Anda di halaman 1dari 76

Kursus pengelolaan kualitas udara

Catatan Instruktur & OHP

Sesi 7:
Pemantauan
kualitas udara
KURSUS PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

SESI 7: PEMANTAUAN KUALITAS UDARA


CATATAN INSTRUKTUR DAN OHP

Semua bahan ini dapat diperbanyak untuk keperluan pelatihan di Indonesia.


Hak Cipta Proyek PCI, Jakarta, Mei 1999.

Kesemua bahan pelatihan ini dirancang dan diproduksi oleh Proyek Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran (PCI) BAPEDAL dan Jawa Timur; suatu
proyek AusAID. Informasi yang termuat dalam bahan pelatihan ini diperoleh dan ditulis Tim Proyek PCI—terutama Penasihat Kualitas Udara A. H.
Van der Wiele dan produksi oleh K. Fjellstrom—dari sumber-sumber yang dipercayai. Sumber-sumber ini meliputi sejumlah makalah pengajar Institut
Teknologi Bandung, laporan dan artikel BAPEDAL, lembaga akademis dan konsultan independen. Namun demikian, baik Proyek PCI maupun
BAPEDAL tidak menjamin keakuratan atau kelengkapan sesuatu informasi yang terdapat di sini, dan baik Proyek PCI maupun BAPEDAL tidak
bertanggung jawab atas sesuatu kekeliruan, kelalaian atau kerugian yang timbul dari penggunaan informasi ini. Seluruh bahan ini diterbitkan dengan
pengertian bahwa Proyek PCI menyediakan informasi untuk digunakan dalam pelatihan, namun tidak berusaha memberikan jasa enjiniring, jasa
hukum, jasa akunting atau jasa profesional lainnya. Jika jasa tersebut dibutuhkan, bantuan profesional yang sesuai harus dicari.

Proyek Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran


(PCI) BAPEDAL dan Jawa Timur
http://www.bapedal.go.id/~pci

Suatu proyek yang dikelola atas nama Pemerintah


Indonesia dan Badan Pembantuan Internasional
Australia (AusAID) oleh usaha patungan CSS:
Egis Consulting—Sinclair Knight Merz—Sagric.
PELAKSANAAN KURSUS

Penyelenggara/organiser
1. Penyelenggara kursus bagikan buku-buku sesi kepada
para calon instruktur, paling sedikit 2 minggu sebelum
1. Copy the kursus dimulai.
1. Salinkan “Participants Notes”
“Catatan Peserta” 2. Distribute material 2. “Catatan Peserta”—yang disediakan untuk setiap sesi—
dari setiap sesi to presenters
disalinkan untuk dibagikan kepada para peserta:
2. Bagikan setiap Sebelum „ Dibagikan sebagai satu paket kepada para peserta pada
buku sesi kepada kursus
calon instruktur permulaan kursus; atau
3. Assist presenters „ dibagikan kepada para peserta pada permulaan setiap
3. Bantu para in making OHPs
instruktur dengan
4. Participants’ Notes sesi oleh instruktur masing-masing.
pembuatan OHP to participants
3. Penyelenggara kursus atau instruktur masing-masing
4. Bagikan Pada menyiapkan transparansi OHP dari setiap buku sesi.
Catatan Peserta
kepada para permulaan
peserta kursus Bahan pelatihan ini juga tersedia di homepage Bapedal di http://
www.bapedal.go.id/~pci, dan juga dalam bentuk CD, dalam Portable
Document Format (.pdf ). Untuk membuka suatu file .pdf ini
diperlukan Adobe Acrobat Reader, yang bisa di-download tanpa biaya
dari http://www.adobe.com/reader.
D A F TA R S E S I

1. Program Langit Biru dan peraturan perundang-undangan


2. Pengelolaan kualitas udara
3. Karakteristik atmosfer dan iklim
4. Dampak iklim dan topografi terhadap pencemaran udara
5. Pencemaran udara dari kendaraan bermotor
6. Pengendalian limbah gas dan partikulat dari sumber
bergerak
7. Pemantauan kualitas udara
8. Bau dan pengelolaannya
9. Karakteristik pencemaran partikulat dan gas
10. Pengendalian pencemaran partikulat dan gas
11. Pencemaran udara dari mesin bakar
12. Pencemaran udara dari sumber stasioner besar
13. Tata ruang dan pengelolaan kualitas udara
14. Peranserta masyarakat dalam pengelolaan kualitas udara
C ATATA N I N S T R U K T U R

Pemantauan kualitas udara dilaksanakan guna menentukan


apakah mematuhi atau melanggar persyaratan AMDAL, peraturan-
peraturan, atau syarat-syarat perizinan. Pengujian semacam itu
biasanya dilaksanakan oleh petugas pengendalian yang berwenang,
namun beberapa tahun terakhir ini, karena keterbatasan sumber
daya yang tersedia, pemantauan mandiri industri telah diper-
kenalkan di banyak negara industri. Pemantauan adalah suatu
pengoperasian yang rumit dan memerlukan kepatuhan yang
bersifat hati-hati dengan metodologi teruji yang jika akurat, hasil
bersifat presisi akan tercapai.

Agar pemantauan terlaksana secara efektif dan akurat, para


operator harus benar-benar tahu banyak mengenai metode-
metode terbaru. Pengujian sumber juga harus dipandang sebagai
suatu sarana, tidak hanya untuk mengukur kepatuhan terhadap
batas emisi, tetapi juga untuk memahami kemampuan dan
kekurangan berbagai unit dalam proses tersebut, dengan tujuan
untuk meningkatkan efisiensi keseluruhan atau kinerja pabrik.
Kursus pengelolaan kualitas udara Catatan Instruktur

RENCANA SESI

SUMBER
SESI TOPIK WAKTU SUB-TOPIK KATA/BAHAN PENGAJARAN PENTING
PENYAMPAIAN
7 Pemantauan 2 jam Pendahuluan Sistem pencemaran udara OHP
kualitas udara
Keabsahan hasil pemantauan papan tulis

Perbedaan dari waktu ke waktu dan tempat handouts


ke tempat
lihat "kegiatan"
Jenis-jenis pencemar udara pada halaman 14

Pemantauan sumber emisi dan udara ambien peralatan yang


Pemantauan Tujuan pemantauan kualitas udara ambien sedang berjalan
kualitas udara atau foto-foto
ambien Jaringan stasiun pemantauan peralatan yang
sedang berjalan
Kriteria penempatan stasiun pemantauan

Periode dan frekuensi sampling

Metode sampling udara ambien

Metode analisa
Pengukuran Tujuan sampling sumber emisi
kualitas gas
buang dari Pendekatan
sumber emisi
Penempatan lubang sampling
tidak bergerak
(cerobong) Titik-titik lintasan pengukuran dalam
cerobong

Susunan alat untuk sampling udara

Parameter yang diukur

Pengukuran partikulat dalam gas buang

Pengukuran gas pencemar dalam cerobong


Kursus pengelolaan kualitas udara Catatan Instruktur

M ATA A J A R A N 7
pemantauan Kualitas
Udara

DALAM SESI INI


Pendahuluan Ö Sistem pencemaran udara; Keabsahan hasil
pemantauan; Perbedaaan dari waktu ke waktu dan tempat ke
tempat; Jenis-jenis pencemar udara; dan Pemantauan sumber
emisi dan udara ambien
Pemantauan kualitas udara ambien Ö Tujuan pemantauan
kualitas udara ambien; Jaringan stasiun pemantauan; Kriteria
OHP 7–1 penempatan stasiun pemantauan; Periode dan frekuensi
sampling; Metode sampling udara ambien; dan Metode analisa
Pengukuran kualitas gas buang dari sumber emisi tidak
bergerak (cerobong) Ö Tujuan sampling sumber emisi;
Pendekatan; Penempatan lubang sampling; Titik-titik lintasan
pengukuran dalam cerobong; Susunan alat untuk sampling
udara; Parameter yang diukur; Pengukuran partikulat (debu)
dalam gas buang; dan Pengukuran gas pencemar dalam cerobong
Lampiran A: Faktor-faktor konversia di bidang pencemaran udara.
7—4 Kursus pengelolaan kualitas udara

PENDAHULUAN
Program pemantauan kualitas udara merupakan suatu upaya
yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran udara. Hal
yang penting diperhatikan dalam program pemantauan udara
adalah yang berhubungan dengan aspek pengambilan contoh
udara (sampling) dan analisis di laboratoriumnya serta pengola-
han data dengan metode statistik.

Sistem pencemaran udara


Dengan pemantauan kualitas udara, dapat diukur kuatnya
emisi dapat, dan, setelah berlanjutnya reaksi atmosfir, dampak-
dampak terhadap lingkungan penerima (Gambar 7.1). Dampak
tersebut bergantung pada karakteristik biota dan lingkungan
fisik penerima dampak.

Sumber
emisi Atmosfir

OHP 7–2

Gambar 7.1 Pemantauan Penerima


kualitas udara
Komponen-komponen dalam
pencemaran udara.

