Anda di halaman 1dari 73

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP


BAHAYA KEBAKARAN DI PT. PERTAMINA EP
REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH

Toto Setyono
R.0009097

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP BAHAYA


KEBAKARAN DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU
JAWA TENGAH

Toto Setyono*), Henry Sulistyo ST*), Tutug Bolet Atmojo**)

Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami tentang upaya pencegahan dan


pengendalian terhadap bahaya kebakaran yang telah dilaksanakan oleh PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Upaya pencegahan dan pengendalian
tersebut bertujuan untuk mengantisipasi secara dini terhadap bahaya kebakaran
sehingga tercipta lingkungan kerja yang selamat, bersih, nyaman, dan bebas dari
sumber sumber bahaya kebakaran.

Metode : Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif yaitu
dengan memberikan gambaran mengenai obyek penelitian. Data diperoleh secara
langsung dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan pekerja serta
dari buku-buku referensi yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian
terhadap bahaya kebakaran.

Hasil : Dari upaya-upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan


pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu telah menyediakan sarana untuk pemadam kebakaran seperti APAR,
hydrant, mobil pemadam kebakaran, tindakan darurat, tim pemadam dan usaha-
usaha lain seperti pemasangan penyalur petir, bak pasir, tanda peringatan dan fire
blanket.

Simpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Pertamina EP Region


Jawa Field Cepu telah melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran antara lain dengan penyediaan sarana pemadam kebakaran seperti
APAR, hydrant, mobil pemadam kebakaran, tindakan darurat, tim pemadam dan
usaha-usaha lain seperti pemasangan penyalur petir, bak pasir dan papan
peringatan sebagai antisipasi dini sebagai upaya terhadap bahaya kebakaran.
Saran yang dapat diberikan adalah upaya perusahaan meningkatkan perawatan
dan pengecekan sarana tersebut dengan baik agar siap pakai apabila terjadi
kebakaran dan peningkatan pengawasaan terhadap upaya-upaya tersebut.

Kata Kunci : Pencegahan, Pengendalian Kebakaran

* Mahasiswa Diploma III Hiperkes dan KK FK UNS


**Prodi Diploma III Hiperkes dan KK FK UNS
commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

PREVENTION AND CONTROL OF FIRE HAZARD IN PT. PERTAMINA


EP REGION JAWA FIELD CEPU CENTRAL JAVA

Toto Setyono*), Henry Sulistyo, ST**), Tutug Bolet Atmojo, SKM**)

Objective : To know and understand about the prevention and control of fire
hazards that have been carried out by PT. Pertamina EP Cepu Field Java Region.
Prevention and control aims to anticipate an early stage of a fire hazard so as to
create a safe working environment, clean, comfortable and free from sources of
fire hazards.

Methods : The research method used is descriptive research is to provide an


overview of the research object. Data obtained directly by means of direct
observation and interviews with workers and of reference books relating to the
prevention and control of fire hazards.

Result : Of the efforts that have been made for the prevention and control of fire
hazards in the PT. Pertamina EP Cepu Field Region Java has provided a means
for extinguishing fires such as the APAR, hydrant, fire trucks, emergency
measures, fire teams and other efforts such as the installation of a lightning
arrester, a sandbox, a warning sign and fire blanket.

Conclusion : The results can be concluded that the PT. Pertamina EP Cepu Field
Java Region has implemented a fire prevention and control efforts include the
provision of facilities such as APAR fire, hydrant, fire trucks, emergency
measures, fire teams and other efforts such as the installation of a lightning
arrester, a sandbox and warning signs as anticipation of an attempt against fire.
Advice can be given is the company's efforts to improve the care and well-
checking facilities to be ready to use in case of fire and increased pengawasaan
against such efforts.

Keyword : Prevention, Fire Control

*Diploma III Students of Hiperkes dan KK FK UNS


**Diploma III Study Program of Hiperkes dan KK FK UNS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat melaksanakan magang di PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dan menyusun laporan magang ini.
Laporan magang ini disusun berdasarkan orientasi-orientasi di berbagai unit
khususnya mengenai Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya
Kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dengan ditunjang oleh
data-data dari literatur dan petunjuk serta penjelasan dari pembimbing.
Atas terlaksananya Magang serta tersusunnya laporan Magang ini, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D. III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta periode 2011-2015 sekaligus penguji.
3. Bapak Henry Sulistyo, ST selaku pembimbing I yang telah memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Bapak Tutug Bolet Atmojo, SKM selaku pembimbing II yang telah memberi
bimbingan dan arahan masukan kepada penulis.
5. Ibu Salamah, selaku Ka. Jasa HR PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu,
yang telah menyetujui pengajuan Proposal Kerja Praktek penyusun dan
memberikan ijin untuk melaksanakan Kerja Praktek di PT. Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu.
6. Bapak Sigit Isbiantoro, selaku Ka. HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu.
7. Bapak Rudiyono, selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktek di PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang telah memberikan arahan dan
memberikan ijin kepada penyusun untuk mendapatkan dan menganalisis data-
data yang diperlukan.
8. Ibu Riska Perdani, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
memberikan ijin kepada penyusun untuk melakukan praktek pengukuran
faktor fisik di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
9. Segenap Tim di HSE yang tidak dapat dsebutkan satu persatu, terima kasih
atas informasi yang diberikan.
10. Ibu, Bapak, Adik dan saudara-saudaraku semua, terima kasih atas semua
dukungan moril.
11. Kekasih, Khairina Hidayati, terima kasih atas segala dukungan yang luar
biasa kepada penyusun selama pelaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu.
12. Teman-teman senasib sepenanggungan yang magang di PT. Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu.
13. Seluruh teman-teman seperjuangan di Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Kerja Praktek ini masih


jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan penyusun demi kesempurnaan Laporan Kerja Praktek ini.
Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi yang
memerlukan.

Surakarta, 12 Juli 2012


Penulis,

Toto Setyono

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ............................................ iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 5


A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 24

BAB III HASIL MAGANG ......................................................................... 25


A. Metode Penelitian...................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 25
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ....................................... 25
D. Sumber Data .............................................................................. 26
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 26
F. Pelaksanaan ............................................................................... 27
G. Analisis Data ............................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29


A. Hasil Penelitian ......................................................................... 29
B. Pembahasan ............................................................................... 53

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 59


A. Simpulan .................................................................................. 59
B. Saran .......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63


LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Peralatan Fire Box ............................................................... 40

Tabel 2. Daftar Peralatan Mobil Pemadam Fire Truck ................................. 42

Tabel 3. Daftar Peralatan Mobil Pemadam Fire Jeep ................................... 42

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segitiga Api ................................................................................. 10

Gambar 2. Piramida Api ................................................................................ 19

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................... 24

Gambar 4. APAR 20 Dry Chemical ............................................................... 33

Gambar 5. Hydrant......................................................................................... 37

Gambar 6. Fire Jeep dan Fire Truck.............................................................. 41

Gambar 7. Papan Peringatan .......................................................................... 48

Gambar 8. Bak Pasir ...................................................................................... 49

Gambar 9. Fire Blanket dan Pelatihan Penggunaannya ................................. 50

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Magang

Lampiran 3 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang

Lampiran 4 : Kebijakan QHSE PT. Pertamina EP Field Cepu

Lampiran 5 : Diagram OPKD PT. Pertamina EP Field Cepu

Lampiran 6 : Struktur Organisasi PT. Pertamina EP

Lampiran 7 : Surat Ijin Kerja Aman

Lampiran 8 : Struktur Organisasi Tim OPKD

Lampiran 9 : Lay Out PPP PT. Pertamina EP Field Cepu

Lampiran 10 : Lay Out Hidrant PPP PT. Pertamina EP Field Cepu

Lampiran 11 : Lay Out Hidrant PT. Pertamina EP Field Cepu

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

pengolahan minyak dan gas bumi, maka semakin besar pula resiko bahaya

kebakaran dan kecelakaan yang mungkin timbul.

Di sini peranan K3LL sangat penting untuk menunjang keselamatan

kerja, pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pengendalian

pencemaran lingkungan. Menurut keputusan menteri tenaga kerja No. Kep.

186/MEN/1999 penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk

mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap

perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana

penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk

memberantas kebakaran.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah

mengantsipasi dalam hal mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,

memberi jalan penyelamatan, penyelenggaraan latihan penanggulangan kebakaran

yang ditetapkan di setiap tempat kerja dari perencanaan sampai ada sanksi hukum

terhadap pelanggaran.

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang dalam kegiatan

eksplorasi pengambilan dan penampungan minyak mentah (crude oil) . Maka

untuk menunjang kegiatan tersebut perlu dilengkapi dan dipasang fasilitas


commit to user
pemadam secara tetap dan tidak tetap untuk mencegah dan menanggulangi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

kebakaran. Hal ini sangat penting dan perlu mendapat perhatian dalam

melindungi aset perusahaan demi lancarnya operasi pruduksi minyak mentah

(crude oil).

