OSTEOARTHRITIS
Oleh :
Preseptor :
BAGIAN RADIOLOGI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Padang.
sebagai preseptor yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..........2
DAFTAR ISI ........................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang…………………..…………………………….......5
1.2. Batasan Masalah……………..………………………………........6
1.3. Tujuan Penulisan………………..…………………………........... 6
1.4. Manfaat Penulisan………………..…………………………..........6
1.5. Metode Penelitian…………………...……………………...............6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi………………..…………………………………….............7
2.2. Epidemiologi………………………..…………………....................8
2.3. Anatomi dan Fisiologi Sendi Sinovial...............................................9
2.4. Etiologi dan Faktor Resiko……..……………………......................11
2.5. Klasifikasi…………………………..……………………................12
2.6. Patogenesis..................................………………..…………............13
2.7. Gejala Klinis………………………………………….....................15
2.8. Diagnosis…………………………..................................................17
2.9. Pemeriksaan X-Ray dan Penunjang Lainnya...................................21
2.10. Diagnosis Banding Radiologis........................................................31
2.11. Tatalaksana.......................................................................................33
2.12. Prognosis…………………………………………………..............38
BAB III. PENUTUP ............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................40
3
DAFTAR GAMBAR
lutut.....................................................................................................28
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling sering terjadi
degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang
meningkat sebesar 66-100% pada tahun 2020. Penyakit ini memiliki prevalensi yang
cukup tinggi, terutama pada orang tua oleh sebab itu OA meningkat berbanding lurus
dengan usia. OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat
lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Selain itu, osteoarthritis juga
merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua. Penyakit ini juga jauh
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Faktor resiko utama
penyakit ini adalah obesitas. Oleh sebab itu, semakin tinggi prevalensi obesitas pada
meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan
interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-sendi yang
tidak rentan terkena OA adalah pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki.
sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas sehari-hari
5
terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain
sebagainya.1
atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut studi kadaver pada tahun-
sendi.1
Tujuan penulisan clinical science session (CSS) adalah untuk memahami dan
osteoarthritis.
Batasan masalah dalam clinical science session (CSS) ini memahami dan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi. meskipun sebenarnya
ringan. 2
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Penyakit ini
ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
sklerosis dari subchondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan
tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti
dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal
pada proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan
tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik ataupun
infeksi.4
7
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua.
13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari mereka yang berusia
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa
keseluruhan, sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun
menderita osteoarthritis.5
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002
dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia
keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat. Diperkirakan 1
sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis.
Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria karena
pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut
mereka. Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas
tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%, dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut
gejala yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang dewasa
8
berusia lebih dari 60 tahun dan 16% pada orang dewasa berusia 45 – 60 tahun, dan
panggul 4,4%.7
1. Kartilago sendi
dalam menghantarkan beban dan pergerakan dari satu segmen tulang ke segmen
yang lain. Hal ini meningkatkan luas permukaan artikular dan membantu untuk
meningkatkan adaptasi dan stabilitas. Akan terjadi perubahan bentuk akibat beban
yang ada dan mendistribusikan kekuatan tekan secara luas ke tulang subartikular
dan, ditutupi oleh cairan sinovial. Cairan sinovial lebih licin daripada bahan
khusus ini memiliki matriks seperti gel yang terdiri dari substansi dasar
rendah untuk pembelahan sel in vivo dan kerusakan langsung terhadap permukaan
sendi akan sulit diperbaiki, atau dapat diperbaiki hanya dengan fibrocartilago.
Proteoglikan ada terutama dalam bentuk aggrekan, suatu molekul yang tersusun
dari 100 chondroitin sulfat dan keratan sulfat glikosaminoglikan (GAGs). Ratusan
panjang (Hyaluronan), untuk membentuk molekul yang lebih besar dengan berat
molekul lebih dari 100 juta dalton. Muatan negatif dari makromolekul ini berperan
9
Komponen fibrillar tulang rawan artikular terutama adalah kolagen tipe II.
Fungsi utama aggrekan adalah untuk menyerap perubahan beban dan mengurangi
interaksi antara molekul tiap komponen dengan molekul komponen kartilago yang
berbeda. Jika interaksi ini mengalami degradasi atau putus, kartilago ini akan
terurai.1
Jaringan lunak yang mengelilingi sendi terdiri dari kapsul fibrosa yang
yang lain dan bersifat tidak elastis serta mempunyai panjang yang tetap.1
Permukaan inferior dari kapsul dibatasi oleh membran tipis yang disebut
sinovium, banyak dialiri pembuluh darah, limfatik dan saraf. Sinovium Ini akan
menghasilkan cairan sinovial yang terdiri dari plasma dialisat yang kental dengan
penting dalam mengurangi gesekan selama gerakan dan membantu dalam menjaga
stabilitas sendi. Dalam kehidupan normal volume cairan sinovial dalam sendi
cukup konstan. Ketika sendi terluka cairan akan meningkat. Sinovium juga
merupakan jaringan target pada infeksi sendi dan penyakit autoimun seperti
rheumatoid arthritis.1
10
Gambar 1. Komponen sendi synovial
11
perempuannya cenderung akan tiga kali lebih sering daripada ibu dan anak
perempuan tanpa OA.
c. Faktor intrinsik
1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
3. Faktor beban pada persendian
4. Obesitas : beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat kerusakan pada
sendi.
5. Penggunaan sendi yang sering : aktivitas yang sering dan berulang pada
sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan
sendi.5
2.5 Klasifikasi
Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi:
1) Osteoarthritis primer (idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma, komplikasi
dari penyakit lain, dan akibat deposisi kalsium pirofosfat.5
12
Grade Deskripsi
0 Normal tidak ada gambaran osteoartritis
1 Meragukan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit
minimal
2 Ringan osteofit kecil, kemungkinan penyempitan sendi
3 Sedang osteofit sedang, deformitas ujung tulang, dan celah
sendi sempit
4 Berat osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung
tulang, celah sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista
subkondral
Tabel 2.2. Klasifikasi derajat OA lutut berdasarkan Kellgren-Lawrence.
2.6 Patogenesis
Pada awalnya, osteoartritis dipikirkan sebagai suatu penyakit atau kelainan
pada kartilago sendi, namun penelitian terkini menunjukkan bahwa kondisi tersebut
melibatkan keseluruhan bagian sendi.7
a. Kartilago sendi
Kartilago sendi pada dewasa normalnya terdiri dari matriks
ekstraselular (air, kolagen, proteoglikan dan sedikit komponen dari garam
kalsium) serta kondrosit. Terdapat laju pergantian yang berbeda antara
kolagen yang relatif lambat dibandingkan dengan proteoglikan. Proses
pergantian ini dimediasi oleh kondrosit yang akan mensintesis komponen-
komponen tersebut dan menyekresikan suatu enzim proteolitik untuk
pemecahannya.
Osteoartritis terjadi akibat kegagalan kondrosit untuk menjaga
homeostasis antara sintesis dan degradasi dari komponen matriks
ekstraseluler. Tidak diketahui apa yang menginisiasi adanya
ketidakseimbangan antara degradasi dan perbaikan kartilago tersebut. Trauma
yang menyebabkan suatu mikrofraktur atau inflamasi akan mengarah pada
sedikit peningkatan aktivitas enzimatik sehingga menghasilkan suatu partikel
‘aus’ yang nantinya akan dibersihkan oleh makrofag yang ada pada sendi.
Pada waktu yang sama, produksi partikel ‘aus’ akan meningkatkan
kemampuan sistem untuk eliminasi partikel tersebut, partikel tersebut akan
13
menjadi mediator inflamasi, menstimulasi kondrosit untuk melepaskan enzim
degradatif. Molekul-molekul dari pemecahan kolagen dan proteoglikan yang
juga akan dibersihkan oleh makrofag sinovial menyebabkan lepasnya sitokin-
sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6. Sitokin-sitokin tersebut
akan berikatan dengan kondrosit yang lebih jauhnya akan melepaskan suatu
metaloproteinase dan inhibisi terhadap produksi kolagen tipe II, hal ini akan
semakin meningkatkan degradasi kartilago.7
b. Sinovium
Tiga jaringan utama yang terlibat pada OA, dimana sinovium
merupakan elemen inflamasi. Inflamasi sinovial atau sinovitis tampaknya
terjadi akibat sintesis dan lepasnya berbagai sitokin dan mediator
proinflamasi. Pada OA, inflamasi ini akan memengaruhi area-area yang
berdekatan pada sendi sehingga menyebabkan kerusakan pada tulang dan
kartilago, selain itu inflamasi sinovium juga berkontribusi terhadap nyeri.
Terdapat tiga tipe sitokin yang disebut sebagai sitokin katabolik, anabolik dan
regulatorik.8
Sitokin katabolik
IL-1β merupakan sitokin katabolik utama pada OA. Sitokin ini berperan
pada beberapa kondisi patologis. Diantaranya yaitumenekan produksi dari
dua komponen utama matriks ekstraselular kartilago yaitu kolagen tipe II
dan proteoglikan dan akan menstimulasi sel sinovial menghasilkan suatu
matriks metaloproteinase (MMP). Sitokin lainnya yaitu IL-15, IL-21,
TNF-α, IL-6, -8, -17, dan -18.
Sitokin anabolik
Tidak seperti IL-1β dan TNF-α, sitokin anabolik seperti TGF-β yang
diproduksi oleh sinoviosit tipe B, akan menetralkan sitokin-sitokin
tersebut dengan merangsang komponen matriks ekstraseluler kartilago.
Walaupun mediator ini akan merangsang pembentukan komponen
matriks ekstraseluler kartilago, hal tersebut akan menyebabkan suatu efek
engatif pada jaringan lain. Secara spesifik saat TGF-β merangsang
pembentukan kartilago hal itu akan menyebabkan suatu efek samping
14
seperti induksi fibrosis sinovial, menarik leukosit ke membran sinovial
dan menginduksi pembentukan osteofit.
Sitokin regulatorik
Termasuk yaitu IL-4, -6, -10, dan -13. Sitokin ini akan menghambat
makrofag sinovial menghasilkan sitokin katabolik tersebut diatas.8
c. Tulang Subkondral
Tulang subkondral terdiri dari lempeng tulang subkondral dan tulang
trabekular yang mendasarinya serta sumsum tulang. Lempeng tulang
subkondral terdiri dari tulang kortikal dan dipisahkan dari kartilago artikular
oleh zona kartilago yang mengalami kalsifikasi. Terdapat dua proses pada
tulang subkondral yaitu remodeling dan modeling. Selama proses
osteoartritik kedua proses tersebut dapat terganggu dan menyebabkan
perubahan struktur pada tulang subkondral seperti perubahan sklerotik dan
adanya lesi sumsum tulang, serta adanya kista tulang pada kompartemen
subkondral. Terdapat peningkatan progresif dari ketebalan lempeng tulang
subkondral, modifikasi dari arsitektur tulang trabekular serta pembentukan
tulang baru pada tepi sendi atau osteofit. Pada tulang subkondral osteoartritik,
terdapat peningkatan kolagen tipe I, namun kandungan kolagen ini adalah
abnormal dan mengarah pada mineralisasi abnormal.7
15
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan
edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini
menimbulkan nyeri.9
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi.
Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan
sindrom iliotibial band.10
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter
yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.
g. Tanda – tanda peradangan
16
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut.
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.9
2.8 Diagnosis
hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita lakukan pemeriksaan
saat ini terutama dilakukan untuk meonitoring penyakit dan untuk menyingkirkan
menentukan adanya OA, namun tidak berhubungan langsung dengan gejala klinis
yang muncul. Gejala OA umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis
kaku sendi di pagi hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat mengalmi
gerak sendi. Peradangan umumnya tidak ditemukan atau sangat ringan. Banyak sendi
yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut, jari-jari kaki, jari-jari tangan, tulang
berikut ini:
17
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
D. Pemeriksaan penunjang
E. Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan
terapi/penatalaksanaan OA.
A. Anamnesis11
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila
- Bertambahnya usia
- Obesitas
bersangkutan.
18
- Ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, penyakit liver.
gagal jantung)
- Penyakit ginjal
- Kemampuan berjalan
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien)
B. Pemeriksaan fisik11
- Krepitus
- Instabilitas sendi
19
C. Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain
- Adanya infeksi
- Adanya fraktur
- Kemungkinan keganasan
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
20
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau kaku
A. Pemeriksaan X-Ray
Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya celah antar sendi,
21
Keterangan :
Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan
22
Keterangan :
sendi dan sklerosis subchondral pada sendi metacarpal pertama (tanda panah putih).
subchondral dijumpai pada sendi interphalangeal distal kedua dan ketiga (tanda
panah transparan).
Keterangan :
Gambar atas : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada panggul
(tanda panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih), dan terbentuknya
23
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang
menunjukkan semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan sklerosis
24
Keterangan : gambaran radiologis anteroposterior kaki menunjukkan menyempitnya
(panah).
25
Keterangan : (a) anteroposterior dan (b) kaki katak pinggul. Kedua gambar di atas
Klasifikasi ini diusulkan oleh Kellgren et al. pada tahun 1957 dan kemudian diterima
26
Klasifikasi:
osteofit
grade 2: osteofit yang nyata dan kemungkinan celah sendi penyempit pada foto
anteroposterior weight-bearing
grade 3: multiple osteofit, tampak celah sendi menyempit yang nyata, sklerosis,
grade 4: osteofit yang besar, celah sendi menyempit, sklerosis berat dan
27
Gambar 10. Klasifikasi osteoarthritis menurut Kellgren et al. dan WHO pada lutut.
28
29
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal. Pemeriksaan imunologi
masih dalam batas – batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat
dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai
protein. 11
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk
30
2.10 Diagnosis Banding
Diagnosis banding osteoarthritis berdasarkan gejala klinis dan gambaran
radiologi adalah sebagai berikut14 :
Tabel. 1. Diagnosis Banding
Gambaran Artritis
Osteoartritis Gout
Radiologi Reumatoid
Sendi Mengenai sendi Paling sering
Penyangga sendi kecil PIP, Pada sendi kecil
berat badan MCP, pergelangan Seperti MTP 1
Daerah seperti siku, pergelangan
Predileksi coxae, kaki, dll
genu,
vertebre
Baik hingga
Celah sendi Menyempit Menyempit Menyempit
Erosi pada
pinggir
tulang “over
Erosif sekitar hanging lip”
Erosi Tidak ada
sendi Punched out
dengan garis
sklerotik
31
Gambar 11. Gambaran Radiologi Rheumatoid Arthritis14
32
2.11 Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak
kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan
holistic.15
b. Edukasi
d. Modifikasi aktivitas
33
B. Farmakologis
1. Sistemik
a. Analgetik
- Oral
- injeksi
- suppositoria
c. Chondroprotective
yang dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi
sebagainya.
34
proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi.
rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir),
2. Topikal
a. Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant.
b. Krim NSAIDs
35
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan
campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat
dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang
bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra
pertimbangan ini yang sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
benar untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur tidak
atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh. Dosis untuk
sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil
artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa.
36
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-
dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik,
nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap
4. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan
rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
1. Realignment osteotomi
yang baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
a. Partial replacement/unicompartemental
37
c. Patella &condyle resurfacing
hilang&severe instability
fusion.15
2.12 Prognosis
sendi yang terlibat. Pasien dengan osteoartritis sekunder, prognosisnya terkait dengan
pada pasien.16
38
BAB III
KESIMPULAN
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama
pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan
paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti,
atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul pada
osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan
diagnosis. Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x pasien dengan osteoarthritis
dan sklerosis subchondral. Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk
mengobati osteoarthritis. Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa
nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
14. Abramson SB, Attur M. 2009. Developments in the Scientific Understanding of
Osteoarthritis Research and Therapy. 2009;11(3)
41