Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. TRAUMA ABDOMEN
5. WE DON’T KNOW • Hb/leu/trom :5,8/24.31/109 Hb : pria 14-18 mg/dl, wanita 12-
16 mg/dl Leukosit : 4500-11000 /mm3 Trombosit : 150000-450000/mm3 •
Ureum/creatinin :21.8/0.90 Ureum : 15 – 40 mg/dl Kreatinin : 0,6-1,2 mg/dl
12. 2. Trauma tembus • Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka
tembak. • Berdasarkan organ yang terkena trauma abdomen dibagi 2, yaitu : 1. Trauma
pada organ padat seperti hepar, limpa/lien, dengan gejala utama perdarahan. 2. Trauma
pada organ padat berongga seperti usus, saluran empedu dengan gejala utama adalah
peritonitis.
13. TANDA DAN GEJALA • Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung
pada organ yang terkena, bila yang terkena organ-organ solid (hati dan lien) maka akan
tampak gejala perdarahan secara umum seperti pucat, anemis, bahkan sampai dengan
tanda-tanda syok hemoragic. • Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang
berat. Nyeri dapat timbul di daerah yang terluka/menyebar. Terdapat nyeri saat di tekan
dan di lepas. • Mual muntah • Penurunan kesadaran ( malaise, latergi, gelisah)
14. • Peronitis merupakan komplikasi tersering trauma abdomen. • Gejala dan tanda yang
sering muncul pada penderita dengan peritonitis yaitu : Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang Demam (38⁰C) Produksi urin sedikit Mual dan muntah Haus
Cairan di dalam rongga abdomen Tidak bisa buang air besar, buang angin Tanda-
tanda syok
16. ANAMNESIS Anamnesis yang diteliti terhadap pasien yang mengalami trauma
abdomen akibat tabrakan kendaraan bermotor, harus mencakup : kecepatan kendaraan
Jenis tabrakan Berapa besar penyok kendaraan Jenis pengaman yang digunakan Ada/tidak
air bag Posisi pasien dalam kendaraan Status pasien yang lain
17. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik di arahkan untuk mencari bagian tubuh
yang terkena trauma. Pemeriksaan fisik abdomen harus dilakukan dengan teliti dan
sistematis meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. INSPEKSI Umumnya pasien
diperiksa tanpa pakaian, adanya jejas pada dinding perut dapat menolong kearah
kemungkinan adanya trauma abdomen . Abdomen bagian depan dan belakanh, dada
bagian bawah dan perineum diteliti apakah mengalami ekskoriasi / memar , laserasi , dll.
18. AUSKULTASI Mendengar bising usus, yang penting adalah ada tidaknya bising usus
tersebut. Darah bebas di retroperineum ataupun gastrointestinal dapat mengakibatkan
ileus yang menghilangkan bising usus. PERKUSI Manuver ini mengakibatkan pergerakan
peritoneum tanda peritonitis. Dengan perkusi bisa kita ketahui adanya nada timpani
karena dilatasi lambung akut di kuadran kiri atas ataupun adanya perkusi redup bila ada
hemiperitonium. Adanya darah dalam rongga perut dapat ditentukan adanya shifting
dullness, sedangkan udara bebas ditentukan dengan pekak hati yang beranjak atau
menghilang.
19. PALPASI Adanya kekakuan dinding perut yang involunter nerupakan tanda yang
bermakna untuk merangsang peritoneal. Tujuan palpasi : untuk mendapatkan adanya
nyeri lepas yang kadang-kadang dalam. Nyeri lepas sesudah tangan yang menekan kita
lepaskan dengan cepat menunjukkan peritonitis. Yang biasanya oleh kontaminasi isi usus,
maupun hemoperitoneum tahap awal. PEMERIKSAAN PENIS, PERINEUM &
RECTUM Adanya darah pada meatus uretra menyebabkan dugaan kuat robekanya uretra,
inspeksi pada skrotum dan perineum dilakukan untuk melihat ada tidaknya ekimosis
meupun hematoma dengan dugaan yang sama.
22. PEMERIKSAAN URINE RUTIN Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih
bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital. IVP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya
hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal. DIAGNOSTIK
PERITONEAL LAVAGE (DPL) Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
usus dalam rongga perut.
23. Indikasi untuk melakukan DPL adalah : Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan
sebabnya Trauma pada bagian bawah dari dada Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan
yang jelas Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera
otak) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
Patah tulang pelvis
26. Faktor yang mempengaruhi penggunaannnya antara lain obesitas, adanya udara
subkutan ataupun bekas operasi abdomen sebelumnya. Scanning dengan ultrasound bisa
dengan cepat dilakukan untuk mendeteksi hemoperitoneum. CT Scan merupakan
prosedur diagnostik di mana kita perlu memindahkan pasien ke tempat scanner,
memberikan kontras intravena untuk pemeriksaan abdomen atas, bawah serta pelvis.
Akibatnya, dibutuhkan banyak waktu dan hanya dilakukan pada pasien dengan
hemodinamik stabil, di mana kita tidak perlu segera melakukan laparatomi.
29. • Pada trauma tumpul abdomen, perlu dilakukan: – Bed rest, puasa. – Pasang cairan
IVFD. – AB. Profilaksis, Analgetik tidak diberikan. – Pasang NGT, DC. – Pasang lingkar
perut – Monitoring : • Ku, anemia • Tensi, Nadi, RR, Suhu tubuh • Lingkar perut • isi
NGT, produksi urine • HB serial tiap 1 – 2 jam 32
30. Trauma Tumpul Abdomen FAST (+) Stabil Tidak stabil USG ulang Stabil CT (-)
equivocal Tidak stabil OP (+) CT / DPL (-) (+) (-) OP Observasi 33
31. Indikasi Bedah EMG -Vital Sign tidak stabil Trauma tembus - evisceration Eksplorasi
luka Tembus peritoneum? - impalement - Peritonitis Ya meragukan Tidak - tanda2
perdarahan Diagnostic peritoneal lavage (DPL) Laparotomi + DPL Observasi - DPL
36. • Setelah cedera intraperitoneal yang dikontrol, retroperitoneum dan pelvis harus
diperiksa. • Jangan melakukan eksplorasi hematoma pelvis. • Gunakan fiksasi eksternal
dari patah tulang pelvis untuk mengurangi atau menghentikan kehilangan darah. •
Embolisasi arteriografi, jika ada hematoma pelvis dan pasien terus kehilangan darah
setelah fiksasi eksternal 39
37. • • Gambar: Algoritma untuk evaluasi awal dari trauma tumpul abdomen. DPL =
peritoneal lavage diagnostik; LUQ = = left lower quadrant; US = USG. Sumber:
Schwartz’s principles of surgery 40
38. Gambar: Algoritma untuk evaluasi awal dari trauma tembusl abdomen Sumber:
emedicine.medscape.com 41
39. Manajemen Perioperatif • Observasi pre-op – Bukan hanya tanda vital (TNRS) saja –
USG FAST, CT-Scan, urine, GCS, laboratorium, dapat digunakan untuk OBSERVASI –
Kontinu dan, jika mungkin, oleh orang yang sama – Pasien STABIL juga harus
OBSERVASI periodik – Pasien TIDAK STABIL harus OBSERVASI KETAT jika
perlu, setiap saat 42
41. KOMPLIKASI KOMPLIKASI Komplikasi yang sering terjadi pada trauma abdomen
adalah PERITONITIS. Komplikasi yang dapat timbul pada trauma abdomen adalah,
cidera yang terlewatkan, latrogenic, intraabdomen, sepsis dan abses.
43. REFERENSI • Aji Setia Utama, S. Ked. Referat Trauma Abdomen. SMF BEDAH
RSD dr. SOEBANDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2011 •
TRAUMA ABDOMEN. SUPERVISOR: dr. ASRUL, Sp.B – KBD.DEPARTEMEN
ILMU BEDAH FK USU/RSUP HAM MEDAN 2012. • Sjamsuhidajat,R.2004.Buku Ajar
Ilmu Bedah.Edisi 2.Penerbit EGC:Jakarta