Ada 3 jenis tingkatan istilah dalam bahaya kebakaran :

1. Bahaya Kebakaran Ringan

Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar rendah, sehingga menjalarnya api rendah. Contohya :

Tempat ibadah, rumah makan, sekolahan, kantor, dan rumah sakit.

2. Bahaya Kebakaran Sedang

Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar sedang, sehingga menjalarnya api cukup berat.

Contohnya : Bengkel mobil, pabrik ban dan lain-lain.

3. Bahaya Kebakaran Berat

Adalah jenis kebakaran dengan hunian yang mempunyai jumlah dan

kemudahan terbakar sangat tinggi, sehingga menjalarnya api sangat tinggi

dan cepat. Contohnya : pabrik kimia dengan tingkat kemudahan terbakar

tinggi, pabrik bahan peledak dan lain-lain.

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu termasuk dalam jenis

kebakaran tingkat tinggi karena memproduksi bahan-bahan yang mudah

meledak terutama pada bagian penampungan minyak mentah (crude oil).

Berdasarkan dari uraian di atas maka prektek kerja lapangan ini akan

membahas tentang Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya Kebakaran di

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka timbul rumusan

permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Terhadap Bahaya Kebakaran

di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu”.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sarana pemadam kebakaran yang tersedia di PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu.

2. Mengetahui pemeriksaan sarana pemadam kebakaran di PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu.

3. Mengetahui sistem pemadaman kebakaran di PT. Pertamina EP Region

Jawa Field Cepu.

D. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini diharapkan tercapainya

manfaat sebagai berikut :

1. Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

perusahaan dan dapat digunakan untuk evaluasi dalam upaya pencegahan

dan pengendalian bahaya kebakaran yang sudah dilakukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya

tentang pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran di tempat kerja.

b. Sebagai bentuk kerjasama antar institusi, yakni antara PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu dengan Program Diploma III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja agar tercipta suatu penerapan ilmu yang sinkron dan

sesuai.

3. Penulis

a. Dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya

kebakaran serta usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang

diterapkan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.

b. Dapat mengetahui sarana atau alat untuk pemadaman kebakaran di PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.

c. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat

perkuliahan.

4. Pembaca

Diharapkan dapat memberi gambaran tentang sistem proteksi

pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran yang ada disebuah

perusahaan pada umumnya dan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu pada khususnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Definisi tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup

atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha, dan dimana terdapat sumber-

sumber bahaya. Termasuk didalamnya adalah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang

berhubungan degan tempat kerja tersebut yang terdapat dalam Undang-

Undang No. 1 tahun 1970. Oleh karena itu untuk menunjang tempat kerja

yang aman harus selalu diperhatikan dalam pengaturan, tata letak dan

desain semua peralatan, mesin dan bahan supaya tidak menimbulkan

kecelakaan kerja.

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan

bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang

dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa

yang dihasilkan ketimbang sebelum dilaksanakannya penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja (Rudi Suardi, 1996).

2. Sebab Terjadinya Kebakaran

Menurut Depnakertrans RI, 2002, penyebab kebakaran dan peledakan

pada umumnya bersumber pada tiga faktor yaitu :


commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai faktor penyebab terjadinya kebakaran dan peledakan

antara lain :

1) Pekerja

a) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran dan peledakan.

b) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran dan

peledakan.

c) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, atau melebihi kapasitas

yang telah ditentukan.

d) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.

e) Adanya unsur-unsur kesengajaan.

2) Pengelola

a) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.

b) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

c) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama

dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan

lain-lain.

d) Tidak adanya standard atau kode yang tidak dapat diandalkan atau

penerapan tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis dari

peralatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

e) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan

baik.

b. Faktor Teknis

1) Melalui proses fisik atau mekanis dimana dua faktor penting yang

menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas akibat

kenaikan suhu atau timbulnya panas akibat dari pengetasan benda-

benda, maupun adanya api terbuka.

2) Melalui proses kimia yaitu terjadi sewaktu-waktu pengangkutan

bahan-bahan kimia berbahaya, penyimpanan, dan penanganan

(handling) tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.

3) Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan arus

pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan menyalakan

atau membakar komponen yang lain.

c. Faktor Alam

1) Petir

2) Gunung Meletus

3. Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi potensi bahaya kebakaran ditinjau dari tempat kerja

sesuai dengan Kepmenaker nomor 189 tahun 1999, yaitu:

a. Bahaya Kebakaran Ringan

Bahaya kebakaran ringan adalah jenis hunian yang mempunyai

jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

melepas panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Contoh :

gedung pendidikan, museum, perkantoran, perhotelan, dan perpustakaan.

b. Bahaya Kebakaran Sedang

1) Bahaya Kebakaran Sedang I

Bahaya kebakaran sedang kelompok I adalah jenis hunian

yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,

penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih

dari 2,5 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang,

sehingga menjalarnya api sedang. Contoh : pabrik mobil, pabrik roti,

pabrik elektronika, pabrik susu, dan pabrik barang gelas.

2) Bahaya Kebakaran Sedang II

Bahaya kebakaran sedang kelompok II adalah jenis hunian

yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,

penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih

dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang,

sehingga menjalarnya api sedang. Contoh : pabrik kimia, pabrik

tembakau, pabrik barang kulit, dan pabrik tekstil.

3) Bahaya Kebakaran Sedang III

Bahaya kebakaran sedang kelompok III adalah jenis hunian

yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila

terjadi kebakaran melepaskan yang tinggi, sehingga menjalarnya api

cepat. Contoh : pabrik makanan, pabrik sabun, pabrik mobil, pabrik

ban, pabrik tepung terigu, dan pabrik pakaian.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

c. Bahaya Kebakaran Berat

Bahaya kebakaran berat adalah jenis hunian yang mempunyai

jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran

melepaskan panas yang tinggi, penyimpanan cairan yang mudah

terbakar, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat

membesar dengan melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya

api menjadi cepat. Contoh : pabrik kimia, pabrik api, pabrik korek api,

pabrik bahan peledak, penyulingan minyak bumi kembang.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1980

kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu :

1) Kebakaran Kelas A

Kebakaran yang terjadi pada bahan padat kecuali logam, kelas

inmempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan abu.

Unsur bahayang terbakar biasanya mengandung karbon. Misalnya

kayu, plastik, tekstil, dan karet.

2) Kebakaran Kelas B

Kebakaran yang terjadi pada bahan cair dan gas yang mudah

terbakar. Kelas ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung

Hidrokarbon dari minyak bumi dan turunan kimianya. Misalnya :

minyak, gas alam, dan bensin.

3) Kebakaran Kelas C

Kebakaran yang terjadi pada instalasi listrik, misalnya

peristiwa arus pendek pada instalasi listrik.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

4) Kebakaran Kelas D

Kebakaran yang terjadi pada bahan logam seperti titanium,

magnesium, besi, dan baja.

4. Terjadinya Api

Api merupakan suatu reaksi kimia atau reaksi oksidasi yang bersifat

eksotermis dan diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya dan panas serta

dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Proses terjadinya api ini dimulai

bila terdapat tiga unsur, yaitu bahan mudah terbakar, oksigen dan panas.

Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam kondisi yang seimbang atau

dalam konsentrasi tertentu, timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai

proses pembakaran. Bila api awal ini telah terjadi maka sebagian panas

tersebut akan diserap bahan bakar atau benda disekelilingnya yang

kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti-ganti

setelah bercampur dengan oksigen (diudara), proses ini disebut reaksi

berantai (Suma’mur P.K, 1996).

Ketiga unsur tersebut dikenal dengan sebutan segitiga api :

Oksigen Bahan Bakar

Panas

Gambar 1. Segitiga Api


commit to user
Sumber : Permenakertrans RI No.Per-04/MEN/1980
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

a. Bahan Bakar

Pada umumnya semua bahan bakar dapat terbakar, yang menjadi

perbedaan masing-masing bahan tersebut adalah titik nyala (flash point)

yang dimiliki bahan, yaitu temperatur terendah dari suatu bahan untuk

merubah bentuknya menjadi uap dan akan menyala sendiri apabila

bersentuhan dengan api (Suma’mur P.K, 1996).

b. Oksigen

Udara disekitar kita dalam keadaan normal mengandung ± 21%, 78

% Nitrogen (N2) dan 1 % gas-gas lainnya. Maka 21% zat asam inilah yang

menunjang berlangsungnya proses pembakaran dan batas minimal untuk

memelihara terjadinya nyala api adalah 15%, sedangkan pada kadar kurang

dari 12 % pembakaran tidak berlangsung (PPT. Pusdiklat Migas Cepu).

c. Panas

Berdasarkan buku ”Keselamatan kerja dan Pencegahan Kecelakaan”

halaman 54 dikarang oleh Dr. Suma’mur P.K, M. Sc, menerangkan bahwa

tenaga kerja minimal sumber api adalah 0,1 mj (Suma’mur P.K, 1996).

