Presented by
Grace Natalia Dumat
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
I. Identity
Name : By K.V.A
Age : 1 bulan
Sex : Laki-laki
MR number : 55.06.48
Age : 37 tahun
Marriage :I
1
Major : SMA
Working at : IRT
Age : 37 tahun
Marriage :I
Major : SMP
Working at : Wiraswasta
Patient was transferred from RSUD Bitung to RSUP Prof. Dr. dr. R.D
kandou malalayang brought by his parents. Patient was said by his parents to
have abdominal distance since a week ago before being hospitalized. The
mother said her son tummy getting bigger as she carefully watched over it
each days. History of pooping for the first time after birth was 4 days later he
had to use medicine such as…. To help him? Then BAB selanjutnya 1
minggu setelah BAB pertama berwarna kuning pucat. According to his
mother said, his son is sMenurut ibu pasien, saat ini BAB teratur setiap hari.
Riwayat muntah disangkal. Riwayat demam saat pasien usia 4 hari dan
demam saat ini tidak ada. Riwayat kuning disangkal ibu pasien. BAK
2
dikatakan oleh pasien normal tidak ada keluhann. Bayi menyusu baik, tidak
pernah kebiruan. Riwayat batuk dan pilek disangkal. Riwayat kelahiran
secara Caesar atas indikasi KPD. Pasien lahir dengan berat badan
3
SILSILA KELUARGA
4
SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA
No. Nama Hubungan Kelamin Umur Keterangan
(tahun)
1. YA Ayah L 37 Sehat
2. YM Ibu P 37 Sehat
3. K.V.A Anak L 1 Bulan Penderita
B. RIWAYAT PERSALIN
Penderita lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3600 gram seacar
Sectio Caesaria dikarenakan ibu KPD sejak 4 hari, pasien langsung
menangis, pasien lahir di RS Manembo-nembo, Bitung.
5
Setelah lahir penderita tidak tampak kuning ataupun kebiruan jika
menangis. Penderita dapat menyusui dengan baik.
D. RIWAYAT MAKANAN
ASI : 0 - 1 bulan (sekarang)
PASI :-
Bubur saring :-
Bubur biasa :-
Nasi :-
F. RIWAYAT IMUNISASI
6
DTP -
CAMPAK -
HEPATITIS B -
keramik. Rumah memiliki 3 kamar tidur yang dihuni oleh 10 orang terdiri dari 6
orang dewasa dan 4 orang anak-anak. WC/Kamar mandi berada didalam rumah.
Sumber air minum dari PAM. Sumber penerangan listrik dari Perusahaan Listrik
7
Pemeriksaan dilakukan di Ruangan Irina E Bawah Kamar 8 bed 5 , pada
tanggal 12 November 2018
Keluhan utama : Perut kembung sejak 1 minggu SMRS + Riwayat
BAB pertama usia 4 hari
Keadaan umum : Tampak sakit Kesadaran : Kompos mentis
Antropometri
BB = 4.2 kg TB = 49 cm Status Gizi = Kurang
Tanda vital : nadi 138x/m (reguler, isi cukup, kuat angkat), pernapasan 38x/m
suhu badan 36,70 C (aksila), oksigen dalam darah 99%
Kulit : sawo matang, ikterik (-), efloresensi (-), pigmentasi (-), jaringan
parut (-), lapisan lemak cukup, turgor kulit kembali cepat, tonus
eutoni, edema (-), sianosis (-).
Kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut,
ubun-ubun belum menutup.
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikteri (-), lensa jernih, refleks
kornea +/+, pupil bulat isokor diameter 3 mm – 3 mm, refleks
cahaya +/+, bolamata terletak ditengah.
Telinga : bentuk normal, sekret -/-
Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : mukosa basah, lidah tidak beslag
Tenggorakan : T1 – T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Leher : trakea letak di tengah, pembesaran KGB (-)
Dada : bentuk simetris, retraksi (-),
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada bagian dada sebelah kiri
8
Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas kiri linea
mid clavicularis sinistra, batas atas ICS I - II
Auskultasi : frekuensi detak jantung 138x/menit, regular, bising (-).
