Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR

(Kaempferia galanga L.) TERHADAP KADAR LDL dan HDL TIKUS


GALUR WISTAR TEROVARIEKTOMI

EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF KENCUR (Kaempferia galanga L.)


ON LEVEL OF LDL AND HDL RAT WISTAR OVARIECTOMY

MAKALAH SKRIPSI

Oleh :

Yunita Hesti Hastuti


115010681

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2018

i
INTISARI
Menopause merupakan proses defisiensi hormon estrogen yang dialami
oleh wanita. Salah satu ganguan akibat kekurangan hormon estrogen adalah
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular akibat kenaikan kadar LDL dan
pennurunan kadar HDL dalam darah.Upaya yang saat ini banyak dilakukan untuk
mengatasi kekurangan esterogen adalah penggunaan HRT (Hormone Replacement
Therapy). Terapi ini menimbulkan efek samping sehingga diperlukan alternatif
lain sebagi pengganti HRT yaitu dengan menggunakan fitoesterogen. Rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki senyawa flavonoid yang diduga
memiliki sifat senyawa fitoesterogen. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kemampuan rimpang kencur dalam meningkatkan atau menurunkan kadar HDL
dan LDL pada tikus betina galur Wistar terovariektomi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental post test only control
group design. Tikus betina galur Wistar usia 70 hari sebanyak 30 ekor dibagi
menjadi 6 kelompok yakni K1baseline non-ovariektomi dan 5 kelompok tikus
terovariektomi yaitu K2baseline ovariektomi, K3kontrol CMC-Na 0,5%, K417-β
estradiol 2 µg/hari (kontrol positif), kelompok P1 dan P2 perlakuan ekstrak kencur
dosis 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB. Pengamatan efek estrogenik dengan
peningkatan kadar HDL dan penurunan kadar LDL dalam darah menggunakan
metode kolorimetri enzimatik CHOD-PAP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang kencur dosis
500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDL darah tetapi
belum mampu meningkatkan kadar HDL dalam darah tikus yang terovariektomi.

Kata kunci : Kaempferia galanga L., HDL dan LDL.

ii
ABSTRACT
Menopause is a deficiency of the hormone estrogen experienced by
women. One of the hormones estrogen deficiency disorders are osteoporosis and
cardiovascular disease due to increased levels of LDL and decrease HDL levels in
blood. The most widely practiced effort to overcome the esterogen deficiency is
the use of HRT (Hormone Replacement Therapy). This therapy causes side effects
that require another alternative as a replacement HRT is by using phytoestrogens.
Kencur rhizome (Kaempferia galanga L.) has flavonoid compounds that are
suspected of having the properties of phytoestrogens.The purpose of the study is
to examine the ability of rhizome kencur in raising or lowering levels of HDL and
LDL in female rats Strain wistar ovariectomized.
This research is experimentally with post-test only control group design.
Wistar female rats aged 70 days as many as thirty individuals were divided into
six groups, rat in K1 non-ovariectomized baseline and 5 groups of mice were
ovariectomized that is baseline ovariectomy K2,rat in K3treated CMC-Na 0,5%,
K417-β estradiol 2 µg/days (positive control), group P1 and P2 kencur extract
treatment dose of 500 mg/kgBB and 1000 mg/kgBB. Observations estrogenic
effect with increased levels of HDL and decreased LDL levels in the blood using
enzymatic colorimetric CHOD-PAP.
The result of this research showed that kencur rhizome ethanol extract of
dose 500 mg/kgBB and 1000 mg/kgBB can lower blood LDL levels but have not
been able to raise HDL cholesterol levels in the blood of mice were
ovariectomized.

Keywords : Kaempferia galanga L., HDL and LDL.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post menstrual atau menopause merupakan proses alamiah

yang akan dialami oleh setiap wanita, yaitu suatu masa yang ditandai

dengan tidak adanya perkembangan folikel dalam ovarium. Pada wanita

jumlah folikel didalam ovarium sudah ditentukan pada saat fetus

(DeGroot, 1995). Folikel dalam ovarium khususnya sel teka dan sel

granulosa berperan dalam sintesis estrogen. Setelah wanita memasuki

masa menopause, maka wanita akan mengalami defisiensi hormon

estrogen yang memiliki peranan dalam regulasi reproduksi, modulasi

kepadatan tulang, transport kolesterol serta stimulasi proliferasi sel

epitel kelenjar payudara (Jordan, 2004).

Akibat penurunan estrogen khususnya estradiol yang dihasilkan

oleh ovarium, wanita mengalami beberapa keluhan, antara lain gejolak

panas, jantung berdebar-debar, gangguan tidur, depresi, mudah

tersinggung, sakit kepala, cepat lelah, berat badan bertambah, dan nyeri

tulang atau otot. Pada wanita ini juga terjadi gangguan metabolisme

berupa meningkatnya kadar kolesterol, peningkatan Low Density

Lipoprotein (LDL) dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL)

serum darah (Baziad, 2003).

Estrogen sangat berperan untuk sintesis protein, antara lain sintesis

reseptor LDL. Penurunan kadar estrogen berarti menurunkan kadar

1
2

reseptor LDL. Reseptor LDL berperan untuk memasukkan LDL ke dalam

sel target. Akibat turunnya reseptor LDL, LDL tidak dapat masuk ke sel

dan kadarnya meningkat di sirkulasi darah. Peningkatan LDL dalam serum

darah menyebabkan LDL mengalami oksidasi untuk membentuk oxLDL.

oxLDL akan diambil oleh makrofag, dibawa ke dinding pembuluh darah,

selanjutnya membentuk plaque di tempat itu. Plaque ini yang

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau atherosclerosis (Berg et

al., 2002).Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO, 15 juta orang yang

meninggal akibat penyakit kardiovaskuler antara lain 7,2 juta orang

meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner dan 4,6 juta orang

meninggal karena stroke (Mangoenprasodjo, 2005).

