Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN HASIL PROGRAM KESEHATAN

KOMUNITAS RT 35 KELURAHAN PULOKERTO


KECAMATAN GANDUS

Oleh: Kelompok 7
M. Aufar Isytahar 04054821820138
Siti Thania Luthfyah 04054821820029
Dwi Taufik O 04054821820120
Syah Fitri 04054821820028
Silvi Silvania 04054821820026

PEMBIMBING:
dr. Syifa Alkaf
dr. Eka Febri

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


SRIWIJAYA
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3

BAB II ANALISA DATA PRIMER DAN SEKUNDER ................................ 22

BAB III PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH ............................... 71

BAB IV PENETAPAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH ..................... 73

BAB V PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH .......................................... 74

BAB VI ANALISA DIAGNOSIS KOMUNITAS RT 35 MENURUT


TEORI L. GREEN ............................................................................... 75

BAB VII JADWAL KEGIATAN HARIAN ...................................................... 78

BAB VIII LAPORAN KEGIATAN HARIAN .................................................. 80

BAB IX PENGELUARAN BIAYA ..................................................................... 81


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelurahan Pulokerto merupakan salah satu kelurahan yang
terdapat di Kecamatan Gandus Palembang. Kelurahan ini terdiri
dari beberapa RT, salah satunya RT 035 yang dikepalai oleh Bapak
Wagiman. RT 035 ini terdiri dari 76 kepala keluarga. RT 035 ini
terletak di belakang pabrik karet di pinggiran sungai Musi.
Pendudukan mendapatkan sumber air bersih untuk sumber air
minum dan MCK dari PDAM. Mayoritas mata pencaharian warga
adalah buruh dan tingkat pendidikan penduduknya rendah.
Pengelolaan sampah pada RT 35 dibuang ke pembuangan
terbuka yang juga menampung sampah dari RT lainnya dan tempat
pembuangannya ini terletak disekitar rumah warga. Namun jarak
pembuangan ini dinilai terlalu dekat dengan pemukiman warga
sehingga banyak lalat berterbangan ke daerah pemukiman warga.
Pada tanggal 3 Desember 2018, salah satu kelompok
mahasiswa Fakultas Kedokteran melakukan Field Learning
Experience di RT 035. Dari hasil survey pada 10 rumah warga
terdapat beberapa masalah kesehatan diantaranya batuk pilek,
riwayat diare, gatal-gatal dikulit, bisul, darah tinggi, dan penyakit
rematik seperti nyeri lutut pada lansia. Sebagian warga RT 035 ini
mengaku apabila sakit mereka datang ke bidan ataupun Puskesmas.
Mayoritas warga mengaku keluhan yang paling sering
membawanya untuk berobat adalah batuk, pilek dan demam.
Namun mereka mengaku keluhan ini biasanya muncul akibat
perubahan cuaca yang tidak menentu atau kelelahan. Terdapat 2
dari 10 rumah yang menyatakan memiliki keluhan riwayat diare
dalam 3 bulan terakhir dan juga mengaku diarenya biasanya
diakibatkan salah makan, namun mampu diobati sendiri secara
herbal atau keluhannya hilang sendiri. Sebagian warga dari 10
rumah ini juga ada yang mengeluh jika berobat dengan keluhan
gatal-gatal dan bisul. Dari hasil anamnesis, diketahui memang
lingkungan tempat tinggal dan gaya hidup warga tersebut kurang
baik. Beberapa warga yang berusia lanjut juga mengeluh pusing
dan sulit tidur yang merupakan gejala darah tinggi. Sebagian
pasien mengaku rutin berobat di bidan dan puskesmas. Dari 10
kepala keluarga ini semuanya menyatakan bahwa akses mereka ke
fasilitas kesehatan sangat mudah karena dilingkungannya terdapat
beberapa bidan dan terdapat juga Puskesmas Gandus yang tidak
jauh jaraknya dari pemukiman warga. Namun sebagian lagi jarang
berobat dikarenakan masalah ekonomi.
Berdasarkan hasil survey pada 10 rumah warga, didapatkan
mayoritas rumahnya memiliki lingkungan yang kurang bersih.
Sebagian rumah memiliki hewan peliharaan seperti ayam, kucing,
dan burung yang kandangnya bergabung dengan rumah warga
sehingga banyak kotoran hewan berserakan disekitar pekarangan
rumah warga. Beberapa rumah lain memiliki ventilasi yang buruk,
pencahayaan rumah yang kurang, kondisi rumah yang lembab dan
bau. Gaya hidup masyarakat rata-rata kurang baik seperti
menggantung pakaian di dalam rumah, jendela rumah jarang
dibuka, kondisi dapur dan toilet yang kurang bersih.
Penghasilan masyarakat dari 10 kepala keluarga ini
tergolong rendah, mayoritas yaitu berpenghasilan 500.000-
1.000.000. Masyarakat yang disurvey ini bekerja sebagai buruh
pabrik, buruh harian bangunan, IRT, tukang sapu, dan sebagian
lansia tidak bekerja, namun ada juga yang berprofesi sebagai
seorang guru. Sebagian besar dari 10 keluarga yang dikunjungi
juga memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
B. Analisa Situasi
Kondisi sosiodemografi dan fakta-fakta yang ada di RT 035
Kelurahan Pulokerto Kecamatan Gandus dari hasil survey pada 10
kepala keluarga adalah :
1. RT 035 terletak didekat pabrik karet di pinggiran sungai
musi
2. RT 035 terdiri dari 76 kepala keluarga
3. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian buruh
4. Tingkat pendidikan masyarakatnya tergolong rendah
5. Terdapat berbagai masalah kesehatan, diantaranya ISPA,
riwayat diare, penyakit kulit, darah tinggi, dan penyakit
rematik.

C. Permasalahan–Permasalahan yang Ditemukan


Permasalahan yang ditemukan di RT 35 Kelurahan Pulokerto
Kecamatan Gandus adalah :
1) Jarak tempat pembuangan sampah terbuka terlalu dekat
dengan rumah warga
2) Sanitasi dan gaya hidup masyarakat yang kurang baik
3) ISPA
4) Riwayat Diare
5) Penyakit kulit diantaranya dermatitis, bisul
6) Hipertensi
7) Penyakit rematik, yaitu nyeri lutut
D. Penetapan Prioritas Masalah

Masalah 4 5 6 7
1 2 3
Kriteria

Tingkat Urgensi (U) 1 2 4 1 3 2 1

Tingkat Keseriusan (S) 3 4 4 3 3 5 3

Tingkat Perkembangan (G) 1 5 4 3 4 2 2

Ux S x G 3 40 64 9 36 20 6

Berdasarkan teknik USG didapatkan prioritas masalah pada RT 35


Kelurahan Pulokerto Kecamatan Gandus adalah ISPA, sanitasi dan
gaya hidup masyarakat yang kurang baik dan penyakit kulit.

E. Alat Ukur untuk Data Primer


Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data primer adalah
kuesioner yang berisi demografi keluarga, pelayanan kesehatan
umum, kesehatan anggota keluarga, dan kesehatan lingkungan.
BAB II
ASSESSMENT DAN ANALISA DATA PRIMER

