TINJAUAN PUSTAKA
Konsep diri adalah gamabran yang di miliki seseorang tentang dirinya yang
lingkungan (Agustin,2009:138)
Konsep diri adalah seluruh gambaran diri yang meliputi persepsi seseorang
dirinya.
Jadi konsep diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri yang mencakup
keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri baik yang
dengan lingkungan.
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat
relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak
dan bisa memberi efek negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan
6
7
gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan bisa
memberi efek negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran
tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi
Trust
b. Usia 3-6
Berinisiatif
Stabil
penuaan.
Melihat
9
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang memaksakan kehendak. Dengan tipe orang
tua ini cenderung sebagai pengendali atau pengawas, selalu memaksakan kehendak
kepada anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak
dalam perbedaan, terlalu percaya pada diri sendiri sehingga menutup musyawarah.
mengandung unsur paksaan dan ancaman. Kata-kata yang diucapkan orang tua
adalah hukum atau peraturan dan tidak dapat diubah, memonopoli tindak
komunikasi dan sering kali meniadakan umpan balik dari anak. Hubungan antar
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh
yang lain. Hal ini disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan
bersama di atas kepentingan individu anak. Tipe ini adalah tipe pola asuh orang tua
yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak. Pola asuh demokratis
namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki
2014).
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung
bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran
seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki (Hurlock, 1993 dalam
Thoha, 1996). Menurut Ormrod (2008) pola asuh ini menyediakan lingkungan
rumah yang suportif, menerapkan sedikit ekspektasi atau standar berperilaku bagi
anak, jarang memberi hukuman terhadap perilaku yang tidak tepat, membiarkan
Citra tubuh (body image) adalah kumulan sikap individu yang disadari dan
Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran dirinya seperti focus individu
terhadap fisiknya lebih menonjol pada usia, bentuk tubuh, tinggi badan, dan
harga diri serta individu stabil, realistik dan konsisten terhadap gambaran
berdasarkan standar, aspirasi tujuan atau nilai personal tertentu. Seiring juga
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang
diri sendiri.
Hal ini terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi pada
terhadap orang tua, guru, dan teman. Di pemgaruhi oleh orang-orang yang
sosial. Faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideak diri
realistik, hasrat menghindari kegagalan dan adanya prasaan cemas dan ideal
diri.
Pembentukan identitas di bentuk mulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Menurut
akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai
sitensis semua aspek konsep diri dan menjadi kesatuan yang utuh. Hal-hal
konsep diri.
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik dan tidak ada
duanya.
masyarakat
yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih oleh individu.
Menurut Sunaryo (2004) dalam Damaiyanti (2014), peran diri adalah pola
peran.
e) Stress peran, tediri dari konflik peran , peran yang tidak jelas, peran
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri
kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Suart,
Setiap pola asuh yang diterapkan dalam keluarga oleh orangtua mempunyai
dampak masing- masing pada psikologi perkembangan anak, baik pola asuh yang
positif maupun yang negative. Oleh karena itu alangkah baiknya jika orangtua
mengetahui pola asuh yang baik buat anaknya. Diantara banyaknya pola asuh
menurut beberapa ahli, dampak pola asuh menurut Baumrind (dikutipdalam King,
2010), mengemukakan tiga macam pola asuh yang dilakukan orang tua dalam
keluarga.
(dikutip dalam King, 2010) menyatakan bahwa pola asuh ini akan membentuk anak
yang pendiam, tertutup, sulit berinteraksi sosial, dan cenderung menarik diri dari
kehidupan sosial. Selain itu, anak juga akan menjadi penakut, mudah tersinggung,
pemurung, dan mudah stress. Dalam berinteraksi social anak akan terlihat kurang
memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu dan mudah dipengaruhi (tidak memiliki
pendirian yang kuat). Anak juga bias memiliki sikap yang suka menentang,
Dampak pengasuhan otoriter pada anak menurut Marcolm Hardy dan Steve
a. Harga diri
15
karena menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid
b. Kepercayaan diri
sepihak tanpa kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui
c. Kepatuhan
d. Menang sendiri
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak
lingkungan masyarakat.
e. Kesepian
menutup diri. Banyak kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak
16
individu.
2. Demokratis
Dalam pola asuh ini orang tua mendorong anak untuk bersikap mandiri, tetapi
orang tua masih memberikan control terhadap perilaku anak. Anak diperbolehkan
berlaku dengan cara yang lebih hangat. Dalam menanamkan nilai, orang tua akan
oleh anak. Komunikasi antara orang tua dan anak bersifat dua arah. Kepentingan
anak menjadi prioritas utama orang tua, tetapi masih dikontrol dalam pemberian
kebebasan anaknya.
yang hangat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bersahabat. Selain itu,
motivasi dan komunikasi yang dilakukan oleh orang tua akan mendorong anak
mengontrol diri. Anak juga akan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
dan memiliki orientasi terhadap prestasi (Baumrind, dikutip dalam King, 2010).
3. Permisif
Orang tua memberikan kebebasan yang besar kepada anaknya (anak bebas
yang sangat sedikit. Dengan kata lain, kontrol orang tua terhadap perilaku anak
sangat sedikit. Akan tetapi, orang tua masih terlibat dalam aspek-aspek kehidupan
anaknya. Orang tua cenderung tidak menegur anaknya jika anaknya melakukan
(dikutip dalam King, 2010), anak yang diberikan kebebasan yang berlebihan oleh
orang tuanya cenderung tumbuh dengan kepribadian yang kurang bias menghargai
orang lain. Selain itu, anak juga menjadi manja, tidak patuh, agresif, dan mau
menang sendiri. Anak kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri
yang cukup. Anak juga kurang matang secara sosial. Prestasi pun tidak mendapat
perhatian yang cukup dari anak dengan orang tua yang permisif. Anak juga
cenderung memiliki tingkat inisiatif yang tinggi tetapi anak menuntut agar semua
permohonannya dikabulkan.
Ada kelebihan dan kekurangan yang dapat kita ambil dari pola asuh permisif ini
menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes dalam Ramadhani (2013) yaitu:
1. Kelebihan
Anak yang dibesarkan dengan kultur permisif, tumbuh dengan kemampuan berpikir
secara kreatif dan bisa membuat banyak inovasi. Kebebasan untuk meraih apa yang
mereka inginkan membuatnya bisa berpikir out of the box. Inilah budaya yang pada
akhirnya membentuk Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Steve Jobs.Pola asuh
permisif menghasilkan sikap yang cenderung lebih tegas dan agresif karena mereka
tumbuh bukan sebagai pengikut yang hanya menuruti jalan yang dibuat orang lain.
Melainkan, mereka tumbuh sebagai master dari masa depannya. Anak-anak yang
dibesarkan dengan pola asuh ini umumnya lebih gembira dan potensi terkena isu
2. Kekurangan
Anak yang tak terbiasa ditekan oleh orangtua untuk melakukan suatu hal umumnya
tumbuh sebagai sosok yang cukup puas dan tak berambisi tinggi. Sejak kecil
18
terbiasa untuk dimanja atau diberi kebebasan, dikhawatirkan ia mudah putus asa
ketika tumbuh besar. Ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, ia bisa saja
serta melatarbelakangi orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak-
Maksudnya para orang tua belajar dari metode pola pengasuhan yang pernah
pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang
rendah.
Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi
dan peran diserahkan kepada pembantu/pengurus anak, yang pada akhirnya pola
pembantu.
19
1. Penurunan metode pola asuh yang didapat sebelumnya. Orang tua menerapkan
pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang pernah didapat
sebelumnya.
2. Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat antara dulu
dan sekarang.
1. Budaya setempat
Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat dan budaya yang
berkembang di dalamnya.
ideologi tersebut dapat tertanam dan dikembangkan oleh anak dikemudian hari.
dengan penduduk desa sesuai tuntutan dan tradisi yang dikembangkan pada tiap-
tiap daerah.
4. Orientasi religius
5. Status ekonomi
cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan mengembangkan pola asuh yang
7. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam
dan cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.
Soekanto (2004) secara garis besar menyebutkan bahwa ada dua faktor yang
internal. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta
lingkungan kerja orang tua, sedangkan faktor internal adalah model pola
Pola pengasuhan suatu keluarga turut dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga
penduduknya berpendidikan rendah serta tingkat sopan santun yang rendah, maka
berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat
apabila mereka memandang pola asuh yang pernah mereka dapatkan dipandang
berhasil.
Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung menyerahkan pengasuhan anak
mereka kepada orang-orang terdekat atau bahkan kepada baby sitter. Oleh karena
itu pola pengasuhan yang didapat oleh anak juga sesuai dengan orang yang
pola asuh orang tua yaitu adanya hal-hal yang bersifat internal (berasal dalam diri)
dan bersifat eksternal (berasal dari luar). Hal itu menentukan pola asuh terhadap
anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.
Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua menurut Yatim dan Irwanto (1991)
Orang tua yang berpola asuh otoriter menurut adalah sebagai berikut:
a. Kurang komunikasi
b. Sangat berkuasa
c. Suka menghukum
d. Selalu mengatur
e. Suka memaksa
f. Bersifat kaku
22
c. Memberi tanggapan
a. Kurang membimbing
kepada anaknya dengan pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan
spiritual yang luhur. Namun sayangnya tidak semua orang tua dapat melakukannya.
dengan sikap dan perilaku menyimpang yang tidak hanya terlibat dalam pergaulan
tidak hanya ditemukan di masa lalu, sekarang juga masih ditemukan dalam
pergaulan antar remaja. Banyak diantara remaja dalam berpacaran, hal seperti
23
mencium bibir, memegang buah dada, memegang alat keamin lawan jenis bahkan
sampai melakukan senggama, sepertinya merupakan hal biasa bagi pada remaja.
Tentu saja masalah ini tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi
2.2 Remaja
2.2.1 Definisi
Menurut WHO lansia adalah sesorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas .Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah
individu dengan batasan usia 10-20 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah
Menurut Makmun (2009) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan
tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.
4. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat
temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai
5. Perilaku kognitif
relatif terbatas,
6. Moralitas
a. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua
b. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau
sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para
pendukungnya.
idolanya.
7. Perilaku Keagamaan
a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan
kepribadiannnya.
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi
dan mencoba-coba.
26
reproduksi sebagai keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental
dan sosial, bukan sekedar tidak hanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
1. Organ Reproduksi
a. Wanita
ubis/mons veneris, bibir besar (lubia Mayor), bibir kecil (Lubia Minor), Klitoris,
wanita bagian dalam (Genetalia Internal) meliputi vagina, tuba fallopi, uterus
b. Pria
Pada pria organ reproksi meliputi penis, uretra (saluran kencing), kelenjar
prostate, viskula seminalis, vas deferens (saluran sperma), epidemis, testis (pelir)
(Wahyudi, 2000).
Remaja dikenal sebagai periode yang berada pada tahap pekembangan fisik
terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sedangkan
perubahan psikologis muncul antara lain akibat dan perubahan–perubahan fisik itu.
27
Diantara perubahan fisik itu yang besar pemgaruhnya pada perkembangan jiwa
remaja adalah pertumbuhan tubuh, mulai berfungsinya alat – alat reproduksi yang
ditandai menarche(menstruasi pertama kali) pada wanita dan mimpi basah pada pria
(Rochmah, 2007).
Mentruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
usia 8-13 tahun. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama biasanya berlangsung
kurang lebih 28 hari. Siklus menstrusai dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu,
seperti stres, pengobatan dan latihan olah raga. Pada remaja pria salah satu tanda
yang menunjukkan bahwa organ reproduksi sudah mulai berfungsi adalah mimpi
basah. Mimpi basah adalah pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara
alamiah. Mimpi basah pertama kali terjadi pada remaja sekitar usia 9-17 tahun
(Wahyudi, 2000).
proses perkembangan menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Anjaswarni (2014):
1. Menerima kematangan baru hubungannya dengan usia pada jenis kelamin yang
berbeda.
7. Menerapkan sejumlah nilai dan sistem etik yang membimbing perilaku dan
perkembangan ideologinya.
kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah dewasa, akan tetapi bila di
Ciri-cirinya:
b. Memperhatikan penampilan
3. Masa akhir pubertas, usia 17-18 tahun :Peralihan pada masa pubertas kemasa
adolence.
Ciri-cirinya:
belum tercapai
b. Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja putra.
29
Menurut Alport (1935) dalam Azwar (2007) sikap adalah semacam kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulua yang
Penyataan lisan
tentang afek
STIMULI
(individu, Respons
situasi, isu
SIKAP KOGNISI Perseptual
sosial,
kelompok Penyataan lisan
sosial, dan tentang keyakinan
objek sikap
lainnya).
Tindakan yang
tampak
PERILAKU
Pernyataan lisan
mengenai perilaku
pokok, yaitu :
(Totalattitude). Dalam sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
1. Menerima (receiving)
2. Merespons (responding)
yang diberikan adalah suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
3. Menghargai (valving).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih nya dengan
Sikap tidak bisa diukur dengan melihat secara langsung.Hanya dapat dilihat
1. Observasi Perilaku
Sikap ditafsirkan dari bentuk perilaku yang nampak. Dengan kata lain untuk
2. Penanyaan langsung
Wajar kalau banyak yang beranggapan bahwa sikap seseorang dapat diketahui
3. Pengungkapan langsung
tertulis yang dapat dilakukan dengan aitem tunggal maupun aitem ganda (Ajen,
dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.Dengan menggunakan aitem ganda
adalah teknik diferensi sematic dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan
distribusi responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Kelompok uji coba ini
yang hendak diungkapkan sikapnya. Skala Likert dipergunakan untuk mengukur sikap
yang terdiri dari komponen sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.
33
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah
laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang
lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang
tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat
ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa
cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada para gadis-
2015).
peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadi tiba-tiba hamil juga akan
terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainnya adalah
terganggunya kesehatan dan beresiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi.
Selain itu, juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena
1. Kissing
bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan
34
umum dilakukan. Ebrciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan
lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan dengan
ciuman mendalam/soulkiss.
2. Necking
digunakan untuk menggambarkan ciuman sekitar leher dan pelukan yang lebih
mendalam.
3. Petting
organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih dalam dari necking. Ini teramsuk
merasakan dan mengusap-usao tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada,
kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.
4. Intercrouse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan
wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk
Dalam Sarwono (2015) dari berbagai hasil studi yang dilakukan oleh beberapa
ahli, masalah seksualitas pada remaja timbul karena faktor-faktor berikut, yaitu:
b. Penyaluran ini tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19
tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut
larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti bciuman
dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya
internet, dan lain lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam
periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau
didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum
e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang
terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang
satu ini.
36
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat
1) Pengguguran/aborsi
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mecegah
seks bagi remaja nyata dari penelitian WHO (1979) 16 negara di Eropa yang
Menurut Sarwono (2015) materi pendidikan seks sangat bervariasi dari satu
tempat ke lain tempat, tetapi sebuah survei oleh Margaret Terry Out (1982)
menunjukkan bahwa pada umumnya materi pendidikan sek adalah sebagai berikut:
a. Perkosaan
b. Masturbasi
c. Homoseksualitas
d. Disfungsi seksual
e. Eksploitasi seksual
a. Alat KB
b. Pengguguran
3. Nilai-nilai seksual:
a. Berkencan
6. Topik-topik lainnya:
d. Keluarga berencana
2.5 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku
Seksual
Pola asuh orang tua adalah cara yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anak. Ada tiga pola asuh yang ada, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis,
dan pola asuh permisif. Ketiga pola asuh ini dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku pada remaja. Karena pada remaja terjadi perubahan-perubahan yang harus
diawasi dan dipantau oleh lingkungan terkecil yaitu keluarga atau orang tua. Salah
satu sikap atau perilaku yang dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua adalah
tentang seksual pada remaja. Banyak diantara orang tua tabu membicarakan tentang
39
pendidikan seks karena mereka takut malah akan membuat anaknya melakukan hal
berdampak negatif pada sikap dan perilaku remaja yang salah satunya adalah
asuh yang diterapkan terhadap sikap atau perilaku seksual pada remaja adalah
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual. Sehingga pola asuh
remaja yang baik dan tidak terjerumus pada hal buruk seperti penyimpangan
SIKAP
DAMPAK
PERILAKU
BENTUK
SEKSUAL REMAJA
BENTUK
Kehamilan yang
PERILAKU
tidak diinginkan
SEKSUAL: Seksual Remaja
1. Pacaran PMS
2. Kissing
3. Necking
4. Petting Faktor lain yang mempengaruhi:
5. Intercrouse Meningkatnya libido seksualitas
Penundaan usia perkawinan
Tabu-larangan
Media informasi
Pergaulan makin bebas
Hubungan orang tua-remaja (pola asuh)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Sikap
Terhadap Perilaku Seksual Remaja
41
Ket:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh
: Sebab-Akibat
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa remaja mengalami masa
transisi yaitu, transisi bilogis, transisi kognisi, dan transisi sosial. Ketiga transisi
tersebut mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap remaja. Salah satunya adalah
seksual remaja. Bentuk bentuk seksual ada 5, yaitu pacaran, kissing, necking,
remaja adalah penyimpangan seksual pada remaja yang berakibat kehamilan yang
seksual pada remaja yaitu libido yang meningkat, penundaan usia perkawinan,
tabu-larangan, media informasi, pergaulan yang makin bebas, dan orang tua-remaja
(pola asuh). Diantara beberapa faktor tersebut, peneliti akan meneliti lebih lanjut
tentang pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua terdiri dari pola asuh otoriter, pola
Pola asuh otoriter memiliki ciri ciri kurang komunikasi, sangat berkuasa, suka
menghukum, selalu mengatur, suka memaksa, bersifat kaku. Pola asuh demokratis
memberi tanggapan, komunikasi yang baik, tidak kaku/luwes. Pola asuh permisif
memiliki ciri ciri kurang bimbingan, kurang kontrol terhadpa anak, tidak pernah
menghukum ataupun memberi ganjaran pada anak, anak lebih berperan daripada
2.7 Hipotesis
yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2011).
Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang
Ha : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang perilaku