Anda di halaman 1dari 5

Bab 11

ISI

Defenisi lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999). Dapat terjadi
dikarenakan proses penuaan. Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000)
mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan
yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai
sejak lahir dan pada setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh.Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang
disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan
kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang
dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya.
(Martono & Darmojo,edisi ke-3 2004)

Batasan - batasan lansia


Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59
tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 - 90
tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000). Menurut Depkes RI
batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/ virilitas
yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa
antara 45 – 54 tahun, usia lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia
lanjut antara 55 – 64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia
lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat
(Mutiara, 1996). Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Deputi I
Menkokesra, 1998).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Adapun beberapa faktor yang dihadapi lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka adalah perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan potensi seksual, perubahan
aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan peran sosial di
masyarakat.
Perubahan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis. Misalnya, tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh, berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia misalnya
badan menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur, sehingga menimbulkan
keterasingan.
Perubahan Fungsi dan Potensi Seksual
Perubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, vaginitis, baru
selesai operasi (prostatektomi), kekurangan gizi (karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang), penggunaan obat-obatan tertentu (antihipertensi, golongan
steroid, tranquilizer), dan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa malu bila
mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang
menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang
variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal dunia, dan disfungsi seksual
karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi,
pikun, dan sebagainya.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan fungsi psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun
adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena pensiun sering diartikan kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.
Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan gerak fisik, dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan. Jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Kuntjoro,
2002).

Masalah kesehatan pada lansia


Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane & Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu Immobility
(kurang bergerak), Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), Intellectual impairment
(gangguan intelektual/ dementia), Infection (infeksi), Impairment of vision and hearing, taste,
smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), Impaction (sulit buang air besar), Isolation (depresi), Inanition
(kurang gizi), Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), Insomnia (gangguan tidur), Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
dan Impotence (impotensi).
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Fase lansia adalah priode penutup bagi manusia. Fase ini ditandai dengan terjadinya
proses penuaan. Pada fase ini terjadi beberapa perubahan. Pada fase ini juga sering terjadi
masalah-masalah, umumnya terjadi masalah kesehatan.
B. Saran
Usia lansia bukanlah usia yang buruk dan menyusahkan. Usia lansia juga dapat
memberikan kita hal yang positif. Umumnya individu pada usia lansia memilki pengalaman
yang lebih banyak dibandingkan dengan individu lain pada usia dibawahnya. Sehingga hal ini
dapat dijadikan pendoman bagi kita golongan dewasa awal.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo,B.R. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Kuntjoro, H. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. http://www.e-psikologi.com

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2008. Lansia Masa Kini dan
Mendatang. www.menkokesra.go.id

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

http://respiratori.usu.ac.id diakses pada tanggal 6 juli 2015

Anda mungkin juga menyukai