Anda di halaman 1dari 41

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

JAKARTA INTERNATIONAL COLLEGE

AUDIT HUTANG SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Makalah UAS

YOSUA LEONARDO S

1515.1112.479

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT


MENYELESAIKAN MATA KULIAH SEMINAR AUDIT
SARJANA EKONOMI STRATA SATU
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2018
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
JAKARTA INTERNATIONAL COLLEGE

AUDIT HUTANG SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Makalah UAS

YOSUA LEONARDO S

1515.1112.479

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT


MENYELESAIKAN MATA KULIAH SEMINAR AUDIT
SARJANA EKONOMI STRATA SATU
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memlimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis dalam

mengerjakan tugas untuk memenuhi syarat menyelesaikan matakuliah seminar

audit dan telah selesai dengan judul, “Audit Hutang Sewa Guna Usaha (Leasing)”.

Penyusunan tugas ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

matakuliah seminar audit dan guna memperoleh gelar sarjana Akuntansi pada

Program Studi Audit pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jakarta International

College. Penulisan tugas ini juga berdasarkan ketertarikan penulis terhadap bidang

audit, terlebih mengenai Audit Hutang Sewa Guna Usaha (Leasing).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Djufri Ak., CA., CPAI., MM selaku Dosen Matakuliah

Seminar Audit di STIE Jakarta International College.

2. Pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan tugas ini.

Jakarta, 02 April 2018

Penulis

Yosua Leonardo S

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL …..…………………………………………..……… i

KATA PENGANTAR ….……..…………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………..…………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………... 1


B. Pembatasan Masalah ……………………............................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing) ...………………... 3


B. Kerangka Akuntansi ……..…………………………...….... 4
C. Akuntansi untuk Lessee ……..……………………........….. 9
D. Prosedur Pemeriksaan Kewajiban Sewa Guna Usaha
1. Jangka Pendek ………………………………….…..…. 10
2. Jangka Panjang …………..…...….......……………….. 12
E. Contoh Kasus ………………......………………………... 13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……..………………………………………... 34

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………………. 37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor

(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor memyediakan

barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa

untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai

dengan keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah “kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha

dengan hak opsi (finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi

(operating Lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala”.

Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, kebutuhan akan tersedianya

modal sangatlah besar, mengingat modal merupakan salah satu sarana penting

dalam rangka pembiayaan. Adanya kebutuhan dana ini tidak mungkin bila hanya

mengandalkan pinjaman dari bank. Untuk itu pemerintah telah memberikan jalan

keluar untuk membantu para pengusaha lemah modal agar dapat mendirikan atau

mengembangkan usahanya, yaitu mendapatkan barang-barang modal dengan

perjanjian leasing. Dengan ciri khas pelayanan yang tepat, pembukuan yang

sederhana, leasing menjadi altenatif dan untuk mengembangkan usaha, dimana

melalui perjanjian leasing, pengusaha dapat memperoleh barang-barang modal

1
mulai dari mesin ketik sampai pesawat terbang tanpa terlebih dahulu

menyediakan dana.

Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna

usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa

guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga

berdasarkan nilai sisa dalam setiap transaksi leasing di dalamnya. Berdasarkan

latar belakang diatas maka sangat penting bagi seorang auditor dalam melakukan

pemeriksaan secara tepat dan akurat untuk menentukan besarnya nilai hutang

sewa guna usaha (leasing) yang dimiliki suatu perusahaan yang diaudit pada

laporan keuangannya.

B. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan makalah ini lebih fokus dan tidak meluas, maka

penulis melakukan pembatasan masalah dalam makalah ini pada lingkup “Audit

Hutang Sewa Guna Usaha (Leasing)”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Sewa Guna Usaha (Leasing) menurut Perpres No 9 tahun 2009 tentang

lembaga pembiayaan adalah lembaga pembiayaan dalam bentuk penyediaan

barang modal baik sewa guna usaha dengan hak opsi (finance Lease) maupun

sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating Lease) untuk digunakan oleh penyewa

guna usaha (lessee), selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara

angsuran.

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan

No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna

Usaha : Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan

barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance Lease) maupun

sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating Lease), untuk digunakan oleh lessee

selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya yang dimaksud dengan finance Lease adalah kegiatan sewa guna

usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli

objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya

operating Lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna

usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna

usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.

3
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak

opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi leasing di

dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:

1. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak

yang memiliki hak kepemilikan atas barang

2. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki

hak opsi pada akhir perjanjian

3. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewa guna usahakan.