Siklus pengelolaan kualitas udara dan alasan


diambilnya sampel udara
Pemantauan kualitas udara hanyalah satu bagian dari proses
pengelolaan udara yang lebih luas. Ada 5 komponen dalam
siklus pengelolaan kualitas udara:
1. Pengukuran dan pemantauan kualitas ambien udara;
2. penilaian mengenai apa yang dimaksud dengan peng-
ukuran kualitas udara dan dampaknya pada lingkungan;
3. menetapkan sasaran dalam proses pengelolaan, dengan
tujuan bahwa sasaran pengelolaan kualitas udara tersebut
menjadi standar kualitas ambien udara;
4. menetapkan rencana pengelolaan kualitas udara dan ke-
giatan lainnya untuk menindaklanjuti rencana pengelolaan
kualitas udara;
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—5

5. melaksanakan pengendalian pencemaran udara dan ke-


giatan lainnya untuk menindaklanjuti rencana pengelolaan
kualitas udara; dan
6. ... pengukuran dan pemantauan kualitas ambien udara yang
telah diidentifikasi dalam butir (1) diatas diulangi agar
dapat dilakukan telaah mengenai keberhasilan program.
Pengukuran dan pemantauan dilakukan secara terus-menerus
atau mengikuti siklus tertentu.
Lima komponen siklus pengelolaan kualitas udara dapat dilihat
OHP 7–3 dalam Gambar 7.2.

1
Pengukuran dan
pemantauan kualitas
udara ambien
5
Melaksanakan 2
pengendalian pencemaran Pengkajian
udara dan kegiatan-kegiatan mengenai apa maksud
lainnya untuk melaksanakan pengukuran kualitas udara
rencana pengelolaan dan dampaknya terhadap
kualitas udara lingkungan

4
Penyusunan
rencana pengelolaan Penetapan 3
kualitas udara untuk sasaran proses
mencapai sasaran yang pengelolaan, dimana sasaran
telah ditetapkan mengenai pengelolaan kualitas
udara menjadi standar
ambien kualitas udara

Gambar 7.2
Siklus pengelolaan kualitas Keabsahan hasil pemantauan
udara.
Untuk mendapatkan hasil pemantauan yang dapat dipercayai
diperlukan:
„ Teknik-teknik sampling yang baik;

„ data-data pengaliran gas; dan


„ analisis laboratorium yang baik.
Keabsahan dan keterpercayaan data hasil pemantauan yang
diperoleh sangat ditentukan oleh metode sampling dan analisis
yang diterapkan. Seperti diketahui, program pemantauan
7—6 Kursus pengelolaan kualitas udara

kualitas udara, baik di udara ambient maupun dari sumber


emisi pencemaran udara, bertujuan pokok sebagai pemberi
masukan bagi pengambilan keputusan dalam program pengen-
dalian pencemaran udara di suatu daerah. Keberhasilan program
pengendalian pencemaran udara seperti halnya pemantauan
kualitas udara yang diterapkan di suatu daerah, hanya akan dapat
terukur dari hasil pemantauan yang dilakukan. Karenanya
pemantauan kualitas udara perlu dilandasi dengan perangkat
lunak dan keras yang sesuai, dengan beberapa pembakuan bila
diperlukan. Dalam hal ini, metode sampling dan analisis udara
akan menjadi landasan pokok yang menjamin keterpercayaan
dan keabsahan data yang diperoleh dalam program pemantauan
yang dilaksanakan.

Perbedaan dari waktu ke waktu dan


tempat ke tempat
Pencemaran udara di suatu daerah akan sangat ditentukan
secara langsung oleh intensitas sumber emisi pencemarnya
dan pola penyebarannya (dispersi, difusi dan pengenceran) di
dalam atmosfir. Konsentrasi pencemar udara akan berbeda dari
satu tempat dengan waktu yang berbeda atau dengan tempat
lainnya. Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel
penentu besaran konsentrasi zat pencemar yang diamati. Di
lain pihak, pencemaran udara juga ditentukan oleh jenis unsur
pencemar yang diemisikan oleh sumbernya. Hal ini telah
dibahas dalam Sesi 4.

Jenis-jenis pencemar udara


Zat pencemar udara dapat dianggap ditimbulkan oleh kegiatan
alami atau kegiatan manusia (anthropogenic). Dua jenis pencemar
dapat dibedakan di sini, yaitu pencemar indikatif dan spesifik.

Pencemar indikatif
Zat pencemar indikatif merupakan zat pencemar yang telah
dijadikan indikator pencemaran udara secara umum, yang biasa
tercantum di dalam peraturan kualitas udara. Yang termasuk
kelompok zat pencemar indikatif untuk daerah perkotaan dan
pemukiman secara umum adalah suspended particulate matter
(debu), karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), oksida-
oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan oksidan
fotokimia (ozon).
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—7

Pencemar spesifik
Kelompok pencemar spesifik merupakan zat pencemar udara
yang bersifat spesifik yang diemisikan dari sumbernya, contohnya
gas klor, ammonia, hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida
dan lain-lainnya.

Pemantauan sumber emisi dan udara


ambien
http://epa.gov/ttn/emc/ Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemar,
 emmc.html medium tempat pencemaran berdispersi dan berdifusi, mau-
Lokasi ini menguraikan pun jenis zat pencemar yang telah diuraikan diatas, pemantauan
cara-cara sampling dari udara pencemaran udara akan dapat dibedakan atas pemantauan
ambien maupun sumber emisi. sumber emisi (Foto 7.1) dan pemantauan udara ambien
(Foto 7.2). Pemantauan sumber emisi dilakukan terutama
untuk mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik,
sedangkan pemantauan udara ambien dilakukan untuk menge-
tahui tingkat pencemaran udara yang didasarkan atas pencemar
indikatif yang umum. Adanya pembedaan sistem pemantauan
ini akan membedakan pula metode sampling udara.

Foto 7.1
Pengambilan contoh di sumber
emisi untuk zat pencemar gas.

Foto 7.2
Peralatan pemantauan udara
ambien.

Catatan:
L Pemantauan digunakan
untuk menentukan konsentrasi
emisi dalam cerobong asap pabrik
atau pipa saluran, atau
konsentrasi ambien di dalam
lingkungan.
7—8 Kursus pengelolaan kualitas udara

PEMANTUAN KUALITAS
UDARA AMBIEN
Dalam perencanaan pemantanan kualitas udara hatus diper-
timbangan mengenai:
„ Tujuan pemantauan;

„ parameter zat pencemar yang akan diukur;


„ jumlah dan lokasi stasiun;
„ lamanya periode sampling; dan
„ metode sampling dan pengukuran.

Tujuan pemantauan kualitas udara


ambien

² Kata-kata kunci: „ Mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu


tingkat pencemaran udara; daerah, dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan
mengenai kualitas udara.
pengumpulan data (database);
„ Menyediakan pengumpulan data (database) yang di-
kecenderungan; perlukan dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan per-
pengendalian darurat; timbangan perencanaan, seperti: pengembangan kota dan
tata guna lahan; perencanaan transportasi; evaluasi penerapan
sumber tertentu;
strategi pengendalian pencemaran yang telah dilakukan,
latarbelakang; validasi pengembangan model difusi dan dispersi pencemaran
menilai keefektifan. udara.
„ Mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang
ada di daerah pengendalian pencemaran udara tertentu.
„ Mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian
darurat untuk mencegah timbulnya episode pencemaran
udara.
„ Memantau suatu sumber tertentu.
„ Mengetahui tingkat pencemaran “latarbelakang”.
„ Menilai keefektifan kebijakan-kebijakan pengelolaan kualitas
udara yang diterapkan dalam rangka rencana pengelolaan
kualitas udara yang menyeluruh.

Jaringan stasiun pemantauan


Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara dilakukan
berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pence-
mar dan inventori emisi.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—9

Selain itu, diperlukan pertimbangan-pertimbangan umum


seperti; Jaringan yang ideal memerlukan sumber daya yang
besar, dan juga diperlukan pengetahuan mengenai tingkat dan
pola penyebaran pencemar udara.
Penetapan besarnya jaringan sangat ditentukan oleh faktor-
faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamanya
serta kebijakan-kebijakan yang berlaku.
Secara teknis, penetapan besar jaringan dapat ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk yaitu dengan membuat kurva
aproksimasi (untuk pencemar CO2, CO, HC, NOx dan oksidan)
dan berdasarkan perhitungan.

Berdasarkan jumlah penduduk


Penentuan jumlah stasiun monitoring di suatu wilayah dapat
dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yaitu menggunakan
kurva aproksimasi seperti diperlihatkan pada Gambar 7.3. Pada
gambar tersebut diperlihatkan jumlah minimum dan maksimum
stasiun monitoring untuk pencemar TSP- SO2 dan parameter
OHP 7–4 lainnya untuk sistem pengukuran automatik maupun mekanik
Catatan instruktur:
# Sebutlah jumlah pen-
Otomatis Otomatis + mekanis

duduk suatu kota regional dan 10.000.000


memperlihatkan perhitungan it
Typ it

it
al
lim
it
m

im
al

pic
lim
er li

rl
jumlah stasiun pemantauan
i

er

Ty

pe
5.000.000
per

ow

Up
Low

yang diperlukan untuk pe-


)L
Up

n)
Kota
on

mantauan manual dan otomatik.


tio

sebesar Surabaya
uti

llu

Berikan contoh-contoh lain 2.000.000


po

memerlukan ±23
oll

re
lp

untuk latihan para peserta. pemantau mechanical-


ve
Jumlah penduduk

ma

integrating
(se

1.000.000
ini
(m

500.000

200.000

100.000

MECHANICAL-INTEGRATING
50.000 (TSP.SO2)

AUTOMATIC CONTINUOUS
20.000 (SO2, CO, HC, NO2, OXIDANTS)

10.000
Gambar 7.3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Kurva aproksimasi jumlah Jumlah stasiun
stasiun pemantauan.
7—10 Kursus pengelolaan kualitas udara

untuk masing-masing kelas populasi yang tergantung pada


penyebaran dan jumlah penduduk.
Sebagai contoh, untuk daerah yang berpenduduk 1 juta dengan
masalah pencemar SO2 yang kritis diperlukan 25 stasiun pe-
mantauan SO2, sedangkan untuk masalah SO2 yang minimum,
hanya diperlukan 10 stasiun pemantauan SO2.
Pengambilan keputusan mengenai jumlah sampler (pengukur)
automatik dan mekanik, ditentukan oleh total sampler dibutuh-
kan. Perbedaan perkiraan antara sampler mekanik dan atomatik
adalah menunjukkan banyaknya sampler mekanik diperlukan.
Meskipun kurva tersebut memberikan perkiraan yang tepat
dan baik untuk pemantauan pencemar perkotaan dengan
sumber emisi dari kendaraan bermotor seperti CO, HC, NOx,
SO2 dan oksidan tetapi tidak bisa diterapkan langsung untuk
parameter SO2 dan partikulat. Pencemar tersebut (SO2 dan
partikulat) sangat dipengaruhi kompleksitas sektor industri dan
pola pengggunaan bahan bakar di daerah tersebut, dan dengan
demikian akan mempengaruhi ukuran jaringan pemantauan.

Berdasarkan perhitungan
Penentuan jumlah stasiun pemantauan berdasarkan perhitungan
hanya digunakan untuk stasiun pemantanan pencemar S02 dan
TSP. Rumus perhitungan tersebut sebagai berikut:
N = Nx + Ny + Nx
Catatan instruktur:
# Siapkanlah perangkat data
Nx = 0.0965 x Cm-Cs X
Cs
yang memungkinkan para peserta
membuat perhitungan ini untuk Nx = 0.0096 x Cs -Cb Y
suatu kota utama dalam propinsi Cs
dimana pelatihan ini dilaksanakan. Nz = 0,0004 Z
Dimana :
N = Jumlah stasiun pemantauan
Cm = nilai isopleth maksimum ( ug/m³)
Cs = nilai standar kualitas udara ambien ( ug/m³)
Cb = nilai isopleth minimum, dengan nilai kontur
10 (ug/m³)
X = luas area dimana konsentrasi pencemar >
baku mutu (km²)
Y = luas area di mana konsnetrasi pencemar <
baku mutu > background (km²)
Z = luas area di mana konsentrasi pencemar
sama atau < background (km²).
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—11

Kriteria penempatan stasiun


pemantauan
Penempatan lokasi stasiun pemantauan perlu dilakukan pada
titik-titik yang mewakili: Pusat kota, pinggir kota, pedesaan,
daerah sekitarnya (remote area), daerah industri, daerah pemu-
kiman dan daerah komersial (perdagangan).
Kriteria yang penting sebagai pedoman dalam penempatan
satasiun pemantauan menurut EPA (Environmental Protection
Agency) adalah:
Catatan: Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang
L Pertimbangan mengenai menjadi prioritas adalah area dengan konsentrasi zat pencemar
paling tinggi dalam wilayah studi. Satu atau dua stasiun di
penempatan pemantau ambien
diuraikan dalam Lampiran I, Kep- tempatkan di area ini.
men LH 205/1996 tentang Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Perhatian penuh
Pedoman Teknis Pengendalian harus diberikan pada area yang berpenduduk padat dalam
Pencemaran Udara Sumber Tidak wilayah studi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
Bergerak.
Di daerah sekitar lokasi. Untuk menganalisis kualitas udara
yang masuk ke dalam wilayah studi, stasiun-stasiun harus di-
tempatkan didaerah sekitarnya. Faktor meteorologi, seperti arah
dan kecepatan angin harus menjadi pertimbangan dalam
penempatan stasiun di daerah tersebut.
Di daerah proyeksi. Untuk menentakan pengaruh pengem-
bangan (perluasan) perikotaan di masa yang akan datang ter-
hadap lingkungan kualitas udara, stasiun pemantauan harus
ditempatkan di daerah proyeksi pengembangan/perluasan kota.
Sesuai dengan strategi pengendalian pencemaran. Penem-
patan stasiun pemantauan harus sesuai dengan strategi peng-
endalian pencemaran udara agar strategi pengendalian yang
diterapkan dapat dievaluasi.
Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di
seluruh wilayah studi harus diperoleh agar kualitas udara di
seluruh wilayah studi bisa di pantau (dievaluasi).

Periode dan frekuensi sampling


Konsentrasi zat pencemar di udara ambien berkaitan erat
dengan waktu dan tempat. Oleh sebab itu, penentuan periode
dan frekuensi sampling harus memperhatikan hal-hal berbagai
hal yang dibahas di bawah ini.
Dalam sampling udara ambien dibedakan atas sampling terus-
menerus (kontinyu), semi kontinyu dan sampling sesaat (grab
sampling).
7—12 Kursus pengelolaan kualitas udara

Sampling kontinyu merupakan metode yang paling ideal dalam


suatu program pemantauan dan pengawasan kualitas udara,
khususnya di daerah perkotaan.
Pertimbangan-pertimbangan biaya dan teknik mungkin menjadi
alasan diterapkannya sampling setengah kontinyu dan sesaat.
Daerah-daerah yang telah diduga tercemar secara berat me-
merlukan metode sampling yang kontinyu, yang khususnya
ditujukan untuk mengetahui dan mengawasi fluktuasi tingkat
pencemaran dan episodenya.
Sampling setengah kontinyu dapat diterapkan di daerah-
daerah yang agak tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan
fluktuasi episodik yang tinggi.
Sampling sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya
dilakukan untuk maksud maksud tertentu, misalnya menguji
keabsahan data yang diperoleh dari sampling kontinyu maupun
sampling setengah kontinyu, atau suatu langkah awal penentuan
titik-titik sampling yang diperlukan dalam program pemantauan
dan pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat bukanlah
OHP 7–5 merupakan metode sampling yang permanen.
Tabel 7.1 Sebagai pedoman untuk periode dan frekuensi sampling setiap
parameter di berikan dalam Tabel 7.1.
Frekuensi sampling kualitas udara.

FREKUENSI SAMPLING
Area dengan konsentarasi di atas Area non
JENIS Area urban
PARAMETER standar urban
SAMPLER
Setiap 3 setiap 6 Setiap 3 Setiap 6 Setiap 6
Kontinyu Kontinyu
hari hari hari hari hari
TSP M M M M M M
SO2 M/A A M M M M
CO A A A
HC A A A
NO2 M/A A M M A M
NOx M/A A M M A
Oksidan M/A A M A
Keterangan:
A = Alat sampling automatik
M = Alat sampling mekanikal/manual

Metode sampling udara ambien


Catatan instruktur: Pemantauan dapat dilakukan secara terus-menerus (continuous),
# Bawalah peralatan peman- semi kontinu (semi-continuous), atau sesaat (grab sample).
tauan operasional, atau paling tidak Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan
bawa foto-foto guna memper- metode dan peralatan yang manual, terlebih dahulu dilakukan
lihatkannya kepada para peserta.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—13

sampling yang dilanjutkan dengan analisa di laboratorium.


Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu
teknik pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengum-
pulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas di
udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan
dan pengumpulan pada kantong udara (reaction vessel atau
tube sampler—lihat Foto 7.3).

Foto 7.3
Perakitan probe untuk sampling
cerobong, USEPA Cara 17.
Dalam foto diperlihatkan suatu
gas sampling probe dan
reaction vessel untuk
pengukuran konsentrasi NOx.

Foto 7.4
Sampel-sampel juga dapat
diambil dari lingkungan dan
diukur secara langsung dan terus-
menerus di dalam pemantau
yang dikembangkan khusus
untuk parameter tertentu. Foto
ini memperlihatkan suatu
monitor khusus untuk CO2.
Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan
kemampuan gas pencemar bereaksi dengan pereaksi kimia
(absorber). Pereaksi kimia yang digunakan harus spesifik artinya
hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang akan
di analisis. Untuk beberapa jenis gas pencemar yang dianalisis
dengan metode colorimetri, selalu menggunakan teknik absorpsi
untuk mengumpulkan contoh gas, misalnya pengukuran gas
SO2 dengan metode pararosaniline.
Teknik adsorpsi berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada
permukaan padat adsorbent (karbon aktif atau aluminium
oksida), terutama untuk gas-gas hidrokarbon yang mampu
terserap dalam permukaan karbon aktif.
Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara mem-
bekukan gas pada titik bekunya, sedangkan pengumpulan
contoh dengan kantong udara sering digunakan untuk gas
pencemar yang tidak memerlukan pemekatan contoh udara.
7—14 Kursus pengelolaan kualitas udara

Untuk pengumpulan contoh udara diperlukan peralatan


pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri dari
collector, flowmeter dan pompa vacuum. Kolektor berfungsi
untuk mengumpulkan gas yang tertangkap, dapat berupa
impinger, fritted bubbler atau tube adsorber. Untuk mengetahui
volume udara ambien yang terkumpul digunakan flowmeter
baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter. Pompa
vacuum digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector.
Kesalahan yang harus dihindari adalah kebocoran dari sistem
pengambilan contoh.
Susunan peralatan sampling udara ambien ialah sebagai berikut:
Peralatan

COLLECTOR FLOWMETER POMPA VACUUM

Kumpulkan Mengukur total


contoh aliran udara yang Hisap contoh
diambil
OHP 7–6
Fungsi

Bahan yang diperlukan:


Kegiatan:

# „ 4 x personal dust
Mintalah kepada peserta untuk membongkar pompa debu pribadi
yang ada pada kelompok mereka. Mereka diizinkan untuk menyala-
pumps (ada di hiperkes, misalnya) matikan pompa tersebut. Instruksikan agar mereka mempelajari
dengan baterai yang diisi penuh, segenap bagian utamanya serta memastikan kebenaran susunan kom-
dan sekrup-sekrup yang di- ponan utama tersebut. Arahkan agar peserta berdiskusi dan mengisi
longgarkan guna memungkinkan ruang kosong yang tersedia dalam teks dengan kata-kata atau dengan
akses pada bagian internal. simbol-simbol komponen tersebut—pompa, kolektor atau flowmeter.
(Dalam catatan peserta, mereka memiliki ruang kosong untuk diisi de-
„ 4 x obeng.
ngan nama peralatan tersebut dan uraian singkat tentang fungsinya).
Topik-topik bahasan:
„ Efek susunan yang berlainan dari komponen utama pada bacaan aliran

„ Kumpulan partikulat pada kertas filter akan mengurangi aliran


udara melalui kertas meter dan filter. Hal ini sering diatasi dengan
menempatkan sebuah sensor aliran secara seri yang akan meningkatkan
kecepatan pompa dan sementara itu mempertahankan aliran udara.
„ Analisis gravimetrik (bobot final – bobot awal menyediakan
ukuran sederhana tingkat kontaminasi partikulat udara). Bila dibagi
dengan volume udara total yang melewati kertas filter, sebuah
ukuran muatan partikulat untuk volume itu dapat diperoleh.
„ Ajukan pertanyaan: “apakah pompa-pompa debu pribadi me-
menuhi syarat susunan komponan utama yang dapat diterima?”
„ Periksalah untuk memastikan bahwa para peserta telah mengisi
ruang-ruang kosong yang tersedia dalam teks mereka.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—15

Metode analisa
Berbagai jenis metode pengukuran analitik dapat digunakan
untuk analisis zat pencemar udara, dari mulai metode analitik
yang sederhana dengan waktu pengukuran yang lama sepert
titrasi atau gravimetri sampai metode analitik yang paling
Catatan: mutakhir, menggunakan prinsip fisiko-kimia yang mampu
L Penilitian medis pada tahun
mengukur zat pencemar secara automatik dengan waktu pengu-
kuran berskala detik, serta tidak memerlukan larutan pereaksi.
90an menyimpulkan bahwa bahan
partikulat halus (<2.5µ) me- Pada tulisan ini akan hanya diberikan beberapa metode analisa
nibulkan dampak penting terhadap yang umum digunakan untuk beberapa parameter udara.
kesehatan, terutama untuk para
penghuni kota. Suspended particulate matter (spm)
Metode High Volume Sampling. Udara dihisap dengan flowrate
Perubahan terhadap alat sampling
40–60 cfm, maka suspended particulate matter (debu) dengan
dengan volume tinggi (sehingga
ukuran <100 mikron akan terhisap dan tertahan pada per-
dapat mengukur partikel <2.5µ,
mukaan filter microfiber dengan porositas < 0,3 mikron. SPM
dan pengembangan alat sampling
yang tertahan di permukaan filter ditimbang secara gravi-
alternatif untuk mengukur par-
metrik, sedangkan volume udara dihitung berdasarkan waktu
tikel <2.5µ, telah dilakukan untuk
sampling dan flowrate.
mengukur dampak ini.
Metode lain yang umum digunakan untok pengukuran SPM
Gambar 7.4
adalah tape sampling, cascade impactor, electro presipitator dll.
High Volume Sampler dan Tape Pada Gambar 7.4 diperlihatkan gambar alat High Volume
Sampler untuk pengukuran total sampler dan Tape Sampler.
suspended particulates.
OHP 7–7
Sebuah
Semua penutup alternatif
partikel tersuspensi dapat menyingkirkan Solenoid
masuk di sini partikel >10µ menyingkiran aliran udara kecuali
selama periode sampling (biasanya
3 maenit)
Air inlet

Filter paper
Solenoid

~
Delivery spool Revolving spool
Motor for
Vacuum spool
pump
~
Pump motor

Partikel-partikel terjebak
dalam kertas saring selama periode
sampling. Di lab nanti kepadatan partikulat Penyedot sampel
diukur secara optik
7—16 Kursus pengelolaan kualitas udara

Sulfur dioksida (so2)


Metode pararosaniline-spectrofotometri. SO2 di udara
diserap oleh larutan kalium tetra kloromercurate (absorbent)
dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium
tetra kloromercurate membentuk komplek diklorosulfito-
mercurate. Dengan penambahan pararosaniline dan formalde-
hide akan membentuk senyawa pararosaniline metil sulfonat
yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas warna diukur
dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 548 nm.
Metode UV-spectrofatometri. Prinsip dasar pengukuran gas
SO2 dengan ultra violet adalah berdasarkan kemampuan
molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada panjang gelom-
bang 190–230 nm (Gambar 7.5) menyebabkan elektron dari
molekul SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih
tinggi (excited state). Pada saat elektron kembali pada posisi
semula (ground state) akan dilepaskan energi dalam bentuk
cahaya. Intensitas cahaya tersebut berbanding lurus dengan
konsentrasi gas SO2.

Sample in

hW
Pulsed UV
Optical Filters
OHP 7–8

Sample out Photomultiplier

Amplifier

Gambar 7.5 Readout


Pulsed Fluorescent SO2 Analyser.

Oksida-oksida Nitrogen
Metode Griess-Saltman. NO2 di udara direaksikan dengan
pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang
berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Sedangkan gas NO dioksidasi dengan oksidator KMnO4 atau
K2Cr2O7 membentuk NO2. Selanjutnya gas tersebut direaksi
dengan pereaksi Griess-Saltzman.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—17

Pompa Sampel masuk


Sample dalam
mode Nox
Udara Pembangkit Reaktor
ozon
OHP 7–9
Fotomultiplier NOx NO
Konverter
Amplifier

Gambar 7.6
Readout
Skema Chemiluminescence
Analyser.

Metode lain yang digunakan adalah metode chemiluminescence


(Gambar 7.6).
NO diudara direaksikan dengan ozon membentuk nitrogen
dioksida tereksitasi yang akan menghasilkan cahaya pada panjang
gelombang 600–875 nm. Intensitas cahaya yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi NO di udara.
Sedangkan gas NO2 sebelum direaksikan dengan ozon terlebih
dahulu direduksi dengan katalitik konvertor.

Catatan:
L NDIR merupakan cara
pilihan untuk mengukur
karbon monoksida. SUMBER
PEMOTONG INFRAMERAH

Sampel masuk
SEL
ACUAN
Sampel keluar
OHP 7–10

DETEKTOR

UNIT PENGENDALI
PEREKAM
- Molekul-molekul CO
menyerap energi inframerah
- Molekul-molekul lain
Gambar 7.7
Skema NDIR Analyser.
7—18 Kursus pengelolaan kualitas udara

Karbonmonoksida
Metode Nondispersive infrared (NDIR). Pengukuran ini ber-
dasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah
pada panjang 4,6 mikrometer. Banyaknya intensitas sinar yang
diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udara.
Analyser ini terdiri dari sumber cahaya, inframerah, tabung
sampel dan acuan, detektor dan perekam (Gambar 7.7).

Ozon
Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI). Udara yang
mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium iodida
pada buffer pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium.
Selanjutnya Iodium yang dibebaskan diukur intensitasnya pada
panjang gelombang 350 nm.
Metode Chemiluminescence. Ozon di-
Sample out
reaksikan dengan gas asetilin membentuk
aldehide yang tidak stabil, yang selanjutnya
akan melepaskan energi dalam bentuk
cahaya. Intensitas cahaya yang diemisikan
diukur dengan fotomultiplier yang ber-
Electrode banding lurus dengan konsentrasi ozon.
Collector
(- ve) Panjang gelombang cahaya yang diemisikan
pada panjang gelombang 300–600 nm.
Igniter
Burner Hidrokarbon
Assembly Hidrokarbon diukur sebagai total hidro-
(+ ve) karbon (THC) dan Non Methanic Hydro-
carbon (NMHC). Metode yang digunakan
Fuel in
adalah kromatografi gas dengan detektor
Sample in Flame Ionisasi (FID). Hidrokarbon dibakar
pada flame yang berasal dari gas hidrogen
membentuk ion-ion. Ion yang terbentuk
pada flame akan ditangkap oleh elektrode
negatif. Banyaknya arus ion yang terbentuk
Air (Passes menunjukkan konsentrasi hidrokarbon
around burner) (Gambar 7.8).

Gambar 7.8
Flame Ionisasi Detektor.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—19

PENGUKURAN KUALITAS GAS


BUANG DARI SUMBER EMISI
TIDAK BERGERAK (CEROBONG)

Tujuan sampling sumber emisi


„ Mengetahui dipenuhi atau tidaknya peraturan baku mutu
gas emisi (gas buang) yang berlaku untuk sumber stationer
tertentu (cerobong).
„ Mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi industri
atau faktor emisi (kesetimbangan proses dan emisi). Sebagai
data yang diperlukan oleh industri sendiri untuk meng-
evaluasi jalannya proses industri.
„ Memantau keefektifan metode pengendalian dan peralatan
pengendalian pencemar yang telah diterapkan (Gambar 7.9).

Pengukuran
duplikat diambil untuk Semprotan air Semprotan air
masing-masing kondisi beroperasi tidak beroperasi
pengoperasian Rata-rata Rata-rata
V Pertanyaan:
Hitung efisiensi peng-
Kecepatan
12 Run 1
8.91
Run 2 Run 3
9.94
Run 4

Air
hilangan berdasarkan angka- 6 memperlam-
gas cerobong bat gas mengaki-
angka konsentrasi partikulat (m/sec) batkan penyebaran
cerobong. Apakah tingkat 180 173.30 atmosfir yang
buruk
kecepatan emisi, bahkan 114.20
dengan scrubber dalam keadaan Suhu gas 90
Daya
beroperasi, melebihi baku mutu cerobong (°C) apung plume
di Jawa Timur, ialah 0,4 g/m3? dan penyebaran
partikulat juga
Catatan instruktur: 20.2 berkurang
# Efisiensi penghilangan Kelembaban
gas
20

10
dapat dihitung sebagai ((4,06 - cerobong(%) 4.4
1,44 / 4,06) x 100). Tingkat
kecepatan emisi dengan 4.06
4
Konsentrasi
scrubber dalam keadaan ber- partikulat Lihat
2 1.44 latihan
operasi, lebih dari 3 kali baku cerobong sebelah
mutu Jawa Timur. Mn (g/scm) kiri
Gambar 7.9 395.52
368
Data pengukuran sumber yang Emisi massa
dilaksanakan pada cerobong partikulat pmr 184
103.74
ketel utama sebuah pabrik gula (kg/jam)
di Jawa Timur. Data tersebut 89.6 93.1
membandingkan berbagai Variasi 80
parameter yang diukur dengan isokinetik Di
dan tanpa pengoperasian 40 luar 90–110,
(90<I<110)
peralatan pengurangan teknik sampling tidak
dapat diterima
(semprotan air).
7—20 Kursus pengelolaan kualitas udara

Pengukuran gas buang merupakan suatu usaha yang dilakukan


di dalam program pemantauan dan pengawasan pencemaran
udara, langsung dari titik-titik sumber emisi, baik berupa
sumber emisi titik (point source), sumber area (area source)
maupun sumber garis (line source), seperti dibahas pada Sesi 4.
Faktor emisi merupakan indikator yang digunakan untuk
mengetahui besaran yang dikeluarkan oleh sumber pencemar
udara. Sampling sumber akan menyediakan data yang lebih
akurat, karena dikaitkan dengan intensitas kegiatan yang di-
lakukan, baik di dalam lingkungan industri maupun sektor
transportasi. Selain itu keuntungan sampling sumber emisi
adalah tiadanya dampak dari gas-gas yang menipiskan.

Pendekatan
„ Perhitungan kesetimbangan massa (materials balance) dari
massa padat, cair dan gas yang masuk dan keluar dari suatu
proses industri perlu diketahui, untuk mengetahui kehi-
langan material yang secara langsung berkaitan dengan
biaya produksi.
„ Faktor emisi dikembangkan dari perhitungan kesetimbangan
massa, perhitungan teoritis reaksi yang berlangsung, atau
dari hasil pengukuran emisi. Faktor emisi hasil perhitungan
harus di kalibrasi dengan hasil pengukuran, sehingga dapat
di evaluasi efisiensi proses industri yang berjalan, dan perlu
diketahui bahwa faktor emisi zat pencemar untuk setiap
jenis industri banyak dipublikasikan, sehingga faktor emisi
hasil perhitungan atau pengukuran dapat dibandingkan
dengan faktor emisi referensi.
„ Metode pengukuran langsung untuk menentukan tingkat
emisi dari suatu sumber emisi adalah pengukuran yang
ideal, tetapi untuk itu, diperlukan pengukuran total zat
pencemaran yang diemisikan per unit volume gas atau
massa gas. Pengukuran emisi dari total gas yang diemisikan
tidak praktis, dengan demikian diperlukan pengambilan
sebagian kecil volume gas yang mewakili dari aliran gas
untuk ditentukan kadar zat pencemarnya.
Elemen penting dalam pengukuran gas buang adalah volume
total atau massa gas buang yang diemisikan, volume udara yang
diambil untuk pengukuran, dan banyak zat pencemar yang
terdapat dalam gas buang.
Untuk mendapatkan data mengenai total volume atau massa
gas yang diemisikan, pengukuran dan banyak zat pencemar
dari volume gas diambil. Khusus untuk pengukuran partikulat,
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—21

perbedaan laju aliran gas untuk sampling dan laju aliran gas
dalam cerobong akan mempengaruhi hasil pengukuran partikulat.
Untuk mendapat total volume gas atau beret massa gas yang
diemisikan dari suatu cerobong diperlukan pengukuran, ke-
cepatan, laju alir, temperatur, tekanan, kadar air, komposisi dan
densitas gas.

OHP 7–11 Penempatan lubang sampling


Pada dasarnya lubang sampling di cerobong
Ø Profil
harus terletak di daerah aliran yang jauh dari
suhu lebih gangguan aliran seperti belokan, percabangan,
ð Titik sampling merata
ð untuk mencegah terjadinya aliran yang tidak
Ø stabil dan uniform .
Sebagai pedoman dalam penempatan lubang
Harus
> 5Ø sampling di cerobong adalah lubang sampling
diletakkan pada jarak 5–10 x diameter hilir
dari belokan atau 3–5 x diameter hulu dari
Profil
suhu tidak gangguan aliran (Gambar 7.10).
þ merata
þ Besarnya ukuran lubang sampling antara 3–
Gangguan Ø
aliran 3,5 inchi sudah cukup besar. Penutup lubang
dibuat dari logam tahan karat yang dilengkap
Harus Gangguan dengan karet seal. Untuk mencapai lubang
> 5ß aliran sampling perlu disediakan tangga dengan
ß pengamannya, platform dan railing, sumber
listrik dan air. Platform harus cukup lebar
Titik sampling agar pengukuran dapat terlaksana dengan baik.
Gambar 7.10
Pengukuran secara isokinetik. Titik-titik lintasan pengukuran
dalam cerobong
Pada dasarnya, kecepatan suatu gas dalam cerobong dengan
diameter yang besar akan berbeda-beda pada lintasan diameternya.
Oleh sebab itu, pengukuran harus dilakukan pada beberapa
titik di lokasi lintasan diameter cerobong. Banyaknya titik
lintasan dalam cerobong ditentukan oleh besarnya diameter
dan bentuk cerobong. Untuk mementukan banyaknya titik
lintasan sampling, cerobong dibagi dalam zona-zona lintasan,
kemudian ditentukan jarak titik-titik lintasan sampling dari
dinding cerobong. Sebagai pedoman untuk menentukan zone
Marking of distances on a sample lintasan dan titik lintasan sampling pada cerobong bentuk
probe to indicate sample locations for bundar di perlihatkan pada Gambar 7.11 dan pada Tabel 7.2
isokinetic sampling. dan Tabel 7.3.
7—22 Kursus pengelolaan kualitas udara

Each
cross-section has the same
total area, allowing average
sample extraction across the Two
traverse sample ports divide
the stack into 4
zones
+ + + +
+
+
+ + + +
+ +
OHP 7–12 ++ + + + ++
+ + + +
+
+
Gambar 7.11 + + +
Pembagian zona lintasan dalam
cerobong bentuk segi empat dan (a) Rectangular duct (b) Circular duct
bundar.

Titik lintasan
Diameter (cm) Zona lintasan
pengukuran
20-51 2 4

31-51 3 6

56-71 4 8
Tabel 7.2
76-107 5 10
Penentuan banyaknya titik
> 107 6 12
lintasan samping pada cerobong.

Catatan:
L Cara perhitungan
Titik
lintasan
sampling 2 3
Zona Lintasan
4 5 6
dijelaskan dalam Kepmen LH
1 6,2 4,4 3,3 2,2 2,0
205/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pen- 2 25 14,7 10,5 8,2 6,7
cemaran Udara Sumber Tidak 3 50* 29,4 19,5 14,5 11,8
Bergerak, Lampiran II. 4 75 50* 32,1 22,7 17,7
5 93,8 70,6 50* 34,4 25
6 85,3 67,9 50* 35,4
7 95,6 80,5 65,6 50*
8 89,5 77,3 64,6
9 96,7 85,5 75
10 91,8 82,3
11 97,8 88,2
Tabel 7.3 12 93,3
Jarak titik lintasan sampling 13 98
dari dinding cerobong
14
(% diameter cerobong).
* tidak dimasukkan dalam perhitungan
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—23

Susunan alat untuk sampling udara


Gas dari cerobong dihisap dengan kecepatan tertentu kemudian
dilewatkan melalui rangkaian alat sampling untuk penangkapan
satu atau lebih jenis pencemar, yang selanjutnya dianalisis.
OHP 7–13

1
Probe Flowmeter 3
2 protector Gas 4
Collection unit Flowmeter Flow control 5
system (Optional) Prime
mover

Source gas flow Material collected Gas volume sampled


Velocity Moisture 1. Physical analysis 1. Meter conditions
temperature composition 2. Chemical analysis 2. Standard conditions
pressure density

Source concentration
Gas flow rate 1. Standard conditions
2. Stack conditions Concentration
1. Stack conditions
2. Standard conditions Correction to specified conditions
1. 12% CO2
2. 50% Excess air
Emission rate

2 4 3

Gambar 7.12
5
Susunan alat sampling gas
buang dari cerobong.
7—24 Kursus pengelolaan kualitas udara

Selama perjalanan di dalan rangkaian alat sampling, gas harus


bebas dari kontaminasi dari luar, tidak terjadi perubahan zat
pencemar secara fisik atau kimia.
Secara umum, susunan alat sampling gas buang dari cerobong
terdiri dari pengambil contoh (sample removal), preretreat-
ment, alat pengumpul sampel, flowmeter dan pompa vakum,
seperti diperlihatkan pada Gambar 7.12.

Parameter yang diukur


Pada dasarnya pengukuran gas buang dalam cerobong untuk
mendapatkan konsentrasi zat pencemar, laju aliran gas, dan
laju massa emisi.
Untuk mendapatkan ke tiga hal tersebut diatas, maka harus
dilakukan pengukuran:
„ Diameter cerobong
OHP 7–20 „ temperatur
„ tekanan
„ komposisi gas untuk mendapatkan data berat molekul dan
densitas gas buang
„ kecepatan aliran gas untuk memproleh data laju aliran gas
buang
„ zat pencemar yang akan ukur (misalnya debu, SO2, gas
klorin, dll.)