I. Assessment Keluarga
a. Keluarga Bapak Ali Akbar
Keluarga pertama merupakan keluarga Bapak Ali Akbar
yang terdiri dari 4 anggota keluarga. Yaitu istrinya Ibu Dewi
Sartika dan 2 orang anaknya yaitu Putri dan Nur Hasanah. Ali
Akbar berusia 57 tahun merupakan seorang pegawai pabrik yang
sudah pensiun. Dewi Sartika berusia 54 tahun dan merupakan
seorang ibu rumah tangga. Saat ini mereka memiliki sebuah toko
kelontong di rumahnya yang merupakan satu-satunya sumber
penghasilan mereka. Nurhasana merupakan anak pertama yang
berusia 25 tahun yang juga membantu menjaga warung di rumah.
Putri merupakan anak kedua berusia 15 tahun yang sedang duduk
di bangku SMA.
Penghasilan keluarga ini yang didapatkan dari toko
kelontong yang terdapat dirumahnya adalah kira-kira Rp1.000.000
per bulan. Ibu Dewi Sarika biasa berjualan dirumah dibantu oleh
anaknya, Nurhasanah yang tidak bekerja. Keluarga Bapak Ali
Akbar mengaku penghasilan yang diterima cukup seimbang
dengan pengeluarannya.
Keluarga Bapak Ali Akbar mengaku sering pergi ke
pelayanan kesehatan terdekat apabila orang dirumahnya ada yang
sakit, seperti bidan atau Puskesmas Gandus. Keluhan yang paling
sering membawa mereka untuk berobat adalah kontrol obat untuk
darah tinggi yang diderita Bapak Ali Akbar dan istrinya. Ibu Dewi
Sartika juga sering mengalami keluhan nyeri pada sendi lututnya
dan juga rutin minum obat untuk meredakan nyerinya. Jarak
Puskesmas tempat mereka biasa mengambil obat dinilai cukup
dekat dan akses ke pelayanan kesehatanya mudah. Bapak Ali
Akbar dan istrinya menyatakan ia rutin mengonsumsi dan kontrol
hipertensinya. Sementara kedua anaknya, Nurhasanah dan Putri
tidak mempunyai masalah kesehatan.
Bapak Ali Akbar memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi setiap harinya. Ia mengaku sehari hanya menghabiskan 2-5
batang rokok dan 1 gelas kopi. Keluarga ini memiliki kebiasaan
makan teratur. Putri, anak pertama Ibu Sartika selalu sarapan
sebelum berangkat ke sekolah setiap harinya. Ibu Dewi Sartika
juga memasak untuk makanan sehari-hari bersama anak
pertamanya Nurhasanah yang terdiri dari nasi, sayur dan lauk.
Terkadang, ia hanya makan saat pergi dan pulang kerja dirumah.
Rumah keluarga ini terletak di dalam lorong yang juga
tidak begitu berdekatan dengan tempat pembuangan sampah
RT035.Rumah ini berukuran 4 x 6 m dengan 2 kamar berukuran 2
x 2 m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu belakang dengan
jendela. Pada bagian depan rumah keluarga ini terdapat toko
kelontong tempat ibu Dewi Sartika berjualan kebutuhan sehari-hari
yang biasa dibeli warga sekitar rumahnya. Disekitar rumahnya
tidak terdapat tanaman, namun tampak keluarga ini memelihara
beberapa burung yang kandangnya digantung didepan rumah.
Namun, keluarga ini mempunyai kebiasaan menggantung baju
diatas kandang burungnya.
Rumah juga memiliki pekarangan kecil di depan dan di
belakang rumah. Pencahayaan rumah cukup. Dibagian depan
terdapat jendela yang sering dibuka dipagi hingga siang hari. Di
pekarangan rumah keluarga terdapat beberapa tanaman. Sumber air
minum keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi
ulang pada tempat pengisian ulang air minum. Sumber air untuk
mandi dan MCK berasal dari PDAM, mereka menggunakan air
yang jernih.
b. Keluarga Bapak Dedi Iskandar
Keluarga kedua merupakan keluarga Bapak Dedi Iskandar
yang terdiri dari 7 anggota keluarga, yaitu istrinya Ibu Trisnawati
dan 5 orang anaknya yaitu Deri, Betris, Astrid, Tristan dan Aisyah.
Dedi Iskandar berusia 37 tahun merupakan seorang buruh.
Trisnawati berusia 34 tahun yang merupakan seorang pedagang.
Anak pertama adalah Deri yang berusia 14 tahun dan sedang duduk
di bangku SMP. Betris dan Astrid merupakan anak kedua dan
ketiga yang berusia 11 dan 8 tahun dan sedang duduk di bangku
SD. Sedangkan Tristan dan Aisyah merupakan balita.
Bapak Dedi Iskandar merupakan kepala keluarga
berpenghasilan rata-rata >Rp1.000.000 per bulan. Ibu Trisnawati
merupakan seorang pedangang yang berpenghasilan rata-rata Rp
500.000 – Rp 1.000.000 per bulan. Keluarga Dedi Iskandar
mengaku penghasilan yang diterima cukup seimbang dengan
pengeluarannya. Namun, terkadang mereka mengaku penghasilan
yang diterima juga tidak dapat mencukupi kebutuhan seperti biaya
sekolah seperti membeli buku dan seragam sekolah.
Keluarga Bapak Dedi Iskandar mengaku rajin ke
Puskesmas apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
Mereka lebih sering ke Puskesmas karena lebih percaya pada
dokter di Puskesmas. Namun, mereka mengatakan bahwa jarang
sekali menerima informasi kesehatan dari pelayanan kesehatan
disekitar rumah. Bapak Dedi menjelaskan bahwa anaknya, Betris,
pernah mengalami keluhan gatal-gatal di sela jari dalam satu bulan
terakhir dan anak keempatnya, Astrid, pernah mengalami keluhan
gatal-gatal serupa 2 minggu sebelumnya.
Bapak Dedi Iskandar memiliki kebiasaan merokok dan
minum kopi setiap harinya. Ia mengaku sehari bisa menghabiskan
setengah bungkus rokok dan 1 gelas kopi di pagi dan sore hari.
Keluarga Bapak Dedi Iskandar memiliki kebiasaan makan yang
teratur. Ibu Trisnawati mengaku setiap hari memasak makanan
berupa nasi, sayur dan lauk untuk makanan sehari-hari. Anak-
anaknya selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Rumah keluarga terletak di dalam lorong yang letaknya
tidak begitu berdekatan dengan tempat pembuangan sampah RT
035. Rumah ini berukuran 4 x 6 m dengan 2 kamar berukuran 2 x 2
m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu belakang dengan
jendela. Rumah juga memiliki pekarangan kecil di depan dan di
belakang rumah. Pencahayaan rumah cukup, matahari langsung
masuk ke dalam rumah. Dibagian depan terdapat jendela yang
sering dibuka dipagi hingga siang hari. Kebiasaan menggantung
pakaian dirumah tidak ada. Di pekarangan rumah keluarga terdapat
beberapa pot bunga dan ada satu pohon buah. Sumber air minum
keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi ulang pada
tempat pengisian ulang air minum. Sumber air untuk mandi dan
MCK berasal dari PDAM, mereka menggunakan air yang jernih.
Keluarga Bapak Dedi Iskandar tidak memelihara hewan ternak
apapun. Secara keseluruhan, Bapak Dedi Iskandar memiliki
lingkungan rumah dan kebiasaan yang cukup baik.