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikuler, kanan = kiri, ronki -/-,
wheezing -/-
Perut
Inspeksi : cembung, tali pusat terawat, ascites (-)
Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Palpasi : datar, hepar 4 -2 cm BAC, lien tidak teraba membesar
Perkusi : bunyi timpani
RESUME
Seorang bayi lakilaki, usia 1 bulan dengan BB : 4200 gram dan Panjang
Badan : …… masuk rumah sakit tanggal 12 November 2018 pukul 01.00 WITA
9
datang ke rumah sakit dengan membawa rujukan dari RSUD Bitung. Pasien
HEMATOLOGI
10
Leukosit 4000-10000 /uL 77000/uL
Eritrosit 4,70-6,10 10^6/uL 3.70 10^6/uL
Hemoglobin 13.5-19.5 g/dL 11.4 g/dL
Hematokrit 37.0-47.0 % 33.8 %
Trombosit 150-450 10^3/uL 559 10^3/uL
MCH 27.0-35.0 pg 30.8 pg
MCHC 30.0-40.0 g/dL 34.0 g/dL
001 Eosinofil 1–5 % 2%
002 Basofil 0–1 % 0%
003 Netrofil Batang 2–8 % 0%
004 Netrofil Segmen 50 – 70 % 21%
005 Limfosit 20 – 40 % 60%
006 Monosit 2 -8 % 16%
MCV 87.0 – 103.0 fL 29 U/L
KIMIA KLINIK
SGOT <33 U/L 67 U/L
SGPT <43 U/L 29 U/L
Bilirubin Total 0.10-1.20 mg/dL 0.65 mg/dL
Bilirubin Direct <0.30 mg/dL 0.23 mg/dL
Ureum Darah 10-40 mg/dL 9 mg/dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg/dL 0.2 mg/dL
Chlorida Darah 98.0-109.0 mEq/L 106.3 mEq/L
Kalium Darah 3.50-5.30 mEq/L 4.36 mEq/L
Natrium Darah 135-153 mEq/L 137 mEq/L
Calsium 8.10-10.40 mg/dL 9.52 mg/dL
IMUNOLOGI
CRP < 6.00 mg/L < 6 mg/
I. DIAGNOSIS KERJA
Susp. Hirschsprung Disease
abdomen
11
II. PEMANTAUAN SETELAH DIJADIKAN KASUS
13 November 2018
S Perut Kembung,
BAB terakhir kemarin, berwarna kuning pucat
O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis
HR: 124x/m R: 32x/m S: 36.7oC SpO2 : 98%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya +/+, pernapasan cuping hidung (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : bising (-)
12
Abdomen : cembung, BU (+) menurun
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A Susp. Hirschsprung Disease
P - Paracetamol 3x50mg
- IVDF KAEN 1B 17mL/jam
- NPO
- Pasang cerobong angina selama 30 menit tiap 6 jam
- Observasi tanda akut abdomen
14 November 2018
S Perut cembung
13
- 18.00 : 40 cm
- 00.00 : 40 cm
- 06.00 : 43 cm
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A Susp. Hirschsprung Disease
P - Paracetamol 3x50mg
- IVDF KAEN 1B 17mL/jam
- Pasang cerobong angina selama 30 menit tiap 6 jam
- Observasi tanda akut abdomen
- Ukur lingkar perut tiap 6 jam
- Pro Konsul Bedah Anak
15 November 2018
S Perut cembung, BAB (+)
14
- 18. 00 : 42 cm
- 00.00 : 40 cm
- 06.00 : 39 cm
- 18.00 : 37 cm
16 November 2018
S Perut Cembung, BAB (+)
15
P - Paracetamol 3x50mg
- IVFD KAEN 1B 17 mL/jam
- ASI – Susu ad lib
- Inj Metronidazole 3x35mg
- Pro : Suction Biopsi, washout tiap 12 jam
17 November 2018
S Perut kembung, BAB (+)
16
- IVFD KAEN 1B 17 mL/jam
- ASI – Susu ad lib
- Inj Metronidazole 3x35mg
- Gentamicin zalp 2x1
- Pro : Suction Biopsi, washout tiap 12 jam
18 November 2018
S Demam (-), Perut kembung berkurang
17
- IVFD KAEN 1B (H-5) 17 mL/jam
- ASI – Susu ad lib
- Inj Metronidazole 3x35mg
- Gentamicin zalp 2x1
19 November 2018
S Perut kembung berkurang
18
- IVFD KAEN 1B 17 mL/jam
- ASI – Susu ad lib
- Inj Metronidazole 3x35mg
- Gentamicin zalp 2x1
20 November 2018
S Perut kembung tidak ada
19
- Inj Metronidazole 3x35mg
- Gentamicin zalp 2x1
21 November 2018
S Perut kembung
20
- Gentamicin zalp 2x1
- Tunggu hasil barium enema
22 November 2018
S Perut kembung, BAB 2x
21
- Tunggu hasil barium enema
23 November 2018
S Perut kembung, BAB (+)
22
24 November 2018
S Perut kembung berkurang
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi:
Penyakit hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel ganglion
di pleksus myenterikus (auerbach’s) dan submukosa (meissner’s) (Warner, 2004).
Sel-sel ganglion bertanggung jawab atas kontraksi ritmik yang diperlukan untuk
mencerna makanan yang masuk. Hilangnya fungsi motorik dari segmen ini
menyebabkan dilatasi hypertropik massive kolon proximal yang normal sehingga
terjadi kesulitan defekasi dan feses terakumulasi sehingga menyebabkan
Megakolon. Kondisi ini dapat segera terlihat segera setelah lahir ditandai dengan
gagalnya penundaan pasase awal dari mekonium sehingga terjadi distensi
abdominal, yang disertai dengan muntah dalam waktu 48 jam sampai 72 jam.
Pada banyak kasus, segmen aganglionik terdapat pada rectum dan kolon sigmoid.
2. Insidensi:
Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko
tertinggi terjadinya penyakit hirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai
riwayat keluarga penyakit hirschprung dan pada pasien penderita Down Syndrome
(Warner, 2004; Ziegler, 2003). Rectosigmoid paling sering terkena sekitar 75%
kasus, flexura lienalis atau colon transversum pada 17% kasus (Warner, 2004).
24
Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit hirschsprung. Laporan insidensi tersebut bervariasi sebesar 1.5
sampai 17,6% dengan 130 kali lebih tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih
tinggi pada anak perempuan. Penyakit hirschsprung lebih sering terjadi secara
diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh ayah. Sebanyak 12.5% dari
kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada colon (sindroma Zuelzer-
Wilson). Salah satu laporan menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan
kembar yang terkena yang kebanyakan mengalami long segment aganglionosis
(Holschneider, 2000).
3. Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf
parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu
tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
25
otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh N. N. splanknikus
(parasimpatis). Akibatnya kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh N. pudendalis
dan N. splanknikus pelvik (saraf parasimpatis).
5. Patogenesis:
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon
dan sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian yang
abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian
yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionik
selalu terdapt dibagian distal rectum (Warner, 2004).
Hipoganglionosis
26
normal. Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian panjang colon
namun ada pula yang mengenai seluruh colon (Holschneider, 2000).
27
Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian
kecil dari colon.
6. Diagnosis
A. Anamnesis
28
pada segmen distal intestinal dan dilatasi pada bagian proksimal intestinal
(Ziegler,2003).
B. Gejala klinik:
Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus dapat mengalami
kesulitan makan, distensi abdomen yang kronis dan ada riwayat
konstipasi. Penyakit hirschsprung dapat juga menunjukkan gejala lain
seperti adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia
dan peritonitis (Warner, 2004).
29
kardinalnya yaitu gagalnya pasase mekonium pada 24 jam pertama
kehidupan, distensi abdomen dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat
konstipasi bervariasi antara pasien dan sangat individual untuk setiap
kasus. Beberapa bayi dengan gejala obstruksi intestinal komplit dan
lainnya mengalami beberapa gejala ringan pada minggu atau bulan
pertama kehidupan (Holschneider, 2000).
30
berupa toxic megacolon yang mengancam jiwa. Yang ditandai dengan
demam, muntah berisi empedu, diare yang menyemprot, distensi
abdominal, dehidrasi dan syok. Ulserasi dan nekrosis iskemik pada
mukosa yang berganglion dapat mengakibatkan sepsis dan perforasi. Hal
ini harus dipertimbangkan pada semua anak dengan enterocolisis
necrotican. Perforasi spontan terjadi pada 3% pasien dengan penyakit
hirschsprung. Ada hubungan erat antara panjang colon yang aganglion
dengan perforasi (Holschneider, 2000).
C. Pemeriksaan penunjang :
1. Barium enema.
31
Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit Hirschsprung jika sel
ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang
tidak benar dan dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis radiologi
sangat sulit untuk tipe aganglionik yang long segmen , sering seluruh
colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon
mungkin terlihat normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang
paling mungkin berkembang dari hari hingga minggu. Pada neonatus
dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaska.Biopsi rectal
sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harus dipikirkan pada semua
neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus besar/kecil
atau semua anak kecil dengan appendicitis selama 1 tahun (Leonidas,
2004).
32
Gambar : Terlihat gambar barium enema penderita Hirschsprung.
2. Anorectal manometry
3. Biopsy rectal
7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Hirschprung harus meliputi seluruh kelainan
dengan obstruksi pada distal usus kecil dan kolon, meliputi:
Obstruksi mekanik
Meconium ileus
Simple
Complicated (with meconium cyst or peritonitis)
Meconium plug syndrome
Neonatal small left colon syndrome
33
Malrotation with volvulus
Incarcerated hernia
Jejunoileal atresia
Colonic atresia
Intestinal duplication
Intussusception
NEC
Obstruksi fungsional
Sepsis
Intracranial hemorrhage
Hypothyroidism
Maternal drug ingestion or addiction
Adrenal hemorrhage
Hypermagnesemia
Hypokalemia
8. Tatalaksana
Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari
diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan
Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari kondisi anak dan respon
dari terapi awal. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout
serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik
spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena.
Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy.
34
bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis dari daerah
ganglionik ke anus atau bantalan mukosa rektum (Hackam, 2005).
35
dilakukannya pull-through pada zona transisi yang berhubungan dengan tingginya
angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus yang
aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang di pull-throughpada zona transisi akan
membutuhkan reoperasi (Hackam, 2005).
36
BAB III
PEMBAHASAN
37
dan 360 kali lebih tinggi pada anak perempuan. Penyakit hirschsprung lebih
sering terjadi secara diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh ayah.
Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada colon
(sindroma Zuelzer-Wilson).
Pada bayi yang baru lahir, kebanyakan gejala muncul 24 jam pertama
kehidupan. Dengan gejala yang timbul: distensi abdomen dan bilious emesis.
Tidak keluarnya mekonium pada 24 jam pertama kehidupan merupakan tanda
yang signifikan mengarah pada diagnosis ini. Pada beberapa bayi yang baru lahir
dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterocolitis (Warner, 2004).
Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus dapat mengalami
kesulitan makan, distensi abdomen yang kronis dan ada riwayat
konstipasi. Penyakit hirschsprung dapat juga menunjukkan gejala lain seperti
adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia dan peritonitis
(Warner, 2004).
38
Kebanyakan anak-anak dengan hirschsprung datang karena obstruksi
intestinal atau konstipasi berat selama periode neonatus. Gejala kardinalnya yaitu
gagalnya pasase mekonium pada 24 jam pertama kehidupan, distensi abdomen
dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat konstipasi bervariasi antara pasien
dan sangat individual untuk setiap kasus. Beberapa bayi dengan gejala obstruksi
intestinal komplit dan lainnya mengalami beberapa gejala ringan pada minggu
atau bulan pertama kehidupan (Holschneider, 2000).
Dari hasil anamnesis yang teliti dan pada pemeriksaan fisik kasus ini
didapatkan bahwa pasien merupakan bayi laki-laki usia 1 bulan, orangtua
mengatakan bahwa pasien mengalami kesulitan mengeluarkan meconium sejak 4
hari setelah kelahiran dan harus dibantu dengan obat-obat medis, kemudian perut
pasien terlihat semakin cembung sejak 1 minggu SMRS.
Barium enema.
39
bagian proksimal usus yang mempunyai ganglion mengalami distensi sehingga
pada gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian proksimal usus
memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan pada bayi yang baru
lahir. Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium distensi
usus kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan barium enema, yang paling penting adalah zona
transisi. Posisi pemeriksaan dari lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari
rektum secara lebih optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan disertai distensi
dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak spesifik. Enterokolitis pada
Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang ditandai dengan
adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh oedem,
spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas
dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit
Hirschsprung jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan
ada teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis
radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik yang long segmen , sering seluruh
colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon mungkin
terlihat normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang paling mungkin
berkembang dari hari hingga minggu. Pada neonatus dengan gejala ileus obstruksi
yang tidak dapat dijelaska.Biopsi rectal sebaiknya dilakukan.
Biopsi Rectal
40
Pada pasien ini telah dikonsulkan kebagian bedah anak untuk penanganan
lebih lanjut dan telah direncanakan untuk dilakukan pro barium enema dan suction
biopsy dan dilakukan washout tiap 6 jam.
Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung tergantung dari
diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat. Keputusan untuk melakukan
Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan tergantung dari kondisi anak dan respon
dari terapi awal. Decompresi kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout
serial, dan meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik
spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan intravena.
Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan colostomy.
Pada anak-anak dengan distensi usus yang signifikan adalah penting untuk
dilakukannya periode dekompresi menggunakan rectal tube jika akan
dilakukan single stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua dengan kolon
hipertrofi, distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan hati-hati sehingga usus
dapat dekompresi sebelum dilakukan prosedur pull-through.
41
ganglionik dan dinding posterior dari rektum aganglionik dianastomosis
menggunakan stappler. Walaupun kedua prosedur ini sangat efektif, namun
keterbatasannya adalah adanya kemungkinan kerusakan syaraf parasimpatis yang
menempel pada rektum. Untuk mengatasi masalah ini, prosedur Soave
menyertakan diseksi seluruhnya dari rektum. Mukosa rektum dipisahkan dari
mukosa muskularis dan kolon yang ganglionik dibawa melewati mukosa dan
dianastomosis ke anus. Operasi ini dapat dilakukan sepenuhnya dari bawah.
Dalam banyak kasus, sangat penting untuk menentukan dimana terdapat usus
yang ganglionik. Banyak ahli bedah mempercayai bahwa anastomosis dilakukan
setidaknya 5 cm dari daerah yang sel ganglion terdeteksi. Dihindari
dilakukannya pull-through pada zona transisi yang berhubungan dengan tingginya
angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus yang
aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang di pull-throughpada zona transisi akan
membutuhkan reoperasi.
42
3. Teknik Soave: pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal
aganglioner.
DAFTAR PUSTAKA
43
3. Leonidas J.C., Singh S.P., Slovis T.L. 2004. Chapter 4 Congenital Anomalies
44