Anda di halaman 1dari 20

NAMA : EMA SENJASARI

NIM : 18870008
SEMESTER : 1 ( SATU )
KELAS : 13 A
MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU
NAMA DOSEN : PROF.DR.ENDANG KOMARA,M.Si

JAWABAN SOAL UAS SEMESTER I :


1. 1.1). Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current
scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science
is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam
suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu
dari praktek ilmiah secara aktual.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau
dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :

 Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)
 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral.

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :

 Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.


 Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
 Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
 Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
 Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan
filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali
kemampuan untuk membangun teori ilmiah.

1.2).Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada
diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam.
Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. la akan memikirkan bahwa di luar
manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan
kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
Berdasarkan pengetahuannya, terdapat beberapa jenis manusia dalam kehidupan ini,
sebagaimana dipantunkan oleh seorang filsuf: ada orang yang tahu di tahunya; ada orang
yang tahu di tidak tahunya; ada orang yang tidak tahu di tahunya; ada orang yang tidak
tahu di tidak tahunya. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, maka ketahuilah apa
yang kau tahu dan ketahuilah pula apa yang kau tidak tahu, lanjut fukuf tersebut.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa raguragu. Filsafat
dimulai dari rasa mgin tahu dan keragu-raguan. Berfnlsafat didorong untuk mengetahui
apa yang lelah duketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafal berani berendah hati
bahwa udak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
lerbatas ini. Berfilsafat berani mengoreksi dsri, semacam keberaman untuk
benerusterang, seberapa jauh sebenarnya kcbenaran yang dican telah dijangkau. llmu
merupakan pengelahuan yang kita geluti 59ij bangku sekolah dasar sampai pendidikan
langutan bahkan perguruan tunggi. Berfilsafat tentang ilmu berani keterusterangan pada
dm sendiri: apakah sehenamya yang kita ketahui tentang ilmu itu? Apakah ciri-ciri yang
hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lam yang bukan ilmu?
Bagaimana mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Krileria apa
yang dipakai dalam menenlukan kebenaran secara ulmiah? Mengapa ilmu mesli
dipelajari? Apa kvgunaan ilmu yang sebenamya? Berfilsafat beram berendah hau
mengevaluasi svgenap pengetahuan yang telah dikelahui: Apakah llmu telah mencakup
wgenap pengetahuan yang seyogianya diketahui dalam hndup 1m? DI hams manakah
ilmu mulai dan di batas manakah dia berhentl? Kemanakah kit.) harus berpalmg di batas
ketidaktahuan ini? Apakah kelebnhan dan kekurangan llmu? Menurut arti kala, filsamt
lerdm dari kata phalein yang beram cinta dan sophia yang berani kehijaksanaan. F ilsafat
berani cinta kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau yang
sungguhsungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. ladi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguhsungguh akan
kebenaran sejati. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyeliidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang hakikat. llmu pengetahuan tentang hakikal menanyakan apa hakukat
atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini maka jawaban yang akan
diberikan berupa kebenaran yang hakiki. lni sesuai dengan arti filsafat menurut kata-
katanya. Dengan pengertian khusus, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang
cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks maka timbul berbagai
pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat
khusus tentang filsafat.
1.3). Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno.Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di
bidang ontologi.Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah
kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?Pertama kali orang dihadapkan pada
adanya dua macam kenyataan.Yang pertama kenyataan yang berupa materi (kebendaan),
dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).

Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada.
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu taonta berarti ‘yang berada’, dan logos
berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian,ontologi berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Secara etimologis ontologi berasal dari kata
onto yang berarti organ dan logos yang berarti perbincangan atau pemikiran.Jadi,
metafisika umum atau ontology mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada.Ini
berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada

Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M.
untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1757) membagi metafisika menjadi dua, yaitu
metafisika umum dan metafisika khusus.Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah
lain dari ontologi.

Epistimologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal , metode-metode dan
sarana untuk mencapai pengetahuan , perbedaan mengenai pilihan ontologik akan
mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan yakni akal , pengalaman, budi,
institusi atau sarana yang lain. bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan
kesahihan pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan
objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.

Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek
ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan
tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.

1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya.

Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:

1. Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.


2. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra
karena ilmu atau pengalam impiris.

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi
apa yang disebut sebgai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang
menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan
simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknyasendiri-sendiri. Lebih dari itu,
aksiologi juga mennjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam
menerapkan ilmu kedalam praksis

Dalam aksiologi diuraikan dua hal, yang pertama tentang kegunaan pengetahuan filsafat
dan yang kedua tentang cara filsafat menyelesaikan masalah. Ilmu merupakan sesuatu
yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan
manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan
yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu.
singkatnya ilmu merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk mengetahui
kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,
pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan
masalah, dan ketiga filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life). Mengetahui
teori-teori filsafat amat perlu karena dunia dibentuk oleh teori-teori itu. Jika anda tidak
senang pada komunisme maka anda harus mengetahui Marxsisme, karena teori filsafat
untuk komunisme itu ada dalam Maxsisme.
Setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhanya sesuai dengan
komoditasnya, universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parochial seperti
rasi, ideology atau agama.

1.4). Paradigma Penelitian Ilmu-ilmu Sosial


Menurut Kuhn, perkembangan ilmu tidak selalu berjalan linear, karena itu tidak benar
kalau dikatakan perkembangan ilmu itu bersifat kumulatif. Penolakan Kuhn didasarkan
pada hasil analisisnya terhadap perkembangan ilmu itu sendiri yang ternyata sangat
berkait dengan dominasi paradigma keilmuan yang muncul pada periode tertentu. Bahkan
bisa terjadi dalam satu waktu, beberapa metode pengetahuan berkembang bersamaan dan
masing-masing mengembangkan disiplin keilmuan yang sama dengan paradigma yang
berlainan. Perbedaan paradigma dalam mengembangkan pengetahuan, menurut Kuhn,
akan melahirkan pengetahuan yang berbeda pula. Sebab bila cara berpikir (mode of
thought) para ilmuwan berbeda satu sama lain dalam menangkap suatu realitas, maka
dengan sendirinya pemahaman mereka tentang realitas itu juga menjadi beragam.
Konsekwensi terjauh dari perbedaan mode of thought ini adalah munculnya keragaman
skema konseptual pengembangan pengetahuan yang kemudian berakibat pula pada
keragaman teori-teori yang dihasilkan.

1. Paradigma kuantitatif:
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan
filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik
dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan
teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme
(bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).

Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge)


yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan
didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason)[8]. Secara epistemologis, dalam penelitian
kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah
fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap
pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa
secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-
hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena).
Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory
experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena
pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu
pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.

2. Paradigma Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan
manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini
berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan
kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat
humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai
penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku
manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan
atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian,
batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang
membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit

Perbedaan dan Persamaan Paradigma Kuantitatif-Kualitatif


Bertolak dari perbedaan persamaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai perbedaan
paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Seperti
dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik
dengan penelitian kualitatif. Secara garis besar, perbedaan dimaksud mencakup beberapa
hal:
KUANTITATIF
1. Positivistik
2. Deduktif-Hipotetis
3. Partikularistik
4. Obyektif
5. Berorientasi kpd hasil
6. Menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam
KUALITATIF
1. Fenomenologik
2. Induktif
3. Holistik
4. Subyektif
5. Berorientasi kpd proses
6. Menggunakan pandangan ilmu sosial/antropological

Lebih lanjut perbedaan paradigma kedua jenis penelitian ini dapat dielaborasi sebagai
berikut:

Paradigma Kuantitatif

1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data,


termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir
yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan
keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam
pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan
berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi
sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum
(generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan
pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung
mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada
pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja.
Jadi tidak bersifat holistik.