5. Sumber Nyala Api

a. Listrik

Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api

oleh karena faktor-faktor :

1). Instalasi tidak memakai sekring atau sekring diganti dengan kawat.

2). Pemasangan kabel-kabel yang tidak tepat sehingga terjadi hubungan

pendek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

3). Keadaan kabel-kabel, baik dalam instalasi listrik, maupun dalam

peralatan listrik yang sudah usang atau rusak (Suma’mur P.K, 1996).

b. Rokok

Merokok ditempat terlarang atau membuang puntung rokok

(masih menyala) sembarangan ditempat kerja sehingga dapat

menimbulkan kebakaran (Suma’mur P.K, 1996).

c. Pemanasan Berlebih

Pemanasan berlebih bisa timbul dari pengoperasian alat-alat yang

tidak terkontrol dengan baik dan mesin mesin yang tak terawat, misalkan

pengoprasian ketel uap yang tidak terkontrol air pengisinya (Suma’mur

P.K, 1996).

d. Api Terbuka

Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan mudah

terbakar, misalnya menyalakan api di tempat penimbunan bahan bakar

(bensin) untuk penerangan (Suma’mur P.K, 1996).

e. Percikan Bara Pembakaran

Bunga api bisa berasal dari knalpot mesin diesel ataupun dari

kendaraan angkutan, dari kegiatan pengelasan dan penggerindaan

(Suma’mur P.K, 1996).

f. Sambaran Petir

Bahaya dari sambaran petir yang ada dapat mengenai obyek-

obyek yang tidak terlindungi oleh penangkal petir atau pada instalasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

yang penangkal petirnya tidak memenuhi syarat (PPT. Pusdiklat Migas

Cepu).

g. Reaksi Kimia

Nyala api timbul dari reaksi bahan-bahan kimia tertentu yang

menghasilkan cukup panas yang berakibat terjadinya kebakaran

(Suma’mur P.K, 1996).

6. Pencegahan Bahaya Kebakaran

Pencegahan yaitu semua tindakan yang berhubungan dengan

pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran meliputi perlindungan

jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan kekayaan. Pencegahan

kebakaran dan pengurangan korban tergantung dari lima prinsip pokok

sebagai berikut :

a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik.

b. Pembuatan bangunan yang tahan api.

c. Pengawasan yang teratur dan berkala.

d. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamnya.

e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat

kebakaran dan tindakan pemadamnya (Suma’mur P.K, 1996).

Hal yang diperlukan proteksi pencegahan kebakaran :

a. Sarana Pencegahan Bahaya Kebakaran

1) Poster Peringatan

Pemasangan poster larangan merokok adalah pencegahan dini

yang umum dilakukan oleh perusahaan. Namun dalam kenyataanya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

larangan tersebut tidak sepenuhnya ditaati, untuk itu perusahaan perlu

menyediakan waktu dan tempat khusus untuk merokok dengan

maksud untuk mengurangi keinginan merokok pada saat sedang kerja

(Suma’mur P.K, 1996).

2) Instalasi Penyalur Petir

Instalasi Penyalur Petir menurut peraturan menteri tenaga

kerja No. PER/02/MEN/1989 ialah seluruh susunan sarana penyalur

petir terdiri atas penerima (Air Terminal/Rod), penghantar (Down

Conductor), elektroda bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan

lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap

muatan petir dan menyalurkannya ke bumi (Suma’mur P.K, 1996).

b. Pelatihan Peadam Kebakaran

Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih berdasarkan

pengalaman saja, melainkan dibentuk dan dibina melalui program

latihan yang meliputi pendidikan teori latihan jasmani, praktek dan

pengalaman-pengalaman yang benar-benar didapat dari pelatihan

pemadaman kebakaran (Suma’mur, 1996).

c. Surat Ijin Kerja

Surat ijin kerja pada prinsipnya adalah dokumen tertulis sebagai

persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dan

memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahannya

yang harus dilakukan (Syukri Syihab, 1997).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

7. Pengendalian Bahaya Kebakaran

a. Sarana Pengendalian Bahaya Kebakaran

1) APAR

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

nomor PER-04/MEN/1980 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

adalah alat pemadam yang mudah dibawa atau dipindahkan dan dapat

dipakai oleh satu orang.

Secara umum jenis APAR ada 4 macam :

a) Jenis busa (foam)

b) Jenis serbuk tepung kering (dry chemical)

c) Jenis CO2

d) Jenis air

Panduan pemasangan APAR menurut Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER-04/MEN/1980 adalah:

Bab II pasal 4

(1) Setiap satu kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan

pada posisi

yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta

dilengkapi pemberian tanda pemasangan.

(2) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125

cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok pemadam api

ringan yang bersangkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

(3) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus

sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran

(4) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu

dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan

lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

(5) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna

merah.

Bab II pasal 5

Dilarang memasang dan menggunakanalat pemadam api ringan yang

didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.

Bab II pasal 6

(1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)

menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau

dengan kontruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari

atau peti (box) yang tidak dikunci.

Bab II pasal 7

(1) Sengkang atau kontruksi penguat lainnya seperti pasal 6 ayat (1)

tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.

Bab II pasal 8

Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian ruap sehingga

bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari

permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat

pemadam api ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.

Bab II pasal 9

Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasng dalam ruangan atau

tepat dimana suhu melebihi 49ºC atau turun sampai minus 44ºC

kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk

suhu diluar batas tersebut diatas.

Bab III pasal 11

(1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam

setahun, yaitu :

a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan.

b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan.

(2) Cacat pada perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu

pemeriksaan harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera

diganti dengan yang tidak cacat.

Bab III pasal 14

Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat

dibaca dengan jelas.

2) Hydrant

Hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang

bekerja menggunakan air bertekanan. (BPP Semseter II, 2011)

Komponen hydrant kebakaran terdiri dari:

a) Sumber penyediaan air


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

b) Pompa-pompa kebakaran

c) Selang kebakaran

d) Kopling penyambung

e) Nozzle dan perlengkapan lain

Terdapat 2 (dua) penggolongan tipe hydrant, yaitu

berdasarkan dari katupnya dan berdasarkan fungsinya :

a. Berdasarkan Letak Katupnya

Berdasarkan letak katupnya, fire hydrant terdiri atas :

1) Hydrant Sistem Basah (Wet Barrel Fire Hydrant)

2) Hydrant Sistem Kering (Dry Barrel Fire Hydrant)

b. Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan letak fungsinya, fire hydrant terdiri atas :

1) Hydrant Pemadam

2) Hydrant Monitor (Fixed Water Monitor). (PPT. Migas Cepu)

3) Mobil Pemadam Kebakaran

Fire truck (mobil pemadam kebakaran) adalah merupakan

suatu rangkaian dari beberapa unit sistem yang secara garis besar

terdiri dari

a) Engine dan Chasis kendaraan

b) Pompa dan PTO (Power Talk Olf)

Yang dirangkai melalui sistem mekanik, elektrik, konstruksi

body dan sistem perpipaan, sehingga merupakan suatu unit secara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

utuh dan dapat berfungsi sebagai kendaraan pemadam kebakaran dan

media yang sesuai dengan kebutuhan (PPT Migas Cepu).

b. Teknik Pemadaman Kebakaran

Pemadaman kebakaran yang dilakukan harus diperhatikan

tentang keefektifannya agar tidak membahayakan keselamatan sendiri.

Karena seringkali jika pemadaman yang dilakukan tanpa perhitungan

yang tepat, justru akan membahayakan petugas pemadam tersebut.

Untuk itu agar pemadaman kebakaran dapat lebih efektif, maka perlu

diperhatikan hal-hal mengenai teknik pemadaman kebakaran.

Prinsip dasar menanggulangi kebakaran adalah memadamkan api

agar jangan membesar atau menjalar dengan memutuskan salah satu

rangkaian dari segitiga api. Segitiga api disempurnakan dengan

memperhitungkan reaksi kimia yang terdapat proses terjadinya api

(Depnakertrans RI, 2002).

Berikut gambar dari segitiga api yang disempurnakan dengan

memperhitungkan reaksi kimia :

Oksigen Bahan Bakar

Reaksi Kimia

Panas

Gambar 2. Piramida Api


commit
Sumber to user RI, 2002
: Depnakertrans
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Pada dasarnya didalam melakukan upaya pemadaman, prinsip

yang harus diingat adalah dengan cara merusak keseimbangan unsur-

unsur yang terlibat dalam bidang empat api :

Prinsip tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Starvation

Teknik pemadaman dengan metode starvation ini adalah

dengan cara mengambil atau mengurangi bahan bakar yang terbakar

sampai dibawah batas yang bisa terbakar dibagian bawah atau lower

flammable limit (Depnakertrans RI, 2002).