c. Keluarga Ibu Nahmi


Keluarga ketiga merupakan keluarga Ibu Nahmi yang
terdiri dari 2 anggota keluarga yaitu adiknya yang bernama Ibu
Elmi. Ibu Nahmi dan Ibu Elmi berusia 60 dan 45 tahun dan
keduanya belum menikah. Ibu Nahmi adalah seorang pemulung
dan Ibu Elmi merupakan seorang pembantu rumah tangga harian.
Ibu Nahmi dianggap sebagai kepala keluarga karena merasa
dirinya sebagai kakak. Namun, Ibu Nahmi dan Ibu Elmi sendiri
sama-sama bekerja dan berpenghasilan rata-rata <Rp500.000 per
bulan. Ibu Nahmi mengaku peghasilan ini tidak tetap karena
pekerjaannya yang juga tidak tetap. Ibu Nahmi seorang pemulung
yang mengumpulkan sampah. Waktu ia berkeliling mencari
sampah tidak tetap. Sedangkan ibu Elmi, seorang pembantu rumah
tangga harian yang bekerja berdasarkan panggilan orang yang
membutuhkan. Keluarga Ibu Nahmi mengaku penghasilan yang
diterima juga ia sesuaikan dengan pengeluarannya.
Ibu Nahmi mempunyai sakit asam urat dan ibu Elmi
mempunyai sakit rematik dan hipertensi. Keduanya sering ke
Puskesmas saat sakitnya kambuh. Namun, ibu Elmi sendiri
mengaku tidak rajin minum obat darah tinggi, ia hanya makan obat
jika sakitnya dirasa kambuh. Ibu Nahmi dan Ibu Elmi juga
mengaku sangat kurang pengetahuannya tentang kesehatan.
Mereka memang tidak bersekolah sejak kecil, selain itu pelayan
kesehatan disekitar tempat tinggal juga tidak memberikan
informasi. Saat dikunjungi, Ibu Nahmi dan Ibu Elmi sedang tidur
siang dirumahnya. Mereka mengaku sedang beristirahat karena
pegal-pegal kelelahan.
Ibu Nahmi dan Ibu Elmi memiliki kebiasaan minum kopi
setiap harinya. Mereka memiliki kebiasaan makan yang tidak
teratur. Mereka membeli makan jika mendapatkan uang dihari itu.
Rumah keluarga Ibu Nahmi terletak di dalam lorong yang
letaknya cukup berdekatan dengan tempat pembuangan sampah RT
035. Rumah ini terbuat dari kayu berukuran 2 x 5m dan tidak
memiliki kamar. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu
belakang tanpa jendela. Rumah juga memiliki pekarangan kecil di
depan dan di belakang rumah. Dipekarangan depan rumah, terdapat
kursi kayu tempat ibu Nahmi biasa tidur dan bersantai.
Pencahayaan rumah cukup, matahari langsung masuk ke dalam
rumah, namun rumah tidak memiliki jendela. Ibu Nahmi memiliki
kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah. Di pekarangan
rumah keluarga terdapat beberapa pot bunga dan ada satu pohon.
Namun, disamping rumah ibu Nahmi terdapat pekarangan kecil
yang merupakan pekarangan bersama dengan rumah tetangga.
Tetangganya tersebut memiliki peliharaan ayam yang kandangnya
terletak dipekarangan tersebut. Sehingga, sehari-harinya ayam
tersebut dibiarkan berkeliaran disekitar rumah mereka. Sumber air
minum keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi
ulang pada tempat pengisian ulang air minum. Sumber air untuk
mandi dan MCK berasal dari PDAM, mereka menggunakan air
yang jernih.
d. Keluarga Bapak Abu Bakar
Keluarga keempat merupakan keluarga Bapak Abu Bakar
yang terdiri dari 2 anggota keluarga yaitu istrinya Ibu Siti, Bapak
Abu Bakar berusia 68 tahun dan istrinya berusia 65 tahun. Mereka
sudah tidak bekerja dan menerima tunjangan hidup yang setiap
bulan dikirim oleh anaknya.
Bapak Abu Bakar mengaku sehari-hari hanya berkegiatan
membersihkan rumah dan membantu mengasuh cucu. Sedangkan
istrinya, Ibu Siti, selain membersihkan rumah, memasak dan
mencuci, juga aktif dalam kegiatan di luar rumah yaitu pengajian.
Bapak Abu Bakar memiliki riwayat penyakit katarak sedangkan
istrinya mengaku tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Mereka
juga mengaku lebih sering mengalami penyakit batuk pilek namun
tidak berobat ke pelayanan kesehatan akibat lebih suka
mengonsumsi obat-obat tradisional.
Rumah keluarga ini berukuran 4 x 6 meter dengan
pekarangan depan rumah yang berukuran sekitar 1 x 2 meter.
Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu belakang dengan
jendela. Sebagian besar ventilasi rumah masih kurang baik akibat
penduduk tidak rutin membuka jendela, pencahayaan rumah yang
kurang dan lembab akibat banyak pakaian yang digantung di
dalam rumah. Selain itu, di pekarangan depan rumah terdapat
kandang ayam yang jaraknya < 1 meter dari pintu masuk rumah
Bapak Abu Bakar. Ayam peliharaan keluarga ini dibiarkan
berkeliaran di sekitar pekarangan rumah dan terlihat beberapa
kotoran ayam yang tidak dibersihkan. Sumber air minum keluarga
ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi ulang pada tempat
pengisian ulang air minum. Sumber air untuk mandi dan MCK
berasal dari sumur gali. Kamar mandi rumah ini terlihat kotor
akibat jarang dibersihkan dan bak mandi yang jarang dikuras.
Bapak Ibrahim sering berbarig diruang tamu tanpa menggunakan
alas.
Bapak Abu Bakar memiliki kebiasaan merokok yang dapat
menghabiskan rata-rata <1 bungkus perhari. Bapak Abu Bakar dan
istrinya mengaku memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur
akibat nafsu makan yang kurang baik. Untuk menu makanan,
Bapak Abu Bakar dan istrinya mengaku tidak memiliki menu
khusus dan tidak mengonsumsi susu untuk lansia.
e. Keluarga Bapak Ramadoni
Keluarga kelima merupakan keluarga Bapak Ramadoni
yang terdiri dari 2 anggota keluarga yaitu anaknya Yunita. Mereka
tinggal satu rumah dengan keluarga Bapak Abu Bakar yang
merupakan ayahnya. Bapak Ramadoni berusia 35 tahun yang
merupakan orang tua tunggal dan bekerja sebagai seorang tukang
sapu yang penghasilannya digunakan untuk kedua orang tua dan
anaknya.
Bapak Ramadoni merupakan tulang punggung keluarga
yang berpenghasilan rata-rata Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per
bulan. Mereka mengaku penghasilan ini tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari yang biaya nya sebesar > Rp 1.000.000.
Keluarga Bapak Ramadoni mengaku sering pergi ke
pelayanan kesehatan terdekat apabila orang dirumahnya ada yang
sakit, seperti bidan atau Puskesmas Gandus. Keluhan yang paling
sering membawa mereka untuk berobat adalah anaknya yang
sering menderita demam, batuk dan pilek. Yunita, anak Bapak
Ramadoni, mengaku selalu sarapan sebelum berangkat sekolah.
Namun, ia mengaku jarang mengonsumsi susu dan buah-buahan.
Yunita lebih senang jajan di sekolahan hampir setiap hari. Bapak
Ramadoni memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi setiap
harinya. Ia mengaku sehari hanya menghabiskan 2-5 batang rokok
dan 1 gelas kopi. Keluarga ini memiliki kebiasaan makan teratur.
Keadaan lingkungan dan rumah Bapak Ramadoni sama
dengan keluarga Bapak Abu Bakar karena mereka tinggal satu
rumah. Sanitasi rumah dan lingkungan kedua keluarga ini dianggap
kurang baik.

f. Keluarga Bapak Darsan


Keluarga keenam merupakan keluarga Bapak Darsan yang
terdiri dari 5 anggota keluarga yaitu istrinya Ibu Fitri dan 3 orang
anaknya yaitu Zaki, Rama dan Al-Gazali. Bapak Darsan berusia 39
tahun dan istrinya 34 tahun. Bapak Darsan merupakan seorang
driver online dan istrinya adalah seorang guru. Zaki merupakan
anak pertama berusia 15 tahun yang sedang duduk di bangku SMP.
Adiknya, Rama, berusia 11 tahun yang sedang duduk di bangku
SD dan Al-Gazali, anak ketiga, masih berusia 9 bulan.
Bapak Darsan merupakan kepala keluarga berpenghasilan
rata-rata >Rp1.000.000 per bulan. Namun, Bapak Darsan mengaku
peghasilan ini tidak tetap karena pekerjaannya yang juga tidak
tetap. Ibu Fitri merupakan seorang guru yang mengajar di sekolah
dan juga membuka les private di rumah, penghasilannya juga rata-
rata >Rp1.000.000 per bulan. Keluarga Bapak Darsan mengaku
penghasilan yang diterima cukup seimbang dengan
pengeluarannya.
Keluarga Bapak Darsan mengaku rajin ke Puskesmas
apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit. Mereka lebih
sering ke Puskesmas karena lebih percaya pada dokter di
Puskesmas. Namun, mereka mengatakan bahwa jarang sekali
menerima informasi kesehatan dari pelayanan kesehatan disekitar
rumah. Saat ini, Bapak Darsan dan anak bungsunya yang berusia 9
bulan sedang mengalami batuk pilek. Mereka mengaku hal tersebut
dikarenakan kondisi cuaca yang kurang baik. Al-Gazali
sebelumnya mengalami demam dan diare selama satu minggu.
Namun, saat dikunjungi keadaannya sudah membaik.
Bapak Darsan memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi setiap harinya. Ia mengaku sehari bisa menghabiskan
setengah bungkus rokok dan 1 gelas kopi di pagi dan sore hari.
Keluarga Bapak Darsan memiliki kebiasaan makan yang teratur.
Setiap harinya, Ibu Fitri memasak untuk makanan sehari-hari yang
terdiri dari nasi, sayur dan lauk. Anak-anaknya selalu sarapan
sebelum berangkat ke sekolah.
Rumah keluarga terletak di dalam lorong yang letaknya
tidak begitu berdekatan dengan tempat pembuangan sampah RT
035. Rumah ini berukuran 4 x 6 m dengan 2 kamar berukuran 2 x 2
m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu belakang dengan
jendela. Rumah juga memiliki pekarangan kecil di depan dan di
belakang rumah. Pencahayaan rumah cukup, matahari langsung
masuk ke dalam rumah. Dibagian depan terdapat jendela yang
sering dibuka dipagi hingga siang hari. Kebiasaan menggantung
pakaian dirumah tidak ada. Di pekarangan rumah keluarga terdapat
beberapa pot bunga dan ada satu pohon buah. Sumber air minum
keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi ulang pada
tempat pengisian ulang air minum. Sumber air untuk mandi dan
MCK berasal dari PDAM, mereka menggunakan air yang jernih.
Keluarga Bapak darsan tidak memelihara hewan ternak apapun.
Secara keseluruhan, Bapak Darsan memiliki lingkungan rumah dan
kebiasaan yang cukup baik.