B. Kerangka Akuntansi

Berbicara mengenai leasing, kita tentu tidak terlepas dari transaksi-transaksi

yang ada didalamnya. Transaksi-transaksi yang ada dalam leasing tentu

mengandung perkiraan-perkiraan (item-item) yang timbul dari adanya transaksi

leasing baik perkiraan yang merupakan tambahan dari perkiraan yang sudah ada

sebelumnya maupun perkiraan yang timbul yang ada hanya pada saat transaksi

leasing. Perkiraan-perkiraan yang timbul apabila terjadinya transaksi leasing

adalah :

1. Aktiva. Aktiva secara umum dapat merupakan sesuatu yang mempunyai

bentuk fisik atau dapat merupakan sesuatu hak menurut hukum, kedua-

duanya mempunyai nilai uang. Aktiva mempunyai tiga sifat dasar yaitu :

a. Kemungkinan manfaat ekonomis masa depan.

b. Dikendalikan oleh perusahaan.

4
c. Sebagai akibat transaksi atau peristiwa-peristiwa masa lalu.

Jenis aktiva yang timbul pada saat terjadinya transaksi leasing adalah

aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap disini adalah barang atau

peralatan yang dileasing oleh penyewa guna usaha, sedangkan aktiva

lancar adalah berupa antara lain biaya yang dibayar dimuka, yaitu untuk

asuransi dibayar dimuka.

2. Kewajiban. Kewajiban adalah hutang perusahaan yang harus dipenuhi

kepada kreditur. Penyelesaian kewajiban dilakukan perusahaan dimasa

yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa

kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Kewajiban yang

terjadi akibat transaksi leasing antara lain hutang Lease bagi lessee.

3. Pendapatan. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan

yang biasa dan pendapatan ini dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda

seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan

sewa. Didalam transaksi leasing pendapatan dari transaksi tersebut

diperoleh perusahaan sewa guna usaha (lessor) berupa pendapatan bunga

Lease.

4. Beban. Istilah beban dapat dinyatakan sebagai biaya yang secara

langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan dalam usaha

menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak

memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Yang

dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan

5
untuk memperoleh barang dan jasa. Beban mencakupi baik kerugian

maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang

biasa meliputi harga pokok penjual, gaji dan penyusutan. Dalam transaksi

leasing beban yang timbul antara lain beban pelaksana Lease dan beban

asuransi yang ditanggung oleh penyewa guna usaha (lessee).

Klasifikasi Leasing secara garis besar Financial Accounting Standard Board

membagi leasing atas dua jenis yaitu Capital Lease dan Operating Lease.

Sedangkan International Accounting Standard Committee membagi leasing atas

dua jenis juga tetapi dengan istilah berbeda yaitu Financial Lease dan Operating

Lease, perbedaanya hanya pada istilah saja. Financial Accounting Standard Board

(FASB) dalam Statement No. 13 pada “Accounting for Leases” Lease yang

memenuhi satu atau lebih dari syarat-syarat berikut ini :

1. The Lease transfer of ownership of the property to the lessee by the end

of the Lease term. (Sewa mengalihkan kepemilikan properti kepada

lessee pada akhir masa sewa)

2. The Lease contains a bargain purchase option. (Sewa mengandung opsi

pembelian murah)

3. The Lease term is equal to 75 percent or more of the estimated economic

life of the Leased property. However, if the beginning of the Lease term

falls within the last 25 percent of the total estimated economic life of the

Leased property, including earlier years of use, this criterion shall not be

used for purposes of classifying the Lease. (Masa sewa sama dengan 75

6
persen atau lebih dari perkiraan umur ekonomis dari properti sewaan.

Namun, jika awal dari masa sewa jatuh dalam 25 persen terakhir dari

total perkiraan umur ekonomis dari properti yang disewa, termasuk

tahun-tahun sebelumnya penggunaan, kriteria ini tidak boleh digunakan

untuk mengklasifikasi sewa

4. The peresent value at the beginning of the lese term of the minimum lese

payment, excluding that portion of the payment reprenting executory cost

such as insurance, maintennace, and taxes to be pad by lessor including

anya profit there on, equalis or exceed 90 percent of the excess of the fair

value of the lese property to the lessor. At the inception of Lease over any

relatid invesment tax credit retained bay lessor and expected to be

realizeed by him. (Nilai sekarang pada awal masa sewa dari pembayaran

sewa minimum, tidak termasuk bagian pembayaran yang mewakili biaya

eksekutori seperti asuransi, pemeliharaan, dan pajak yang harus dibayar

oleh lessor, termasuk keuntungan atasnya, sama dengan atau melebihi 90

persen dari selisih lebih antara nilai wajar properti yang disewa kepada

lessor dimulainya sewa atas kredit pajak investasi terkait yang ditahan

oleh lessor dan diharapkan akan terjadi disadari olehnya.