2) Smothering

Smothering adalah teknik pemadaman yang dilakukan dengan

cara memisahkan atau mengisolasi udara dengan bahan bakar yang

terbakar pada proses pembakaran. Cara ini dilakukan dengan

menyelimuti permukaan bahan bakar dengan menggunakan selimut

api atau fire blanket atau dengan menggunakan busa (Depnakertrans

RI, 2002).

3) Dilution

Dilution merupakan salah satu teknik pemadaman dengan cara

mengurangi atau dengan melakukan pengenceran kadar oksigen

diudara sampai dibawah batas minimum sehingga pembakaran tidak

lagi dapat brlangsung. Teknik pemadaman ini dilakukan dengan

menggunakan CO2 atau gas inert lainnya (Depnakertrans RI, 2002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

4) Cooling

Cooling merupakan teknik pemadaman kebakaran yang

dilakukan dengan cara mengambil atau menurunkan temperatur bahan

bakar yang terbakar sampai titik nyala terendah sehingga api padam.

Teknik pemadaman ini dapat dilakukan, misalnya dengan

menyemprotkan air pada tempat kebakaran pada kebakaran solid

material (Depnakertrans RI, 2002).

5) Break Chain Reaction

Teknik pemadaman dengan metode Break Chain Reaction ini

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara fisis dan kimiawi.

Secara fisis misalnya dengan cara peledakan atau dengan cara

menebas api. Sedangkan dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan

menyemprotkan sejumlah media pemadam halon, misalnya dengan

halon 1301 pada proses pemadaman (Depnakertrans RI, 2002).

c. Regu Penanggulangan Kebakaran

Menurut keputusan menteri tenaga kerja No. Kep.

186/MEN/1999 regu penanggulangan kebakaran adalah satuan tugas

yang mempunyai tugas khusus fungsional dibidang penganggulangan

kebakaran.

1) Jumlah Anggota Regu

Untuk tiap unit kerja harus dibentuk regu penanggulangan kebakaran

dengan ketentuan :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

a) Setiap regu berjumlah 4 sampai 5 orang, salah satunya sebagai

komandan regu.

b) Dalam satu perusahaan harus ada regu penanggulangan kebakaran.

c) 1 regu berasal dari satu ruangan.

2) Latihan

Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih berdasarkan

pengalaman saja, melainkan dibentuk dan dibina melalui program

latihan yang meliputi pendidikan teori latihan jasmani, praktek dan

pengalaman-pengalaman yang benar-benar didapat dari pelatihan

pemadaman kebakaran (Suma’mur, 1996).

3) Kualifikasi

Tidak semua orang dapat dan mampu menjadi petugas

pemadam kebakaran. Orang-orang yang memilih pekerjaan ini mesti

memenuhi persyaratan fisik dan mental. Kualifikasi tersebut meliputi

kegesitan mental, kesehatan fisik, kemampuan fisik dan tingkat

kecekatan. Kesiapan mental diperoleh antara lain lewat pendidikan

dan latihan, dengan demikian seorang pemadam petugas pemadam

kebakaran memiliki kecepatan mengabil keputusan yang cepat,

kemampuan melakukan pengamatan, dan penilaian serta kesanggupan

menerima dan melaksanakan perintah dari pimpinan yang bersangkutan

(Suma’mur, 1996).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

d. Tindakan Keadaan Darurat

Menurut Depnakertrans RI, 2002. Dalam kaitannya dengan

terjadinya peristiwa kebakaran selain cara penanggulangan api yang

diperlukan, maka upaya penyelamatan akibat terjadinya kebakaran

merupakan langkah penting untuk menghindari terjadinya kerugian

besar.

Upaya penyelamatan dimaksud tentunya sudah harus diterapkan

sejak awal perencanaan suatu kegiatan sampai dengan kemungkinan

terjadinya kebakaran.Upaya tersebut meliputi perencanaan keadaan

darurat dan system evakuasi, yang meliputi :

1) Pengaturan rencana evakuasi.

2) Prosedur evakuasi.

3) Pemilihan rute evakuasi

4) Pengamatan rute evakuasi

5) Latihan evakuasi

6) Latihan menguasai asap

7) Pendidikan evakuasi

8) P3K

9) Penyediaan tempat evakuasi (Depnakertrans RI, 2002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

B. Kerangka Pemikiran

PERUSAHAAN

Proses Produksi

Potensi Bahaya Tindakan Pencegahan

Korban 1. Sarana Pemadam Kebakaran


a. Pasif
b. Aktif
Kerugian 2. Tim Pemadam Kebakaran
3. Latihan dan Simulasi
4. Tindakan Penyelamatan
5. Surat Ijin Kerja Aman
6. Usaha-Usaha Lain

Kerugian Terkendali

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran


Sumbercommit to user
: Gambar Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat

deskriptif yaitu menggambarkan tentang upaya pencegahan dan pengendalian

terhadap bahaya kebakaran sebagai antisipasi dini terhadap bahaya kebakaran

di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.

B. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Cepu, Kabupaten

Blora, Provinsi Jawa Tengah.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Obyek penelitian adalah upaya pencegahan dan pengendalian terhadap

bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terutama di

area PPP (Pusat Pengumpul Produksi), yang meliputi sarana pemadam

kebakaran, tim pemadam kebakaran, training dan surat ijin kerja dan usaha-

usaha lain seperti pemasangan papan peringatan dan penyalur petir.

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis mendapat data dari sumber

data-data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke tempat

kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing

lapangan selama melakukan praktek kerja lapangan yang berkaitan dengan

upaya pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya kebakaran di PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan, buku referensi

dan makalah mengenai kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian di HSE

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu ini adalah :

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek

penelitian yaitu sistem proteksi dan pencegahan kebakaran di PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terutama di area PPP (Pusat

Pengumpul Produksi).

2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pekerja dan

pembimbing lapangan dalam ruang lingkup PT. Pertamina EP Region


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Jawa Field Cepu mengenai sarana pemadam kebakaran, tim pemadam

kebakaran, training, surat ijin kerja dan para pihak yang berkompeten

dalam menunjang upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran.

3. Studi Keputakaan, yaitu penulis dengan melakukan membaca buku-buku

yang ada hubungannya dengan masalah pencegahan dan pengendalian

terhadap bahaya kebakaran, laporan-laporan penelitian yang sudah ada,

dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian baik

dari perpustakaan AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang

higene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja.

F. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terbagi dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah

mengajukan proposal permohonon praktek kerja lapangan di PT. Pertamina

EP Region Jawa Field Cepu, disamping itu dalam tahap persiapan juga

melakukan pembelajaran kepustakaan yang berhubungan dengan

kebakaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penjelasan umum tentang latar belakang dan perkembangan PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.

b. Observasi umum ke bagian produksi di PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

c. Observasi awal dengan wawancara kepada tim pemadam kebakaran dan

pembimbing lapangan.

d. Pengamatan langsung terhadap sistem pencegahan dan pengendalian

terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu.

e. Pencarian data pelengkap melalui dokumen perusahaan dan buku

referensi.

G. Analisis Data

Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis berusaha

untuk menganalisa hasil pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya

kebakaran dengan membandingkan data yang diperoleh dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan

yang kegiatan utamanya adalah melakukan proses eksplorasi pengeboran

untuk pengambilan minyak mentah (crude oil) dan penampungan minyak

mentah di area PPP (Pusat Penampung Produksi). Didalam melakukan proses

produksinya PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu tidak lepas dari

bahaya kebakaran.

1. Sumber Potensi Kebakaran

a. Oksigen

Kadar oksigen yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu sangat banyak sumbernya yang tersebar di seluruh area tempat

kerja yang berpotensi dan mendukung terjadinya kebakaran di tempat

kerja, karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan

oksigen akan sangat menentukan keaktifan pembakaran.

b. Panas

Faktor panas yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu juga mempunyai potensi dan mendukung terjadinya kebakaran di

tempat kerja, diantaranya :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

1) Sinar matahari

Potensi bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu yang ditimbulkan dari sinar matahari khususnya pada

siang hari yang menghasilkan energi panas yang bisa menjadikan

ancaman serius penyebab terjadinya kebakaran.

2) Panas mesin

Panas dapat menaikkan suhu atau temperatur suatu zat

sampai titik nyala api. Titik nyala ini yang nantinya menjadi penentu

sebesar apa nyala api yang timbul. Panas dapat berasal dari tekanan

panas kimia, mekanik maupun listrik. Di PT. Pertamina EP Region

Jawa Field Cepu sumber panas yang dapat menimbulkan potensi

bahaya kebakaran dapat berasal dari mesin pompa.

3) Listrik

Arus pendek yang sering terjadi juga bisa menyebabkan

konsletng listrik. Konsleting listrik ini kemudian menimbulkan

percikan api dan bisa menyebabkan kebakaran yang dimungkinkan

bisa menyebar ke area sekitarnya.

4) Api terbuka

Potensi bahaya dari api terbuka seperti rokok yang

merupakan konsumsi rutin bagi sebagian pekerja PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu bagi yang merokok. Akan tetapi dari hal

tersebut merupakan ancaman serius yang berpotensi menyebabkan

kebakaran. Larangan merokok di area rawan terjadi kebakaran


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

seperti di area penampungan minyak mentah (crude oil) jelas sebagai

upaya pecegahan nyata.

5) Petir

Sambaran petir di daerah PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu dan sekitarnya memiliki intensitas yang cukup tinggi, hal

ini dikarenakan posisi Cepu yang didalam tanahnya memiliki

kandungan minyak bumi dan posisinya yang dekat dengan laut jawa

sehingga sering memunculkan loncatan listrik. Sebagai tindakan

antisipasi di beberapa di area PPP (Pusat Penampung Produksi)

dipasang sistem penangkal petir.

c. Bahan

1) Bahan Padat

a) Kertas

Kertas merupakan bahan padat yang sangat rantan terbakar.

Keberadaan kertas di PT. Pertamina EP Region Jawa field Cepu

banyak ditemukan disetiap unit kerja terutama di kantor yang

setiap hari mengurusi masalah administrasi yang pasti memerlukan

banyak kertas. Begitu banyak kertas bisa menjadi sumber potensi

bahaya kebakaran meskipun kecil, tetapi itu bisa menimbulkan

bahaya besar yang menimbulkan terjadinya kebakaran apabila

hanya dipandang sebelah mata.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

b) Sampah

Setiap hari sampah yang sebagian besar berasal dari daun-

daun kering yang berada di bak penampungan sampah. Selain

sampah dari daun kering, terdapat juga sampah dari bungkus

makanan yang terbuat dari plastik yang mudah tersulut api.

Sampah-sampah ini bisa menjadi sumber potensi bahaya kebakaran

yang sederhana tapi menimbulkan bencana apabila hanya

dipandang sebelah mata.

c) Kayu

Sebagian besar pembatas atau sekat di ruang kantor terbuat

dari kayu dan dipasang triplek yang rentan tersambar api yang bisa

menyebabkan kebakaran. Pertimbangan pemasangan triplek ini

karena triplek lebih kedap suara, lebih murah, dan mudah

dibongkar pasang apabila ada perbaikan ruangan. Akan tetapi perlu

diwaspadai mengingat menjadi bahan yang menyebabkan api

semakin membesar apabila terjadi kebakaran.

d) Kabel

Kabel yang terklupas dapat menimbulkan arus pendek yang

menyebabkan konsleting listrik. Kabel-kabel yang digunakan

disetiap kantor harus ditata serapi dan seaman mungkin untuk

menghindari bahaya kebakaran akibat konsleting listrik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

2) Bahan Gas

Sumber potensi kebakaran yang ditimbulkan dari gas adalah

terdapatnya gas H2S yang ada di penampungan minyak, serta dari gas

LPG yang digunakan di dapur kantor yang berpotensi menyebabkan

kebakaran.

3) Bahan Cair

a) Minyak Mentah (crude oil)

Minyak mentah (crude oil) merupakan produksi utama dari

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Minyak mentah seperti

halnya jenis minyak yang lain memiliki berat jenis yang lebih

ringan dari pada air. Kebanyakan zat cair yang mudah terbakar

terapung diatas permukaan air. Hal ini tentu menjadi indikasi kuat

bahwa minyak mentah memiliki sifat bahaya kebakaran bagi

industry minyak dan gas bumi. Selain itu komposisi yang

menyusun minyak bumi terutama tersusun oleh hidrokarbon dan

alkana yang sangat reaktif dengan api.

b) Solar

Solar merupakan bahan bakar yang digunakan untuk

menggerakkan genset untuk memompa minyak ke penampungan

maupun air. Dari hal tersebut solar menjadi sumber potensi bahaya

kebakaran karena solar termasuk bahan bakar minyak yang

memiliki karakteristik yang kurang lebih sama seperti bensin

sehingga bersifat reaktif dengan api.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

2. Sarana Pemadam Kebakaran

a. Aktif

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu jenisnya adalah foam, dry chemical, CO2, dan halotron. Jumlah

APAR yang tersedia berdasarkan data pemeriksaan yang ada adalah

sebagai berikut :

a) Foam sebanyak 8 unit

b) Dry Chemical sebanyak 188 unit

c) CO2 sebanyak 30 unit

d) Halotron sebanyak 9 unit

Gambar 4. APAR 20 Dry Chemical


Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu

Jadi jumlah APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP Region

Jawa Field Cepu sebanyak 235 unit.

Cara penggunaan APAR jenis tabung ABC yang tepat, cepat,

dan aman adalah : commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Ambil APAR dari tiang lokasi kebakaran dengan cara di panggul dan

ditenteng.

a) Cabut segel/tarik pin.

b) Arahkan nozzle ke sumber api.

c) Tekan pengatupnya.

Sedangkan petunjuk pemakaian alat pemadam api tipe besar

atau trolly adalah :

a) Ambil trolly ke tempat terjadi kebakaran dengan cara didorong.

b) Putar segel.

c) Arahkan nozzle ke sumber api.

d) Tekan pengatupnya.

Adapun pemasangan APAR adalah sebagai berikut :

a) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus

ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah

dicapai dan dapat diambil serta dilengkapi dengan pemberian

tanda pemasangan.

b) APAR dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, dan di

ambil dengan mudah.

c) Jarak pemasangan APAR tidak lebih dari 15 meter antara APAR

satu dengan APAR yang lainnya.

d) Ketinggian pemasangan APAR 125 cm dari dasar lantai tepat di

atas 1 atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

e) APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penguat dan

ada juga yang diletakkan di bawah ataupun rak yang terbuat dari

besi.

f) Penempatan mudah di jangkau dan suhu penempatan yang

ditentukan adalah tidak kurang dari -4° C dan tidak lebuh dari

49°C.

g) APAR yang tersedia di lengkapi dengan pemberian tanda yaitu :

(1) : Tanda pada tiang dimana terdapat APAR.

(2) : Tanda pada tembok dimana terdapat

APAR.

h) Pin pengaman sebagai segel masih dalam keadaan baik.

i) Dilengkapi dengan label jaminan dan stiker yang berisi identitas

APAR.

Check sheet pemeriksaan APAR meliputi :

a) Tabung APAR atau body.

b) Pin pengaman atau segel, harus dalam keadaan masih terikat.

c) Pressure gauge, harus menunjukan pada warna hijau.

d) Blangko, yang berisi :

(1) Nama seksi

(2) Lokasi

(3) Nomer tabung

e) Label jaminan, berisi tanggal pemeriksaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

f) Serbuk beku atau tidak jika jenisnya dry chemical, jika jenisnya

CO2 maka harus ditimbang untuk mengetahui volumenya.

g) Tanda merah pada dinding atau tiang untuk mengetahui

keberadaan APAR.

Dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan

pembimbing lapangan, APAR yang tersedia di PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu berjumlah 235 unit yang terdiri dari jenis

foam, dry chemical, CO2, dan halotron. Dalam pemasangannya

APAR dipasang dengan tinggi 125 cm dan jarak APAR satu dengan

yang lainnya 15 meter, pada penempatan APAR diatas diberi tanda

garis merah tebal pada tiang dan tanda segitiga pada dinding, dan

semua tabung APAR bewarna merah. Dalam penempatannya ada

yang digantung dan ada yang di tempatkan dalam rak yang terbuat

dari besi dan adapula diletakkan di lantai. Pemeriksaan APAR

dilakukan setiap 6 bulan sekali. Dari hasil tersebut maka pemasangan

APAR sudah cukup dan sesuai untuk pemadaman saat terjadi

kebakaran yang mudah dilihat dan mudah untuk dijangkau.

Pemeriksaan APAR terakhir terhitung pada bulan februari

sampai agustus 2012.

2) Hydrant

Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran, yang dipasang

permanen berupa jaringan perpipaan berisi air yang bertekanan yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

siap untuk memadamkan kebakaran. Di PT. Pertamina EP Region

Jawa Field Cepu terdapat 39 titik pilar hydrant dengan rincian :

a) PPP Menggung sebanyak 11 unit

b) Distrik I Kawengan sebanyak 10 unit

c) Distrik II Nglobo – Ledok sebanyak 8 unit

d) Kantor Mentul sebanyak 10 unit

Gambar 5. Hydrant
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

Pada setiap perangkat hydrant dilengkapi dengan :

a) Nozzle

b) Selang.

c) Kopling penyambung.

d) Valve atau keran pembuka.

e) Pressure gauge.

f) Pagar pengaman bercat merah.

g) Pintu hydrant yang bertulis ”HYDRANT”, nomor hydrant.

Petunjuk penggunaan hydrant adalah sebagai berikut :


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

a) Lebih cocok untuk memadamkan jenis kebakaran benda padat

atau bangunan.

b) Dilakukan oleh 5 orang.

c) Pembagian tugas dalam pemakaian hydrant adalah sebagai

berikut :

(1) 3 orang didepan yaitu 1 orang sebagai leader, 1 orang sebagai

pembantu sebelah kanan, 1 orang sebagai pembantu sebelah

kiri.