Paradigma Kualitatif

1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam


proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala
(fenomenologis).
3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan
yang ketat).
4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan
berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan
metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama.
Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi
kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja
mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya
bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada
variabel tertentu).
1.5). Keterkaitan antara latar belakang masalah, kerangka berpikir, dan pembahasan dari
suatu hasil penelitian saling berhubungan satu sama lain, karena hasil penelitian tesis,
maupun disertasi tidak akan ada tanpa di dahului dengan adanya latar belakang masalah,
kerangka pemikiran serta selanjutnya dengan pembahasannya. Hasil penelitian di awali
dengan latar belakang masalah atau permasalahan-permasalahan yang terjadi pada objek
sebuah penelitian, dari latar belakang masalah ini, di identifikasi menjadi rumusan
masalah, selanjutnya kerangka pemikiran dan akhirnya semua itu akan tertuang dalam
pembahasan.
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau
mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian harus serasi dan saling mendukung satu sama lain agar
penelitian yang dilakukan itu memiliki bobot yang cukup memadai dan memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak diragukan.
Rumusan masalah, merumuskan masalah penelitian dengan memperhatikan hal-hal
berikut :
-Menyatakan dengan jelas dan konkrit masalah yang akan diteliti
-Relevan dengan waktu
-Berhubungan dengan suatu persoalan teoritis atau praktis
-Berorentasi pada teori (teori merupakan body of knowledge)
-Dinyatakan dengan kalimat Tanya atau pernyataan yang mengandung masalah .
Secara singkat pada paragraph sebelumnya tentang rumusan masalah pun kita sudah
dapat memahami bahwa cara kerja dalam penelitian ilmiah lebih kompleks dibanding
dengan cara kerja pada metode ilmiah. Selama melaksanakan penelitian ilmiah
diperlukan ketekunan, kesabaran, ketelitian dan keahlian khusus. Penelitian ilmiah
dilakukan secara sadar, cermat, dan sistematis mengenai subjek tertentu sehingga dapat
mengungkapkan fakta-fakta, atau aplikasi-aplikasi. Penelitian ilmiah juga berkaitan
dengan memperbaiki sesuatu yang sedang berjalan berupa fakta, teori atau kegiatan, dan
tidak hanya mengungkap hal-hal yang bersifat baru. Penelitian ilmiah bukan hanya
upaya yang dilakukan untuk perumusan rasa ingin tahu, tetapi juga berkaitan dengan
upaya untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan gejala-gejala social atau
keberadaan alam.
Kerangka pemikiran merupakan rangkaian penalaran dalam suatu kerangka
berdasarkan premis-premis untuk sampai pada simpulan-simpulan yang berakhir pada
hipotesis-hipotesis yang akan di uji secara empiris (kalau perlu ditampilkan dalam bentuk
bagan alur pemikiran}. Atau pengertian lain kerangka berpikir adaalh penjelasan
sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka
berpikir ini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang
relevan atau terkait. Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi kita dalam
merumuskan hipotesis, argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif
(untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis
dasarnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat rangkaian keterkaitan antara latar belakang
masalah dengan kerangka pemikiran seperti berikut ini :
“Dari flow chart di atas terlihat bahwa teori-teori yang dicantumkan dalam kerangka
pemikiran merupakan teori-teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang
tercantum dalam rumusan masalah.
Adapun pembahasan adalah pemikiran original si peneliti untuk memberikan
penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna menjawab
pertanyaan penelitiannya. Pembahasan sangat diperlukan dalam suatu laporan penelitian
(termasuk tesis dan disertasi). Berangkat dari uraian di atas, maka penelitian tanpa di
ikuti dengan pembahasan hasil masih terasa hambar dan tidak lengkap. Maka
pembahasan hasil penelitian menjadi penyedap rasa dalam laporan penelitian seperti
skripsi, tesis, disertasi. Dan laporan karya ilmiah lainnya. Bukan hanya menjadi penyedap
yang seolah-olah hanya sekedar imbuhan, pembahasan hasil memiliki manfaat yang jauh
lebih mendalam, hal ini dimaksudkan untuk :
-Menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai:
-Menafsirkan temuan-temuan penelitian.
-Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang mapan
-Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru.
-Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan
penelitian.
Pada hakikatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah
kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil
analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti
melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian. Hasil penelitian dan pembahasannya
merupakan inti dari hasil sebuah penelitian ilmiah. Pada penelitian ilmiah dengan
pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau di
tolak dan di bahas mengapa di terima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau
menolak suautu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan
penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang
telah dilakukan.

2. 2.1). Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metodologi penelitian adalah sangat
berkaitan, karena filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau scince itu,
apa yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik, etik),
apa hasil-hasil empirik yang dicapainya serta batas-batas kemampuannya. Metodologi
penelitian merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dari sebuah permasalahan yang
spesifik, dimana permasalahan tersebut disebut juga dengan permasalahan penelitian.
Dengan demikian metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu
berdasarkan tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun
induktif. Demikian pula tentang hasil yang dicapai, yang disebut pengetahuan atau
knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat
hubungan (proposisi tingkat rendah, proposisi tingkat tinggi dan hukum-hukum).

Jadi metode ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar di perlukan
cara-cara yang benar pula. Menurut para pakar, mencari kebenaran, cara-cara
memperoleh kebenaran ilmiah di sebut metode ilmiah, yang terdiri dari mencari masalah,
menentukan hipotesis, memghimpun data, menguji hipotesis, prinsip ini berlaku untuk
semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan bidang studi metodologi
penelitian, dari sini tampak dengan jelas hubungan antara filsafat ilmu dengan
metodologi penelitian.

Dengan demikian filsafat ilmu maupun metodologi penelitian mengisi dan


memperluas cakrawala kongnitif tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan akan
menimbulkan pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus
meningkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara sungguh-
sungguh.

2.2). Perbedaan Filsafat, ilmu, pengetahuan dan agama adalah bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Cinta yang berarti hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau
bersungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan
kebenaran sejati. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi
segala sesuatu.

Dari pendapat di atas, pengertian filsafat dapat dirangkum sebagai berikut : (1)
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang kritis dinyatakan dalam bentuk yang
sistematis; (2) filsafat adalah hasil pikiran manusia yang aling dalam; (3) filsafat adalah
refleksi lebih lanjut dari ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu
pengetahuan; (4) filsafat adalah hasil analisis abstraksi; (5) filsafat adalah pandangan
hidup; (6) filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar dan
menyeluruh.

Adapun ilmu adalah pengetahuan, yaitu akumulasi pengetahuan yang menjelaskan


kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu
yang merupakan satu kesatuan yang sistematis. Tetapi tidak semua pengetahuan adalah
ilmu. Sedangkan Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang
menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pokiran lain
berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab-akibat) yang hakiki dan universal.
Dengan demikian jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan
mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan
atau cara pandang , metode dan sistem tertentu. Jadi pengetahuan yang benar tentang
objek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat daripadanya adalah khusus. Ilmu
pengetahuan diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang
berkesudahan terhadap objek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan kesaksian
indra, karena indra dianggap sering menipu. Kesangsian akal budi ini lalu diikuti dengan
pertanyaan seperti , apakah sesuatu itu, mengapa sesuatu itu ada, bagaimana
keberadaannya dan apa tujuan keberadaannya?

Adapun agama adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Dengan kata lain agama juga
bisa diartikan pedoman dan sebuah kenyakinan yang kita pegang untuk mengontrol pola
hidup kita (manusia) yang berpusat pada idealisme yang positif, yaitu bahwa kebenaran
di atas segala-galanya.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaannya fisafat bersifat universal (umum) yaitu


segala sesuatu yang ada (realita). Adapun ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus
dan empiris juga bersifat non fragmentaris, spesifik, intensif, sedangkan agama
memberikan penjelasan tentang fenomena yang terjadi.Selain itu filsafat menghampiri
kebenaran dengan cara menuangkan akal. budi secara radikal (mengakar) dan integral
serta universal tidak terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan logika sedangkan ilmu
pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman (empiri,
dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.Adapun agama mencari dan menemukan
kebenaran dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang berbagai masalah
asasi. Selain itu ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia sedangkan
agama bersumberkan wahyu.

Persamaan baik filsafat, ilmu dan agama bertujuan sekurang-sekurangnya berusaha


berurusan dengan hal yang sama, yaitu mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan melalui
metode ilmiahnya berupaya untuk mencari kebenaran. Filsafat dengan caranya sendiri
berusaha menemukan hakikat sesuatu baik tentang alam, manusia, maupun tuhan,
sementara agama dengan karakteristiknya tersendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi.Bentuk persamaan lainnya antara ketiganya yaitu (1) ketiganya mencari
rumusan yang sebaik-sebaiknya, menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya (2) ketiganya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-
kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab akibatnya. (4) ketiganya
hendak memberikan sistesis yaitu suatu pandangan yang bergandengan (5) ketiganya
mempunyai metode dan system (6) ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang
kenyataan selurhnya timbulnya dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yg
knowledge lebih mendasar.

2.3). Scientific Approach merupakan satu pendekatan yang digunakan dalam


pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini di dasari pada esensi pembelajaran yang sesungghnya
merupakan sebuah proses ilmiah yang dilakukan oleh siswa dan guru. Pendekatan ini
diharapkan bisa membuat siswa berpikir ilmiah, logis, kritis dan objektif sesuai dengan
fakta yang ada.

Jika merujuk pada data sosialisasi kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, antara lain:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya. Dalam pendekatan ilmiah, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk
semua mata pelajaran. Dari hasil pengamatan saya, ada beberapa masalah yang terdapat
dalam setiap langkahnya. Antara lain:

• Mengamati

Masalah yang terdapat pada proses ini adalah pada aspek waktu, dimana pada proses
mengamati memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dari segi biaya, proses ini juga
memakan biaya yang tak sedikit, sama halnya dengan tenaga yang dikeluarkan.
Tingkat konsentrasi dan focus pada proses ini harus tinggi, jika tidak hal ini bisa
membuat apa yang ingin pelajari menjadi kabur dan tidak jelas.

• Menanya

Pada proses menanya, masalah yang muncul biasanya berasal dari pertanyaan itu sendiri.
Kendalanya adalah kesulitan dalam membuat pertanyaan yang baik dan menarik minat
siswa serta membuat siswa berpikir kritis terhadap suatu kajian. Dibutuhkan pengalaman
sehingga mempunyai keterampilan untuk membuat pertanyaan yang menarik.

• Menalar

Pada tahap ini, masalah yang saya temukan adalah cara menumbuhkan keterampilan
siswa untuk berpikir induktif dan deduktif serta menarik kesimpulan dari setiap fenomena
baik itu khusus ataupun umum.

Kesulitan lain yang terdapat pada tahap ini adalah menarik hubungan dari setiap
fenomena yang ada.

• Mencoba
Dalam pelajaran sejarah, tahapan ini salah satunya dilakukan agar peserta didik mampu
mengaitkan fakta-fakta sejarah dengan kehidupan sehari-hari. Jika dalam metode
pembelajaran ini disebut dengan contextual teaching learning. Masalah yang ada adalah
dari kesiapan guru dalam menyajikan pelajaran dan mengaitkannya dengan fenomena
yang sekarang terjadi

• Membentuk Jejaring

Pada tahap ini siswa dan guru saling bertukar informasi, siswa bisa mengakses informasi
dari mana saja termasuk internet. Masalahnya adalah masih banyak guru yang belum bisa
memanfaatkan internet dan menggunakannya untuk pembelajaran.
Salah satu metode yang bisa digunakan dalam pendekatan scientific learning adalah
metode discovery learning.

Menurut Bruner dalam Arends (2008), discovery learning merupakan sebuah metode
pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur
atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam
proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal
discovery (penemuan pribadi)

2.4). Proposisi adalah pernyataan pernyataan tentang hubungan yang terdapat pada dua
term. Suatu proposisi mempunyai 3 bagian yaitu : subjek, predikat dan pernyataan
hubungan antara subjek dan predikat.

10 macam Linkage Proposisi


1. Proposisi Restrikit adalah proposisi yang subjeknya berupa term umum terbatas
pada bagian tertentu dari eksistensinya (lingkungannya) contoh : kursi yang kamu
duduki terbuat dari kayu jati. Dalam kalimat tersebut hanya merupakan
keterangan.
2. Proposisi eplikatif adalah proposisi yang subjeknya berupa term umum ditegaskan
dengan penjelasannya, contohnya : semua manusia pasti akan mati. Nampak
bahwa terdapat dua penuturan.
3. Proposisi kopulatif adalah proposisi yang didalamnya terdapat sejumlah subjek
atau predikat dan dihubungkannnnnnnnnnnn dengan kata dan atau baik atau tidak.
Contoh : IPS tidak sama dengan IPA
4. Proposisi Adversative adalah Proposisi yang jumlah subjeknya atau predikatnya
dihubungkan dengan kata tetapi. Contoh : dia seorang pengusaha tetapi bukan
seorang ahli ekonomi.
5. Proposisi Ekslusif adalah Prosisi yang subjeknya atau predikatnya diterangkan
dengan kata hanya. Contoh : pak ridwan hanya seorang guru IPS.
6. Proposisi ekseptif adalah proposisi yang subjeknya diterangkan dengan kata
kecuali. Contoh : semua mahluk kecuali manusia mempunyai akal.
7. Proposisi Kompratif adalah proposisi yang predikatnya dibenarkan (disangkal)
terdapat dalam satu subjek dalam taraf lebih besar atau lebih kecil dari yang lain.
Contoh : orang tua itu lebih bijaksana dari pada anak.
8. Proposisi disjungtif adalah yang dua bagiannya dihubungkan dengan kata apabila,
jika tidak dan sebagainya. Contohnya : IPS tidak akan ada jika tidak ada PKN.
9. Proposisi relative adalah proposisi yang dua bagiannya dihubungkan dengan kata
dimana dan disitu . Contoh : dimana ada kamu disitu tempatku sangat berarti.
10. Proposisi konjungtif adalah proposisi yang menyangkut dua predikat secara
bersama dapat benar diterapkan pada subjek yang sama dalam waktu tertentu.

2.5). Logika dapat dibedakan atas dua macam. Meskipun demikian keduanya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua macam logika itu ialah logika kodratiah dan
logika ilmiah.

Logika kodratiah adalah mahluk yang berakal budi dengan akal budinya manusia
melakukan kegiaitan berpikir dalam rangka mencari kebenaran dan logika kodratiah
ada pada setiap manusia karena kodratnya seabgai makhluk rasional. Sejauh manusia
itu memiliki rasio maka dia dapat berpikir. Atau dengan akal budi manusia dapat
bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja. Misalnya
manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berada dengan si B atau “makan”
tidak sama dengan “tidur”. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir
logis dengan mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain
misalnya, seorang pedagang tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju di
bidangnya. Namun apabila hal yang dipikirkan itu bersifat rumit dan kompleks akal
sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur pemikiran yang tepat sebab akal
sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah. Di sinilah kita
ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir. Bagaimana kita mengetahui
hukum-hukum kodrat pemikiran secara tegas dan eksplisit, agar kita dengan sadar
menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir
dan juga kepastian atas kesimpulannya. Tuntutan itu lebih terasa apabila kita harus
menggeluti jalan ilmu pengetahun yang panjang, berliku-liku, dan penuh kesukaran.
Pada tataran ini kita membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika
kodratiah.

Logika ilmiah : untuk menghindari kesesatan dan memperoleh kebenaran dengan cara
mendapatkan pertanggung jawabkan, sehingga logika ilmiah adalah ilmu praktis
normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran
manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan
yang lurus/sah. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar
secara tepat/semestinya. Bagaimana menghindari kekeliruan dan kesesatan dalam
berpikir? Namun harus disadari bahwa logika ilmiah adalah keterangan lebih lanjut
atau penyempurnaan atas logika kodratiah dengan lebih mudah dan lebih aman.

Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat ) Ilmu
pengetahuan mempunyai arti yang luas dan yang sempit. Di dalam bahasa asing
dipergunakan istilah-istilah seperti : Science ( bahasa Inggris ), Wissenschaft ( Jerman
) Wetensekap. Kata-kata itu ada persamaannya dengan istilah ilmu pengetahuan tetapi
tidak selalu sama.Wissenschaft dan scienza dipakai dalam arti yang luas dan meliputi
apa yang di dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften ( ilmu pengetahuan
alam, untuk pengetahuan fisika ) dan Geisteswissenschaften. Science di Inggris
mempunyai arti yang lebih sempit, yaitu apa yang di dalam bahasa Jerman disebut
Naturwissenschaften. Kalau kita membaca literatur Inggris, kita harus memperhatikan
arti yang lebih sempit yang diberi istilah science. Dikatakan bahwa science harus
melalui sifat-sifat yang tertentu. Di dalam science terdapat : Perbedaan – perbedaan
secara kritis. Mempunyai sifat umum dan di dalamnya terdapat suatu sistema Harus
dapat dilakukan perifikasinya

Secara singkat manfaat logika dapat dikategorikan sebagai berikut:


Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang
dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapangan
kehidupan).
Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan
mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan autoritas,
emosi, dan prasangka.

Logika — di masa yang sekarang dikenal sebagai “era of reason’”– membantu kita
untuk mampu berpikir sendiri dan tahu memberakan yang benar dari yang palsu.
Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan
berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesehatan.

Adapun manfaat dalam perbedaan logika kodratiah dan ilmiah yaitu membantu
seseorang untuk berpikir lurus, tepat dan teratur dengan berpikir lurus, tepat dan
teratur.
1. Seseorang akan memperoleh kebenaran dan terhindar dari kesesatan
2. Semua bidang kehidupan manusia membutuhkan keteraturan dalam tindakan-
tindakan nya yang berdasarkan atas kemampuan berpikirnya.
3. Semua filsafat dan ilmu pengetahuan hampir tidak bisa dipisahkan dari analisa
analisa logika.

Logika mengarahkan dan mendorong seseorang untuk berpikir sendiri, manusia


pada umumnya mendasarkan tindakan-tindakannya atas pemikiran dan
pertimbangan pertimbangan yang objektif.

Anda mungkin juga menyukai