Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. IDENTITAS PASIEN
Tn. AR, laki-laki 48 tahun, lahir pada tanggal 6 Juni 1970, pekerjaan swasta,
pendidikan terakhir S1, suku Jawa, tempat tinggal Tanjung Karang, sudah
menikah, datang ke Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung dengan
nomor rekam medis 035xxx dan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 14
Desember 2018, pukul 11.00.
A. Keluhan Utama
Gangguan konsentrasi sejak 1 minggu yang lalu.
1
dan airbag mobil pasien keluar. Sejak kecelakaan tersebut, pasien sering
pulang lebih cepat dari tempat kerjanya dengan alasan lelah. Pasien merasa
ada yang salah dengan dirinya sehingga pada 14 Desember 2018, ia
meminta istrinya untuk mendampingi pasien berobat ke poliklinik
kejiwaan RSJ.
D. RiwayatTumbuh Kembang
1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara, kehamilan dan
kelahirannya direncanakan dan diinginkan. Ibu pasien hamil cukup
bulan, ditolong oleh dukun, tidak ada penyulit maupun penyakit pada
ibu saat masa kehamilan dan proses melahirkan.Tidak terdapat
kelainan bawaan pada pasien saat lahir.
2
3. Periode Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)
Menurut pasien, pasien mempunyai teman yang banyak, sering
menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-temannya, dan
cukup aktif dalam bergaul. Pasien mulai masuk sekolah saat berusia 6
tahun dan memiliki perilaku baik dan aktif di lingkungan sekolah
maupun rumah. Kemampuan pasien pada periode ini sama seperti
anak-anak seusianya.
E. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan Sarjana (S1) fakultas ekonomi hingga
selesai dengan lama pendidikan 4 tahun.
3
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di Bank selama 15 tahun, setelah Bank tersebut di
akusisi, pasien bekerja di notaris selama 4 tahun, hingga saat ini pasien
bekerja di Partai Politik sebagai tim sukses calon legislatif.
G. Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
H. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dua kali, pernikahan pertama berlangsung selama
18 tahun dan pernikahan kedua hingga saat ini telah memasuki tahun ke-
tiga. Pasien memiliki dua orang anak dari pernikahan pertamanya, anak
pertama perempuan berusia 17 tahun, dan anak kedua, laki-laki berusia 13
tahun.
J. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien sudah
menikah dan saat ini tinggal bersama istri keduanya.Dari keluarga pasien,
anak kedua pasien yang berasal dari pernikahan pertamanya, menderita
ADHD sejak lahir.
4
Keterangan:
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Bercerai
: Meninggal : Serumah
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Terlihat laki-laki sesuai usianya, memakai kemeja berwarna biru tua
dan celana dasar, rapih, kebersihan dan kerapihan baik.
5
2. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, postur tubuh tegap, tangan disamping tubuh
atau di atas meja, terlihat tenang saat diwawancara, tidak meremas
pakaiannya, kontak mata cukup. Tidak terdapat gerakan involunter.
B. Keadaan Afektif
Mood : Sedih
Afek : Mennyempit
Keserasian : Mood dan Afek serasi
C. Pembicaraan
Gaya bicara lancar, spontan, volume cukup, artikulasi jelas, kualitas baik,
kuantitas cukup, koheren.
D. Gangguan Persepsi :
Tidak ditemukan halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi.
E. Proses Berpikir :
1. Proses atau Arus pikir
Jawaban pasien relevan, asosiasi baik, penjelasan pasien dapat
dipahami, logik, koheren.
2. Isi pikiran
Tidak ada delusi atau waham
6
Kemampuan visuospasial :Baik
Abstraksi : Cukup
Intelegensi : Cukup
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat tenang dan kooperatif saat diwawancara.
H. Daya Nilai
Daya Nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
I. Tilikan
Tilikan derajat IV
B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 84x/menit, RR:20 x/menit, suhu:
36,6°C.
7
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas dalam batas normal
D. Status Neurologis
a. Sistem sensorik : dalam batas normal
b. Sistem motorik : dalam batas normal
c. Fungsi luhur : dalam batas normal
8
kembali tidak mengingat waktu dan tempat kerjanya dengan durasi waktu
sejak pasien bangun pagi pukul 05.00 hingga 18.00.
Kira-kira 2 bulan yang lalu, pasien juga sempat merasa waktu tidurnya
berkurang, bersemangat dan ingin mengerjakan sesuatu saat malam hari.
Pasien biasa mulai tidur pukul 23.00, namun 2 bulan yang lalu pasien baru
dapat tidur pukul 02.00 dini hari. Menurut pasien hal itu sedikit
mengganggu kegiatan sehari-harinya karena merasa lemas, namun pasien
tetap dapat bekerja seperti biasa.
Kemudian sejak 1 bulan terakhir ini pasien terlihat murung dan merasa
sedih. Menurut alloanamnesis yang dilakukan pada istri pasien, pasien
terlihat sedih karena merasa tidak mampu untuk memenuhi permintaan
anak-anaknya lantaran kondisi ekonomi yang menurun.
9
Tidak ditemukan riwayat trauma kepala, tumor otak, epilepsi, ataupun
depresi pada kondisi medis umum, sehingga hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0).
Pasien juga tidak dtemukan memiliki riwayat konsumsi minuman
beralkohol serta tidak memiliki riwayat penggunaan zat-zat psikoaktif, hal
ini dapat menyingkirkan diagnosis gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis skizofrenia (F.2)
dapat disingkirkan melalui hasil pemeriksaan status mental dimana pada
pasien tidak didapati adanya halusinasi auditorik dan waham yang terjadi
selama atau lebih dari satu bulan dan tidak memenuhi kriteria skizofrenia.
Tidak ditemukan adanya gejala utama dan gejala tambahan skizofrenia.
10
episode dan pasien pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode
afektif lain (hipomanik, manik, atau campuran) di masa lampau sehingga
penemuan ini dapat menyingkirkan diagnosis episode depresif (F32),
gangguan depresif berulang (F33), siklotimia (F34.0), serta gangguan
campuran ansietas-depresi (F41.2).
11
VIII. DAFTAR MASALAH
IX. PROGNOSIS
A. Faktor internal
1. Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik.
Performa sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk
meramalkan performa dimasa datang.
B. Faktor eksternal
1. Berasal dari pasien
Kepatuhan pasien dalam minum obat dan rutinitas kontrol;
Kesadaran pasien mengenai penyakitnya.
2. Berasal dari lingkungan
Dukungankeluarga dan kemauan pasien untuk sembuh dan
segera berkumpul bersama keluarganya.
Dukungan teman-teman dan masyarakat tentang kemauan
pasien untuk sembuh
Sehingga pada pasien ini didapatkan prognosis :
1. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
2. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
12
X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Quetiapine 300 mg/hari
2. Psikoterapi
Intervensi psikososial sangat penting pada gangguan bipolar.
Beberapa pendekatan yang sering dilakukan, yaitu:
a. Psikoedukasi
Psikoedukasional yang diberikan pada gangguan bipolar mengajari
cara mengenali gejala prodromal pada mania dan depresi,
mengatasi stres, mengatasi masalah, mengatasi penolakan dan
stigma terhadap gangguan yang dialami, dan meningkatkan gaya
hidup sehat (meminimalkan penggunaan alkohol, tembakau,
caffeine, memulai olahraga, dan mengatur waktu tidur-bangun).
Kuncinya adalah untuk dapat membuat coping mechanism
tersendiri untuk mencegah mood relaps. Psikoedukasi dapat
diberikan secara individu atau grup.
b. Terapi Kognitif Perilaku (cognitive behavioural therapy)
Biasanya diberikan dalam 20 sesi individual selama 6 bulan dan
sering disertai dengan sesi tambahan.CBT biasanya diberikan
sebagai psikoterapi lini II dalam gangguan bipolar episode
depresif.Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada
teori belajar.
c. Family-focused therapy
Pada terapi ini membutuhkan kerjasama dan dukungan dari
keluarga atau orang terdekat. FFT berfokus pada gaya komunikasi
antara pasien dengan keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan
fungsi relasi. Sesi ini diberikan oada oasien dan keluarga sebanyak
21 sesi selama 9 bulan.Dalam sebuah RCT yang telah dilakukan,
13
FFT terbukti efektif dalam mengurangi kejadian ulangan depresi,
tetapi tidak pada mania.
d. Terapi interpersonal dan ritmis
Terapi ini memfokuskan pada peran interpersonal, konflik
interpersonal, kekurangan interpersonal dengan mengatur ritme
sosial dan tidur.Biasanya diberikan 24 sesi individual selama 9
bulan.Terapi ini direkomendasikan sebagai terapi tambahan lini III
untuk gangguan bipolar depresi akut dan untuk terapi maintenance.
e. Intervensi Kelompok (Peer Interventions)
Intervensi kelompok bisa dilakukan secara berkelompok atau
secara one-on-one dipercaya dapat mengurangi stigma buruk dan
perasaan mengiosolasi diri pada penderita gangguan bipolar. Pada
pertemuan ini pasien diberikan psikoedukasi sehingga pasien
memperoleh pengetahuan tentang penyakitnya dan cara
mengatasinya. Terapi ini merupakan terapi psikoterapi lini III.
f. Intervensi psikososial lainnya
Contohnya seperti DBT (Dialectical behavior therapy), MBCT
(mindfulness-based cognitive therapy) yang kemungkinan dapat
mengurangi ansietas pada bipolar.
g. Remediasi kognitif dan fungsional
Gangguan fungsional seperti defisit kognitif dapat ditemukan pada
orang dengan gangguan bipolar, tidak hanya selama episode akut,
tetapi juga di antara episode akut tersebut.Remediasi fungsional
terdiri dari 21 sesi intervensi grup selama lebih dari bulan.
XI. DISKUSI
Pada pasien ini perlu dijadikan laporan kasus dalam pembelajaran, karena
kasus gangguan afektif bipolar tergolong cukup sering didapatkan
berkunjung ke Poli Kejiwaan RSJ. Pasien termasuk mengalami gangguan
jiwa karena ditemukannya gangguan mood antara episode hipomanik dan
depresi.
14
Awalnya 3 bulan yang lalu pasien mengalami hilang ingatan tentang waktu
dan tempat ia bekerja. Gejala tersebut berlangsung selama 1 hari dari
pasien bangun tidur hingga pukul 18.00. Keluhan tersebut kembali
berulang 2 bulan yang lalu, pasien kembali tidak mengingat waktu dan
tempat kerjanya dengan durasi waktu sejak pasien bangun pagi pukul
05.00 hingga 18.00.
Kira-kira 2 bulan yang lalu, pasien juga sempat merasa waktu tidurnya
berkurang, bersemangat dan ingin mengerjakan sesuatu saat malam hari.
Pasien biasa mulai tidur pukul 23.00, namun 2 bulan yang lalu pasien baru
dapat tidur pukul 02.00 dini hari. Menurut pasien hal itu sedikit
mengganggu kegiatan sehari-harinya karena merasa lemas. Namun pasien
masih dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa.
Kemudian sejak 1 bulan terakhir ini pasien terlihat murung dan merasa
sedih. Menurut alloanamnesis yang dilakukan pada istri pasien, pasien
terlihat sedih karena merasa tidak mampu untuk memenuhi permintaan
anak-anaknya lantaran kondisi ekonomi yang menurun.
15
memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan dan pasien pernah
mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, atau campuran) di masa lampau.
Etiologi dari gangguan bipolar sampai saat ini belum diketahui secara
pasti.Terdapat beberapa teori yang menyebabkan gangguan bipolar, yaitu:
a. Dysregulation Theory
Mood diatur oleh beberapa mekanisme homeostasis. Kegagalan
komponen homeostasis ini dapat menyebabkan ekspresi mood
tersebut melebihi batasnya yang diidentifikasi sebagai gejala mania
dan depresi. Pendapat lain menyatakan bahwa hiperaktivitas pada
sikuit yang memediasi mania atau depresi dapat memunculkan
perilaku terkait dengan mood tersebut
b. Chaotic Attractor Theory
Perjalanan penyakit gangguan bipolar tidak dapat diprediksi. Defek
biokomia menyebabkan disregulasi sintesis neurotransmiter. Bentuk
disregulasinya konsisten tetapi manifestasi gejala, baik mania atau pun
depresi bergantung kondisi lingkungan dan fisiologis saat itu.
c. Kindling Theory
Beberapa gangguan psikiatri disebabkan oLeh perubahan biokimia
subklinis yang kumulatif di sistem limbik. Progresivitas kumulatif ini
16
menyebabkan neuron semakin mudah tereksitasi sehingga, akhirnya,
gejala dapat diobservasi secara klinis. Model kindling menjelaskan
perubahan biokimia subklinis yang kumulatif di sistem
limbik.Progresivitas kumulatif ini menyebabkan neuron semakin
mudah tereksitasi sehingga, akhirnya gejala dapat diobservasi secara
klinis.Model kindling ini menjelaskan perubahan dan progresifnya
gangguan bipolar sepanjang waktu. Akibatnya, peningkatan beratnya
dan derajat dan frekuensi episode dapat terjadi dengan semakin
lanjutnya usia.
d. Cathecolamine Theory
Abnormalitas noradregenik yang menonjol dan diukur dengan
konsentrasi norepinefrin dan hasil metabolitnya yaitu MHPG. Kadar
MHPG dalam urin lebih rendah pada depresi bipolar bila
dibandingkan dengan pada depresi unipolar.Pada mania, konsentrasi
norepinefrin dan MHPG dalam cairan serebrospinal lebih tinggi.
Tidak ada bukti yang jelas mengenai peran katekolamin lainnya pada
gangguan bipolar.Kadar serotonin rendah dan terdapat gangguan pada
transporter serotonin.Konsentrasi HVA dalam cairan serebrospinal,
metabolit utama dopamin, juga rendah.Peran sistem kolinergik pada
gangguan bipolar tidak begitu jelas. Tidak ada bukti yang kuat
mengenai abnormalitas kolinergik
e. The HPA Axis Theory
Terdapat hubungan yang kuat antara hiperaktivitas aksis HPA dengan
gangguan bipolar. Hubungan tersebut terlihat pada episode campuran
dan depresi bipolar tetapi kurangnya ada bukti dalam klasik mania
f. Protein Signaling Theory
Abnormalitas dalam sinyal kalsium berperan dalam gangguan bipolar,
jalur protein G, dan jalur protein kinase C (PKC). Bukti yang
mendukung peran G protein lebih banyak dibandingkan dengan yang
mendukung peran PKC. Sistem ini dikaitkan dengan
“cellularcogwheels”. Ia berfungsi mengintegrasikan input dan output
17
biokimia kompleks dan mengatur mekanisme umpan-balik. Sistem ini
berperan mempertahankan plastisitas dan memori seluler
g. Calcium Signalling Theory
Abnormalitas pada sinyal kalsium berperan pada gangguan bipolar.
Pada gangguan bipolar terdapat peningkatan kadar kalsium
intraseluler. Obat yang menghambat saluran kalsium berfungsi efektif
dalam mengobati gangguan bipolar
h. Neuroanatomical Theories: cellular resiliency
Terdapat penurunan dalam volume SSP dan jumlah sel, neuron, dan
atau glial dalam gangguan mood.Ditemukan adanya protein
sitoprotektif di korteks frontal. Litium dan stabilisator mood lainnya
meingkatkan kadar protein ini
i. Genetic and Familial Theories
Studi anak kembar, adopsi, dan keluarga menunjukkan bahwa
gangguan biolar adalah diturunkan.Konkordans untuk kembar
monozigot adalah 50%-60% untuk gangguan bipolar.Faktor risiko
pada saudara kandung adalah 4-6 kali lebih tinggi bila dibandingkan
populasi umum.Telah diidentifikasi berbagai kromosom. Kromosom
22 terlibat dalam skizofrenia dan juga gangguan bipolar
18
2. Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam
episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres
atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan
diagnosis).
19
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu utnuk
penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
Kategori diagnosis depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan
berat (F32.2) biasanya digunakan untuk episode depresif tunggal;
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis depresif berulang
(F33)
20
4. Menghadapi kesulitan nyata utnuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusan rumah tangga
21
Dosis yang direkomendasikan adalah sebagai berikut
- Quetiapine 300 mg/hari
22
- Atau hormon tiroid
Terapi intravena dengan ketamin juga dapat dipertimbangkan untuk
pasien yang refrakter walaupun sudah diberikan lini I dan lini II dan
membutuhkan respon cepat.
23
Tatalaksana medikamentosa sangat penting dan merupakan dasar dari
tatalaksana gangguan bipolar. Sebagai tambahan, terapi
nonmedikamentosa dengan memberikan intervensi psikososial. Hal ini
juga diberikan sebagai terapi maintenance dari gangguan bipolar untuk
mencegah relaps dan mengembalikan kualitas hidup. Terapi psikososial
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Psikoedukasi
Psikoedukasional yang diberikan pada gangguan bipolar mengajari
cara mengenali gejala prodromal pada mania dan depresi, mengatasi
stres, mengatasi masalah, mengatasi penolakan dan stigma terhadap
gangguan yang dialami, dan meningkatkan gaya hidup sehat
(meminimalkan penggunaan alkohol, tembakau, caffeine, memulai
olahraga, dan mengatur waktu tidur-bangun). Kuncinya adalah untuk
dapat membuat coping mechanism tersendiri untuk mencegah mood
relaps. Psikoedukasi dapat diberikan secara individu atau grup.
b. Terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy)
Biasanya diberikan dalam 20 sesi individual selama 6 bulan dan sering
disertai dengan sesi tambahan. CBT biasanya diberikan sebagai
psikoterapi lini II dalam gangguan bipolar episode depresif.
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar.
c. Family-focused therapy
Pada terapi ini membutuhkan kerjasama dan dukungan dari keluarga
atau orang terdekat. FFT berfokus pada gaya komunikasi antara pasien
dengan keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi relasi. Sesi
ini diberikan oada oasien dan keluarga sebanyak 21 sesi selama 9
bulan. Dalam sebuah RCT yang telah dilakukan, FFT terbukti efektif
dalam mengurangi kejadian ulangan depresi, tetapi tidak pada mania.
d. Terapi interpersonal dan ritmis
Terapi ini memfokuskan pada peran interpersonal, konflik
interpersonal, kekurangan interpersonal dengan mengatur ritme sosial
dan tidur. Biasanya diberikan 24 sesi individual selama 9 bulan.
24
Terapi ini direkomendasikan sebagai terapi tambahan lini III untuk
gangguan bipolar depresi akut dan untuk terapi maintenance.
e. Intervensi Kelompok (Peer Interventions)
Intervensi kelompok bisa dilakukan secara berkelompok atau secara
one-on-one dipercaya dapat mengurangi stigma buruk dan perasaan
mengiosolasi diri pada penderita gangguan bipolar. Pada pertemuan
ini pasien diberikan psikoedukasi sehingga pasien memperoleh
pengetahuan tentang penyakitnya dan cara mengatasinya. Terapi ini
merupakan terapi psikoterapi lini III.
f. Intervensi psikososial lainnya
Contohnya seperti DBT (Dialectical behavior therapy), MBCT
(mindfulness-based cognitive therapy) yang kemungkinan dapat
mengurangi ansietas pada bipolar.
g. Remediasi kognitif dan fungsional
Gangguan fungsional seperti defisit kognitif dapat ditemukan pada
orang dengan gangguan bipolar, tidak hanya selama episode akut,
tetapi juga di antara episode akut tersebut. Remediasi fungsional
terdiri dari 21 sesi intervensi grup selama lebih dari bulan.
h. Strategi online dan digital
Dunia masa kini cenderung bergantung pada internet dan banyaknya
aplikasi-aplikasi yang menawarkan kemudahan dalam mengakses
kebutuhan sehari-hari, salah satunya kesehatan mental. Intervensi
dalam bentuk internet dan aplikasi mobile menjadikan pasien lebih
mudah dalam mengakses, lebih mudah mengerti, dan dapat diterima
oleh masyarakat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Sadock BJ, Sadock VA, dan Ruiz P. 2017. Kaplan &-Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatry..Edisi 10.London: Wolters Kluwer.
Yatham LN, Kennedy SH, Donovan C, Parikh SV, Macqueen G. 2009. Canadian
Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT) and International
Society for Bipolar Disorders (ISBD) collaborative update of CANMAT
guidelines for management of patient with bipolar disorder. CANMAT
guideline group. 11: 225-255.
26
LAMPIRAN
27
Autoanamnesis dan Alloanamnesis Tanggal 14 Desember 2018
P : 57 tahun (benar)
P : Islam dok
P : Itu dok yang bantu orang supaya bisa maju..ya bahasa kerennya timses lah
dok
P : Iya dok
P : Atas kemauan saya dok sekalian saya minta temenin istri saya kesini
28
D : Ohh..begitu ya pak. Memang ada apa pak keluhannya yang membuat
bapak kesini?
P : Jadi gini dok..semua ini berawal mula dari saya ini bawa mobil ke suatu
tempat lah.. saya ini kan kerjanya timses ya.. jadi saya sama bos saya mau
ambil organ. Pas udah sampe mana itu tiba-tiba saya blank..blank.. sampai
nabrak tiang. Padahal menurut bos saya dia udah neriakin saya “awas
pak!berenti pak!” tapi saya ga ngerasa diteriakin begitu. Saya kayak ga
sadar. Baru setelah 5 menitan sehabis kejadian itu saya sadar dalam posisi
udah nabrak itu tiang.
D : Bapak akhir ini apa ada yang sedang banyak pikiran atau membuat bapak
tertekan? atau mungkin ada masalah di perkejaan?
P : Bukan dok
D : Kalau di keluarga sendiri atau di rumah apa sedang ada masalah atau
pikiran pak?
29
D : Ohh iya..kenapa itu pak anaknya?
P : Ini dok jadi anak saya itu ada dua dari istri yang pertama. Satunya
perempuan udah SMA satunya lagi masih 9 tahun dan kena ADHD dari
kecil. Anak saya yang ADHD emang udah ketauan dari kecil dok. Udah
dibawa berobat juga. Dia itu deket banget sama saya dok. Semenjak saya
pisah sama istri saya yang dulu, anak saya gamau ketemu sama saya dok
P : Gatau juga ya dok..padahal dulu anak saya itu deket banget sama saya
apalagi yang ADHD .. tapi sekarang jadi gamau ketemu lagi
P : (diam)
P : Iya dok saya ngerasa kehilangan sekali (raut muka menjadi semakin
sedih)
P : Kalau anak saya yang ADHD itu ya kan emang udah bawaan lahir ya..jadi
ya takdir lah dok
D : Maaf pak, maksudnya ada ngerasa bersalah atau bagaimana pak sama
anaknya?
P : Hmm..iya sebenarnya saya merasa bersalah dok sama anak saya sejak saya
pisah sama istri pertama mereka jadi gamau ketemu saya
D : Bapak sempat ngerasa lebih semangat kerja atau pengennya aktifitas terus
ga pak sebelum ini atau berapa minggu atau bulan yang lalu? Jadi rasanya
ga bisa diem gitu pak
P : Iya dok saya sempet ngerasa jadi pengen kerja terus 2 bulan yang lalu lah
kira-kira. Kalau malem susah tidur jadinya dok orang pengennya ngelakuin
apa apa. Saya jadinya biasa tidur jam 10 11 jadi tidur jam 2 dok gara-gara
itu
30
D : Ohh iya begitu ya pak. Bapak sebelumnya kan belum pernah ya ngalamin
kayak yang tadi bapak ceritain yang ngeblank tadi itu ya. Kalau sebelumnya
pernah ada kecelakaan atau cedera kepala gitu pak?
P : Ga ada dok
D : Kalau misalnya di keluarga ada yang pernah kayak bapak ga? Atau ada
yang ADHD lagi atau punya gangguan jiwa misalnya pak?
P : Baik-baik saja dok. Saya emang suka bersosialisasi dok suka ngomonglah
orangnya.Ya kalo prestasi biasa-biasa aja dok. Saya dari dulu suka ikut
kegiatan OSIS sama organisasi mahasiswa itu dok emang udah suka ikut
organisasi dari dulu
P : Ga juga dok
D : Ohh begitu ya pak. Ini kami mau tanya-tanya lagi gapapa kan ya pak?
P : Dokter muda
P : Yuni dok
D : Bapak kan tadi cerita yang tentang sempet ngeblank itu ya. Kalo keluhan
lain ada ga pak? Kayak misalnya pernah denger suara atau bisikan tapi ga
ada orangnya?
P : Ga pernah dok
31
D : Kalau ngelihat bayangan lewat-lewat tapi ga ada orangnya pernah pak?
D : Kalau nyium bau-bau wangi atau busuk gitu padahal gaada sumbernya
pernah pak?
D : Kalau menelan ludah rasanya apa pak? Manis, asin, apa pahit?
P : Asin dok
P : Nulis dok
D : Bapak, ngerasa punya kelebihan gak dibanding orang lain. Misalnya lebih
kebal atau bisa nyembuhin sakit gitu?
P : Engga dok
P : Engga dok
D : Bapak muslim kan ya pak. Kalau di agama bapak mencuri itu boleh ga
pak?
D : Bapak kalau nemuin dompet dijalan, terus ada uang sama KTP mau ibu
apaan?
32
P : Ya sedih dok
D : Sekarang saya sebut 3 benda, diingat-ingat ya pak, nanti saya tanya lagi,
bendanya itu buku, pena, meja, coba ulangi lagi pak!
D : Coba ulangi lagi pak 3 benda yang saya bilang bapak untuk diingat
D : Ohh iya baik.. Sekarang coba pak namanya dieja dari belakang
P :D–A–M–H–C–A
D : Iya baik pak.. ini tanya-tanya nya sudah pak.. terima kasih ya pak sudah
mau menjawab dan sharing sama kami
P : Iya dok
Keterangan:
D : Dokter muda
P : Pasien
KP : Keluarga Pasien
33
Aloanamnesis (14 Desember 2018)
Keterangan:
1. D: dokter muda
2. K: keluarga pasien
D: Selamat siang bu, perkenalkan bu, saya ayu dan naomi dokter muda yang bertugas di RSJ
saat ini. Kalau kita ngobrol ngobrol sebentar terkait keluhan bapak Ahmad Relson boleh bu?
D: Baik, bu Yuni, pak Relson datang ke RSJ atas kesadaran sendiri atau ibu yang mendorong
K: Bapak ingin berobat sendiri mbak, awalnya dia merasa ada yang aneh dalam diri dia.
D: Oh, begitu bu. Bisa diceritakan nggak Bu apa yang terjadi dengan bapak hingga sampai
berobat?
K: Awalnya 3 bulan yang lalu mbak, dia sewaktu bangun tidur tidak ingat pernah bekerja
dimana. Dia tiba-tiba bangun pagi, lalu ngomong “Saya mau ngapain ya?Hari ini hari apa
sih?” lalu juga dia tidak ingat pernah kerja dimana. Dia ngomong “Saya dulu pernah kerja
dimana ya?” terus saya jawab mbak, “Ayah dulu pernah kerja di Bank Pundi.” Tapi dia tidak
K: Gejalanya itu dari pagi dia bangun tidur sampai maghrib lah mbak kira-kira.
K: Ya kaya nggak terjadi apa-apa gitu mbak, pas saya cerita ke dia, dia malah tidak percaya.
34
K: Pernah mbak, itu berulang lagi satu bulan setelah itu. Gejalanya juga sama, dia pas bangun
pagi nggak inget itu hari apa, dia pernah kerja dimana, pokoknya sama persis kaya gejala
yang pertama mbak, dan dia sampai maghrib hanya tidur-tiduran aja mba.
D: Tapi selama gejala itu berlangsung Pak Relson inget nama dia, nama ibu atau anak-
K: Inget mbak, yang nggak dia inget itu hari apa, dan dia kerja dimana. Pas saya berusaha
mengingatkan dia pernah kerja di Bank, di Notaris dan sekarang di Timses, dia sama sekali
nggak menggubris.
K: Kira-kira seminggu yang lalu mbak, dia lagi nyetir mobil dengan teman calegnya, nah pas
nyupir itu dia tiba-tiba nge-blank dan sampai menabrak warung mbak. Padahal menurut
temannya, ia sudah sampai berteriak-teriak tapi Pak Relson kaya nggak mendengar gitu
mbak. Kecelakaannya itu sampai depan mobil penyok parah dan airbag-nya itu sampai
keluar. Menurut temannya, setelah dia nabrak warung itu baru dia sadar mbak.
K: Kalo dari gejala lupa dan tiba-tiba blank itu sampai saat ini nggak ada lagi sih mbak.
D: Apa ada perubahan sikap atau kebiasaan dari Pak Relson bu selain lupa dan blank?
K: akhir-akhir ini dia sulit tidur mbak, dari yang biasanya tidur mulai dari jam 11 malam, itu
dia baru bisa tidur jam 2-an gitu mbak. Dia semangat banget gitu kaya pengen ngerjain
sesuatu, tapi pas saya tanya, dia bilang nggak ada apa-apa.
D: Sulit tidurnya itu setiap malam selalu begitu bu? Atau ada selang beberapa hari?
D: Apa sebelumnya bapak minum kopi banyak atau minum obat-obatan bu?
35
K: Setahu saya sih nggak mbak, dia biasanya minum kopi satu gelas sore-sore. Untuk
malemnya dia jarang sekali minum kopi. Terus selama ini sih dia nggak konsumsi obat-
D: Oh iya bu, selain itu ada gejala lain? Misalnya bapak suka sedih atau murung?
K: Ada mbak, dia kurang lebih satu bulan terakhir suka diam dan murung gitu mbak
mukanya, pas saya tanya dia diam aja. Tapi setelah saya lihat WA-nya, ternyata dia sering
berantem dengan anaknya karena tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya.Ya karena
dari pendapatannya yang nggak cukup. Cuma saya kurang tau mbak apa itu penyebab dia
suka murung belakangan ini. Karena selama ini dia nggak pernah cerita terkait anak-anaknya,
D: Apa perilaku bapak itu menurut ibu ada pengaruhnya dengan pekerjaan bapak bu?
K: menurut saya sih, sebelum kecelakaan itu nggak ada mbak. Cuma setelah kecelakaan ini,
semingguan lah mbak kira-kira, dia sering pulang lebih cepat dari tempat kerjanya terus dia
kelihatan capek terus. Pas saya tanya kenapa pulang cepat, dia cuma bilang dia capek mbak.
Saya baru tahu 3 hari belakangan ini dia ternyata habis kecelakaan setelah baca WA dia
dengan anaknya.
K: Isinya itu dia nggak bisa beliin apa yang anaknya mau karena uangnya tidak cukup dan dia
D: Oh iya bu, ibu bisa ceritain nggak Bu, riwayat pekerjaan Pak Relson?
K: Dia pernah bekerja di Bank Pundi, tapi karena Banknya telah di akusisi, jadi dia pindah
kerja di Notaris, setelah 4 tahun bekerja di notaris, dia sekarang kerja di perorangan, ya
36
D: Menurut ibu apa ada faktor stress dari pekerjaan yang Pak Relson jalani?
K: Kalo menurut saya sih, ada ya mbak, dari faktor pendapatannya menurun sejak berhenti
bekerja dari bank, nggak bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya karena pendapatanya
nggak mencukupi.
D: Kalau dari hubungan antara Pak Relson dan anaknya bagaimana bu?
K: Sejak nikah dengan saya 3 tahun yang lalu, dia nggak boleh ketemu dengan anaknya
D: Memang Pak Relson pisah dengan istri pertamanya kapan ya bu kalau boleh tahu?
K: Dia pisah dengan istri pertamanya sejak 5 tahun yang lalu mbak, proses perceraiannya itu
sampai 2 tahun. Nah, di waktu 2 tahun itu dia bertemu dengan saya.Kami menikah 3 tahun
yang lalu.
D: Tapi sejak 3 tahun itu apa Pak Relson murni nggak berhubungan sama sekali dengan
K: Selama ini sih dia hanya berkomunikasi lewat WA mbak dengan anak-anaknya. Tapi
anaknya sering minta makanan, atau barang-barang kaya baju gitu mbak.Nah, terkadang dia
beliin tapi terkadang juga nggak dibeliin karena gajinya nggak cukup.
K: Anak Pak Relson dengan istri pertamanya ada 2 mbak, yang pertama perempuan usia 17
tahun dan SMAnya di Bandung, terus yang kedua laki-laki mbak, umurnya 13 tahun, anak
yang kedua ini menderita ADHD mbak, tapi dia sekolahnya di SMP negri biasa.
D: Oh begitu bu, nah untuk yang membiayai seluruh kebutuhan anak-anaknya ini pak relson
apa bagi kewajiban dengan istrinya apa beliau full membiayai anaknya?
K: Nah untuk biaya anaknya sih setau saya berbagi mbak, dia ngebiayain uang bulanan mbak,
tapi saya juga ga jelas jumlahnya berapa, karena dia nggak pernah cerita tentang jumlahnya.
Tapi walaupun udah dikasih uang bulanan, anaknya tetap minta uang kuota dan uang beli
37
baju.Mantan istrinya juga sering minta Pak Relson untuk nganterin makanan atau kalau
D: kalau hubungan antara ibu sama Pak Relson bagaimana bu saat ini?
K: Saat ini sih saya ngerasa banyak yang dia sembunyikan dari saya terutama terkait
hubungan dia dengan mantan istrinya dan anak-anaknya mbak, saya bisa tahu tentang
D: Ibu sebelumnya pernah membicarakan hal ini dengan pak relson bu?
K: nggak sih mbak, karena menurut saya ini bukan urusan saya. Cuma selama ini ya cukup
mengganggu karena ada pengaruhnya ke kehidupan sehari-hari dan menurut saya sih jadi
bikin ada perubahan sikap Pak Relson dan pasti jadi beban pikiran buat dia.
D: oh begitu bu, dari keluarga Pak Relson, selain anak keduanya, apa ada yang menderita
38