(2) 1orang meluruskan hose atau selang.

(3) 1 orang membuka valve atau kran.

d) Setelah selesai pemadam, keringkan selang dengan cara

mengeringkan air yang ada dalam selang dengan mengangkat

selang dari ujung ke ujung.

e) Setelah itu gulung selang dengan memberi lubang pada awal

gulungan untuk disimpan pada tempatnya.

Pemeriksaan Hydrant terakhir terhitung pada bulan september

2011 sampai maret 2012.

Check sheet hydrant meliputi :

a) Nozzle

b) Valve

c) Hose

d) Pintu

e) Body
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

f) Pressure gauge

Sistim persediaan air yang dipakai berasal dari air yang

ditampung di tangki, dengan air berasal dari sungai bengawan solo

yang sebelumnya sudah di olah oleh Pusdiklat Migas dan untuk

penggeraknya menggunakan pompa diesel dengan tekanan 500 pps.

Tetapi kapasitas penampungan air untuk penanggulangan kebakaran

apabila terjadi kebakaran pada tangki penampungan minyak mentah

(crude oil) belum bisa mencukupi untuk menanggulangi kebekaran

tersebut. Hydrant yang ada sudah dilakukan pemeriksaan setiap 6

bulan sekali oleh petugas.

3) Fire Box

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah

menyediakan sarana pemadam api yaitu fire box. Fire box

merupakan alat pemadam api yang di tempatkan di setiap area.

Dalam penyediaan fire box ini sudah dilakukan pemeriksaan

peralatan yang ada didalamnya agar selalu siap pakai dalam kondisi

bagus.

Fire box di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

berjumlah 19 unit, dengan rincian yaitu :

a) PPP Menggung sebanyak 2 unit

b) Distrik I Kawengan sebanyak 10 unit

c) Distrik II Nglobo sebanyak 6 unit

d) Distrik II Ledok sebanyak 1 unit


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Adapun isi dari fire box :

Tabel 1. Daftar Peralatan Fire Box

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 Fire Hose 2.1/2" 2 Siap Pakai
2 Fire Hose 1.1/2" 6 Siap Pakai
3 Nozzle Spray 5 Siap Pakai
4 Nozzle Foam 1 Siap Pakai
5 Ground Monitor Single 2 Siap Pakai
6 Y-Piece 1 Siap Pakai
7 Foam Compound 585 Siap Pakai
8 Sarung Tangan 12 Siap Pakai
9 Kunci Hydrant 3 Siap Pakai

4) Foam Chamber

Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran

yang berada di area penampungan minyak mentah (crude oil), PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berupaya untuk

penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan

pemasangan foam chamber disetiap tangki penampungan minyak

mentah (crude oil). Foam chamber merupakan suatu alat pemadam

api yang terpasang pada tangki-tangki penampung minyak mentah

(crude oil) yang apabila terjadi kebakaran maka kaca foam chamber

akan pecah ketika mendapat tekanan dari saluran air yang dibuka,

tapi sebelumnya air akan bercampur dengan busa di tangki

pembentuk busa. Setelah itu air yang telah bercampur dengan busa

akan dialirkan melalui pipa-pipa foam chamber dan masuk kedalam

tangki-tangki lewat pipa besi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

5) Water Grencing

Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran

yang berada di area penampungan minyak mentah (crude oil), PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu berupaya untuk

penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan

pemasangan Water Grencing disetiap tangki penampungan minyak

mentah (crude oil). Water Grencing merupakan alat pemadam api

yang dipasang pada tangki-tangki yang apabila terjadi kebakaran

maka saluran hydrant dibuka dan water grencing akan terbuka dan

memancarkan air ke bagian atas tangki penampungan minyak

mentah (crude oil). Water grencing bekerja secara penyelimutan,

yaitu menyelimuti seluruh lapisan tangki dengan air. Dan seperti di

area PPP (Pusat Penampung Produksi) yang terdapat 6 tangki

penampungan, apabila ada 1 tangki mengalami kebakaran dan

dilakukan upaya coolant dari foam chamber dan water grencing

maka untuk tangki yang lain juga dilakukan coolant untuk mencegah

panas yang menjalar.

6) Mobil Pemadam Kebakaran

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu mempunyai 4

mobil pemadam kebakaran yaitu 1 fire jeep dan 3 fire truck yang

mempunyai kapasitas tangki air sebesar 6000 liter, kapisitas tangki

foam 500 liter, dan kapasitas pompa 750 gpm, adapun mobil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

pemadam jenis fire truck yang mempunyai media air dan foam untuk

pemadaman.

Gambar 6. a) Fire Jeep ; b) Fire Truck


Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

Di bawah ini adalah data daftar peralatan di mobil pemadam

kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu :

a) Fire Truck

Tabel 2. Daftar Peralatan Mobil Pemadam Fire Truck

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 APAR DP 50 CP 6 Siap Pakai
2 Angkus 2 Siap Pakai
3 Bak Karet 3 Ton 1 Siap Pakai
4 Dongkrak 1 Siap Pakai
5 Fire Hose 2.1/2" 15 Siap Pakai
6 Fire Hose 1.1/2" 10 Siap Pakai
7 Flash Light 1 Siap Pakai
8 Foam Master 2 Siap Pakai
9 Ground Monitor Tri Inlet 1 Siap Pakai
10 Helmet (Merah) 4 Siap Pakai
11 Kapak 1 Siap Pakai
12 Kunci Roda 1 Siap Pakai
13 Kunci Hydrant 1 Siap Pakai
14 Lampu Rotary Merah 2 Siap Pakai
15 Line Inductor 1 Siap Pakai
16 Nozzle Spray 2 Siap Pakai
17 Nozzle Jet 2 Siap Pakai
18 Suction Hose 4" 4 Siap Pakai
19 Strainner 1 Siap Pakai
commit to user Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Sambungan
20 Tangga 1 Siap Pakai
21 Tandu 1 Siap Pakai
22 Tabung B.A Auver 2 Siap Pakai
23 Y-Piece 2 Siap Pakai
24 B.A (Auver) 1 Siap Pakai
25 APAR CO 1 Siap Pakai
26 Kunci Suction Hose 2 Siap Pakai

b) Fire Jeep

Tabel 3. Daftar Peralatan Mobil Pemadam Fire Jeep

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 APAR DP 20 CP 2 Siap Pakai
2 Dongkrak 1 Siap Pakai
3 Foam 2 Siap Pakai
4 Fire Hose 1.1/2" 6 Siap Pakai
5 Fire Hose 2.1/2" 1 Siap Pakai
6 Foam Master 1 Siap Pakai
7 Helmet 2 Lama
8 Kunci Suction Hose 1 Siap Pakai
9 Kunci Hydrant 1 Siap Pakai
10 Line Inductor 1 Siap Pakai
11 Lampu Rotary Biru 2 Rusak
12 Nozzle Spray 2 Lama
13 Nozzle Jet 2 Siap Pakai
14 Suction Hose 4" 2 Lama
15 Strainner 1 Siap Pakai
16 Tangga 1 Siap Pakai
17 Y-Piece 1 Siap Pakai
18 Tandu 1 Siap Pakai
19 Kapak 1 Siap Pakai

7) Tim Pemadam Kebakaran

Tim pemadam kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu adalah tim OPKD (Organisasi Penanggulangan Keadaan

Darurat) yang terdiri dari 3 kelompok yang selalu siap siaga 24 jam,

dan setiap kelompok beranggotakan 3 orang. Dengan jam kerja


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

secara shift siang dan malam, untuk setiap shift baik siang maupun

malam tim pemadam kebakaran yang berjaga 1 kelompok dengan

jumlah anggota 3 orang.

Adapun tugas dari tim pemadam kebakaran adalah :

a) Memadamkan api disetiap seksinya dan di seksi terdekatnya serta

melokalisir kebakaran yang terjadi.

b) Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor bahaya

yang dapat menimbulkan kebakaran.

c) Menyelamatkan korban dari tempat kejadian.

d) Memelihara semua peralatan pemadam kebakaran agar selalu

siap pakai.

b. Pasif

1) Fire Alarm System

Untuk saat ini fire alarm system di PT. Pertamina EP Region

Jawa Field Cepu masih menggunakan sistem manual dalam

pengoperasiannya. Sistem manual yang dimaksudkan adalah apabila

terjadi kebakaran tidak ada alat pendeteksinya yang bekerja secara

otomatis, melainkan dengan isyarat sebagai tanda bahaya dengan

membunyikan bel, seperti :

a) ●●●●● : Bunyi 1 kali panjang terus-menerus

mengisyaratkan adanya bahaya kebakaran.

b) ●● ●● ●● ●● : Bunyi 2 kali pendek terus menerus

mengisyaratkan adanya bahaya gempa bumi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Bunyi isyarat tanda bahaya tersebut berada di kantor yang

dibunyikan apabila terjadi bahaya seperti kebakaran dan gempa

bumi. Untuk di sekitar lokasi penampungan minyak mentah (crude

oil) isyarat tanda bahaya dengan membunyikan lonceng yang terbuat

dari besi yang digantung di setiap pos jaga (security). Apabila isyarat

tanda bahaya baik dari bel maupun lonceng berbunyi maka untuk

semua pekerja diwajibkan melakukan tindakan yang aman dan

selamat dengan berkumpul di muster point untuk menunggu tim

evakuasi melakukan evakuasi di sekitar tempat kejadian. Semua

pekerja diharuskan untuk berkumpul di muster point guna untuk

mempermudah tim evakuasi melakukan evakuasi..

2) Emergency Respons Plan

Untuk menghadapi keadaan darurat yang terjadi di PT.

Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah membentuk tim untuk

menangani keadaan darurat, yaitu tim OPKD (Organisasi

Penanggulangan Keadaan Darurat). Untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan tim OPKD maka dari perusahaan

memberikan pelatihan dan simulasi untuk menghadapi keadaan

darurat.

Tim OPKD tersebut ditugaskan untuk mengatasi keadaan

darurat yang terjadi di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu,

yang meliputi kebakaran dan gempa bumi. Untuk persiapan dalam

menghadapi keadaan darurat tersebut PT. Pertamina EP Region Jawa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Field Cepu telah menyiapkan beberapa program yaitu pembentukan

personil yang bertanggungjawab melaksanakan tugas, fasilitas dan

sarana penunjang pelatihan, kerjasama tim, respon awal, serta

simulasi.

3) Assembly Point

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah

menyediakan tempat berkumpul sementara atau assembly point yang

letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat yang aman bagi

karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan

keadaan darurat dengan pemasangan tanda yang jelas bertuliskan

muster point.

4) Tanda Peringatan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah

memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja yang

diletakkan di seluruh area tempat kerja terutama di tempat-tempat

yang mudah terlihat oleh tenaga kerja. Tanda peringatan ini dibuat

dan dipasang sebagai pemberitahuan, pengarahan, perhatian dan

larangan bagi setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat

kerja guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

3. Pelatihan

Kegiatan pelatihan pemadam kebakaran atau biasa disebut

penyegaran yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

ditujukan kepada tenaga kerja baru dan karyawan lama yang harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

mengikuti training atau pelatihan. Training untuk pekerja di PT. Pertamina

EP Region Jawa Field Cepu dilakukan setiap 1 bulan 2 sekali yang di latih

oleh Tim Pemadam Kebakaran. Sedangkan untuk Tim Pemadam

Kebakaran itu sendiri melakukan pelatihan pemadam kebakaran setiap 1

bulan sekali. Training atau pelatihan ini dilakukan bertujuan agar apabila

terjadi kebakaran semua pekerja tidak panik dan bisa menenggulangi

kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api yang telah ada.

4. Tindakan Penyelamatan

Untuk tindakan kadaan darurat PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu sudah menyediakan jalur atau pintu darurat khususnya dikantor,

apabila ada bahaya kebakaran maka suara sirine akan berbunyi untuk

menandakan kalau ada kebakaran. Untuk pekerja yang berada pada tempat

terjadinya kebakaran agar melakukan upaya penyelamatan diri dengan

menjauh dari sumber kebakaran keluar melalui pintu darurat yang ada

dengan mengikuti arah dan mendekat atau berkumpul di Muster Point.

Setelah itu akan ada Tim Penanggulangan Keadaan Darurat datang untuk

mengevakuasi dan membawa semua pekerja ke Muster Area.

5. Surat Ijin Kerja Aman

Kontraktor atau pelaksana pekerjaan, bidang teknik atau inspeksi,

operasi, safety dan keamanan harus melakukan persiapan atau koordinasi

sebelum pekerjaan dimulai dan surat ijin kerja dikeluarkan. Surat ijin kerja

dapat berupa ijin kerja panas, ijin kerja dingin, ijin kerja masuk ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

terbatas, ijin kerja listrik, ijin kerja galian. Berikut adalah penjelasan dan

masing-masing ijin kerja :

a. Ijin Kerja Panas

Ijin kerja yang digunakan apabila akan melaksanakan kegiatan

yang menggunakan atau yang dapat menimbulkan sumber penyalaan

yang dapat mengakibatkan timbulnya penyalaan/kebakaran seperti :

1) Pekerjaan memakai las listrik/las potong.

2) Pekerjaan dengan mesin gerinda atau alat potong.

3) Pekerjaan hot tapping equipment.

4) Sand blasting.

5) Menyalakan burner pada furnace.

b. Ijin Kerja Dingin

Ijin kerja yang digunakan apabila melaksanakan suatu kegiatan

yang tidak meggunakan atau yang tidak dapat menimbulkan sumber

penyalaan kebakaran seperti :

1) Mencabut sorotan pada pipa, melepas flange atau baut dan

sebagainya.

2) Membuka peralatan proses baik yang digerakkan oleh penggeraknya

atau tidak, termasuk juga as, coupling, dan pemasangan gland

packing dan sebagainya.

3) Membuka semua jenis vessel, tower, drum, heat exchanger,

condenser, cooler, filter, dapur, dan tanki.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

c. Ijin Kerja Masuk Ruang Terbatas

Ijin masuk yang dapat digunakan apabila seseorang pekerjaan

atau lebih akan melakukan suatu kegiatan didalam ruangan baik itu

vessel, tanki, column, oil sump, ataupun lubang galian yang mencapai

kedalaman lebih dari 1, 3 meter ataupun tempat-tempat lain yang

memungkinkan terdapat gas, debu, fume, yang berbahaya dan dapat

merusak pernapasan / kesehatan.

d. Ijin Penggalian

Setiap akan diadakan kegiatan penggalian, tanpa dilihat dari

kedalamannya harus melengkapi Izin Kerja Penggalian sebelum

pekerjaan dimulai. Pada saat akan memulai pengajuan izin, juga

dilengkapi dengan denah dan lokasi yang akan digali yang bertujuan

agar dapat diketahui yang sebenarnya, apakah jalur yang akan digali

terdapat jalur pipa, jalur listrik telepon ataupun jalur yang bebahaya.

6. Usaha Lain

a. Listrik

Seluruh instalasi kelistrikan di PT. Pertamina EP Region Jawa

Field Cepu telah dilengkapi dengan pengaman listrik berupa sakelar dan

sekering. Sistem perkabelannya sudah tersusun cukup rapi tetapi belum

pernah dilakukan inspeksi atau pemeriksaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

b. Penyalur Petir

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah memasang

instalasi penyalur petir di bangunan kantor dan di tangki penampungan

minyak mentah (crude oil) dalam usaha pencegahan kebakaran.

c. Papan Peringatan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga telah

terpasang tanda peringatan untuk bahaya api atau kebakaran, antara lain :

1) Dilarang merokok

2) Dilarang membawa korek api

3) Dilarang membuat api

4) Dilarang membawa senjata api

Gambar 7. Papan Peringatan


Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

d. Bak Pasir

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terdapat bak

penampung pasir yang terbuat dari semen cor dengan ukuran 1 m × 1,5

m × 1 m yang berfungsi untuk langkah awal untuk pemadaman


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

kebakaran skala kecil selain menggunakan APAR. Penyediaan bak pasir

terdapat di setiap stasiun pengumpul (SP) minyak mentah (crude oil).

Gambar 8. Bak Pasir


Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu

e. Fire Blanket

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah menyediakan

fire blanket yang merupakan alat yang berbentuk selembar kain yang

penggunaannya dibasahi dengan air terlebih dahulu yang berfungsi untuk

pemadaman kebakaran yang berskala kecil dan mencegah kebakaran

bertambah besar.

Gambar 9. a) Fire Blanket ; b) Pelatihan Penggunaan Fire


Blanket
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina EP Region Jawa Field
commit toCepu
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

B. Pembahasan

Dari hasil yang telah diuraikan sebelumnya mengenai tindakan-

tindakan yang telah dilaksanakan sebagai usaha pencegahan dan pengendalian

terhadap bahaya kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu,

maka penulis akan membahas hasil penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Sarana Pemadam Kebakaran

a. Sarana kebakaran aktif

Sarana pemadam kebakaran yang ada di PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu meliputi Alat Pemadam Api Ringan, hydrant,

fire box, foam chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran, dan

tim pemadam kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker

No.Kep. 186/MEN/1999 Pasal 2 (b) dan (d) yaitu, ”Kewajiban

mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja

yang meliputi; penyediaan sarana deteksi, alarm sistem, pemadam

kebakaran, sarana evakuasi, dan pembentukan unit penanggulangan

kebakaran di tempat kerja”.