Menurut SAK-ETAP Bab 17, perlakuan akuntansi oleh penyewa guna usaha

dengan menggunakan metode capital Lease adalah sebagai berikut:

1. Pada awal masa sewa, lessee harus mengakui hak dan kewajiban dalam

sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai

7
tunai dari seluruh pembayaran sewa ditambah nilai residu (harga opsi)

yang harus dibayar oleh lessee pada akhir masa sewa.

2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari

pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh

lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa.

3. Selama masa sewa, setiap pembayaran sewa dialokasikan sebagai

angsuran pokok kewajiban dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga

yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban lessee.

4. Lessee harus menyusutkan atau mengamortisasi aset sewaan dalam sewa

pembiayaan sesuai dengan Bab 15 Aset Tetap atau Bab 16 Aset Tidak

Berwujud. Jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan

mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, maka aset sewaan

harus disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek

antara masa sewa dengan umur manfaatnya.

5. Kalau aset yang sewaan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa, maka

perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban

diakui keuntungan dan kerugian pada periode terjadinya.

6. Dalam hal dilakukan transaksi jual dan sewa-balik (sales and Lease

back) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi

yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih antara

harga jual dan nilai tercatat aset yang dijual harus diakui dan dicatat

sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas

8
keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara

proporsional dengan beban penyusutan aset sewaan jika sewa-balik

merupakan sewa pembiayaan atau secara proporsional dengan beban

sewa jika sewa-balik merupakan sewa operasi.

C. Akuntansi untuk Lessee

Jika lessee mengkapitalisasi Lease, maka lessee akan mencatat aktiva dan

kewajiban yang umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa. Lessor,

yang sudah memindahkan secara substansial seluruh manfaat dan resiko

kepemilikan, mengakui penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan

menggantikannya dengan piutang. Ayat jurnal khusus bagi lessor dan lessee,

dengan asumsi peralatan diLease dan dikapitalisasi, adalah:

Lessee

(D) Peralatan yang diLease xxx

(K) Kewajiban Lease xxx

Lessor

(D) Piutang Lease (bersih) xxx

(K) Peralatan xxx

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat

penyusutan/depresiasi. Lessor dan lessee akan memperlakukan pembayaran lease

sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika kontrak Lease tidak dikapitalisasi,

tidak ada aktiva yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva yang dikeluarkan

9
dari pembukuan lessor. Pada saat pembayaran lease dilakukan, lessee mencatat

biaya sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.

Untuk lease yang dicatat sebagai lease modal (capital Lease), lease harus

dianggap tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi 1 atau lebih dari 4 kriteria berikut

ini :

1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.

2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain

purchase option).

3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur

ekonomis aktiva yang dilease.

4. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya

executory) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar aktiva yang

dilease.

Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria diatas diklasifikasikan sebagai

lease operasional (operating lease).

D. Prosedur Pemeriksaan Kewajiban Sewa Guna Usaha

1. Jangka Pendek

a. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban sewa guna usaha

(leasing) jangka pendek.

10
b. Minta rincian dari kewajiban sewa guna usaha (leasing) jangka

pendek, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan

saldonya dengan saldo hutang di buku besar (controlling account).

c. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah

sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.30) dan

apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan

datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai kewajiban jangka

pendek.

d. Periksa apakah aset yang dibeli melalui transaksi sewa guna usaha

(leasing) telah dicatat dengan benar di dalam laporan keuangan.

e. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan

secara akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah

yang tercantum pada laporan laba rugi, perhatikan juga aspek

pajaknya.

f. Seandainya ada kredit sewa guna usaha (leasing) jangka pendek, harus

diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun yang akan

datang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek.

g. Seandainya ada kewajiban sewa guna usaha (leasing) dalam mata

uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal neraca telah

dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank

11
Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi

dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.

h. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan

catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia (SAK).

2. Jangka Panjang

a. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban sewa guna usaha

(leasing) jangka panjang.

b. Minta rincian dari kewajiban sewa guna usaha (leasing) jangka

panjang, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan

saldonya dengan saldo hutang di buku besar (controlling account).

c. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah

sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.30) dan

apakah bagian yang jatuh tempo lebih dari waktu satu tahun yang

akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai kewajiban jangka

panjang.

d. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan

secara akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah

yang tercantum pada laporan laba rugi, perhatikan juga aspek

pajaknya.

