuli angkut, sopir dikali 200 buah buis beton yang terjual.
Untuk tahun ke-4 dan ke-5 CV. Maju Jaya dapat menjual 500 unit buis beton tiap
tahunnya dengan pendapatan Rp. 156.250.000,-. Karena pinjaman telah dilunasi selama
3 tahun awal, maka pengeluaran pada 2 tahun terakhir menurun yaitu Rp 101.270.000,-.
Dengan nilai i sebesar 7% maka akan dihitung cash in dan cash out CV. Maju Jaya selama
5 tahun. Dan pada tahun ke 5 terdapat nilai buku tahunan dari mesin adukan sebesar Rp.
2,662,500,-

Cash Flow :

i = 7%
A3= A4 = 156.250.000
125.000.000 2.662.500

0 1 2 3 4 5
thn

A1 = 112.357.122 A2= = 101.270.000


64.013.000

Diketahui:

i=7%

P0 Pengeluaran = Modal Awal


P0 Pengeluaran = Rp 64.013.000

A1 = Pengeluaran Tetap Selama 3 Tahun Pertama


A1 = Rp 112.357.122

A2 = Pengeluaran Tetap pada Tahun ke 4 Sampai Tahun ke 5


A2 = Rp 101.270.000

A3 = Pendapatan Tetap Selama 3 Tahun Pertama


A3 = Rp 125.000.000

A4 = Pendapatan Tetap Pada Tahun ke 4 Sampai Tahun ke 5


A4 = Rp 156.250.000

F5 = Nilai buku tahun ke 5 mesin adukan


F5 = Rp. 2,662,500
A3 P0
A3. (P/A,i,n) = 125.000.000 (P/A, 7%,3)
= 125.000.000 (2,6243)
= 328.037.500
(A4 F5)  P0
A4. (F/A,i,n) . ( P/F,i,n ) = 156.250.000 . (F/A, 7%,,2) . ( P/F, 7%,5 )
= 156.250.000 . (2,07) . ( 0,713 )
= 230.610.937,5
F5 P0
F5.(P/F,i,n) = 2.662.500 (P/F, 7%, 5)
= 2.662.500 (0,713)
= 1.898.362,5
A1 P0
A1. (P/A,i,n) = 112.357.122 (P/A, 7%, 3)
= 112.357.122 (2,6243)
= 294.858.795,26
(A2 F5)  P0
A2. (F/A,i,n) . ( P/F,i,n ) = 101.270.000 . (F/A, 7%,,2) . ( P/F, 7%,5 )
= 101.270.000. (2,07) . (0,713)
= 149.465.405,7

P0 pendapatan = P0 pengeluaran
A3 P0 + (A4 F5)  P0 + F5 P0 = P + A1 P0 + (A2 F5)  P0
328.037.500 + 230.610.937,5 +1.898.362,5 = 64.013.000 + 294.858.795,26
+ 149.465.405,7
560.546.800 = 508.337.200.96

4.9 PARAMETER KELAYAKAN

Investor memerlukan adanya kelayakan untuk mengetahui dan memperkirakan


keadaan usaha CV. Maju Jaya di dalam suatu kondisi yang tidak pasti atau berubah-ubah
agar dapat mengambil suatu keputusan investasi dengan menekan tingkat resiko.

4.9.1 MENGANALISA KELAYAKAN FINANSIAL MELALUI METODE


PEMILIHAN ALTERNATIF
1. Payback Periode (PP)
a) Arus Kas Tahunan Dengan Jumlah Tetap
Akhir Arus Kas
Tahun Pengeluaran Pendapatan ∑An
Bersih Kumulatif
ke-
0 64013000 0 -64013000 -64013000 -
1 112357122 125000000 12642878 -51370122 12642878
2 112357122 125000000 12642878 -38727244 25285756
3 112357122 125000000 12642878 -26084366 37928632
4 101270000 156250000 54980000 28895634 92908634
5 101270000 158912500 57642500 86538134 150551134
1
PP = (𝑛 − 1) + [𝐶𝑓 − ∑𝑛−1
1 𝐴𝑛 ] (𝐴 )
𝑛

1
= (4 − 1) + [64.013.000 − 37923632] (54980000)

= 3,47 tahun
2. Pengembalian Investasi (ROI)
Akhir Arus Kas
Tahun Pengeluaran Pendapatan
Bersih Kumulatif
ke-
0 64013000 0 - -
1 112357122 125000000 12642878 12642878
2 112357122 125000000 12642878 25285756
3 112357122 125000000 12642878 37928634
4 101270000 156250000 54980000 92908634
5 101270000 158912500 57642500 150551134

Komulatif Pendapatan = Jumlah Seluruh Nilai Bersih


= 150.551.134
Pendapatan Rata-Rata = Komulatif Pendapatan / Umur Investasi
= 150.551.134/5
= 30.110.226,8
ROI = Pendapatan Rata-Rata / Modal Awal
= 30.110.226,8 x 100% /64.013.000
= 47,04 %

3. Perbandingan Manfaat Biaya (BCR)

𝑃𝑣 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
BCR Konvensional = 𝑃𝑣 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛

Rp 560.544.298,7
BCR Konvensional = Rp 508.336.106

BCR Konvensional = 1,1 (usulan proyek diterima)


Acr (Pengembalian modal) = Rp 23.506.122

Ain =

A3  P0  A1-5

A3 = Rp 125.000.000

A3 (P/A,7%,3)(A/P,7%,5)

Rp 125.000.000 (2,6243) (0,2439)

Rp 80.008.346,25

A4  F5  P0  A1-5

A4 = Rp 156.250.000

A4(F/A,7%,2)(P/F,7%,5)(A/P,7%,5)

Rp 156.250.000 (2,07)(0,7130)(0,2439)

Rp 56.246.007,66

F5 P0  A1-5

F5 = Rp 2.662.500

F5(P/F,7%,5)(A/P,7%,5)

Rp 2.662.500 (0,7130) (0,2439)

Rp 463.011

Ain = Rp 136.717.364,9
Aout =

A1  P0  A1-5

Rp 88.851.000 (P/A,7%,3) (A/P,7%,5)

Rp 88.851.000 (2,6243)(0,2439)

Rp 56.870.572,58

P0  A1-5

Rp 64.013.000 (A/P,7%,5)

Rp 64.013.000 (0,2439)

Rp 15.612.770,7

A2  F5  P0  A1-5

Rp 101.270.000 (F/A,7%,2) (P/F,7%,5)(A/P,7%,5)

Rp 101.270.000 (2,07) (0,7130) (0,2439)

Rp 36.454.612,45

Aout = Rp 108.937.955,7

136.717.364,9−108.937.955,7
BCRmodified = = 1,18 > 1 (Investasi Layak)
23.506.122

4. Nilai Sekarang Netto (NPV)

P0 pendapatan = P0 pengeluaran
A3 P0 + (A4 F5)  P0 + F5 P0 = P + A1 P0 + (A2 F5)  P0
328.037.500 + 230.610.937,5 +1.898.362,5 = 64.013.000 + 294.858.795,26
+ 149.465.405,7
560.546.800 = 508.337.200,96

NPV = 52.209.559,04 (positif)

5. Laju Pengembangan Internal (IRR)

i = MARR

Coba i = 26 %

P0 pendapatan = P0 pengeluaran

A3 P0 + (A4 F5)  P0 + F5 P0 = P + A1 P0 + (A2 F5)  P0


125.000.000 (P/A, 26%,3) + 156.250.000 . (F/A, 26%,,2) . ( P/F, 26%,5 ) + 2.662.500
(P/F, 26%, 5) = 64.013.000 + 112.357.122 (P/A, 26%, 3) + 101.270.000 . (F/A,26%,,2) .
( P/F, 26%,5 )
352.462.483,75 = 352.191.914,43
= 270.569,32 (Positif)
Coba i = 27 %

A3 P0 + (A4 F5)  P0 + F5 P0 = P + A1 P0 + (A2 F5) 


P0125.000.000 (P/A, 27%,3) + 156.250.000 . (F/A, 27%,,2) . ( P/F, 27%,5 ) + 2.662.500
(P/F, 27%, 5) = 64.013.000 + 112.357.122 (P/A, 27%, 3) + 101.270.000 . (F/A,27%,,2)
. ( P/F, 27%,5 )
345.119.845 = 346.582.714,29
= - 1.462.869,29 (Negatif)
Interpolasi:
I = 26% NPv = Rp 270.569,32
I = 27% NPv = Rp - 1.462.869,29
27% − 𝑋 1.462.869,29
=
1% 1.733.438,49

14628,7 = 468.028,4 – 1.733.438,49 X

1.733.438,49 X = 453.399,7

X = 0,2615 = 26,16

karena nilai IRR = 26,16% > nilai MARR = 7% , maka layak dan menguntngkan.

6. Indeks Profitabilitas (IP)

Po pendapatan = 560.546.800

Po pengeluaran= 508.337.200,96

Po pendapatan
IP = Po pengeluaran

560.546.800
= 508.337.200,96

= 1,1027 > 1, layak


BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Agar CV. Maju Jaya tidak mengalami kerugian, maka harus memproduksi dalam
jangka permintaan antara 135 sampai 1170 buah. Tidak boleh memproduksikurang dari
135 buah atau pun lebih dari 1170 buah. Karena pada grafik total biaya dan pendapatan
terhadap permintaan dapat dilihat bahwa jika produksi kurang dari 135 buah maka
pendapatan kurang dari biaya produki tetap (Fixed Cost). Begitupun dengan produksi
yang lebih dari 1170 buah mengalami keadaan yang sama yaitu pendapatan kurang dari
biaya produksi tetap (Fixed Cost).
Untuk depresiasi aset menghasilkan nilai buku akhir tahun ke 5 sebesar :
1. Mesin adukan :
Depresiasi tiap tahun : Rp 487.500
Nilai Buku tahun ke 5 : Rp2,662,500
2. Cetakan :
Depresiasi tiap tahun : Rp150.000
Nilai Buku tahun ke 5 : Rp 250.000
Untuk studi kelayakan usaha CV. Maju Jaya dalam memproduksi buis beton
dinyatakan layak dengan menggunakan metode pemilihan alternative PP, ROI, BCR, IP,
NPV dan IRR.
1. PP pada tahun ke 3,47
2. ROI 47,04 %
3. BCR Modified 1,18 > 1
4. IP 1,1027 > 1, layak
5. NPV = 52.209.559,04 (positif)
6. IRR = 26,16% > MARR = 7%, layak dan menguntungkan.
5.2 SARAN
1. Untuk perhitungan biaya produksi hendaknya diteliti dengan benar-benar rinci .
2. Karena hanya ilustrasi hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada di
lapangan usaha bidang produksi buis beton.

Anda mungkin juga menyukai