Untuk pemasangan APAR telah sesuai dengan Permenakertrans

No.Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan

Pemeliharaan APAR BAB II Pasal 4 yang menyatakan bahwa “Tinggi

pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai

tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan,

sedangkan penempatan antara APAR yang satu dengan lainnya atau


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter kecuali

ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.

b. Sarana kebakaran pasif

1) Alarm kebakaran

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu terdapat jenis

alarm kebakaran manual.

Hal ini belum sesuai dengan Kepmenaker No. Kep.

186/MEN/1999 Pasal 2 (b) yaitu, ”Kewajiban mencegah,

mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang

meliputi; penyediaan sarana deteksi, alarm sistem, pemadam

kebakaran, sarana evakuasi, dan pembentukan unit penanggulangan

kebakaran di tempat kerja”.

2) Emergency respons plan

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah membentuk

tim untuk menangani keadaan darurat, yaitu tim OPKD (Organisasi

Penanggulangan Keadaan Darurat) yang bertanggungjawab

melaksanakan tugas, fasilitas dan sarana penunjang pelatihan,

kerjasama tim, respon awal, serta simulasi.

Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker RI No.Kep-

186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat

Kerja (BAB II Pasal 5) yang menyatakan bahwa “Unit

penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud terdiri dari

petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis

penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis”.

3) Assembly point

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah

menyediakan tempat berkumpul sementara atau assembly point yang

letaknya sudah diperuntukkan untuk tempat yang aman bagi pekerja

yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan keadaan darurat

dengan pemasangan tanda yang jelas bertuliskan assembly point.

Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 poin d yang menyatakan

“Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya”.

4) Tanda peringatan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah

memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja yang

diletakkan di seluruh area tempat kerja terutama di tempat-tempat

yang mudah terlihat oleh tenaga kerja.

Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 point b yang menyatakan bahwa

“Pengurus diwajibkan memasang dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan

semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja”.

2. Pelatihan

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu menyelenggarakan

kegiatan pelatihan pemadam kebakaran atau biasa disebut penyegaran yang

ditujukan kepada tenaga kerja baru dan karyawan lama yang harus

mengikuti training atau pelatihan. Pelatihan untuk pekerja di PT. Pertamina

EP Region Jawa Field Cepu dilakukan hampir setiap 1 bulan 2 sekali yang

di latih oleh Tim Pemadam Kebakaran. Sedangkan untuk Tim Pemadam

Kebakaran itu sendiri melakukan pelatihan pemadam kebakaran setiap 1

bulan sekali.

Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja yaitu pasal 2 ayat

1 yang menyebutkan ”Pengurus ataun pengusaha wajib mencegah,

mengurangi, dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan

kebakaran di tempat kerja”.

3. Tindakan Penyelamatan

Untuk tindakan kadaan darurat PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu sudah menyediakan jalur atau pintu darurat khususnya dikantor,

apabila ada bahaya kebakaran maka suara sirine akan berbunyi untuk

menandakan kalau ada kebakaran. Untuk pekerja yang berada pada tempat

terjadinya kebakaran agar melakukan upaya penyelamatan diri dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

menjauh dari sumber kebakaran keluar melalui pintu darurat yang ada

dengan mengikuti arah dan mendekat atau berkumpul di Muster Point.

Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pada

pasal 3 ayat (1) point (d) menyebutkan “syarat-syarat keselamatan kerja

untuk memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya”.

4. Surat Ijin Kerja Aman

Pemberian ijin kerja diberikan sebelum melaksanakan pekerjaan

baik yang tidak berpotensi menimbulkan api maupun yang berpotensi

menimbulkan api. Ijin kerja ini telah dilakukan oleh PT. Pertamina EP

Region Jawa Field Cepu seperti ijin kerja panas, ijin kerja dingin, ijin kerja

masuk ruang terbatas, ijin kerja penggalian. Ijin kerja ini dilakukan untuk

menciptakan situasi dan cara kerja yang aman bagi para pekerja.

Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja di lampiran II bagian 6 “Bahwa petugas yang berkompeten

mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang

timbul dari suatu proses kerja, atau terdapat prosedur kerja yang

didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem ijin kerja

untuk tugas yang berisiko tinggi”.

5. Usaha Lain

Dalam upaya pencegahan dari bahaya kebakaran yang ditimbulkan

oleh sambaran petir, PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

memasang instalasi penyalur petir di bangunan kantor dan di tangki

penampungan minyak mentah (crude oil).

Hal di atas telah sesuai menurut Permenaker No.

PER.02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir pasal 2

ayat 1 yang berbunyi “Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat,

dipasang, dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri

ini dan atau standar yang diakui.

Usaha lain yang dilakukan PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu dalam upayanya untuk pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya

kebakaran yaitu dengan penyediaan sarana seperti papan peringatan, bak

pasir, dan fire blanket. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang Nomer

1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (b) yang berisi mencegah, mengurangi, dan

memadamkan kebakaran.

Untuk instalasi kelistrikan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu telah dilengkapi dengan pengaman listrik berupa sakelar dan

sekering. Sistem perkabelannya sudah tersusun cukup rapi tetapi belum

pernah dilakukan inspeksi atau pemeriksaan.

Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 point (q) yang menyatakan bahwa

“Syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran listrik

yang berbahaya”.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Sarana Pemadam Kebakaran

a. Aktif

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah tersedia sarana

pemadam kebakaran aktif meliputi APAR, hydrant, fire box, foam

chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran, dan tim pemadam

kebakaran dan sudah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep.

186/MEN/1999 Pasal 2 (b) dan (d).

b. Pasif

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah tersedia sarana

pemadam kebakaran pasif meliputi :

1) Alarm kebakaran dan belum sesuai dengan Kepmenaker No. Kep.

186/MEN/1999 Pasal 2 (b).

2) Emergency respons plan dan telah sesuai dengan Kepmenaker RI

No.Kep- 186/MEN/1999 BAB II Pasal 5.

3) Assembly point dan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun

1970 pasal 3 ayat 1 poin d.

4) Tanda peringatan dan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1

tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 14 point b.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

2. Pemeriksaan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam upaya proteksi

terhadap bahaya kebakaran telah melakukan pemeriksaan terhadap

peralatan atau sarana pemadam kebakaran yang ada seperti APAR, hydrant,

fire box, foam chamber, water grencing, mobil pemadam kebakaran.

3. Sistem pemadaman kebakaran di PT. Pertamina EP Region Jawa Field

Cepu terdiri dari :

a. Pelatihan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah melakukan

pelatihan hampir setiap 1 bulan 2 sekali yang di latih oleh Tim

Pemadam Kebakaran sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-

186/MEN/1999 pasal 2 ayat 1.

b. Tindakan Penyelamatan

Di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah menyediakan jalur

darurat dengan arah yang jelas menuju Muster Point dan telah sesuai

dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pada pasal 3 ayat (1) point

(d).

c. Surat Ijin Kerja Aman

Semua jenis pekerjaan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

sudah dilengkapi dengan izin kerja dan telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 lampiran II bagian 6.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

d. Usaha Lain

Selain penyediaan sarana pemadam adapun usaha-usaha lain yang

dilakukan sebagai upaya pencegahan kebakaran yaitu

1) Kelistrikan telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 point (q).

2) Penyalur petir telah sesuai menurut Permenaker No.

PER.02/MEN/1989 pasal 2 ayat 1.

3) Papan peringatan, bak pasir, fire blanket dan telah sesuai dengan

Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (b).

B. Saran

1. Untuk pemasangan dan penempatan poster atau papan peringatan sebaiknya

diperhatikan lagi untuk kondisi dan kejelasan tulisan pada papan peringatan

agar siapapun yang berada ditempat tersebut bisa mengetahui, memahami,

dan jelas untuk membacanya.

2. Untuk instalasi kelistrikan sebaiknya dilakukan pemeriksaan mengenai

kondisinya seperti jenis kabel yang dipakai, arus listrik, sistem instalasi dan

kerapian perkabelan dalam penempatan dalam posisi yang aman agar

terhindar dari konsleting listrik dan kondisi kabel yang tetap bagus dan rapi.

3. Sebaiknya dilakukan pemasangan alat pendeteksi dini dari bahaya

kebakaran seperti alat pendeteksi panas, pendeteksi asap, dan pemasangan

alarm sistem agar bisa mengetahui lebih awal dari bahaya kebakaran yang

mungkin terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

4. Sebaiknya lebih ditingkatkan lagi pengawasan dan ketegasan terhadap

peraturan-peraturan yang ada saat memasuki lokasi tempat kerja seperti

peraturan larangan merokok, larangan membawa atau mengaktifkan

handphone, larangan membawa pemantik api.

5. Sebaiknya untuk kapasitas air yang digunakan untuk pemadaman

kebakaran perlu diperhatikan lebih serius lagi mengenai kapasitas airnya

agar bisa mengcover apabila terjadi kebakaran.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai