KONJUNGTIVITIS VERNAL
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KONJUNGTIVITIS VERNALIS
Oleh :
1620221171
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Konjungtivitis Vernalis”. Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno
Wahyuningsih Sp.M selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik
Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
5
terasa ada yang mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-),
mata berair terus menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-).
6
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : Afebris
‐ Kepala : Normocephal
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Tidak ada keluhan
‐ Mulut : Tidak ada keluhan
‐ Leher : Tidak ada keluhan
‐ Thoraks : Tidak ada keluhan
‐ Abdomen : Tidak ada keluhan
‐ Endokrin : Tidak ada keluhan
‐ Ekstremitas : Tidak ada keluhan
7
Pergerakan bola mata
8
(-), lytiasis (-) folikel (-), lytiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (+), Injeksi konjungtiva (+),
Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (-), jar.
Fibrovascular (-), Fibrovaskular (-),
penebalan di dekat limbus penebalan di dekat limbus
(+) (+)
Kornea
Jernih + +
Edema - -
Ulkus - -
Perforasi - -
Makula - -
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Limbus Kornea
Penebalan berwarna + +
putih kemerahan
Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Sklera
Sklera biru - -
Ikterik - -
Hiperemis - -
COA
Volume Sedang Sedang
Iris
9
Warna Cokelat Cokelat
Kripta Normal Normal
Prolaps - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
PEMERIKSAAN Tampak penebalan di Tampak penebalan di
SLIT LAMP konjungtiva bulbi ke daerah konjungtiva bulbi ke
sekitar limbus berwarna daerah sekitar limbus
putih susu kemerahan berwarna putih susu
kemerahan
Tekanan Intra Okuler
Palpasi Normal Normal
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN
10
2.6 ANJURAN PEMERIKSAAN
‐ Darah rutin
‐ Kultur
2.7 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
‐ Anti hitamin topical ED (Cendo conver)
‐ Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
‐ Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
11
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam
melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga
tepi kornea. 1
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi
12
Gambar 1. Anatomi Konjungtiva
13
Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n.
di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan
belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks
resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan
gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan
14
3. 2 PENDAHULUAN
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit
ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering
0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering
terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian
Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi
pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus
yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga
20 tahun.
15
konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki
penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau
musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa
selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.
3. 3 DEFINISI
3. 4 KLASIFIKASI
16
1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr
kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata
17
Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot
3. 5 ETIOLOGI
biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2
3. 6 PATOFISIOLOGI
tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi
difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi
18
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih
tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat
akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga
menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus
kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini
usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat
3. 7 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
19
oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada
konjungtivitis.
fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan
badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan
menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring
apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami
keratinisasi.6,7
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis
20
besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih
eosinofil
3. 8 GEJALA
batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan
terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di
21
limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae).
limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada
palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak
merusak konjungtiva.1,2
Ptosis
Kotoran mata
molor).
22
Kelainan pada palpebra
terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan
aktif.
Kelainan di kornea
23
3. 9 DIAGNOSIS
3. 10 PENGOBATAN
sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya
1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang
membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil
anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan
atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast.
o Pemakaian mesin pendingin ruangan
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuk sari
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru
24
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi
allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata
juga berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen
2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi
saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes
mata. Dosisnya tergnatung pada kuasntitias eksudat serta beratnya
gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada
larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan
musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis
terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat
efektif.
o Antibiotik broad-spectrum
3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason
fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa
gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
25
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai
pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.
4. Tindakan Bedah
26
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 9 tahun, datang
dengan keluhan kedua mata terasa merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir.
Awalnya pasien bermain di lapangan pada siang hari, kemudian pasien mulai
merasakan keluhan-keluhan tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika
pasien bermain di bawah terik matahari. Sebelumnya pasien sudah tiga kali
berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien
tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah
menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah
sering dirasa hilang timbul.
Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan
sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal, terasa ada yang
mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus
menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-), riwayat alergi (+).
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada anamnesis
kasus konjungtivitis vernal didapatkan adanya keluhan seperti mata merah, gatal,
dan biasanya dipicu oleh kondisi kemarau, atau terik matahari, atau musiman. Dan
tidak terddapat gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan visus pasien ini
didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6.
Dari pemeriksaan status oftalmologis, didapatkan adanya penebalan di
konjungtiva bulbi ke daerah sekitar limbus berwarna putih susu kemerahan pada
kedua mata. Tidak tampak kekeruhan pada kornea dan lensa. Refleks cahaya pada
kedua pupil baik, pupil isokor.
Menurut literatur inspeksi pada konjungtivitis vernal terlihat sebagai
hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik
gelatin, dengan Trantas dot. Kasus ini juga didukung dengan adanya faktor resiko
yaitu paparan sinar matahari pada mata pasien.
27
Adapun pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus ini
adalah pemeriksaan laboratorium, seperti kultur untuk menilai penyebab dan
untuk menentukan pengobatan pasien.
Terapi atau penatalaksanaan pada kasus ini adalah pemberian antihistamin
topikal dan sistemik serta pemberian kortikosteroid topikal hal ini sesuai dengan
literatur.
Untuk prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat terjadi
rekurensi jika pasien tidak menghindari faktor risiko terhadap peyakit ini.
28
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.
1993.Hal 332-342.
Jakarta : EGC
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23
Februari 2015)
30