g. Keluarga Bapak Suparman


Keluarga ketujuh merupakan keluarga Bapak Suparman
yang terdiri dari 5 anggota keluarga yaitu istrinya Ibu Leli, ibunya
Ibu Yumina dan 2 orang anaknya yaitu Sania dan Zahran. Bapak
Suparman berusia 39 tahun yang merupakan seorang pegawai
pabrik Pusri. Istrinya, Leli, berusia 34 tahun merupakan seorang
ibu rumah tangga. Ibu Yumina merupakan ibu dari Bapak
Suparman yang berusia 75 tahun. Sania dan Zahran berusia 6 tahun
dan 11 bulan.
Bapak Suparman merupakan kepala keluarga
berpenghasilan rata-rata >Rp1.000.000 per bulan. Ibu Leli
merupakan seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak
dan ibunya dirumah. Keluarga Bapak Suparman mengaku
penghasilan yang diterima cukup seimbang dengan
pengeluarannya.
Saat ini, Zahran, anak kedua Bapak Suparman sedang
mengalami batuk pilek. Sebelumnya, Zahran baru saja sembuh dari
diare. Ibu Leli, mengaku jarang ke Puskesmas apabila ada salah
satu anggota keluarga yang sakit ringan. Ia hanya merawat sendiri
anaknya dirumah. Namun, Ibu Yumina yaitu nenek Zahran baru
saja keluar dari rawat di RSMH dikarenakan vertigo. Nenek juga
sering ke Puskesmas apabila asam uratnya kambuh. Keluarga
Bapak Suparman juga mengaku jarang sekali menerima informasi
kesehatan ataupun penyuluhan, walaupun disekitar rumah terdapat
Puskesmas, bidan, maupun mantra.
Bapak Suparman memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi setiap harinya. Ia mengaku sehari hanya menghabiskan 3-4
batang rokok dan 1 gelas kopi. Nenek juga memiliki kebiasaan
minum kopi satu gelas setiap harinya. Ibu Leli dan kedua anaknya
memiliki kebiasaan makan teratur. Sania, anak pertama Ibu Leli
selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah setiap harinya. Ibu
Leli juga memasak untuk makanan sehari-hari yang terdiri dari
nasi, sayur dan lauk. Bapak Suparman mengaku sering makan
tidak teratur pada saat bekerja. Terkadang, ia hanya makan saat
pergi dan pulang kerja dirumah. Ibu Yumina, sering kehilangan
nafsu makan, namun ia memiliki penyakit magh kronis, sehingga
apabila tidak makan atau telat makan, penyakitnya sering kambuh.
Ia sering merasa nyeri ulu hati, mual dan kehilangan napsu makan.
Rumah keluarga terletak di dalam lorong yang letaknya
tidak begitu berdekatan dengan tempat pembuangan sampah RT
035. Rumah ini berukuran 4 x 6 m dengan 2 kamar berukuran 2 x 2
m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu belakang dengan
jendela. Rumah juga memiliki pekarangan kecil di depan dan di
belakang rumah. Pencahayaan rumah cukup. Dibagian depan
terdapat jendela yang sering dibuka dipagi hingga siang hari,
namun ventilasi jendela terlihat tertutup oleh debu. Dihalaman
depan rumah merupakan tempat menjemur pakaian. Di pekarangan
rumah keluarga terdapat beberapa pot bunga dan ada satu pohon
buah. Sumber air minum keluarga ini berasal dari dari galon yang
dibeli dan diisi ulang pada tempat pengisian ulang air minum.
Sumber air untuk mandi dan MCK berasal dari PDAM, mereka
menggunakan air yang jernih. Keluarga Bapak Suparman tidak
memelihara hewan ternak apapun.

h. Keluarga Bapak Ibrahim


Keluarga kedelapan merupakan keluarga Bapak Ibrahim
yang terdiri dari 5 anggota keluarga yaitu istrinya Ibu Aminah dan
3 orang anaknya yaitu Justris, Novi dan Nando. Bapak Ibrahim
berusia 43 tahun yang merupakan seorang buruh bangunan. Ibu
Aminah berusia 40 tahun yang merupakan seorang ibu rumah
tangga. Jutris dan Novi berusia 23 dan 18 tahun yang tidak
melanjutkan pendidikannya dan ikut membantu ayahnya yang
bekerja sebagai buruh. Anak bungsunya, Nando, berusia 6 tahun
yang sedang duduk di bangku SD.
Bapak Ibrahim merupakan kepala keluarga yang
merupakan tulang punggung keluarga yang berpenghasilan rata-
rata Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per bulan. Namun, Bapak Ibrahim
mengaku peghasilan ini tidak tetap karena pekerjaannya yang
juga tidak tetap. Keluarga Bapak Ibrahim mengaku penghasilan
yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan semua
anggota keluarga sehari-hari yang rata-rata sebesar >Rp 1.000.000
per bulan.
Keluarga Bapak Ibrahim mengaku jarang berobat ke
pelayanan kesehatan sekitar akibat permasalahan ekonomi. Hal ini
dibuktikan dengan istrinya, Ibu Aminah, yang menderita hipertensi
namun tidak rutin minum obat. Bapak Ibrahim juga menjelaskan
bahwa kedua anak laki-lakinya pernah mengalami gatal-gatal pada
kulit kaki dan bisul dalam satu bulan terakhir. Selain itu, anak
bungsunya, Nando, juga sering mengalami demam batuk dan pilek
namun tidak berobat.
Bapak Ibrahim memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi setiap harinya. Bapak Ibrahim mengaku sehari bisa
menghabiskan 5 batang- 1 bungkus rokok dan 1 gelas kopi. Bapak
Ibrahim mengaku memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur
akibat nafsu makan yang kurang baik, namun istri dan ketiga
anaknya memiliki kebiasaan makan yang teratur. Setiap harinya,
Ibu Aminah memasak untuk makanan sehari-hari yang terdiri dari
nasi, sayur dan lauk. Mereka mengaku jarang mengonsumsi buah-
buahan. Anak bungsunya, Nando, mengaku lebih senang jajan di
dekat sekolah setiap harinya.
Rumah keluarga ini terletak di sebelah tempat pembuangan
sampah terbuka RT 035. Rumah ini berukuran 4 x 6 m dengan 1
kamar berukuran 2 x 2 m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1
pintu belakang dengan jendela. Rumah juga memiliki pekarangan
kecil di depan dan di belakang rumah. Sebagian besar ventilasi
rumah masih kurang baik akibat penduduk tidak rutin membuka
jendela, pencahayaan rumah yang kurang dan lembab akibat
banyak pakaian yang digantung di dalam rumah. Di pekarangan
rumah keluarga ini menjemur pakaian yang telah dicuci nya dan
terdapat beberapa barang lainnya yang dipenuhi dengan debu.
Sumber air minum keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli
dan diisi ulang pada tempat pengisian ulang air minum. Sumber air
untuk mandi dan MCK berasal dari PDAM namun kamar mandi
rumah ini terlihat kotor akibat jarang dibersihkan.