12
e. Seandainya ada kredit sewa guna usaha (leasing) jangka panjang,

harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo lebih dari satu tahun

yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban jangka

panjang.

f. Seandainya ada kewajiban sewa guna usaha (leasing) dalam mata

uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal neraca telah

dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank

Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi

dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.

g. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka panjang di neraca dan

catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia (SAK).

E. CONTOH KASUS

1. PT. XXX pada tahun 2015 dalam laporan keuangannya memiliki utang

sewa guna usaha atas pembelian aset dengan menggunakan jasa sewa

guna usaha yang disediakan oleh Bank Panin. Dari jasa sewa guna usaha

yang digunakan auditor mendapat informasi penjelasan didalam

perjanjian sewa guna usaha sebagai berikut :

13
Berdasarkan Penegasan Pencairan Pinjaman Kredit Pemilikan Mobil

tanggal 18 Februari 2015, Perusahaan memperoleh fasilitas pembiayaan

dari PT. Panin Bank, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :

Merk / type : 1 (satu) Unit New Mazda 2 1.5 R AT Sky Active

Tahun : 2015
Hutang pokok : Rp. 174.650.000,-
Uang muka : Rp. 74.850.000,-
Jangka waktu : 24 bulan
Tingkat bunga : 4.5 % Flat / Tahun / 9.172242 % (E) p.a.
Angsuran : Rp. 7.932.021,- / bulan

Berdasarkan Penegasan Pencairan Pinjaman Kredit Kepemilikan Mobil

tanggal 18 Juli 2015, Perusahaan memperoleh fasilitas pembiayaan dari

PT. Panin Bank, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :

Merk / type : 1 (satu) Unit Mercedes Benz M-Series Matic

Tahun : 2015

Hutang pokok : Rp. 743.400.000,-

Uang muka : Rp. 318.600.000,-

Jangka waktu : 36 bulan

Tingkat bunga : 3.65 % Flat / Tahun / 7.282629 % (E) p.a.

Angsuran : Rp. 22.911.175,- / bulan

14
Berikut penyajian dalam laporan posisi keuangan Perusahaan Per 31 Desember

2015 sebelum dilakukan jurnal koreksi:

PT. XXX
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Des 2015
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas Rp. 356.675.617
JUMLAH ASET LANCAR Rp. 356.675.617
ASET TETAP
Kendaraan Leasing Rp. 1.311.500.000
Akm. Peny Kendaraan Leasing (Rp. 163.937.500)
JUMLAH ASET TETAP Rp. 1.504.238.117
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Sewa Guna Usaha
(Panin 1) Rp. 97.001.569,- Rp. 727.583.705
(Panin 2) Rp. 630.582.136,-
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang Sewa Guna Usaha Rp. -
JUMLAH LIABILITAS Rp. 727.583.705
Ekuitas
Modal Saham Rp. 500.000.000
Saldo Laba (Rugi) Rp. 276.654.412
Jumlah LIABILITAS DAN Rp. 1.504.238.117
EKUITAS

15
Berikut adalah tabel angsuran utang sewa guna usaha :

Supporting Schedule

Panin Bank 1
Bulan
Outstanding Nilai Angs Angs Pokok Bunga
Feb-15 166.717.979 7.932.021 7.932.021 -
Mar-15 160.060.273 7.932.021 6.657.706 1.274.315
Apr-15 153.351.678 7.932.021 6.708.595 1.223.426
Mei-15 146.591.806 7.932.021 6.759.872 1.172.149
Jun-15 139.780.265 7.932.021 6.811.541 1.120.480
Jul-15 132.916.660 7.932.021 6.863.605 1.068.415
Agust-15 126.000.592 7.932.021 6.916.068 1.015.953
Sep-15 119.031.661 7.932.021 6.968.931 963.090
Okt-15 112.009.463 7.932.021 7.022.198 909.823
Nop-15 104.933.590 7.932.021 7.075.873 856.148
Des-15 97.803.633 7.932.021 7.129.957 802.064
Jan-16 90.619.178 7.932.021 7.184.455 747.565
Feb-16 83.379.808 7.932.021 7.239.370 692.651
Mar-16 76.085.103 7.932.021 7.294.704 637.316
Apr-16 68.734.642 7.932.021 7.350.462 581.559
Mei-16 61.327.996 7.932.021 7.406.645 525.375
Jun-16 53.864.738 7.932.021 7.463.258 468.763
Jul-16 46.344.434 7.932.021 7.520.304 411.717
Agust-16 38.766.649 7.932.021 7.577.786 354.235
Sep-16 31.130.942 7.932.021 7.635.707 296.314
Okt-16 23.436.872 7.932.021 7.694.070 237.950
Nop-16 15.683.992 7.932.021 7.752.880 179.141
Des-16 7.871.852 7.932.021 7.812.140 119.881
Jan-17 0 7.932.021 7.871.852 60.169

16
Supporting Schedule

Panin Bank 2
Bulan
Outstanding Nilai Angs Angs Pokok Bunga
Jul-15 720.488.825 22.911.175 22.911.175 -
Agust-15 701.950.194 22.911.175 18.538.631 4.372.544
Sep-15 683.299.055 22.911.175 18.651.139 4.260.036
Okt-15 664.534.724 22.911.175 18.764.330 4.146.845
Nop-15 645.656.516 22.911.175 18.878.208 4.032.967
Des-15 626.663.738 22.911.175 18.992.778 3.918.397
Jan-16 607.555.696 22.911.175 19.108.042 3.803.133
Feb-16 588.331.690 22.911.175 19.224.006 3.687.169
Mar-16 568.991.016 22.911.175 19.340.674 3.570.501
Apr-16 549.532.967 22.911.175 19.458.050 3.453.125
Mei-16 529.956.829 22.911.175 19.576.138 3.335.037
Jun-16 510.261.886 22.911.175 19.694.943 3.216.232
Jul-16 490.447.418 22.911.175 19.814.468 3.096.707
Agust-16 470.512.699 22.911.175 19.934.720 2.976.455
Sep-16 450.456.998 22.911.175 20.055.700 2.855.475
Okt-16 430.279.582 22.911.175 20.177.416 2.733.759
Nop-16 409.979.713 22.911.175 20.299.870 2.611.305
Des-16 389.556.646 22.911.175 20.423.067 2.488.108
Jan-16 369.009.635 22.911.175 20.547.011 2.364.164
Feb-16 348.337.927 22.911.175 20.671.708 2.239.467
Mar-16 327.540.765 22.911.175 20.797.162 2.114.013
Apr-16 306.617.388 22.911.175 20.923.377 1.987.798
Mei-16 285.567.031 22.911.175 21.050.358 1.860.817
Jun-16 264.388.921 22.911.175 21.178.109 1.733.066
Jul-16 243.082.285 22.911.175 21.306.636 1.604.539
Agust-16 221.646.342 22.911.175 21.435.943 1.475.232
Sep-16 200.080.307 22.911.175 21.566.035 1.345.140
Okt-16 178.383.391 22.911.175 21.696.916 1.214.259
Nop-16 156.554.799 22.911.175 21.828.592 1.082.583
Des-16 134.593.733 22.911.175 21.961.066 950.109
Jan-17 112.499.388 22.911.175 22.094.345 816.830
Feb-17 90.270.956 22.911.175 22.228.432 682.743
Mar-17 67.907.622 22.911.175 22.363.333 547.842
Apr-17 45.408.569 22.911.175 22.499.053 412.122
Mei-17 22.772.972 22.911.175 22.635.597 275.578
Jun-17 0 22.911.175 22.772.972 138.206
17
Berdasarkan analisa kasus diatas, kita dapat melihat bahwa telah terjadi selisih
pada total utang sewa guna usaha serta penempatan pos utang sewa guna usaha
jangka pendek dan jangka panjangnya. Dengan demikian auditor perlu
mengkoreksi sesuai schedule pembayarannya :
1) Utang Sewa Guna Usaha Bank Panin dengan pokok terutang sejumlah
Rp. 174.650.000,- terdapat selisih pada outstanding per 31 Desember 2015.
Inhouse Audit Selisih
Bank Panin 1 Rp. 97.001.569 Rp. 97.803.633 (Rp. 802.064)
Bank Panin 2 Rp. 630.582.136 Rp. 626.663.738 Rp. 3.918.398 +
Total Rp. 727.583.705 Rp. 724.467.371 Rp. 3.116.334

Sehingga perlu dilakukan jurnal koreksi :


(D) Utang Sewa Guna Usaha Rp. 3.918.398 -
Bank Panin 2
Utang Sewa Guna - Rp. 802.064
(K)
Usaha Bank Panin 2
Beban Bunga Leasing - Rp. 3.116.334

2) Pada tanggal 31 Desember 2015 seharusnya utang sewa guna usaha jangka
pendek yang jatuh tempo dalam 1 tahun adalah sebesar Rp. 89.931.781,- (Bank
Panin 1) dan Rp. 237.107.092,- (Bank Panin 2) sehingga jumlah utang sewa
guna usaha jangka pendek sebesar Rp. 327.038.873,-. Dan untuk utang sewa
guna usaha jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari 1 tahun adalah sebesar
Rp. 7.871.852,- (perhitungan dari Rp. 97.803.633 – Rp. 89.931.781) Bank
Panin 1 dan Rp. 389.556.646,- (perhitungan dari Rp. 626.663.738 –
Rp. 237.107.092) Bank Panin 2, sehingga jumlah utang sewa guna usaha
jangka panjang sebesar Rp. 397.428.498,-.
Sehingga perlu dilakukan jurnal koreksi :
(D) Utang Sewa Guna Rp. 397.428.498,- -
Usaha Jk. Pendek
Utang Sewa Guna - Rp. 397.428.498,-
(K)
Usaha Jk. Panjang

18
Working Balance Sheet (WBS)
LAPORAN POSISI KEUANGAN (ASET)
Per 31 Desember 2015
PAJE/PRJE/CAJE
WP
KETERANGAN Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
Reff
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Aset Lancar
Kas dan Setara Kas AA 356.675.617 356.675.617
Jumlah Aset Lancar 356.675.617 356.675.617

Aset Tidak Lancar


Aset tetap FA 1.147.562.500 1.147.562.500
Jumlah Aset Tidak Lancar 1.147.562.500 1.147.562.500
19

Jumlah Aset 1.504.238.117 - - 1.504.238.117

G/L Agreed to general ledger as of December 31,


GL
2015

All formula and calculations



have been tested
LAPORAN POSISI KEUANGAN (KEWAJIBAN DAN EKUITAS)
Per 31 Desember 2015
PAJE/PRJE/CAJE
WP
KETERANGAN Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
Reff
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Kewajiban Jangka Pendek


Utang Sewa Guna Usaha AA 727.583.705 400.544.832 - 327.038.873
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 727.583.705 327.038.873
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Sewa Guna Usaha AA - - 397.428.498 397.428.498
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - 397.428.498
Ekuitas
Modal saham OE 500.000.000 - - 500.000.000
Saldo Laba (Rugi) WPL 276.654.412 - 3.116.334 279.770.746
20

Jumlah Ekuitas 776.654.412 779.770.746

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 1.504.238.117 3.116.334 3.116.334 1.504.238.117

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have been



tested
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun - Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
PAJE/PRJE/CAJE
KETERANGAN WP Reff Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015
Pendapatan PL 1 890.907.397 - - 890.907.397
Beban pokok pendapatan PL 2 250.000.000 - - 250.000.000
Laba Kotor 640.907.397 640.907.397
Beban operasional PL 3 180.000.000 - - 180.000.000
Beban administrasi dan umum PL 4 150.000.000 - - 150.000.000
Laba Usaha 310.907.397 310.907.397
Pendapatan (beban) lain-lain PL 5 (34.252.985) - 3.116.334 (31.136.651)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 276.654.412 279.770.746
Pajak penghasilan PL 6 - - - -
21

Laba Bersih 276.654.412 - 3.116.334 279.770.746

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have



been tested
Top Schedule Utang Sewa Guna Usaha
PAJE/PRJE/CAJE
WP
KETERANGAN Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
Reff
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Utang Sewa Guna Usaha


Bank Panin 1 97.001.569 - 802.064 97.803.633
Bank Panin 2 630.582.136 3.918.398 - 626.663.738
Jumlah Utang Sewa Guna Usaha 727.583.705 724.467.371

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have been



22

tested
Top Schedule Bagian Jatuh Tempo Utang Sewa Guna Usaha
PAJE/PRJE/CAJE
WP
KETERANGAN Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
Reff
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Utang Sewa Guna Usaha


Bagian Jangka Pendek 727.583.705 400.544.832 - 327.038.873
Bagian Jangka Panjang - - 397.428.498 397.428.498
Jumlah Utang Sewa Guna Usaha 727.583.705 724.467.371

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have been



23

tested
Top Schedule Ekuitas
PAJE/PRJE/CAJE
WP
KETERANGAN Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
Reff
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Ekuitas
Modal saham OE 500.000.000 - - 500.000.000
Saldo Laba (Rugi) WPL 276.654.412 - 3.116.334 279.770.746
Jumlah Ekuitas 776.654.412 779.770.746

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have


24


been tested
Top Schedule Pendapatan (Beban) Lain-lain
PAJE/PRJE/CAJE
KETERANGAN WP Reff Per Book's # Dr Cr # Per Audit's
31 Des 2015 ADJ ADJ 31 Des 2015

Beban Bunga Leasing PL 5 (34.252.985) - 3.116.334 (31.136.651)


Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain (34.252.985) (31.136.651)

GL G/L Agreed to general ledger as of December 31, 2015

All formula and calculations have been



tested
25
Berikut penyajian dalam laporan posisi keuangan Perusahaan Per 31 Desember

2015 setelah dilakukan jurnal koreksi:

PT. XXX
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Des 2015
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas Rp. 356.675.617
JUMLAH ASET LANCAR Rp. 356.675.617
ASET TETAP
Kendaraan Leasing Rp. 1.311.500.000
Akm. Peny Kendaraan Leasing (Rp. 163.937.500)
JUMLAH ASET TETAP Rp. 1.504.238.117
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang Sewa Guna Usaha
(Panin 1) Rp. 89.931.781,- Rp. 327.038.873
(Panin 2) Rp. 237.107.092,-
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang Sewa Guna Usaha
(Panin 1) Rp. 7.871.852,- Rp. 397.428.498
(Panin 2) Rp. 389.556.646,-
JUMLAH LIABILITAS Rp. 724.467.371
Ekuitas
Modal Saham Rp. 500.000.000
Saldo Laba (Rugi) Rp. 279.770.746
Jumlah LIABILITAS DAN Rp. 1.504.238.117
EKUITAS

26
2. PT. TIGOR

PT Tigor akan melakukan pembelian aset dengan menggunakan jasa

sewa guna usaha yang disediakan oleh PT Amang. Jangka waktu sewa guna

usaha telah disepakati selama 5 tahun dengan tingkat bunga 11%. Setiap

tahun PT Tigor melakukan pembayaran sebesar Rp 4.650.000,00 yang

didalamnya termasuk biaya asuransi sebesar Rp 200.000,00. Kedua belah

pihak juga telah sepakat bahwa diakhir masa sewa, PT Tigor dapat memiliki

aset tersebut dengan membayar hak opsi sebesar Rp 2.750.000,00.

Berdasarkan data di atas, bagaimanakah akuntansi yang akan dilakukan oleh

PT Tigor?

Data Perhitungan:

N : 5 Tahun

i : 11 %

Angsuran : Rp 4.650.000,00

Biaya Asuransi : Rp 200.000,00

27
Dari rincian detail data perhitungan di atas, maka kita akan menentukan nilai kini dari utang sewa guna usaha yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Supporting Schedule Utang Leasing


28
Dari perhitungan tersebut, kita sudah menentukan bahwa nilai utang sewa guna usaha sebesar Rp 19.887.874,-. Dari hasil

tersebut maka kita dapat membuat tabel pembayaran angsuran utang sewa guna usaha yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Supporting Schedule Utang Leasing


29
Dari rincian tabel angsuran utang sewa guna usaha yang telah dibuat, maka

jurnal akuntansi yang akan dibentuk dari awal pengakuan sampai pada akhir

sewa guna usaha dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada jurnal Tahun ke 5 dapat dilihat bahwa PT Tigor melakukan pembayaran

sebesar Rp 2.750.000,- yang merupakan hak opsi untuk memperoleh aset

30
tersebut. Pada beberapa kasus, hak opsi sudah dibayar pada awal perjanjian

sebagai uang jaminan sewa guna usaha dengan rincian jurnal sebagai berikut:

Dari rincian jurnal di atas dapat kita lihat beberapa jurnal akuntansi yang

berkaitan dengan utang sewa guna usaha. Selain akuntansi utang sewa guna

usaha di atas, PT Tigor harus melakukan perlakuan akuntansi aset tetap untuk

aset sewa guna usaha tersebut. Hal ini didasarkan pada aspek "substansi

mengungguli bentuk" bahwa meski secara pengakuan hukumnya aset sewa

guna usaha tersebut belum dimiliki PT Tigor, namun secara ekonomis aset

tersebut sudah masuk dalam pengakuan aset tetap. Pengakuan aset tetap

dalam hal ini adalah bawah aset tersebut digunakan untuk melakukan

kegiatan produksi menyediakan barang atau jasa, atau untuk tujuan

administratif dan penggunaanya lebih dari satu periode.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka atas aset sewa guna usaha tersebut

dilakukan perhitungan beban penyusutan. Pada pembahasan kali ini juga akan

dirincikan beberapa kondisi yang mungkin terjadi pada saat perhitungan

beban penyusutan aset sewa guna usaha sebagai berikut:

a. Jangka Waktu SGU lebih dari Masa Manfaat Aset SGU

b. Jangka Waktu SGU sama dengan Masa Manfaat Aset SGU

c. Jangka Waktu SGU kurang dari Masa Manfaat Aset SG

31
32
Penjelasan:

1. Jangka Waktu SGU lebih dari Masa Manfaat Aset SGU

Pada kondisi ini dapat dilihat bahwa sebelum jangka waktu sewa guna usaha,

secara estimasi akuntansi masa manfaat aset SGU tersebut sudah habis.

Sehingga pada jatuh tempo sewa guna usaha akan melakukan jurnal balik

seluruh "akumulasi penyusutan aset SGU" pada "akumulasi penyusutan aset

tetap".

2. Jangka Waktu SGU sama dengan Masa Manfaat Aset SGU

Pada kondisi ini dapat dilihat bahwa masa manfaat aset SGU akan habis pada

jatuh tempo akhir sewa guna usaha. Sehingga pada jatuh tempo sewa guna

usaha akan melakukan jurnal balik seluruh "akumulasi penyusutan aset SGU"

pada "akumulasi penyusutan aset tetap".

3. Jangka Waktu SGU kurang dari Masa Manfaat Aset SGU

Pada kondisi ini dapat dilihat bahwa ketika jatuh tempo sewa guna usaha, masa

manfaat aset SGU masih tersisa. Sehingga pada jatuh tempo sewa guna usaha

akan melakukan jurnal balik "akumulasi penyusutan aset SGU" pada

"akumulasi penyusutan aset tetap" hanya sebesar penyusutan yang telah terjadi

selama masa sewa guna usaha.

33
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kewajiban (Utang) Sewa Guna Usaha merupakan utang perusahaan masa kini

yang timbul dari peristiwa masa lalu yang terikat pada suatu kontrak atau

persetujuan sewa-menyewa, dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai

hak opsi (finance Lease) untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai

sisa yang disepakati maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating Lease),

untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara berkala.

Secara umum, Sewa Guna Usaha terbagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Hak Opsi (finance Lease)

Yaitu dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi

(finance Lease) untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai

sisa yang disepakati.

2. Tanpa Hak Opsi (operating Lease)

Yaitu objek sewa guna usaha hanya digunakan oleh lessee selama jangka

waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala dan pada akhir

masa kontrak lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa

guna usaha.

34
Berdasarkan kasus yang telah dibahas dibab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dilakukannya audit terhadap akun utang sewa guna usaha

diharapkan akan tercapai :

a. Internal Control yang baik atas sewa guna usaha (leasing);

b. Utang sewa guna usaha (leasing) yang tercantum di laporan posisi

keuangan (neraca) didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal

dari transaksi yang betul-betul terjadi;

c. Semua utang sewa guna usaha (leasing) perusahaan sudah tercatat per

tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan didisclosurekan pada bagian

catatan atas laporan keuangan;

d. Aset yang dibeli melalui transaksi sewa guna usaha (leasing) telah dicatat

dengan benar di dalam laporan keuangan;

e. Kewajiban sewa (leasing) sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi

sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang sewa);

f. perhitungan dan pembayaran bunga utang sewa guna usaha, apakah sudah

dilakukan secara akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan

jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi;

g. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari utang sewa guna usaha telah

dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca);

h. Utang sewa guna usaha (leasing) jangka panjang, pada bagian yang jatuh

tempo lebih dari satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai

kewajiban jangka pendek.

35
i. Utang sewa guna usaha (leasing) dalam mata uang asing, saldo yang

tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan

menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih

kurs yang terjadi dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan ;

j. Penyajian utang sewa guna usaha baik jangka pendek maupun jangka

panjang di dalam laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan atas

laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia

ETAP/SAK/IFRS.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2008. Praktikum Audit. Seri 2 Buku 2, Jakarta : Penerbit


Salemba Empat.

-------, 2012. Auditing. Edisi Keempat Buku Kedua, Jakarta : Penerbit Salemba
Empat.

Boynton C William, dkk., 2003. Modern Auditing. Jilid 1 Edisi Ketujuh,


Indonesia : Penerbit Erlangga.

Searching Materi @Google mengenai “FASB No. 13, Prg. 35, SAK ETAP 2009 :
17, PSAK No. 30”

37

Anda mungkin juga menyukai