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol

yang berlebihan mulai dari terapi non farmakologi seperti menjalankan

pola hidup yang sehat dan mengkonsumsi diet yang seimbang. Diet

seimbang bisa didapat dari gizi yang optimal dengan komposisi yang tepat

seperti sayuran hijau, buah-buahan, kecambah, kacang-kacangan, biji-

bijian, berries, makanan rendah lemak namun tinggi serat serta air yang

bersih dan sehat. Untuk terapi farmakologi menggunakan obat-obat

sintetik maupun obat herbal yang sudah terbukti dapat menurunkan kadar

kolesterol (Karimah, 2010).

Penggunaan bahan alami yang mengandung hormon atau

fitohormon sudah banyak dikembangkan saat ini. Salah satunya adalah

fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan suatu substrat dari tumbuhan yang


3

memiliki aktivitas mirip estrogen (Glover and Assinder, 2006). Menurut

Jefferson, et al., (2002) fitoestrogen merupakan dekomposisi alami yang

ditemukan pada tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan

estradiol, bentuk alami estrogen yang paling poten. Penggunaan

fitoestrogen memiliki efek keamanan lebih baik dibandingkan dengan

estrogen sintesis atau obat-obat hormonal pengganti (hormonal

replacement therapy / HRT) (Achadiat, 2003).

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu

sumber bahan alam dengan senyawa flavonoid yang diduga berpotensi

sebagai sumber fitoestrogen. Penelitian ilmiah mengenai efek estrogenik

rimpang kencur sudah dilakukan melalui uji in Silico oleh Setyaningsih,

(2016) untuk mengetahui afinitas kandungan senyawa dari kencur (etil

sinamat, etil p-metoksisinamat, p-metoksitiren, keren, borneol, parrafin)

dengan reseptor estrogen β. Hasilnya diketahui bahwa etil p-

metoksisinamat memiliki afinitas yang baik pada reseptor estrogen β.

Menurut Benassayag et al., (2002) terdapat 4 jenis senyawa fitoestrogen

yang terkandung di dalam tanaman antara lain flavonoid, coumestan,

lignan, dan stilbel. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol rimpang kencur

pada penelitian Hasanah et al., (2011) terbukti mengandung metabolit

sekunder yaitu golongan senyawa flavonoid, polifenol, tanin,

monoterpen/seskuiterpen, dan steroid. Selain itu rimpang kencur juga

mengandung minyak atsiri antara lain 2,4,6-trimethyl octane 25,03%, 2-

butyl-1-octanol 1,49%, Ethyl cinnamate 8,49%, Limonene dioxide 1,73%,


4

Ethyl ester 3-(4-methoxyphenyl) 2-propenoic acid 9,19%, Ethyl

pmethoxycinnamate 54,07%.

Berdasarkan pengetahuan tersebut ekstrak etanol rimpang kencur

diduga mampu memiliki efek estrogenik, sehingga pada penelitian ini

diharapkan efek estrogenik rimpang kencur berpengaruh terhadap

penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL tikus betina galur

Wistar terovariektomi. Hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar

pengembangan produk nutrasetikal yang bisa digunakan untuk mencegah

hiperkolesterolemia pada wanita menopouse.

METODE PENELITIAN
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Desain, Variabel dan Rancangan Penelitian

1. Desain dan Variabel Penelitian

a. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan

rancanganpost test only control group design menggunakan

tikus betina galur Wistar yang terovariektomi sebagai hewan

uji.

b. Variabel Penelitian

1) Variabel Bebas : Dosis ekstrak rimpang kencur

500mg/kgBB, 1000mg/kgBB, serta dosis estradiol

2µg/hari.

2) Variabel tergantung : Kadar LDL dan HDL pada tikus

yang di ovariektomi.

3) Variabel Terkendali : umur tikus 50-70 hari, Jenis

kelamin tikus putih betina, pemberian makanan dan

minuman, serta pemberian perlakuan tikus.

2. Pengambilan sampel

Sampel penelitian berupa tikus betina galur Wistar, sehat

dan berumur 50-70 hari dengan berat 150-200 gram sebanyak 30

ekor. Hewan uji dibagi ke dalam 6 (enam) kelompok.

Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak lengkap dengan

5
6

jumlah minimal perkelompok mengikuti rumus Federer

(Federer,1991), yaitu:

Rumus Federer : (t-1) (r-1) ≥ 15

Dimana:

t : banyaknya kelompok perlakuan

r : jumlah replikasi

Menurut rumus Federer, banyaknya sampel yang

diperlukan:

(t-1) (r-1) ≥ 15 ; t = 6

(6-1) (r-1) ≥ 15

5r – 5 ≥ 15

5r ≥ 20

r ≥4

Jumlah hewan uji yang digunakan dari perhitungan harus

lebih besar atau sama dengan 4 ekor tikus tiap kelompoknya. Tikus

yang akan digunakan adalah 5 ekor tiap kelompok. Tikus

dipelihara dalam kandang di Laboratorium Farmakologi

Universitas Wahid Hasyim Semarang. Setiap kandang berisi 5 ekor

tikus dan diberi pakan standar pelet BR-2 dan minuman air yang

cukup untuk menghindari adanya kanibalisme karena kelaparan.

1. Kriteria inklusi : tikus galur Strain Wistarumur (50-70 hari),

jenis kelamin betina, berat badan (150-200 gram), tikusgalur


7

Strain Wistar tidak terdefisiensi estrogen, belum pernah

digunakan untuk penelitian.

2. Kriteria eksklusi : tikus galur Strain Wistar mengalami

defisiensi estrogen ditandai dengan kenaikan kadar LDL

sebelum dilakukan perlakuan.

B. Bahan Penelitian

1. Tanaman Uji

Tanaman uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang

kencur. Serbuk rimpang kencur diperoleh dari Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

(B2P2TOOT), Tawangmangu Kab. Karanganyar, Jawa Tengah.

2. Bahan Kimia

Pada penelitian ini menggunakan cairan penyari etanol 70%

(Brataco), untuk membius tikus digunakan ketamin(PT. Erela,

Semarang), plain catgut sutures 3/0 sebagai alat bedah, digunakan

larutan NaCl 0,9% (PT. Otsuka, Jakarta) dikondisikan agar sama

dengan cairan tubuh, kontrol negatif menggunakan CMC-Na,

Antibiotik serbuk Enbatic® (PT Erela, Semarang) sebagai antibiotik

yang ditaburkan pada luka bekas operasi ovariektomi. Betadin® (PT

Mahakam Beta Farma, Jakarta) diberikan pada luka bekas operasi

ovariektomi. Estradiol (Sigma) merupakan sulih hormon yang

diberikan pada tikus kelompok perlakuan estradiol 2µg/hari.


8

3. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih dengan jenis kelamin

betina, galur Strain Wistar, sehat, tidak kawin, berumur 50-70 hari

diperoleh dari Laboratorium Biologi FMIPA UNNES.

C. Alat Untuk Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam preparasi bahan uji : Perkolator, alat-alat

gelas, selang, emberdanvaccum rotary evaporator (Heidolph).

2. Alat yang diguanakan untuk uji in vivo : Seperangkat alat bedah

(pinset, jarum jahit, gunting, dan jarum bedah), neraca elektrik,

kamera, spuit per oral, pipet tetes, mikropipet, timbangan gram

elektrik, penggaris, alumunium foil dan alat-alat gelas.

D. Jalannya Penelitian

1. Determinasi Tanaman

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) diambil dari perkebunan

yang berada didaerah Tawangmangu Kab. Karanganyar dan

selanjutnya dilakukan proses determinasi di Laboratorium Ekologi dan

Biosistematika Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Diponegoro Semarang. Determinasi bertujuan untuk mendapatkan

kebenaran identifikasi tanaman yang digunakan dalam penelitian.

Determinasi rimpang kencur dilakukan dengan cara mencocokan ciri-

ciri morfologi yang ada pada rimpang kencur terhadap kunci-kunci

determinasi yang terdapat pada kepustakaan.


9

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kencur

Serbuk rimpang kencur sebelumnya di cek kadar air

menggunakan alat Moisture balancedan didapatkan kadar air

sebesar 8,14%. Serbuk rimpang kencur sebanyak 1000 gram di

bagi menjadi 4 bagian, masing-masing 250 gram serbuk rimpang

kencur dimasukkan kedalam perkolator yang telah dilapisi dengan

kapas dan kertas saring, kemudian ditambah etanol 70% hingga ¾

bagian perkolator dan dibiarkan terbasahi selama satu malam.

Perkolasi dihentikan hingga tetesan perkolat jernih. Perkolat yang

diperoleh selanjutnya dikentalkan menggunakan rotary evaporator

pada suhu 45°C, ekstrak kental dikumpulkan dan ditimbang

bobotnya untuk menghitung rendemen yang dihasilkan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Bobot ekstrak etanol


Rendemen= x 100 %
Bobot serbuk

3. Penentuan Dosis

Penelitian efek estrogenik dari rimpang kencur belum pernah

dilakukan sehingga dalam penentuan dosis, penelitian ini mengacu

pada penelitian fitoestrogenik sebelumnya yang berasal dari biji labu

kuning (Lestari et al., 2014). Kelompok kontrol positif diberi estradiol

dosis 2µg, sedangkan kelompok perlakuan diberi ektrak kencur dosis

500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB.


10

4. Pembuatan Sediaan Uji

a. Pembuatan CMC-Na 0,5%

Pembuatan CMC-Na 0,5% dilakukan dengan menimbang

0,5 gram serbuk natrium CMC kemudian dikembangkan dengan

air hangat secukupnya lalu dimasukkan dalam labu takar 100 mL

dan ditambahkan aquadest sampai batas.

b. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Etanolik Rimpang Kencur

Ekstrak etanolik rimpang kencur dibuat larutan stok 8%

menggunakan dosis 1000 mg/kgBB dengan cara menimbang

ekstrak seberat 8 gram kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml

CMC-Na 0,5%. Perhitungan larutan stok dapat dilihat pada

lampiran 5. Larutan stok 8% digunakan untuk menentukan volume

pemberian pada hewan uji kelompok dosis 500 mg/kgBB maupun

1000 mg/kgBB.

c. Pembuatan Larutan Stok Estradiol

Tablet estradiol dosis 2 mg digerus dan dilarutkan dalam

1000 ml aquadest, sehingga diperoleh konsentrasi 2 µg/ml.

d. Pembuatan Larutan Stok antibiotik Preventif

Antibiotik prefentifdiberikan untuk meminimalkan

terjadinya infeksi setelah operasi ovariektomi pada tikus, Ampisilin

sirup (per oral) kemasan 60ml dengan dosis 25 mg/ml di lakukan

pengenceran 10x menggunakan aquadest, sehingga tiap ml

antibiotik sirup di add kan 10 ml.


11

5. Ovariektomi

Siapkan semua peralatan dan bahan operasi di meja operasi.

Dilakukan desinfeksi meja operasi dengan spraying etanol 70%

diseluruh meja operasi. Meja operasi kemudian dilapisi aluminium foil

kemudian dilakukan desinfeksi lagi menggunakan spraying etanol

70%, pada peralatan bedah ditempatkan pada satu box yang disemprot

etanol 70%. Setelah peralatan sudah siap maka siapkan tikus betina

galur Wistar, timbang tikus, catat berat badanya untuk selanjutnya

dianestesi menggunakan ketamin 50-150 mg/kgBB secara

intraperitoneal.

Rambut tikus dicukur di area bedah seluas 4cm². Insisi pada area

bedah (agak menjorok kedalam tubuh jika dipegang atau 2cm

mengikuti tulang belakang dengan jarak 1,5cm dari tulang belakang).

Totolkan kapas pada badan tikus yang mengalami pendarahan kapiler,

cari ovarium (berbentuk granul-granul seperti anggur) kemudian

potong dan sisihkan. Oleskan betadine pada luka yang terbuka setelah

itu jahit kulit dalam sebanyak 1 simpul dan kulit luar sebanyak 2

simpul, tutup luka jahitan menggunakan enbatic dan kain kassa untuk

menghindari infeksi dari lingkungan sekitar. Tikus yang telah

dioperasi ditempatkan pada kandang tunggal yang beralaskan kertas

dan tisu lalu diberikan makanan dan botol minum. Pengamatan luka

pada tikus dilakukan rutin setiap hari, jika perlu oleskan betadin pada

luka tikus.
12

6. Uji in vivo

Tikus betina galur Wistar sebanyak 30 ekor ditempatkan dalam

kandang plastik dengan alas sekam dan diberi makan berupa pellet

serta diberi minum air PDAM yang masing-masing diberikan secara

ad libitum. Ekstrak diberikan dalam bentuk suspensi dalam larutan

CMC-Na 0.5%. Larutan ekstrak dibuat baru sebelum diberikan kepada

hewan uji.

berat badan tikus ( g ) x dosis( mg/kg)


Volume pemberian ekstrak (ml )=
konsentrasi ekstrak (mg /ml )

Tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan dengan 5 ekor

tikus tiap kelompok, yaitu : K1 : base line non-ovariektomi, K2 : base

line ovariektomi, K3 : perlakuan CMC-Na 0,5% (Kontrol negatif), K4 :

perlakuan estradiol 2 µg/hari, Kelompok P1 : perlakuan ekstrak dosis

500 mg/kgBB, Kelompok P2 : perlakuan ekstrak dosis 1000 mg/kgBB.

Tikus K2 hingga K4 diovariektomi pada usia 70 hari. Ovariektomi

merupakan proses pemotongan ovarium, sehingga pada kondisi tersebut

tikus dalam keadaan defisiensi estrogen. Perlakuan pemberian sediaan

uji dilakukan selama 1 bulan, pada akhir percobaan semua tikus diambil

darahnya dari sinus orbitalis. Sampel darah yang diambil dari sinus

orbitalis diinkubasi pada suhu kamar 15 menit lalu disentrifugasi 4000

rpm selama 20 menit dan didapatkan serum untuk penetapan kadar

LDL dan HDL. Pengukuran kadar kolesterol LDL dan HDL dilakukan

dengan metode Cholesterol Oxidase Phenol Amino Phenazone (CHOP-


13

PAP) (Diasys, 2012). Secara umum skema uji In vivo dengan postest

only control group design dapat dilihat pada gambar 4 .

30 tikus putih betina galur wistar

Diadaptasikan selama 7 hari dengan diberi pakan setandar pellet dan akuades

Pemilihan dan Pengelompokan

K1 K2 K3 K4 P1 P2
5 tikus Base 5 tikus 5 tikus 5 tikus 5 tikus 5 tikus
line non-
ovariektomi

Di ovariektomi pada usia 70 hari

Perawatan luka dan pemulihan selama 7 hari

K2 K3 K4 P1 P2
Tikus tanpa Tikus diberikan Tikus diberikan Tikus diberikan Tikus diberikan
diberikan perlakuan pakan perlakuan ekstrak etanol ekstrak etanol
sediaan uji CMC-Na 0,5% estradiol rimpang kencur rimpang kencur
2µg/hari dosis dosis
500mg/kgBB 1000mg/kgBB

Setelah 1 bulan perlakuan


kemudian tikus dipuasakan + 12
jam

Tikus diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar LDL menggunakan metode direct kolorimetri enzimatik dan HDL
dengan metode enzimatik CHOD – PAP dengan alat spectrophotometer UV-VIS

Analisis kadar secara statistik

Gambar 4. Skema uji In vivo


14

E. Analisis Data

Pada penelitian ini data pemeriksaan kadar LDL dengan metode

direct enzymatic colorimetric, kadar yang diperoleh tidak memenuhi syarat

normalitas dan homogenitas, kemaknaan perbedaan kadar tiap perlakuan

di uji dengan analisa statistik Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan

95% dilanjutkan dengan uji Mann Whitneydan pemeriksaan kadar HDL

dengan metode CHOD-PAP, kadar yang diperoleh memenuhi syarat

normalitas dan homogenitas, kemaknaan perbedaan kadar tiap perlakuan

di uji dengan analisa statistik Anova one way dengan taraf kepercayaan

95% dilanjutkan dengan uji Tukey. Data kadar tersebut di analisis

menggunakan Software Statistical Product and Service Solution (SPSS)

16.0 FOR Windows.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kencur

1. Determinasi Tanaman Kencur

Determinasi tanaman merupakan langkah awal dari penelitian

untuk mendapatkan identitas yang benar dari tanaman yang akan diteliti,

sehingga dapat memberikan kepastian tentang kebenaran tanaman

tersebut.

Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1 yang

membuktikan bahwa tanaman yang di gunakan dalam penelitian ini adala

rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan kunci determinasi

sebagai berikut : Kelas Liliopsida / Monocotyledoneae 1b, 2b,3b, 12b,

13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27a, 28b, 29b,

30b, 31a, 34a, 35b, 37b, 38b, 39b, 41b, 45b, 46e, 50b, 51b, 53b, 54b, 56b,

57b, 58b, 59d, 72b, 73b, 74a, 75b, 76b, 333b, 334b, 335b, 338a, 339b,

340b ... Famili 207. Zingiberaceae ...1a, 2b, 6b, 7b, 8b, 10a, ... Genus 10.

Kaempferia ... Spesies : Kaempferia galanga L. (kencur).Untuk

menghindari adanya variasi kandungan senyawa yang terdapat dalam

tanaman tersebut karena kondisi lingkungan yang berbeda maka tanaman

pada penelitian ini diambil dari 1 daerah (Backer et al., 1963).

15
16

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kencur

Serbuk rimpang kencur diperoleh dari B2P2TOOT Tawangmangu.

Metode ekstraksi yang dipilih dalam penelitian ini adalah perkolasi.

Alasan pemilihan metode perkolasi karena metode ini termasuk metode

ekstraksi cara dingin sehingga meminimalkan kemungkinan adanya

kerusakan senyawa aktif yang terkandung dalam rimpang kencur akibat

suhu yang tinggi (Depkes RI, 1986). Perkolasi juga dipilih karena caranya

mudah dan membutuhkan pelarut yang mengalir dan selalu baru. Cara

perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran

cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi

dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan

derajat perbedaan konsentrasi (Depkes RI, 1986). Penyari yang digunakan

adalah etanol 70 % karena penyari ini dapat menarik hampir semua jenis

senyawa aktif (Voigt, 1994).

Jumlah total serbuk rimpang kencur yang diekstraksi sebanyak

1000 gram dengan kadar air 8,41%. Perkolat diuapkan menggunakan

rotary evaporator karena mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih

pelarut sehingga menjaga kestabilan senyawa yang terkandung dalam

ekstrak (Voigt, 1994). Proses penguapan dan pengentalan ekstrak

dilakukan pada suhu 45°C pada tekanan 60rpm tujuannya agar komponen

zat aktif yang terkandung dalam rimpang kencur yang tidak tahan

pemanasan tidak rusak karena suhu yang tinggi. Ekstrak kental yang

didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 140 gram dengan rendemen


17

sebanyak 14%. Rendemen ekstrak didapatkan dari perhitungan bobot

ekstrak kental banding bobot serbuk dikalikan 100% (Depkes RI, 1986).

Hasil pengamatan ekstrak etanol rimpang kencur yang dilakukan

secara organoleptis memiliki karakteristik antara lain berwarna coklat

kehitaman, pekat, mempunyai bau khas kencur. Ekstrak etanol rimpang

kencur dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Ekstrak Etanol Rimpang Kencur

Ekstrak kental yang diperoleh disimpan pada tempat yang

terlindung dari cahaya untuk mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya

matahari yang dapat merusak komponen zat aktif (Voigt, 1994).

B. Uji In Vivo

Uji in vivo di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak etanol rimpang kencur terhadap kadar LDL dan kadar

HDL pada tikus terovariektomi. Uji in vivo pada kadar LDL

menggunakanmetode direct enzymatic colorimetric dan pada kadar HDL

menggunakan metode CHOD-PAP.


18

1. Kadar LDL

a. Penetapan kadar LDL

80
Rata-rata kadar LDL (mg/kgBB)

70.31
70
60 53.41 54.19
50
38.28
40 32.64
30
20.2
20
10
0
K1 K2 K3 K4 P1 P2
Kelompok Perlakuan

Hasil kadar LDL didapatkan dari uji in vivo pada tikus

setelah pemberian senyawa uji menggunakan metode direct

colorimetric enzimatik. Menurut Herwiyarirasanta (2010), ambang

batas normal kadar LDL pada tikus adalah 7-27,2 mg/dl. Data rata-

rata kadar LDL pada penelitian ini menunjukan bahwa kelompok I

baseline non ovariektomi berada dalam range normal dibandingkan

dengan kelompok tikus terovariektomi (K2 – K4, P1 dan P2)yang

mengalami defisiensi estrogen akibat pengangkatan ovarium tikus

sehingga terjadi peningkatan kadar LDL.Data rata-rata LDL

didapatkan hasil seperti gambar 6 berikut :


19

Gambar 6. Grafik rata-rata pemeriksaan kadar LDL serum darah tikus


tiap perlakuan.
Keterangan :
K1 : Kelompok baseline non-ovariektomi
K2 : Kelompok baseline ovariektomi
K3 : Kelompok Kontrol CMC-Na 0,5%
K4 : Estradiol 2 µg/hari (Kontrol positif)
P1 : Ekstrak Etanol Rimpang Kencur dosis 500 mg/kgBB
P2 : Ekstrak Etanol Rimpang Kencur dosis 1000 mg/kgBB
*: hasil uji Kruskal wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan data
kelompok baseline non-ovariektomi (p<0,05)

Gambar 6menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar

LDL pada K3 lebih tinggi dibandingkan pada K1 (20,20). Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar LDL pada tikus

Wistar terovariektomi dibandingkan dengan K1. Pada K3 memiliki

kadar LDL lebih tinggi dibandingkan pada K2 artinya K3. Pada

K4, P1 dan P2 terjadi penurunan kadar LDL, Grafik rata-rata

tersebut merupakan gambaran mengenai sejauh mana pengaruh

pemberian ekstrak etanol rimpang kencur dalam menurunkan kadar

LDL. Hasil dari uji Kruskal wallis kadar LDL (Lampiran 6)

didapat nilai signifikansi sebesar 0,002 yang menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna (p≤ 0,05) yakni antara kelompok

perlakuan dengan rata-rata kadar LDL serum.

b. Hasil uji Mann Whitney Kadar LDL

Data rata-rata kadar LDL diuji menggunakan uji Kruskal

Wallis kemudian dilanjutkan pada uji Mann Whitney untuk melihat


20

perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil uji Mann Witneydapat

dilihat pada tabel 1 :

Tabel I. Hasil ujiKruskal Wallis yang dilanjutkan ujiMann


Whitney

Perlakuan K1 K2 K3 K4 P1 P2

K1 0,009* 0,009* 0,009* 0,009* 0,016*


-
K2 - 0,117 0,754 0,754 0,047*
0,009*
K3 0,009* - 0,028* 0,016* 0,009*
0,009*
K4 0,028* - 0,117 0,009*
0,009* 0,009*
P1 0,117 0,016 0,117 - 0,753
0,009*
P2 0,047* 0,009* 0,009* 0,753 -
0,016*

Keterangan :
K1 : baseline non ovariektomi
K2 : baseline ovariektomi
K3 : kontrol CMC-Na 0,5%
K4 : estradiol 0,2 µg/hari (Kontrol positif)
P1 : dosis 500 mg/kgBB
P2 : dosis 1000 mg/kgBB
* : menunjukkan ada perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol
baseline ovariektomi

Perbandingan K1 terhadap K2 diperoleh hasil yang

signifikan 0,09 (p < 0,05) ini menujukkan bahwa tikus Wistar yang

terovariektomi dapat meningkatkan kadar LDL akibat dari proses

defisiensi estrogen. Pada K3 terhadap K4, P1 dan P2 diperoleh


21

hasil yang signifikan (p < 0,05) ini berarti pemberian estradiol,

ekstrak etanol rimpang kencur dosis 500 mg/kgBB dan 1000

mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDL. Hal ini membuktikan

bahwa ekstrak etanol rimpang kencur dosis 500 mg/kgBB dan

dosis 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDL darah tikus

secara berbeda bermakna dibandingkan K3.

2. Kadar HDL

a. Penetapan kadar HDL

Hasil kadar HDL didapatkan dari uji in vivo pada tikus

setelah pemberian senyawa uji menggunakan metode CHOD-PAP.

Data rata-rata HDL didapatkan hasil seperti gambar 7 :

18
Rata-rata Kadar HDL (mg/dL)

16 15.4
14 12.4
11.8
12
10 8
8 6.8 6.2
6
4
2
0
K1 K2 K3 K4 P1 P2
Kelompok Perlakuan
22

Gambar 7. Grafik rata-rata pemeriksaan kadar HDL serum darah tikus


tiap perlakuan

Keterangan :
K1 : Kelompok baseline non-ovariektomi
K2 : Kelompok baseline ovariektomi
K3 : Kelompok Kontrol CMC-Na 0,5%
K4 : Estradiol 2 µg/hari (Kontrol positif)
P1 : Ekstrak Etanol Rimpang Kencur dosis 500 mg/kgBB
P2 : Ekstrak Etanol Rimpang Kencur dosis 1000 mg/kgBB

Hasil uji one way Annova menunjukkan bahwa pada setiap

perlakuan (K1, K2, K3, K4, P1, P2) secara umum menunjukkan

nilai yang signifikansi (p ≥ 0,05) terhadap kontrol baseline

ovariektomi, sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang

bermakna antara HDL tiap perlakuan terhadap kadar HDL tikus

pada kelompok kontrol baseline ovariektomi.

b. Hasil Uji Tukey pada Kadar HDL

Data kadar HDL diuji menggunakan uji one way Anova

kemudian dilanjutkan pada uji tukey. Hasil uji tukey dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Uji one way Anova dilanjutkan uji tukey kadar HDL

Perlakua K1 K2 K3 K4 P1 P2
n
K1 0,829 0,333 0,699 1,000 1,000
-
23

K2 - 0,950 1,000 0,938 0,754


0,829
K3 0,950 - 0,988 0,493 0,265
0,333
K4 0,988 - 0,852 0,611
0,699 1,000
P1 0,938 0,493 0,852 - 0,998
1,000
P2 0,754 0,265 0,611 0,998 -
1,000

Keterangan :
K1 : baseline non ovariektomi
K2 : baseline ovariektomi
K3 : kontrol negatif CMC-Na 0,5%
K4 : estradiol 0,2 µg/hari
P1 : dosis 500 mg/kgBB
P2 : dosis 1000 mg/kgBB

Pada perlakuan P1 dan P2 menunjukan kecenderungan

penurunan kadar HDL di bandingkan dengan K4, menurut

Suhargo, (2008) pada tikus yang di ovariektomi menunjukan kadar

peningktan kolesterol, kolesterol merupakan bahan dasar

pembentukan hormon estrogen dan estrogen dapat meningkatkan

sintesis HDL dalam hati. Perlakuan dengan Ekstrak Etanol

Rimpang Kencur menyebabkan penurunan kadar kolestrol

akibatnya menurunkan sintesis estrogen dan selanjutnya

menurunkan sintesis HDL.

Kenaikan kadar LDL pada tikus dipicu oleh faktor

penurunan kadar leptin dalam serum darah. Leptin adalah suatu

protein yang berperan untuk nafsu makan. Peningkatan leptin

dalam serum darah akan menyebabkan penurunan nafsu makan,

sebaliknya turunnya kadar leptin dalam serum darah

mengakibatkan peningkatan nafsu makan sebanyak 30% setelah 9

hari pascaoperasi (Seifi, et al., 1981). Peningkatan nafsu makan


24

meningkatkan makanan yang terserap dan selanjutnya

meningkatkan cadangan lemak, antara lain meningkatkan cadangan

kolesterol. Kolesterol dalam sirkulasi darah terikat dengan protein

membentuk lipoprotein. Lipoprotein yang paling banyak

mengandung kolesterol adalah LDL. LDL dari sirkulasi darah akan

masuk ke sel perifer melalui reseptor LDL dan melepas kelebihan

lemak untuk digunakan sebagai bahan metabolisme atau

disimpanDegroot (1995).

Menurut Suhargo, (2008), pada kondisi ovariektomi, kadar

estrogen khususnya estradiol (dihasilkan oleh ovarium) menurun.

Estradiol mempunyai efek estrogenik yang tinggi terhadap sintesis

protein antara lain pada reseptor LDL. Penurunan estrogen

menyebabkan penurunan jumlah reseptor LDL, akibatnya LDL

dari serum darah tidak tersalur ke jaringan perifer dan banyak

terdapat pada serum darah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan

LDL dalam serum darah. Kenaikan kadarLDL pada K4,P1 dan P2

lebih rendah dibandingkan dengan K2 dan K3 ini membuktikan

bahwa estradiol dan agen fitoestrogen EERK mampu menurunkan

kadar LDL darah tikus terovariektomi.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ekstrak etanol rimpang kencur dosis 500 mg/kgBB dan 1000

mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDL darah pada tikus yang

terovariektomi tetapi tidak mampu meningkatkan kadar HDL darah pada

tikus yang terovariektomi.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak

etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap kadar LDL dan

HDL tikus galur Wistar terovariektomi dengan variasi dosis baru serta

waktu perlakuan yang lebih lama.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C, M., 2003, Fitoestrogen untuk Wanita Menopause,


http://situskesepro.info/aging/jul/2003/ag01.html, diakses September
2007.
Aniesaturraida, 2015, Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Etanol Herba
Alfafa (Medicago sativa L.) dan Simvastatin Terhadap Kadar Low Density
Lipoprotein dan High Density Lipoprotein Tikus yang Diinduksi Pakan
Tinggi Lemak, Skripsi, Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Backer, C. A., R. C. B. Van Den Brink, 1963, Flora of java, Volume I (III), N. V.
Noordhoff, Groningen, The Netherlands.
Baziad, A., 2003, Menopause and Andropause, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Pramihardjo.
Benassayag C, Perrot-Applanat M, dan Ferre F., 2002, Phytoestrogen as
modulators of steroid action in target cells, J. Chromatogr,B 777: 233-
248.
Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L, 2002. Biochemistry. FifthEdition. W.H.
Freeman and Company, New York,727–733.
Dadang Kusmana, R. Lestari, Setiorini, A.N. Dewi, P. R. Ratri dan R.R.R.
Soraya, 2007, Efek Estrogenik Ekstrak Etanol 70% Kunyit (Curcuma
domestica VAL.) Terhadap Mencit (Mus musculus L.) Betina Yang Di-
Ovariektomi, MAKARA, SAINS, 11, No.02, 90-97.
Deepak KK., R. Rema, andRoy DM., 2012, Description of a new method of
ovariectomy in female rats.
DeGroot LJ, 1995, Endocrinology, Volume 3, Third edition, W,B, Saunders
Company, Philadelphia, 2128-2136.

Depkes RI, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Repupblik Indonesia,
Jakarta, 10.
Depkes RI, 2000, Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta, 11.
Diasys, 2012, HDL Precipitant FS, Diasys Diagnostic Systems GmbH & Co. KG
Alte Strasse 9 65558 Holzheim germany.
27

Ditjen POM, 1989, Materia Medika IndonesiaI, Jilid V, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta, 534-540.
Eaker, E. D., Chesebro, J. H., Sacks, F. M., Wenger, N. K., Whisnant, M., 1994,
Cardiovascular Disease in Women. Heart Dis Stroke 3(2):114-9.
nd
Federer, W., 1991, Statistic and Society Data Collection and Interpretation, 2
edition, Marcel Dekker, New York, 201-209.
Glover A. And Assinder S. J., 2006, Acute exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogen reduce fecundity and alters epididimal steroid hormon
receptor expression, Jour, Endoc, 189: 565-573.
Gyuton, A. C., and Hall, J. E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 9 ͭ ͪ Ed.,
EGC, Jakarta, 945-948.
Hasanah A.N., Nazaruddin F., Febrina E., dan Zuhrotun A., 2011, Analisis
Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.), Jurnal Matematika & Sains,
16 : 3

Herwiyarirasanta, I., 2010, Efek Pemberian Sari Kedelai Hitam terhadap Kadar
LDL (Low Density Lipoprotein) Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan
Diet Tinggi Lemak, Surabaya, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga.

Jefferson W. N., Padilla-Banks E., Clark G., and Newbold R.R., 2002, Assessing
estrogenic activity of phytochemicals using transcriptional activation and
immature mouse uterotrophic responses. Journal of Chromatography.
Analitical technologies in the Biomedical and Life Sciences 777 (1-2) :
179-189.
Jordan, V.Craig. 2004. Selective Estrogen Receptor Modulation:Concept and
Consequences in Cancer, Cancer Cell,l5:207-213.

Karimah F., 2010, Pengaruh Pemberian Klorofil dari Tanaman Alfafa (Medicago
sativa) terhadap Kadar kolesterol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Srain Wistar, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Krebs, E. E., Ensrud, K. E., MacDonald, R., Wilt, T. J., 2004. Phytoestrogens for
treatment of menopausal symptoms : a systematic review. Obstet Gynecol
104 (4) : 824-836.
Lestari, B., Hanif, N.M., Anggarany, A.D., Ziyad,T. Walidah, Z., and Murwanti,
R., 2014, Potensi Biji Labu Kuning Sebagai Agen Fitoestrogen pada
Wanita Post Menstrual, Prosiding Elektronik PIMNAS, DITJEN DIKTI
KEMENDIKBUD RI.
28

Mangoenprasodjo A. S., 2005, Stroke Jangan Lagi Jadikan Hantu, Yogyakarta,


Think Fresh,13.
Mayes, P. A., 2003, Biosintesis asam lemak, In: Murray, R. K., Granner, D. K.,
Mayes, P. A., Rodwell, V. W., (eds), Biokimia Harper, Edisi 25. Jakarta:
EGC,222.
Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsnetrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia
galanga L.) dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan
Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro, Skripsi,
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Nie Y., Liana L.K., and Evacuasiany E., 2012, The Effect of Kencur’s Rhizome
Ethanol Extract (Kaempferia galanga L.) Againts Gastric Mucosal to
Swiss Webster Mice in Induced by Asetosal, Jurnal Medika Planta, 2 : 1.

Okada, M., dkk, 1998, Lab, Clin, Med., 132, 195-201.

Rimoldi, G., 2007, Effect of Chronic Geneistein Treatment in Mammary Gland,


Uterus, and Vagina., Jurnal, Jerman, Universitas Georg-August.
Rostiana, O., S. M. Rosita, H. Wawan, Supriadi dan A. Siti, 2003, Status
Pemuliaan Tanaman Kencur. Perkembangan Teknologi TRO, 15, 2, 25-38.
Seifi Sel, Green, IC, Perrin D, 1981, Insulin Release and Steroid Hormone
Binding in Isolated Islets of Langerhans in The Rat: Effects of
Ovariectomy, journal of endocrinology, No. 90: 59-67.

Setyaningsih, F., 2016, Pengukuran Potensi Kandungan Senyawa Kencur


(Kaempferia galanga L.) Sebagai Suplemen Pencegah Osteoporosis dan
Penurun Kolesterol pada Wanita Menopause Melalui Uji In Silico, Skripsi,
Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Speroff, L., Glass, R and Kase, N., 1999, Clinical Gynecologic Endocrinology
and Infertility, 6 ͭ ͪ Edition, Williamsand Wilkens, Baltimore, MD.
Stringer, J. L., 2006, Obat-obat Penurun Lipid. In: Manurung, J. (ed), Konsep
Dasar Farmakologi, Edisi 3, Jakarta: EGC, p : 118.
Suhargo L, 2008, Pemanfaatan Ekstrak Daun Wungu {Graptophyllum pictum (L.)
Griff} Untuk Penurunan Kadar Kolesterol Serum Darah Mencit Betina
Yang Diovariektomi, Lembaga Penelitian, UNAIR.

Sukari, M. A., N. W. Sharif, A. I. C. Yap, S. W. Tang, B. K. Neoh, M. Rahmani,


G. C. L. Ee, Y. H. Taufiq-Yap, and U. K. Yusof, 2008, Chemical
Constituens Variations of Essential Oil Form Rhizomes of Four
Zingiberaceae Species, The Malaysian J. Anal. Sci., 12:3, 638-644.
29

Sulaiman, M. R., Z. A. Akaira, I. A. Daud, F. N. Ng, Y. C. Ng, and M. T.


Hidayat, 2007, Antinociceptive and Anti-inflamatory Activities of the
Aqueous Ekstract of Kaempferia galanga Leaves in Anial Models. J. Nat.
Med., 62, 221-227.
Tekmal R. R., Liu Y. G., Nair H. B, Jones J., Perla R. P., Lubhan D. B., 2005.
Estrogen receptor alpha is required for mammary development and
induction of mammary hyperplasia and apigenetic alterations in the
aromatase transgenic mice. J Steroid Biochem Mol Biol 95(1-5): 9-15.
Van steenis, 2003, Flora Untuk Sekolah Di Indonesia, Terjemahan Moeso
Surjowinoto, Cetakan ke 9, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 561.
Widman, F. K., 2005, Kimia Umum : Lipida. In : Kresno, S. B., Gandasoebrata,
R., Latu, J. (eds)., Tinjauan Klinis Atas hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta : EGC, 263.

Anda mungkin juga menyukai