i. Keluarga Bapak Junaidi


Keluarga kesembilan merupakan keluarga Bapak Junaidi
yang terdiri dari 2 anggota keluarga yaitu istrinya Suhaiba. Bapak
Junaidi berusia 68 tahun yang merupakan seorang pedagang
jajanan SD dan istrinya berusia 68 tahun yang merupakan seorang
ibu rumah tangga.
Bapak Junaidi merupakan tulang punggung keluarga yang
berpenghasilan rata-rata >Rp 1.000.000 per bulan yang dirasakan
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena ia mengaku
tanggunganya hanya istrinya sematawayang dan juga ia mengaku
sering mendapatkan tambahan uang kiriman anaknya.
Keluarga Bapak Junaidi mengaku jarang berobat ke
pelayanan kesehatan sekitar akibat lebih sering menggunakan obat
obatan tradisional. Hal ini dibuktikan dengan Bapak Junaidi yang
sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut namun tidak berobat ke
pelayanan kesehatan. Keluarga ini juga mengaku jarang mencari
atau mendapatkan informasi tentang kesehatan dari kader
kesehatan. Mereka hanya sering mendapatkan informasi tentang
kesehatan dari masyarakat sekitar melalui mulut ke mulut.
Bapak Junaidi memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi setiap harinya. Bapak Junaidi mengaku sehari bisa
menghabiskan 5 batang- 1 bungkus rokok dan 1 gelas kopi. Bapak
Ibrahim dan istrinya mengaku memiliki kebiasaan makan yang
teratur. Sehari-hari istrinya memasak untuk makanan mereka yang
terdiri dari nasi, lauk dan sayur. Namun, keluarga ini mengaku
tidak mengonsumsi susu khusus lansia.
Rumah keluarga ini berukuran 4 x 6 m dengan 1 kamar
berukuran 2 x 2 m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu
belakang dengan jendela. Rumah juga memiliki pekarangan kecil
di depan dan di belakang rumah. Lingkungan dalam rumah ini
terlihat kurang bersih. Sebagian besar ventilasi rumah masih
kurang baik akibat jumlah jendela yang minim. Pencahayaan
rumah juga terasa kurang, rumah terlihat gelap dan terasa lembab.
Sumber air minum keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli
dan diisi ulang pada tempat pengisian ulang air minum. Sumber air
untuk mandi dan MCK berasal dari PDAM namun kamar mandi
rumah ini terlihat kotor akibat jarang dibersihkan. Bak mandi
rumah ini juga terlihat keruh akibat jarang dibersihkan.
j. Keluarga Bapak Danil Ortega
Keluarga terakhir merupakan keluarga Bapak Danil Ortega
yang terdiri dari 3 anggota keluarga yaitu istrinya Citra Dewi dan
anaknya Albian. Danil Ortega berusia 29 tahun yang merupakan
pegawai pabrik sedangkan istrinya berusia 24 tahun yang
merupakan seorang pedagang kecil-kecilan. Anaknya, Albian,
merupakan seorang balita berusia 4 tahun.
Bapak Danil Ortega merupakan kepala keluarga yang
merupakan tulang punggung keluarganya dengan penghasilan rata-
rata Rp.1.000.000 per bulan. Sementara ibu Citra Dewi merupakan
tamatan SMP dan hanya berpenghasilan dari jualan kecil-
kecilannya berupa jualan gorengan dan minuman didepan
rumahnya. Istrinya mengaku penghasilan nya ini cukup untuk
pengeluarannya selama sebulan itu.
Keluarga Bapak Danil Ortega mengaku sering pergi ke
pelayanan kesehatan terdekat apabila orang dirumahnya ada yang
sakit, seperti bidan atau Puskesmas Gandus. Keluhan yang paling
sering membawa mereka untuk berobat adalah seputar gejala flu
seperti batuk, pilek dan demam. Istrinya juga mengaku dengan
mengonsumsi obat yang diberikan dari bidan atau dokter di
puskesmas keluhannya berkurang. Anaknya Albian juga
mempunyai riwayat diare dalam 2 bulan terakhir, namun ibu Citra
Dewi mengaku tidak berobat karena keluhannya berkurang setelah
beberapa hari. Ibu Citra menduga keluhan ini hanya disebabkan
oleh salah makan.
Bapak Danil Ortega memiliki kebiasaan merokok dan
minum kopi setiap harinya. Bapak Ibrahim mengaku sehari bisa
menghabiskan 1 bungkus rokok dan 2 gelas kopi. Bapak Danil
Ortega dan ibu Citra Dewi mengaku tidak mempunyai masalah
dalam nafsu makan, mereka makan teratur 3 kali sehari. Namun,
anaknya Albian yang biasanya tidak nafsu makan sehingga harus
dipaksa setiap makannya. Albian merupakan anak pertama mereka
dan ibu Citra Dewi mengatakan anaknya ASI eksklusif selama 6
bulan. Saat ini, Albian makan makanan yang sama dengan orang
tuanya, yaitu nasi, lauk dan sayuran serta ditambah susu formula.
Mereka mengaku jarang mengonsumsi buah-buahan.
Ibu Citra Dewi mengatakan bahwa ia sering kelelahan dan
kurang istrirahat sejak mempunyai anaknya yang pertama ini
sehingga sering juga mengeluh pusing. . Setiap harinya, Ibu Citra
Dewi juga memasak untuk makanan sehari-hari. Sama halnya
dengan istrinya, Bapak Ortega juga mengaku sering merasa
kelelahan dan pegal-pegal akibat pekerjaannya dan sering
begadang di malam hari.
Rumah keluarga ini kira-kira berukuran 4 x 6 m dengan 2
kamar berukuran 2 x 2 m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1
pintu belakang dengan jendela. Pada bagian depan rumah keluarga
ini terdapat etalase kecil tempat ibu Citra Dewi berjualan makanan
dan minuman yang biasa dibeli warga sekitar rumahnya. Disekitar
rumahnya tidak terdapat tanaman, namun terlihat keluarga ini
memelihara beberapa kucing yang berkeliaran masuk keluar
rumahnya.
Ventilasi dan pencahayaan di rumah ini dinilai sudah
cukup, namun jendela rumahnya jarang sekali dibuka. Sumber air
minum keluarga ini berasal dari dari galon yang dibeli dan diisi
ulang pada tempat pengisian ulang air minum. Sumber air untuk
mandi dan MCK berasal dari PDAM.

II. Assesssment Lingkungan


Berdasarkan hasil survei pada 10 rumah warga, didapatkan
mayoritas rumahnya memiliki lingkungan yang kurang bersih.
Rumah warga kira-kira berukuran 4 x 10 m dengan kamar rata-rata
berukuran 2 x 2 m. Rumah memiliki 1 pintu depan dan 1 pintu
belakang dengan jendela. Namun, sebagian besar ventilasi rumah
masih kurang baik, penduduk tidak rutin membuka jendela,
pencahayaan rumah yang kurang dan lembab. Sebagian rumah juga
memiliki hewan peliharaan seperti ayam, kucing dan burung yang
kandangnya bergabung dengan rumah warga sehingga banyak
kotoran hewan berserakan disekitar pekarangan rumah warga.
Untuk keperluan air di kamar mandi tersebut bersumber dari
PDAM. Namun, beberapa rumah masih memiliki toilet yang kotor.
Lantai rumah terlihat bersih dan selalu dibersihkan setiap hari.
Namun, terdapat 3 ekor kucing peliharaan yang bebas berkeliaran di
dalam rumah.
III. Assesssment Perilaku
a) Perilaku anggota keluarga yang berpotensi menyebabkan penyakit
Terdapat 1 dari 10 keluarga yang di survey memelihara 3
ekor kucing yang jarang dibersihkan. Mereka senang bermain
dengan kucing-kucing tersebut dan membiarkan kucing berkeliaran
di dalam rumah. Kucing tersebut juga tidak diberikan kandang
khusus keluarga ini. Keluarga ini juga sering berbaring di lantai
ruang tamu tanpa menggunakan alas.
Tiga keluarga lainnya memelihara ayam yang memiliki
kandang di dekat rumah. Ayam tersebut juga dibiarkan berkeliaran
di sekiatar rumah dan tidak membersihkan kotoran ayam yang
berserakan.
Beberapa keluarga tidak memperhatikan kebersihan
rumahnya. Kamar mandi jarang dibersihkan, bak air jarang dikuras
dan dapur yang berada di dekat kamar mandi juga tampak kotor.
Selain itu, beberapa keluarga lainnya sering menggantung pakaian
di dalam rumah sehingga rumah terasa lembab. Bahkan ada juga
yang menjemur pakaian di depan rumah bersamaan dengan sangkar
burung.
Beberapa kepala keluarga dan anak laki-lakinya merupakan
seorang perokok aktif. Mereka dapat menghabiskan 5 batang- 1
bungkus sehari dan memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah
walaupun mereka mempunyai anak balita.
b) Gaya Hidup Sehari-hari
Sebagian besar kepala keluarga yang telah dikunjungi
berprofesi sebagai buruh, dimana profesi tersebut merupakan
pekerjaan yang tidak tetap sehingga keadaan sosial ekonomi
keluarga masih cukup rendah. Ketika tidak bekerja, mereka hanya
menetap di rumah dan beristirahat.
Pola makan beberapa keluarga yang dikunjungi seringkali
tidak teratur dimana mereka hanya makan sekali sehari di pagi atau
malam hari. Beberapa keluarga juga memiliki pola makan yang
teratur. Namun, anak-anak sering kali tidak mau makan sayur dan
lebih banyak jajan di sekolah dan di sekitar rumah. Beberapa
anggota keluarga juga memiliki kebiasaan merokok dan
mengonsumsi kopi setiap hari.
IV. Catatan tambahan
Beberapa anggota keluarga memiliki keluhan batuk pilek
yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu. Selain itu juga
beberapa anggota keluarga memiliki keluhan gatal-gatal pada kulit.
Beberapa keluarga juga memiliki riwayat diare dan scabies dalam
3 bulan terakhir serta memiliki keluhan sakit kepala di belakang
leher yang sudah lama dirasakan namun tidak pernah berobat.
BAB III
PENENTUAN AKAR PENYEBAB MASALAH

a. ISPA

b. Sanitasi dan gaya hidup buruk


c. Penyakit kulit
BAB IV
PENETAPAN PRIORTAS PENYEBAB PERMASALAHAN

Pada ketiga permasalahan yang didapatkan pada RT 35 Kelurahan


Pulokerto, terdapat beberapa kesamaan penyebab permasalahan, yaitu:
1) Pengolahan sampah yang tidak baik
2) Masyarakat yang tidak menerapkan PHBS
3) Polusi udara akibat asap dari pabrik karet dan pembakaran sampah
4) Kader kesehatan kurang aktif
5) Tingkat pendidikan dan social ekonomi rendah
6) Fasilitas untuk pemilahan sampah yang tidak memadai
7) Lingkungan padat penduduk

Masalah
1 2 3 4 5 6 7
Kriteria

Tingkat Urgensi (U) 4 4 5 3 3 3 3

Tingkat Keseriusan (S) 5 5 5 3 4 4 4

Tingkat Perkembangan (G) 4 3 3 2 2 3 2

Ux S x G 80 60 75 18 24 36 24

Urutan prioritas penyebab masalah yang didapatkan dari tabel USG


diatas adalah sebagai berikut:
1) Pengolahan sampah yang tidak baik
2) Polusi udara akibat asap dari pabrik karet dan pembakaran sampah
3) Masyarakat yang tidak menerapkan PHBS
BAB V
PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH DAN
ALTERNATIFNYA
Tabel 1. Alternatif solusi/intervensi untuk mengatasi /menyelesaikan penyebab
masalah
NO AKAR INTERVENSI SASARAN TARGET
MASALAH
1 Pengolahan a. Penyuluhan kepada Masyarakat a. Meningkatkan
sampah yang masyarakat mengenai Pejabat desa pengetahuan
tidak baik pentingnya pemilahan Tokoh dan motivasi
sampah (plasik, non- masyarakat masyarakat
plasik, dan kompos) terkait untuk
b. Kerjasama dengan mengolah
masyarakat dan tokoh sampah
masyarakat yang dengan benar
berkaitan dalam rencana b. Menciptakan
pengolahan sampah lingkunngan
c. Mengajukan kepada bersih dalam
kelurahan dan tokoh upaya
masyarakat untuk pencegahan
membagi tempat ISPA dan
pembuangan sampah penyakit kulit
akhir berdasarkan sampah
plastik, non-plastik, dan
kompos
d. Mengedukasi bahwa
pengolahan sampah yang
tepat dapat memberikan
dampak baik
e. Pembagian tempat
pembuanagn sampah
akhir yang terpisah antara
sampah plastik, non-
plastik dan kompos di RT
35
2 Polusi udara a. Penyuluhan kepada Masyarakat Polusi udara
akibat asap masyarakat bahaya polusi Tokoh akibat asap dari
pembakaran udara akibat pembakaran masyarakat pembakaran
sampah sampah terkait sampah
b. Mengedukasi masyarakat berkurang dalam
untuk mengolah sampah upaya
dengan benar pencegahan
kejadian ISPA
3 Masyarakat a. Penyuluhan kepada Masyarakat Meningkatkan
tidak masyarakat tentang Kader pengetahuan dan
menerapkan pentingnya PHBS dan Kesehatan motivasi
PHBS sanitasi rumah dan Pejabat desa masyarakat untuk
lingkungan berperilaku
b. Demonstrasi PHBS PHBS.
c. Media visual PHBS
d. Kerjasama dengan
masyarakat dan pejabat
setempat untuk
meningkatkan PHBS
BAB VI
ANALISIS DIAGNOSA KOMUNITAS RT 35
MENURUT TEORI L. GREEN

Phase 1 – Social Assessment (Diagnosis Mayoritas masyarakat RT 035 memiliki


Sosial) tingkat sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah dengan mata pencaharian
rata-rata sebagai buruh, sebagian besar
juga merupakan IRT, pedagang, dan
pelajar. Masyarakat mengaku masalah
kesehatan yang ada di RT 035 yaitu
ISPA, penyakit kulit, dan diare serta
masalah lingkungan yang ada seperti
tumpukan sampah di tempat
pembuangan sampah terbuka namun
jaraknya terlalu dekat dengan
pemukiman warga, kebersihan rumah
dan sanitasi lingkungan yang kurang
baik serta personal hygiene
masyarakatnya yang buruk.
Phase 2 – Epidemiologic Assessment RT 035 merupakan lingkungan padat
(Diagnosis Epidemiologi) penduduk dengan ±76 KK yang
sebagian besar keluhan masyarakat
mengarah kepada diagnosis klinis ISPA
dan penyakit kulit.
Phase 3 – Behavioral and Tumpukan sampah di tempat
Environmental Assessment (Diagnosis pembuangan sampah terbuka dengan
Perilaku dan Lingkungan) jaraknya yang terlalu dekat dengan
pemukiman warga, sampah juga tidak
dipilah berdasarkan jenisnya,
pengelolaan sampah ditimbun dan
dibakar, lingkungan padat penduduk,
cara pemeliharaan hewan yang kurang
baik, serta kebersihan rumah, sanitasi
lingkungan dan personal hygiene
masyarakatnya yang masih kurang.
Ventilasi dan pencahayaan rumah
masyarakat juga dinilai kurang baik.
Phase 4 –Educational and Ecological Faktor Predisposisi : Pengetahuan
Assessment (Diagnosis Pendidikan dan masyarakat mengenai personal hygiene
Organisasional) serta lingkungan yang masih rendah.
Tidak terdapat kepercayaan maupun
takhyul setempat.
Faktor Pemungkin : Jarak tempat
pembuangan sampah terbuka yang
terlalu dekat dengan pemukiman warga,
sampah yang tidak dipilah, dan
pengolahan sampah ditimbun dan
dibakar.
Faktor Penguat : Sikap kepemimpinan
pak Lurah dan ketua masing-masing RT
peduli terhadap kesejahteraan serta
kesehatan lingkungan masyarakatnya.
Namun masyarakat mengaku infromasi
mengenai masalah kesehatan masih
kurang.
Phase 5 – Administration and Policy Administrasi : Diperlukan renovasi
Assessment (Diagnosis Kebijakan dan tempat pembuangan sampah terbuka
Administrasi) agar sampah dapat dipilah berdasarkan
jenisnya yaitu, plastik, nonplastik dan
kompos sebagai pemecahan terhadap
akar masalah, yaitu pengolahan sampah
yang tidak baik.
Kebijakan : Belum adanya kebijakan
mengenai larangan membuang sampah
sembarangan , pembakaran sampah dan
kebijakan untuk pemilahan sampah
sebelum dibuang ke tempat
pembuangan.
Phase 6 – Implementation Melakukan penyuluhan kepada
(Implementasi) masyarakat mengenai pentingnya
pemilahan sampah, bahaya polusi udara
akibat pembakaran sampah, dan PHBS,
kerjasama dengan masyarakat, pak
Lurah serta pak RT untuk memilah
sampah sebelum dibuang ke tempat
pembuangan, mengajukan kepada
kelurahan dan tokoh masyarakat untuk
membagi tempat pembuangan sampah
bersadarkan jenisnya yaitu sampah
plastik, non-plastik dan kompos, serta
mengedukasi bahwa pengolahan
sampah yang tepat dapat memberikan
dampak baik.
Phase 7 – Evaluation (Evaluai Proses) Program dievaluasi dengan kehadiran
masyarakat saat diadakan penyuluhan,
perilaku masyarakat selama dan setelah
penyuluhan diberikan, serta renovasi
tempat pembuangan sampah. Lalu
dievaluasi juga mengenai pengetahuan
masyarakat setelah penyuluhan
diberikan.
Phase 8 – Impact (Evaluasi Dampak) Mengevaluasi dampak dari intervensi
(penyuluhan pemilahan dan pengolahan
serta renovasi tempat pengolahan
sampah) terhadap faktor predisposisi,
faktor pemungkin dan faktor penguat.
Phase 9 – Outcome (Evaluai Hasil) Pengetahuan kesehatan masyarakat
meningkat terutama mengenai
pentingnya pemilahan sampah dan
pengolahan sampah yang baik.
Pihak kelurahan membagi tempat
pengolahan sampah berdasarkan
jenisnya.
Perilaku masyarakat RT 035 yang
sudah menerapkan pemilahan sampah
sebelum dibuang ke tempat
pembuangan sampah.
BAB VII
RENCANA KEGIATAN

7.1 Rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada RT.035
Rencana Kegiatan 1. Bekerjasama dengan pejabat desa dan kader kesehatan
untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang
pentingnya pemilahan sampah (plastic, non plastic, dan
kompos)
2. Demonstrasi pemilahan sampah kepada masyarakat
3. Kerjasama dengan masyarakat dan tokoh masyarakat
yang berkaitan dalam rencana pengolahan dan
pembagian sampah
4. Membagi tempat sampah terbuka yang sudah ada agar
lebih teratur berdasarkan sampah plastic, non plastic,
dan kompos (contoh gambar terlampir)
5. Mengedukasi masyarakat bahwa pengolahan sampah
yang tepat dapat memberikan manfaat dan
menguntungkan baik dari segi kesehatan maupun
ekonomi
6. Mengedukasi masyarakat untuk menghilangkan
kebiasaan membakar sampah sehingga dampak dari
asap pembakaran sampah juga berkurang
7. Melakukan advokasi dengan pihak terkait mengenai
penindaklanjutan bahaya polusi udara yang dihasilkan
dari asap pabrik
8. Bekerja sama dengan pejabat desa untuk rencana
alternatif pemecahan masalah agar dapat menambah
tepat pembuangan sampah akhir.
9. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
PHBS dan sanitasi rumah dan lingkungan
10. Mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan
hewan peliharaannya seperti ayam, kucing dan burung
serta memberi jarak yang ideal antara kandang dan
rumah
11. Advokasi tokoh masyarakat untuk membuat kegiatan
gotong royong rutin untuk membersihkan lingkungan
sekitar dan mengolah sampah dengan benar
Tujuan Kegiatan - Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengolahan sampah yang baik
- Mengurangi dampak dari polusi udara akibat pembakaran
sampah dan pabrik
- Memaksimalkan dampak positif dari pengolahan sampah
yang baik dan benar
- Menerapkan budaya PHBS di masyarakat
- Terciptanya sanitasi rumah dan lingkungan masyarakat
yang baik
- Menurunkan angka kejadian ISPA
- Menurunkan angka penyakit kulit
Tempat Kegiatan Rumah warga, kelurahan dan puskesmas (menyesuaikan)
Waktu 5-8 Desember 2018 (menyesuaikan)
Sasaran Pejabat desa, Tokoh masyarakat, Kader kesehatan,
Masyarakat
Target Meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat untuk
mengolah sampah dengan benar
Sanitasi rumah dan lingkungan masyarakat membaik
Menciptakan lingkungan bersih dalam upaya pencegahan
ISPA dan penyakit kulit
Metode yang digunakan - Advokasi dengan pejabat desa dan tokoh masyarakat
- Penyuluhan
- Demonstrasi pembuangan sampah
- Evaluasi di rumah dan lingkungan masyarakat
Indikator keberhasilan - Masyarakat dapat mengolah sampah dengan benar
(menghilangkan kebiasaan membakar sampah)
- Masyarakat menerapkan PHBS di rumah
- Masyarakat mampu menjaga kebersihan hewan
peliharaannya seperti ayam, kucing dan burung serta
memberi jarak yang ideal antara kandang dan rumah
Metode evaluasi Melakukan evaluasi untuk menilai pengolahan sampah oleh
masyarakat selama satu minggu
Evaluasi penerapan PHBS dirumah dan lingkungan
masyarakat
Penanggung jawab - Petugas kesehatan
kegiatan - Pejabat desa
- Tokoh masyarakat
Anggaran yang ± Rp2.340.000,-
dibutuhkan

7.2 Standar Operasional Prosedur


a. Advokasi
- Analisis situasi, meliputi situasi saat ini, faktor-faktor yang ada kaitannya, apa
saja upaya yang sudah dilakukan untuk menetapkan isu advokasi.
- Pengumpulan data primer (assessment pribadi, lingkungan, dan perilaku) serta
data sekunder (dari Puskesmas).
- Isu advokasi yang ditetapkan adalah tujuan dan manfaat dari pembagian tempat
pembuangan sampah akhir menjadi sampah plastic, non plastik dan kompos,
pembuatan kebijakan mengenai pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan
- Menentukan target advokasi, yaitu tokoh masyarakat seperti kader kesehatan,
ketua RT 35, dan Lurah di kelurahan Pulo Kerto, Kecamatan Gandus. Advokasi
akan dilakukan oleh Dokter Muda FK Unsri Kelompok 7 ditemani oleh
pembimbing.
- Lobi dan pendekatan kepada ketua RT dan Lurah mengenai tujuan dan manfaat
dari kegiatan pembagian tempat pembuangan sampah akhir menjadi sampah
plastik, non plastik dan kompos, pembuatan kebijakan mengenai pengelolaan
sampah dan kebersihan lingkungan.
- Evaluasi hasil advokasi yang telah dilakukan.

b. Penyuluhan
- Dokter muda FK Unsri Kelompok 7 menyiapkan materi penyuluhan, yakni
mengenai PHBS, pemilahan sampah plastik-bukan plastik, serta bahaya dari
pembakaran sampah.
- Dokter muda FK Unsri menyiapkan peralatan penyuluhan berupa proyektor,
layar proyektor, laptop, dan sound system.
- Dokter muda FK Unsri melakukan koordinasi lintas sektor dengan tokoh
masyarakat seperti kader kesehatan, ketua RT dan Lurah dalam penyediaan lokasi
dan pengumpulan warga.
- Dilakukan penyuluhan mengenai PHBS, pemilahan sampah plastik-bukan plastik,
serta bahaya dari pembakaran sampah
- Evaluasi hasil penyuluhan yang telah dilakukan.
BAB VIII
ANGGARAN BIAYA

1. Persiapan Bahan dan Alat


No Kegiatan Jumlah Biaya
1. Pengadaan spanduk 1 buah 50.000
2. Semen 3 karung 240.000
3. Batu bata 100 buah 150.000
4. Cat 3 ember 750.000
Total 1.190.000

2. Biaya Operasional Kegiatan Lapangan


No Kegiatan Jumlah Biaya
1. Konsumsi 150 paket 750.000
2. Sewa Tenda 1 set 100.000
3. Pekerja 2 orang 200.000
Total 1.050.000

3. Biaya Pembuatan Proposal dan Laporan Akhir


No Kegiatan Jumlah Biaya
1. Pembuatan proposal & revisi 3 50.000
2. Pembuatan laporan akhir 3 50.000
Total 100.000

Rekapitulasi biaya yang diperlukan


Persiapan bahan dan alat Rp 1.190.000
Operasional kegiatan lapangan Rp 1.050.000
Pembuatan proposal dan laporan akhir Rp 100.000
Total Rp 2.340.000
BAB IX
LAPORAN KEGIATAN HARIAN

No. Hari / Waktu Kegiatan Capaian


1. Senin, 03 - Mengikuti pengarahan sebelum kegiatan PBL di - Mahasiswa peserta PBL memahami seluruh rangkaian
Desember 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bersama kegiatan yang akan dilakukan di Kelurahan Pulokerto
(10.00- selesai) dekan - Mendapatkan perizinan untuk mengambil data primer ke
- Mengikuti pembukaan Pengalaman Belajar 10 kepala keluarga di RT 35
Lapangan (PBL) di Kantor Kelurahan Pulokerto - Mendapatkan data primer 10 kepala keluarga di RT 35
- Izin kepada Ketua RT untuk pengambilan data
primer terhadap 10 kepala keluarga di RT 35
- Melakukan pengambilan data primer ke 10 kepala
keluarga di RT 35 berdasarkan kuisioner yang telah
disediakan

Dokumentasi Kegiatan

Pengarahan kegiatan PBL oleh Dekan FK Unsri Pengambilan data primer 10 kepala keluarga di RT 35
No. Hari / Waktu Kegiatan Capaian
2. Kamis, 06 - Advokasi kepada ketua RT dan Lurah mengenai - Ketua RT dan Lurah mengerti mengenai tujuan dan
Desember 2018 tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan manfaat dari kegiatan (penyuluhan PHBS dan pengolahan
(10.00- selesai) dilakukan (penyuluhan PHBS dan pengolahan sampah) yang akan dilakukan serta apa yang harus
sampah) dipersiapkan
- Menyarankan kepada ketua RT dan Lurah untuk - Telah disampaikan saran mengenai pembuatan pembagian
membuat pembagian tempat pembuangan sampah tempat pembuangan sampah akhir yang terletak di RT 35
akhir yang terletak di RT 35 berdasarkan sampah berdasarkan sampah plastik, non-plastik dan kompos
plastik, non-plastik dan kompos - Telah disampaikan advokasi mengenai pengadaan
- Advokasi kepada ketua RT dan Lurah untuk kebijakan mengenai pengelolaan sampah dan kebersihan
membuat kebijakan mengenai pengelolaan sampah lingkungan
dan kebersihan lingkungan

Dokumentasi Kegiatan

Advokasi pada Lurah


No. Hari/Waktu Kegiatan Capaian
3. Sabtu, 08 - Penyuluhan mengenai pentingnya pemilahan - Masyarakat mengetahui mengenai cara memilah sampah
Desember 2018 sampah plastik-bukan plastik serta edukasi dampak plastik-bukan plastik serta dampak baik bila pemilahan
(07.00- selesai) baik bila pemilahan sampah plastik-bukan plastik sampah plastik-bukan plastik dilaksanakan
dilaksanakan - Masyarakat mengetahui bahaya dari pembakaran sampah
- Penyuluhan tentang bahaya pembakaran sampah - Masyarakat mengetahui mengenai perilaku hidup bersih
- Penyuluhuan tentang pentingnya perilaku hidup dan sehat serta sanitasi rumah dan lingkungan
bersih dan sehat serta sanitasi rumah dan - Masyarakat mengetahui dan dapat mempraktekan enam
lingkungan langkah menurut WHO
- Demonstrasi cuci tangan enam langkah menurut
WHO bersama masyarakat kelurahan pulokerto
yang mengikuti penyuluhan
- Kegiatan dilakukan bersamaan dengan warga dari
RT lain

Dokumentasi Kegiatan

Kegiatan penyuluhan bersama warga RT 35


No. Hari/Waktu Kegiatan Capaian Hambatan
4. Sabtu, 10 - Membuat pembagian tempat - Belum tercapai pembuatan pembagian - Kurangnya pendanaan dari fakultas
Desember pembuangan sampah akhir di tempat pembuangan sampah akhir di dan belum adanya bantuan dana
2018 RT35 yang terpisah antara sampah RT35 yang terpisah antara sampah dari pejabat desa
(10.00- plastik, nonplastik dan kompos plastik, nonplastik dan kompos
selesai)
BAB X
EVALUASI

10.1 Pembahasan Hasil Intervensi


Prioritas masalah yang ditemukan pada RT 35 adalah ISPA, sanitasi dan
gaya hidup masyarakat yang kurang baik dan penyakit kulit. Intervensi yang dilakukan
sesuai dengan akar permasalahan terpilih yaitu pengolahan sampah yang tidak baik,
polusi udara akibat asap dari pabrik karet dan pembakaran sampah serta masyarakat
yang tidak menerapkan PHBS. Sasaran implementasi dari intervensi ini adalah warga
RT 35, kader kesehatan, ketua RT dan Lurah. Intervensi yang dilakukan berupa
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah (plasik, non-
plasik, dan kompos) dan dampak baik dari pengolahan sampah yang tepat, kerjasama
dengan masyarakat dan tokoh masyarakat yang berkaitan dalam rencana pengolahan
sampah, mengajukan kepada kelurahan dan tokoh masyarakat untuk membagi tempat
pembuangan sampah akhir berdasarkan sampah plastik, non-plastik, dan kompos,
penyuluhan kepada masyarakat bahaya polusi udara akibat pembakaran sampah,
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS dan sanitasi rumah dan
lingkungan, demonstrasi mencuci tangan 6 langkah sesuai WHO serta kerjasama
dengan masyarakat dan pejabat setempat untuk meningkatkan PHBS.
Implementasi intervensi dilakukan bersamaan dengan warga dari RT lain.
Beberapa Ketua RT dan warga menyambut dengan baik pelaksanaan kegiatan ini
dengan respon antusiasme yang diberikan oleh warga dalam acara penyuluhan yang
diadakan di RT 35 dibuktikan dengan semangat warga dalam melakukan demontrasi
enam langkah cuci tangan dan menjawab pertanyaan mengenai penyuluhan yang
diberikan. Lurah memberikan tanggapan yang positif terhadap rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan dan advokasi yang diajukan. Intervensi jangka panjang tetap harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik lagi.
Adapun target yang berhasil dicapai pada akhir intervensi antara lain adalah:
- Telah disampaikan saran mengenai pembagian tempat pembuangan sampah
akhir yang terletak di RT 35 berdasarkan sampah plastik, non-plastik dan
kompos
- Telah disampaikan advokasi mengenai pengadaan kebijakan mengenai
pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan
- Masyarakat mengetahui mengenai cara memilah sampah plastik-bukan
plastik serta dampak baik bila pemilahan sampah plastik-bukan plastik
dilaksanakan
- Masyarakat mengetahui bahaya dari pembakaran sampah
- Masyarakat mengetahui mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta
sanitasi rumah dan lingkungan
- Masyarakat mengetahui dan dapat mempraktekan enam langkah menurut
WHO
Selain itu, program yang belum terlaksana yaitu renovasi tempat sampah
dengan cara membagi sampah antara sampah plastic, nonplastik dan kompos hanya
mencapai tahap pengajuan proposal dan advokasi ke tingkat kelurahan yang
diharapkan dapat diimplementasikan pada pengabdian masyarakat periode
selanjutnya.

10.2 Keterbatasan Selama Intervensi


10.2.1 Terdapat keterbatasan waktu dan dana dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
menyebabkan beberapa rencana kegiatan tidak dapat diimplementasikan
10.2.2 Tidak semua warga RT 35 dapat hadir dalam penyuluhan yang telah
dilaksanakan
BAB XI
PENUTUP

Kelurahan Pulokerto merupakan lokasi program desa binaan yang terletak di


Kecamatan Gandus, Kota Palembang. RT 035 terdiri dari 76 kepala keluarga yang
mayoritas penduduknya bermata pencaharian buruh dengan tingkat pendidikan
masyarakatnya tergolong rendah. Terdapat berbagai masalah kesehatan, diantaranya ISPA,
riwayat diare, penyakit kulit, darah tinggi, dan penyakit rematik.
Berdasarkan assessment yang telah dilakukan meliputi assessment pribadi,
lingkungan dan perilaku, kelompok kami memutusan untuk merencanakan program
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah (plasik, non-
plasik, dan kompos) dan dampak baik dari pengolahan sampah yang tepat, kerjasama
dengan masyarakat dan tokoh masyarakat yang berkaitan dalam rencana pengolahan
sampah, mengajukan kepada kelurahan dan tokoh masyarakat untuk membagi tempat
pembuangan sampah akhir berdasarkan sampah plastik, non-plastik, dan kompos,
penyuluhan kepada masyarakat bahaya polusi udara akibat pembakaran sampah,
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS dan sanitasi rumah dan
lingkungan, demonstrasi mencuci tangan 6 langkah sesuai WHO serta kerjasama dengan
masyarakat dan pejabat setempat untuk meningkatkan PHBS. Hal tersebut dilakukan
sebagai pemecahan terhadap akar masalah.
Program dievaluasi dengan kehadiran partisipan, perilaku partisipan selama program
berjalan, dan seberapa jauh program dilaksanakan. Lalu dievaluasi juga mengenai
pengetahuan masyarakat setelah program berlangsung. Dengan terlaksanya program-
program ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup warga RT
35 Kelurahan Pulokerto.
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat RT 15 yaitu untuk menerapkan
perilaku pemilahan sampah antara plastik, nom-plasik dan kompos serta perilaku hidup
bersih dan sehat. Diharapkan juga kepada pembuat kebijakan agar dapat
mempertimbangkan saran yang telah diberikan mengenai pembagian tempat pembuangan
sampah di RT 35. Saran yang dapat diberikan kepada pelaksana kegiatan selanjutnya antara
lain adalah agar dapat mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan untuk
kegiatan pengabdian masyarakat pada periode berikutnya serta agar dapat mengadakan
program promosi kesehatan di tempat yang lebih terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai