Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di


Departemen Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M

Disusun Oleh :

Malisa Fitri Umar 1620221171

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PERIODE 24 DESEMBER – 26 JANUARI 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Oleh :

Malisa Fitri Umar

1620221171

Ambarawa, Januari 2019

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Retno Wahyuningsih Sp.M

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Konjungtivitis Vernalis”. Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.

Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno
Wahyuningsih Sp.M selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik
Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca


guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, Januari 2019

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtiva merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai proteksi


bagi mata terhadap benda-benda asing yang masuk. Dimana konjungtiva adalah
mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata.
Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak
(margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak
menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik
melapisi bola mata hingga tepi kornea1.

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput


lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.

Sedangkan konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman”


atau “konjungtivits musim kemarau”, yang merupakan penyakit bilateral yang
jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun
prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyebaran konjungtivitis vernal merata
di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas.2

4
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. Muhammad Rayhan
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan ASPOL SPN 03/08
Tanggal anamnesa : 09 Januari 2019

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis)


2.2.1 Keluhan Utama
Kedua mata merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan kedua mata merah dan gatal ± sejak 1
bulan terakhir. Menurut ibu pasien, awalnya pasien bermain di lapangan
pada siang hari, kemudian pasien mulai merasakan keluhan-keluhan
tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika pasien bermain di bawah
terik matahari. Sebelumnya pasien sudah tiga kali berobat ke puskesmas,
diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien tidak tahu nama
obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah menggunakan
obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah sering dirasa
hilang timbul.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal,
keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal,

5
terasa ada yang mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-),
mata berair terus menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-).

2.2.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya


Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas untuk keluhan
mata merah dan gatal pada kedua matanya. Kemudian oleh dokter
puskesmas ia diberi obat tetes mata dan obat minum, namun ibu pasien tidak
tahu obat apa yang diberikan oleh dokter tersebut. Karena sejak 3x berobat
ulang ke puskesmas namun keluhan tidak hilang akan ibu pasien membawa
pasien untuk kembali berobat ke dokter spesialis mata.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


‐ Pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
‐ Riwayat operasi disangkal
‐ Riwayat trauma (-)
‐ Riwayat sering terpapar dengan matahari pada kedua mata (+)
‐ Riwayat alergi makanan (+)
‐ Riwayat Asma (-)

2.2.5 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.
Riwayat keluarga dengan alergi (+), asma (-)

2.2.6 Riwayat gizi :


BB : 38 kg
TB : 143 cm
IMT : 18, 58 (baik)

2.2.7 Keadaan Sosial Ekonomi


Ekonomi pasien tergolong dalam ekonomi yang cukup, dimana ibu dan ayah
pasien bekerja sebagai seorang pedagang

6
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : Afebris

‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Tidak ada keluhan
‐ Mulut : Tidak ada keluhan
‐ Leher : Tidak ada keluhan
‐ Thoraks : Tidak ada keluhan
‐ Abdomen : Tidak ada keluhan
‐ Endokrin : Tidak ada keluhan
‐ Ekstremitas : Tidak ada keluhan

2.3.2 Status Oftalmologikus


Pemeriksaan OD OS
Visus SC 6/6 6/6
CC

Kedudukan Bola Mata


Posisi Ortoforia Ortoforia

7
Pergerakan bola mata

- Duksi Baik Baik


- Versi Baik Baik

Inj. konjungtiva Inj. konjungtiva


Jernih jernih Jernih, jernih

Penebalan bag. Konj. bulbi Penebalan bag. Konj.


bulbi
Palpebra
Superior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-), benjolan (-) laserasi (-), benjolan (-)
Inferior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-), benjolan (-) laserasi (-), benjolan (-)
Silia Trikiasis (-), madarosis (-) Trikiasis (-), madarosis (-)
Konjungtiva
Konjungtiva tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-),
superior Anemis (-), Papil (-), folikel Anemis (-), Papil (-),
(-), lytiasis (-) folikel (-), lytiasis (-)
Konjungtiva tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-),
inferior Anemis (-), Papil (-), folikel Anemis (-), Papil (-),

8
(-), lytiasis (-) folikel (-), lytiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (+), Injeksi konjungtiva (+),
Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (-), jar.
Fibrovascular (-), Fibrovaskular (-),
penebalan di dekat limbus penebalan di dekat limbus
(+) (+)
Kornea
Jernih + +
Edema - -
Ulkus - -
Perforasi - -
Makula - -
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Limbus Kornea
Penebalan berwarna + +
putih kemerahan
Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Sklera
Sklera biru - -
Ikterik - -
Hiperemis - -
COA
Volume Sedang Sedang
Iris

9
Warna Cokelat Cokelat
Kripta Normal Normal
Prolaps - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
PEMERIKSAAN Tampak penebalan di Tampak penebalan di
SLIT LAMP konjungtiva bulbi ke daerah konjungtiva bulbi ke
sekitar limbus berwarna daerah sekitar limbus
putih susu kemerahan berwarna putih susu
kemerahan
Tekanan Intra Okuler
Palpasi Normal Normal
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN

2.4 DIAGNOSIS KERJA


Konjungtivitis Vernal Tipe Limbus ODS

2.5 DIAGNOSIS BANDING


- Konjungtivitis kataral sub akut
- Konjungtivitis flikten
- Konjungtivitis atopi

10
2.6 ANJURAN PEMERIKSAAN
‐ Darah rutin
‐ Kultur

2.7 PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
‐ Anti hitamin topical ED (Cendo conver)
‐ Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
‐ Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam

11
BAB III

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3. 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan

permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam

kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam

tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang

melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga

tepi kornea. 1

Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :

1. Konjungtiva palpebra

2. Konjungtiva forniks

3. Konjungtiva bulbi

12
Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Yang melapisi bagian palpebra disebut konjungtiva palpebra, di


forniks disebut konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva
bulbi.

Secara histologis lapisan konjuntiva dimulai dari epitel konjuntiva


yang terdiri atas epitel superficial mengandung sel goblet yang
memproduksi mucin dan epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini
mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjuntiva yang
terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan
fibrosa yang mengandung jaringan ikat.

Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi


atas tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva
berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya
beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan
mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian
dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea.

13
Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n.

trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di

bagian palpebra. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe.

Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara

di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan

tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di

belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks

dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian

konjuntiva dan kornea selalu basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai

resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan

melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan

ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata,

alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan

gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan

mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat tumbuh di

daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata.1,2,3

14
3. 2 PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang

selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi

toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.

Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis

musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau” biasanya berlangsung

dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini

lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit

ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering

kambuh dan menyerang anak-anak, dengan demikian memerlukan

pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman.

Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar

0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering

terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian

Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia,

Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi

pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus

yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga

20 tahun.

Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik

(turunan). Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita

15
konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki

penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau

alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini

umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis

vernal rata-rata berkisar 4 sampai 10 tahun. Semua penelitian tentang

penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada

musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa

dinamakan konjungtivitis ”vernal” (atau musim semi). Di belahan bumi

selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.

Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin

disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun.1,2

Alergen sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis

vernalis kadang-kadang menampakkan manifestasi alergi lainnya yang

berhubungan dengan sensitivitas tepung sari rumput. 4

3. 3 DEFINISI

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi

hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 5

3. 4 KLASIFIKASI

Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat

berjalan bersamaan), yaitu:

16
1. Bentuk palpebra  terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.

Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr

et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan

kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar

ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata

dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 2. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone

2. Bentuk Limbal  hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat

membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang

merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (2,4)

17
Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

3. 5 ETIOLOGI

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh

pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak,

biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2

3. 6 PATOFISIOLOGI

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya

radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas

tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi

difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi

jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak

terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan

deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.

18
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih

susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak

berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal, oleh von Graefe

disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal

tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat

akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga

memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang

menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus

sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam

kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini

mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita

keratokonjungtivitis dan dikemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada

usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat

akan mengalami degenerasi. 1,2,4

3. 7 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi.

Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan

pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi

mukoid dalam kripta diantara papil serta pseudomembran milky white.

Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel

PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast. Hasil penelitian histopatologik

terhadap 675 pasien dengan konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan

19
oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada

konjungtiva. Proliferasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid.

Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,

menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan

konjungtivitis.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi

hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di

fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan

badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan

deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih

mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan.

Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan

klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant

papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun

pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi

menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring

dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di

apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami

keratinisasi.6,7

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa

pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis

sel (acanthosis). Horner-Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian

20
besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih

ada sel PMN dan limfosit. 6,7

Gambar 4. Histologi konjungtivitis vernal terlihat banyak sel radang terutama

eosinofil

3. 8 GEJALA

Pasien umumnya mengeluh gatal yang berlebihan dan bertahi mata

berserat, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas

terik. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih

seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis

inferior. Konjungtiva palpebra superior sering terdapat papilla raksasa mirip

batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan

mengandung berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan

pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus,

terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di

21
limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae).

Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla

limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada

beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari

penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal

palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak

timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah menjalani

krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat

merusak konjungtiva.1,2

Gambaran klinis konjungtivitis vernal:

 Keluhan utama: gatal

Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat.

Keluhan gatal ini menurun pada musim dingin.

 Ptosis

Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan

dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam

sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma,

eosinofil, juga adanya degenerasi hyalin pada stroma konjungtiva.

 Kotoran mata

Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang

berserat-serat. Konsistensi kotoran mata/tahi mata elastis ( bila ditarik

molor).

22
 Kelainan pada palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva

tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil

raksasa). Inilah yang disebut “cobble stone appearance”. Susunan papil

ini rapat dari samping tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan

trakoma. Di permukaannya kadang-kadang seperti ada lapisan susu,

terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan

kapiler di tengahnya. Kadang-kadang konjungtiva palpebra menjadi

hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.

 Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi

menebal, berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin.

Merupakan penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang

patognomosis pada konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase

aktif.

 Kelainan di kornea

Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial


difus khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea
yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para
sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang
ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh
permukaan kornea, sering berupa mikropannus. Penyakit ini mungkin
juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan
pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik
terhadap terapi standar.

23
3. 9 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

mata. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan

konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan

menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik.

Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas. 6

3. 10 PENGOBATAN

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh

sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya

memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.1,2

Pilihan perwatan onjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala


yang muncul dan durasinya, yaitu:

1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang
membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil
anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan
atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast.
o Pemakaian mesin pendingin ruangan
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuk sari
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru

24
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi
allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata
juga berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen

2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi
saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes
mata. Dosisnya tergnatung pada kuasntitias eksudat serta beratnya
gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada
larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan
musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis
terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat
efektif.
o Antibiotik broad-spectrum

3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason
fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa
gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan

25
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai
pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil


raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan
mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena
dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.

26
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada kasus ini, dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 9 tahun, datang
dengan keluhan kedua mata terasa merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir.
Awalnya pasien bermain di lapangan pada siang hari, kemudian pasien mulai
merasakan keluhan-keluhan tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika
pasien bermain di bawah terik matahari. Sebelumnya pasien sudah tiga kali
berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien
tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah
menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah
sering dirasa hilang timbul.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan
sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang
mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus
menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-), riwayat alergi (+).
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada anamnesis
kasus konjungtivitis vernal didapatkan adanya keluhan seperti mata merah, gatal,
dan biasanya dipicu oleh kondisi kemarau, atau terik matahari, atau musiman. Dan
tidak terddapat gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan visus pasien ini
didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6.
Dari pemeriksaan status oftalmologis, didapatkan adanya penebalan di
konjungtiva bulbi ke daerah sekitar limbus berwarna putih susu kemerahan pada
kedua mata. Tidak tampak kekeruhan pada kornea dan lensa. Refleks cahaya pada
kedua pupil baik, pupil isokor.
Menurut literatur inspeksi pada konjungtivitis vernal terlihat sebagai
hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik
gelatin, dengan Trantas dot. Kasus ini juga didukung dengan adanya faktor resiko
yaitu paparan sinar matahari pada mata pasien.

27
Adapun pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus ini
adalah pemeriksaan laboratorium, seperti kultur untuk menilai penyebab dan
untuk menentukan pengobatan pasien.
Terapi atau penatalaksanaan pada kasus ini adalah pemberian antihistamin
topikal dan sistemik serta pemberian kortikosteroid topikal hal ini sesuai dengan
literatur.
Untuk prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat terjadi
rekurensi jika pasien tidak menghindari faktor risiko terhadap peyakit ini.

28
BAB V

KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas


(tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal
terjadi akibatalergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis
vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan
berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret
mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang
spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari
konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebradan bentuk limbal. Konjungtivitis
vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun
dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi
obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan
menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat
diberikan menghindari menggosok-gosok mata, kompre dingin di daerah mata,
memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein,
antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast,
dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya

Medika, 2000. Hal 268, 274-287.

2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.

3. A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter

12-New Age International 2007. P 288-96.

4. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta

1993.Hal 332-342.

5. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.

Jakarta : EGC

6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduh dari

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.

html. (Diakses 23 Februari 2015)

7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23

Februari 2015)

30

Anda mungkin juga menyukai