Temperatur
Temperatur adalah ukuran untuk menyatakan energi kinetik
dari molekul. Untuk pengukuran temperature gas buang
dalam cerobong dapat digunakan berbagai jenis thermometer,
seperti termometer merkuri, bimetal, thermistor dan termometer
thermocouple, dengan range temperatur bervariasi hingga
2500°F.
Probe termometer harus cukup panjangnya agar dapat meng-
ukur temperatur pada titik-titik lintasan pengukuran dalam
cerobong, dan probe harus di bungkus dengan asbes agar tidak
terjadi pendinginan di luar cerobong.

Tekanan
Tekanan adalah gaya persatuan luas yang dihasilkan akibat
pergerakan molekul gas. Dalam pengukuran gas buang dibeda-
kan antara: tekanan barometrik, tekanan statis, tekanan
kecepatan (dinamis) dan tekanan total.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—25

Tekanan barometrik adalah tekanan atmosfer dimana sampling


dan analisis gas buang dilaksanakan. Tekanan statis adalah
selisih antara tekanan gas dengan tekanan barometrik. Tekanan
kecepatan (dinamis) adalah tekanan yang disebabkan adanya
aliran gas, yaitu selisih antara tekanan total dengan tekanan
statis (Gambar 7.13).

CEROBONG
Harus
sesuai dengan
Vs P P kecepatan sampling
pompa
S S

Pressure differential:
stack to atmosphere
Masukkan

Pressure differential:
static to atmosphere

Pressure differential:
pitot tube ke

stack to static
dalam cerobong
P

Gambar 7.13
Komponen tekanan total dalam Stagnation Static Velocity
cerobong.
Pressure Pressure Pressure

Alat yang digunakan adalah barometer, pitot jenis S yang


dihubungkan dengan manometer.

Pengukuran kelembaban (kadar air)


Kadar air dalam gas buang dapat ditentukan dengan metode
Wet and Dry Bulb, metode kondensasi dan adsorpsi.
Pengukuran kadar air dengan metode wet and dry buld, dapat
dilakukan secara langsung dengan memasukkan termometer
basah dan kering ke dalam laju aliran gas dalam cerobong, dan
kelembaban spesifik diperoleh dengan menggunakan grafik.
Selanjutnya dari kelembaban spesifik dapat ditentukan kadar
air dengan menggunakan perhitungan.
Metode tidak langsung yaitu dengan cara menarik gas buang
ke dalam pipa sampel, selanjutnya dilakukan penguluran tem-
peratur basah dan kering di dalam pipa sampel.
Prinsip dasar pengukuran kadar air dengan cara kondensasi
mengukur volume uap air dalam gas buang yang didinginkan.
Dalam metode kondensasi menyangkut pengambilan sejumlah
volume tertentu dari gas buang dengan menggunakan pompa,
7—26 Kursus pengelolaan kualitas udara

dilewatkan dalam condensor atau impinger yang didinginkan


es. Volume air yang tertampung adalah volume uap air dalam
gas buang (Gambar 7.14).

Silica
Heated probe gel tube
Rotameter
Filter (glass wool) Valve
Ice
bath
Gambar 7.14 Pump Dry gas meter
Midget
Susunan peralatan untuk Impingers
pengukuran kadar air.

Metode lainnya adalah metode adsorpsi, Sejumlah volume


tertentu dari gas buang dilewatkan ke dalam senyawa hidroskopis,
seperti CaCl2 atau silika gel. Uap air akan teradsorpsi pada
permukaan adsorben. Banyak uap air dapat diketahui dari
perbedaan berat adsorben.

Pengukuran komposisi gas buang


Pada dasarnya, komposisi gas buang tidak sama dengan kom-
posisi atmosfer, dipengaruhi oleh proses yang terjadi dalam
industri tersebut. Komposisi gas diketahui untuk menentukan
berat molekul dan, densitas gas buang dalam kedaan basah atau
kering, yang akan digunakan untuk menghitung laju massa
emisi dalam cerobong.
Untuk menentukan komposisi gas buang dapat digunakan
metode manual dengan alat Orsat (Gambar 7.15) atau auto-
matik dengan alat detektor portable, yang mampu mengukur
kadar O2, CO2, CO, dan Nitrogen.
Metode pengukuran Orsat adalah metode absorpsi molekul gas
CO2, O2 dan CO dengan pelarut kimia spesifik untuk masing-
masing gas. Sedangkan gas N2 ditentukan-melalui perhitungan
dengan asumsi bahwa gas buang tersebut hanya mengandung
CO2, O2, CO dan N2.
Pengukuran komposisi gas tidak perlu pada semua titik-titik
lintasan, cukup pada satu atau dua titik lintasan pengukuram
karena komposisi pada semua titik lintasan sama.

Pengukuran kecepatan gas buang


Penentuan kecepatan alir gas buang dilakukan dengan cara
mengukur tekanan kecepatan, dan tekanan statis gas buang
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—27

Inlet valve to O2 pipette Inlet valve to CO2 pipette


Inlet valve to manifold Valve to atmosphere
Inlet valve to CO pipette Inlet valve to burette

Glass pipette
Water jacket

Leveling

CO2 pipette
O2 pipette
CO pipette
bottle

Gas
sample
imlet
Wash
bottle
OHP 7–14
Gambar 7.15
Alat Orsat untuk pengukuran
komposisi gas buang.

dalam cerobong. Peralatan yang digunakan adalah Tabung


pitot S yang dihubungkan dengan manometer (Gambar 7.16).
Pada tahap pertama, dilakukan uji kebocoran dalah sambungan
pipa dengan cara meniup salah satu ujung tabung pitot- sehing-
ga cairan dalam manometer naik, kemudian ditutup dengan

In-stack thimble filter


Stainless Pipe coupling Tubing adaptor
steel tubing

S type pitot tube


Manometer
Gambar 7.16
Tabung pitot S dengan
manometer untuk pengukuran
kecepatan gas.
7—28 Kursus pengelolaan kualitas udara

ibu jari. Jika terjadi penurunan cairan dalam manometer berarti


terjadi kebocoran.
Pengukuran tekanan kecepatan (dinamis) dilakukan dengan
cara memasukkan tabung pitot S ke dalam cerobong sesuai
dengan titik-titik lintasan pengukuran, kemudian dilihat ke-
naikan tekanan pada manometer untuk masing-masing titik
lintasan.
Untuk pengukuran tekanan statis, ujung pipa S dari pitot S
disambungkan ke manometer, sedangkan ujung manometer
yang lain dibiarkan berhubungan dengan tekanan atmosfer.
Kemudian pitot S dimasukkan ke dalam cerobong, dan dilaku-
kan pengukuran tekanan statis pada titik-titk lintasan pengukuran.
Kecepatan cerobong (Vs) rata-rata
Vs (avg) = 34.96 Cp (ÖDP)avg
Ö Ts+273
PsMs

=_________m/detik

Dimana:
Cp = Konstan tabung pitot
(ÖDP)avg = Rata-rata akar dua penurunan tekanan tabung
pitot (ÖmmH2O)
Ts = Suhu rata-rata cerobong (°C)
Ps = Tekanan cerobong (mmHg)
Ms = Berat molekul cerobong (g/gmole)

Pengukuran partikulat (debu) dalam


gas buang
Suspended particulate matter (SPM) dalam gas buang adalah
partikel yang berbentuk solid atau liquid yang diemisikan.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran partikulat yang re-
presentatif maka pengambilan contoh udara harus dilakukan
dalam keadaan isokinetik.
Isokinetik adalah suatu kondisi kecepatan aliran udara dalam
saluran pengambil contoh sama dengan kecepatan gas di dalam
cerobong.
Jika sampling tidak dilakukan dalam keadaan isokinetik, maka
akan terjadi kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
„ Tidak sebandingnya volume udara yang disampling terhadap
luas permukaan, yang akan menyebabkan konsentrasi
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—29

partikel yang tertangkap dalam alat pengumpul sampel


tidak sama dengan konsentrasi partikel dalam cerobong.
„ Partikel dengan diameter 3–5 mikron yang mempunyai
momen inertia yang cukup akan terjadi penyimpangan
gerak dari pola aliran gas pembawanya. Dengan demikian
distribusi ukuran partikel dalam sampling probe tidak sama
dengan distribusi ukuran partikel dalam cerobong.
Jika kecepatan aliran gas dalam saluran pengambil sampel
(nozzle) lebih tinggi dari kecepatan gas dalam cerobong, maka
konsentrasi partikulat yang terukur lebih kecil dari nilai kon-
sentrasi yang sebenarnya. Sebaliknya, jika aliran gas dalam alat
sampling lebih kecil, maka konsentrasi partikulat yang terukur
lebih tinggi dari nilai konsentrasi yang sebenarnya (Gambar 7.17).

a.Di atas kecepatan isokinetik

Us Un Kecepatan: Un > Us
Partikel besar:
Cs > Cn

OHP 7–15
b. Di bawah kecepatan isokinetic
Un Kecepatan: Un < Us
Us Partikel besar:
Cs < Cn

a. Di kecepatan isokinetik

Gambar 7.17 Un Kecepatan: Un = Us


Us
Partikel besar:
Sampling partikulat pada
Cs = Cn
kondisi lebih kecil atau besar
dari kondisi isokinetik.

Susunan rangkaian peralatan sampling partikulat terdiri dari


nozzle, probe, alat pengumpul partikulat, flowmeter dan pompa,
vakuum yang disusun seri seperti pada Gambar 7.18.
Alat pengumpul partikulat dapat berupa filter fiber gelas,
siklon elektro presipitator (EP), scrubber, dll.
Pengambilan sampel udara dilakukan pada titik-titik lintasan
pengukuran dengan kecepatan pengambilan yang berbeda-
beda untuk setiap titik lintasan sesuai dengan kecepatan gas
7—30 Kursus pengelolaan kualitas udara

Cyclone Filter
dan filter terdapat terdapat di dalam
di luar cerobong: cerobong:* USEPA
USEPA Cara 5 Cara 17

* This aids in sample recovery and reduces the cleaning required.


Gambar 7.18
Susunan peralatan sampling
partikulat. dalam titik lintasan dan ukuran diameter nozzle. Untuk mem-
permudah dalam pelaksanaannya pada umumnya alat untuk
pengukuran partikulat digabungkan dengan pitot S, dan
pengaturan kecepatan sampling diatur secara otomatik.
Lamanya waktu pengambilan untuk setiap titik lintasan disesuai
dengan konsentrasi partikulat dalam cerobong dan kemampuan
alat ukur, pada umumnya lama pengukuran untuk setiap titik
lintasan berkisar antara 2–5 menit.

Pengukuran gas pencemar dalam


cerobong
Pada dasarnya, sampling untuk pengukuran gas pencemar
lebih mudah dibandingkan dengan sampling untuk partikulat,
hal ini disebabkan karena kecepatan aliran gas dalam sampling
probe tidak harus sesuai dengan kecepatan gas dalam cerobong
(isokinetik), karena inertia gas dapat diabaikan.
Konsentrasi untuk setiap titik lintasan pengukuran pada umum-
nya seragam, karena adanya proses diffusi dan turbulensi di
dalam cerobong. Dengan demikian sampling untuk peng-
ukuran gas polutan cukup representatif pada satu titik lintasan
pengukuran. Walaupun demikian perlu diperhatikan mengenai
gangguan yang mungkin timbul dalam sampling gas yaitu:
„ Partikulat dapat bereaksi dengan gas yang akan diukur,
juga dapat menutupi pipa pengambilan gas, sehingga proses
sampling tergganggu. Untuk itu partikulat harus dihilang-
kan, salah satunya dengan menggunakan filter.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—31

² Kata-kata kunci:
Ketiklah kata kunci nomor
„ Kelembaban dalam gas buang akan terkondensasi dalam
saluran pengambilan contoh dan, sehingga gas yang akan
1 disini; dinkur kemungkinan terlarut dalam air yang memungkin-
kan terjadinya kelarutan gas. Berbagai teknik digunakan
Kelembaban;
untuk menghilangkan gangguan dari kelembaban, seperti
inert; dengan pemanasan.
efisiensi pengumpulannya; „ Saluran pengambilan contoh dan sistem pengumpulan gas
Metode analitik. harus terbuat dari bahan yang inert, yang tidak bereaksi
dengan gas yang akan diukur.
„ Teknik pengumpulan gas, seperti absorpsi dengan pereaksi
kimia, harus diketahui efisiensi pengumpulannya.
„ Metode analitik yang digunakan untuk pengukuran gas
pencemar harus spesifik, akurat, sensitif dan bebas dari
senyawa-senyawa pengganggu.
Dua tahapan kerja yang penting dari pengukuran gas pencemar
dari cerobong adalah tahap pengambilan contoh dan tahap
pengukuran (analisis). Banyak sampel gas yang dikumpulkan
harus cukup untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat dari metode yang digunakan. Dengan demikian laju
aliran gas dan waktu sampling menjadi penting dalam menentu-
kan banyaknya sampel yang dikumpulkan yang tergantung
pada teknik pengumpulan sampel yang digunakan.
Teknik pengumpulan sampel gas yang digunakan dapat berupa:
„ Absorpsi dengan cairan kimia yang spesifik. Gas buang dari
cerobong dihisap dengan laju aliran tertentu, kemudian
dilewatkan ke dalam impinger yang berisi cairan kimia
spesifik, maka gas pencemar yang akan dinkur larut dalam
cair. Selanjutnya, cairan kimia dipindahkan dari impinger
dan dianalisis dengan metode kimia. Sebagai contoh, pe-
ngukuran gas SO2 digunakan pereaksi kimia H2O2, yang
dianalisis dengan metode turbidimetri.
„ Adsorpsi pada permukaan padat adsorbent. Setelah gas
yang akan diukur teradsoprsi pada permukaan padat,
dilepaskan kembali dengan cara mengalirkan gas inert atau
pelarut kimia tertentu, yang selanjutnya dianalisis dengan
metode analisis kromatografi. Teknik adsorpsi digunakan
untuk mengukur gas organik seperti benzen dengan meng-
gunakan adsorben karbon aktif, yang dianalisis dengan
menggunakan kromatografi gas.
„ Efisisensi pengumpulan gas dengan teknik adsorpsi dipe-
ngaruhi oleh jenis adsorben, luas permukaaan adsorbent
dan daya adsopsifitas gas pada adsorben (tidak semua se-
nyawa organik dapat teradsorpsi pada permukaan padat).
7—32 Kursus pengelolaan kualitas udara

„ Teknik pendinginan digunakan dengan cara menarik se-


jumlah gas buang, dilewatkan dalam serangkaian trap
pendingin, sehingga uap gas yang akan diukur menjadi cair.
Selanjutnya cairan dianalisis dengan berbagai metode kimia.
„ Metode ini banyak digunakan untuk berbagai jenis pence-
mar, tergantung pada titik didih dari gas pencemar dan
temperatur trap pendingin, desain dan kapasitas pendingin
dan laju aliran gas.
„ Teknik Grab digunakan dengan cara menarik sejumlah gas
buang, dimasukkan ke dalam kantung atau tabung sampel.
Selanjutnya kantung atau tabung sampel di bawa ke labora-
torium untuk di analisis dengan metode manual atau instru-
mentasi yang dapat mengukur langsung secara automatik.
Pada umumnya susunan rangkaian peralatan untuk sampling
gas terdiri dari filter, probe, pengumpul gas, gas meter, pengatur
laju aliran dan pompa vakuum. Susunan dan rangkaian perala-
tan sampling tersebut akan berbeda-beda untuk setiap gas
pencemar, tergantung pada jenis pencemar, sistem pengumpulan
dan teknik yang digunakan untuk menghilangkan gangguannya.
Gambar 7.19 Pada Gambar 7.19 diperlihatkan susunan peralatan sampling
Susunan peraltan untuk train untuk gas SO2 dengan teknik absorpsi dengan larutan H2O2.
integrated gas sampling.

Check
Probe/condensor assembly valve

Collection system
Rate meter
Bypass valve Vacuum gauge

Valve

Course adjust
valve
Tedlar bag
Pump
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—33

DAFTAR PUSTAKA
Brenchley David L., Turley C. David and, Yarmac Raymond F.
"Industrial Source Sampling”, Ann Arbor Science Publisher
Inc., Michigan, 1974.
Cooper Jr. and Rossano Jr., "Source testing for Air Pollution
Control", McGrawHill Book Company, New York, 1971.
Japanase Standards association, "Japan Industrial Standard
Handbook", 1995.
Ministry of Environmental of British Columbia, "Source Testing
Code for The Measuring of Emissions of Particulates from Station-
ary Sources", First Printing, 1983
Warner Peter 0, "Analysis of Air Pollutants", A Wiley-Interscience
publication John Wiley &Sons, New York, 1977.
Noll Kenneth E., Miller Terry L., "Air Monitoring Server Design”,
Ann Arbor Science Publisher Inc., Michigan, 1977.
Lodge James P., "Methods of Air Sampling and Analysis”, Third
Edition, Lewis Publisher Inc., Michigan, 1989.
7—34 Kursus pengelolaan kualitas udara

LAMPIRAN A: FAKTOR-
Volume, kapasitas
FAKTOR KONVERSI
1 m³ = 35.31 ft³
PENCEMARAN UDARA
1 m³ = 220 Imp gal
1 m³ = 6.29 barrel Power, heat, flow rate 1 kP = 7.50 mmHg
1 litre = 0.22 Imp gal 1 kW = 3412 Btu/h 1 atm = 760 mmHg
1 in³ = 16.39 cm³ 1 kW = 1.341 hp 1 atm = 14.70 lbf/in²
1 ft³ = 0.028 m³ 1 Btu/h = 0.293 W 1 atm = 101.30 kPa
1 ft³ = 28.32 litre 1 hp = 0.746 kW 1 bar = 100 kPa
1 US gal = 3.785 litre 1 hp = 33000 ft lbf/min 1 in Hg = 3386 Pa
1 Imp gal = 4.546 litre 1 boiler hp = 10 kW (thermal) Heat transfer coefficient
Velocity, flow rate 1 MW (thermal) = 100 boiler hp
1 W/m² ºC = 0.176 Btu/ft²h ºC
1 m/s = 2.24 m/h (mph) Calorific value, heat content 1 W/m² ºC = 0.86 kcal/m²h ºC
1 m/s = 200 ft/min 1 cal/g = 4.187 kJ/kg 1 Btu/ft²h ºF = 5.678 W/m² ºC
1 ft/min (fpm) = 0,50 cm/s 1 btu/lb = 0.556 cal/g 1 kcal/m²h ºF = 1.163 W/m² ºC
1 m/h (mph) = 0.447 m/s
1 m/h (mph) = 1.61 km/h Combustion intensity Approximate fuel consump-
1 cm/s = 2 ft/min tion of saturated steam
1 kW/m³ = 96.60 Btu/ft³h boilers to produce 1 boiler
= 2:1 air to cloth 1 Btu/ft³h = 10.35 W/m³
ratio (cfm/sq ft) hp or 10 kW (thermal)
Pressure Fuel oil 1.0 kg/h
Mass Coal 1.8 kg/h
1 Pa = 1 N/m³
1 kg = 2.20 lb 1 Pa = 0.004 in H2O Natural gas 1.2 m³/h
1 tonne = 0.984 Imp ton 0.9 kg/h
1 lb = 0,454 kg 47 MJ/h
1 Imp ton = 1016 kg
1 grain = 64.80 mg Pollutant concentrations
Kepadatan, konsentrasi Conversion factors (0ºC)
To convert from to multiply by
1 g/m³ = 0.448 grains/ft³ pphm ozone µg/m³ 21.4
1 kg/m³ = 0.063 lb/ft³ pphm nitrogen dioxide µg/m³ 20.5
1 lb/in³ = 27.68 tonnes/m³ pphm nitric oxide µg/m³ 13.4
Force pphm sulphur dioxide µg/m³ 28.6
ppm carbon monoxide µg/m³ 1.25
1N = 10³ dyne µg/m³ ozone pphm 0.064
1 kgf = 9.81 N µg/m³ nitrogen dioxide pphm 0.049
1 lbf = 4.448 N µg/m³ nitric oxide pphm 0.075
Energy, work, heat µg/m³ sulphur dioxide pphm 0.035
µg/m³ carbon monoxide ppm 0.81
1 J = 0.239 cal
1 kWh = 3.60 MJ (25ºC)* (0ºC)**
1 cal = 4.187 MJ mg/m³ ppm 24.44/M 22.4/M
1 Btu = 1.055 kJ ppm mg/m³ M/24.44 M/22.4
1 Btu = 0.293 Wh µg/m³s pphm 2.4444/M M/2.24
1 therm = 10³ Btu pphm µg/m³ M/2.4444 M/2.24
1 hp hour = 2545 Btu * Praktek A.S.
1 hp hour = 2.685 MJ where M is the molecular weight ** Praktek Eropa dan Australia
C ATATA N P E S E RTA

Pemantauan kualitas udara dilaksanakan guna menentukan


apakah mematuhi atau melanggar persyaratan AMDAL, peraturan-
peraturan, atau syarat-syarat perizinan. Pengujian semacam itu
biasanya dilaksanakan oleh petugas pengendalian yang berwenang,
namun beberapa tahun terakhir ini, karena keterbatasan sumber
daya yang tersedia, pemantauan mandiri industri telah diper-
kenalkan di banyak negara industri. Pemantauan adalah suatu
pengoperasian yang rumit dan memerlukan kepatuhan yang
bersifat hati-hati dengan metodologi teruji yang jika akurat, hasil
bersifat presisi akan tercapai.

Agar pemantauan terlaksana secara efektif dan akurat, para


operator harus benar-benar tahu banyak mengenai metode-
metode terbaru. Pengujian sumber juga harus dipandang sebagai
suatu sarana, tidak hanya untuk mengukur kepatuhan terhadap
batas emisi, tetapi juga untuk memahami kemampuan dan
kekurangan berbagai unit dalam proses tersebut, dengan tujuan
untuk meningkatkan efisiensi keseluruhan atau kinerja pabrik.
Kursus pengelolaan kualitas udara Catatan Peserta

M ATA A J A R A N 7
pemantauan Kualitas
Udara

DALAM SESI INI


Pendahuluan Ö Sistem pencemaran udara; Keabsahan hasil
pemantauan; Perbedaaan dari waktu ke waktu dan tempat ke
tempat; Jenis-jenis pencemar udara; dan Pemantauan sumber
emisi dan udara ambien
Pemantauan kualitas udara ambien Ö Tujuan pemantauan
kualitas udara ambien; Jaringan stasiun pemantauan; Kriteria
penempatan stasiun pemantauan; Periode dan frekuensi
sampling; Metode sampling udara ambien; dan Metode analisa
Pengukuran kualitas gas buang dari sumber emisi tidak
bergerak (cerobong) Ö Tujuan sampling sumber emisi;
Pendekatan; Penempatan lubang sampling; Titik-titik lintasan
pengukuran dalam cerobong; Susunan alat untuk sampling
udara; Parameter yang diukur; Pengukuran partikulat (debu)
dalam gas buang; dan Pengukuran gas pencemar dalam cerobong
Lampiran A: Faktor-faktor konversia di bidang pencemaran udara.
7—4 Kursus pengelolaan kualitas udara

PENDAHULUAN
Program pemantauan kualitas udara merupakan suatu upaya
yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran udara. Hal
yang penting diperhatikan dalam program pemantauan udara
adalah yang berhubungan dengan aspek pengambilan contoh
udara (sampling) dan analisis di laboratoriumnya serta pengola-
han data dengan metode statistik.

Sistem pencemaran udara


Dengan pemantauan kualitas udara, dapat diukur kuatnya
emisi dapat, dan, setelah berlanjutnya reaksi atmosfir, dampak-
dampak terhadap lingkungan penerima (Gambar 7.1). Dampak
tersebut bergantung pada karakteristik biota dan lingkungan
fisik penerima dampak.

Sumber
emisi Atmosfir

Gambar 7.1 Pemantauan Penerima


kualitas udara
Komponen-komponen dalam
pencemaran udara.

Siklus pengelolaan kualitas udara dan alasan


diambilnya sampel udara
Pemantauan kualitas udara hanyalah satu bagian dari proses
pengelolaan udara yang lebih luas. Ada 5 komponen dalam
siklus pengelolaan kualitas udara:
1. Pengukuran dan pemantauan kualitas ambien udara;
2. penilaian mengenai apa yang dimaksud dengan peng-
ukuran kualitas udara dan dampaknya pada lingkungan;
3. menetapkan sasaran dalam proses pengelolaan, dengan
tujuan bahwa sasaran pengelolaan kualitas udara tersebut
menjadi standar kualitas ambien udara;
4. menetapkan rencana pengelolaan kualitas udara dan ke-
giatan lainnya untuk menindaklanjuti rencana pengelolaan
kualitas udara;
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—5

5. melaksanakan pengendalian pencemaran udara dan ke-


giatan lainnya untuk menindaklanjuti rencana pengelolaan
kualitas udara; dan
6. ... pengukuran dan pemantauan kualitas ambien udara yang
telah diidentifikasi dalam butir (1) diatas diulangi agar
dapat dilakukan telaah mengenai keberhasilan program.
Pengukuran dan pemantauan dilakukan secara terus-menerus
atau mengikuti siklus tertentu.
Lima komponen siklus pengelolaan kualitas udara dapat dilihat
dalam Gambar 7.2.

1
Pengukuran dan
pemantauan kualitas
udara ambien
5
Melaksanakan 2
pengendalian pencemaran Pengkajian
udara dan kegiatan-kegiatan mengenai apa maksud
lainnya untuk melaksanakan pengukuran kualitas udara
rencana pengelolaan dan dampaknya terhadap
kualitas udara lingkungan

4
Penyusunan
rencana pengelolaan Penetapan 3
kualitas udara untuk sasaran proses
mencapai sasaran yang pengelolaan, dimana sasaran
telah ditetapkan mengenai pengelolaan kualitas
udara menjadi standar
ambien kualitas udara

Gambar 7.2
Siklus pengelolaan kualitas Keabsahan hasil pemantauan
udara.
Untuk mendapatkan hasil pemantauan yang dapat dipercayai
diperlukan:
„ Teknik-teknik sampling yang baik;

„ data-data pengaliran gas; dan


„ analisis laboratorium yang baik.
Keabsahan dan keterpercayaan data hasil pemantauan yang
diperoleh sangat ditentukan oleh metode sampling dan analisis
yang diterapkan. Seperti diketahui, program pemantauan
7—6 Kursus pengelolaan kualitas udara

kualitas udara, baik di udara ambient maupun dari sumber


emisi pencemaran udara, bertujuan pokok sebagai pemberi
masukan bagi pengambilan keputusan dalam program pengen-
dalian pencemaran udara di suatu daerah. Keberhasilan program
pengendalian pencemaran udara seperti halnya pemantauan
kualitas udara yang diterapkan di suatu daerah, hanya akan dapat
terukur dari hasil pemantauan yang dilakukan. Karenanya
pemantauan kualitas udara perlu dilandasi dengan perangkat
lunak dan keras yang sesuai, dengan beberapa pembakuan bila
diperlukan. Dalam hal ini, metode sampling dan analisis udara
akan menjadi landasan pokok yang menjamin keterpercayaan
dan keabsahan data yang diperoleh dalam program pemantauan
yang dilaksanakan.

Perbedaan dari waktu ke waktu dan


tempat ke tempat
Pencemaran udara di suatu daerah akan sangat ditentukan
secara langsung oleh intensitas sumber emisi pencemarnya
dan pola penyebarannya (dispersi, difusi dan pengenceran) di
dalam atmosfir. Konsentrasi pencemar udara akan berbeda dari
satu tempat dengan waktu yang berbeda atau dengan tempat
lainnya. Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel
penentu besaran konsentrasi zat pencemar yang diamati. Di
lain pihak, pencemaran udara juga ditentukan oleh jenis unsur
pencemar yang diemisikan oleh sumbernya. Hal ini telah
dibahas dalam Sesi 4.

Jenis-jenis pencemar udara


Zat pencemar udara dapat dianggap ditimbulkan oleh kegiatan
alami atau kegiatan manusia (anthropogenic). Dua jenis pencemar
dapat dibedakan di sini, yaitu pencemar indikatif dan spesifik.

Pencemar indikatif
Zat pencemar indikatif merupakan zat pencemar yang telah
dijadikan indikator pencemaran udara secara umum, yang biasa
tercantum di dalam peraturan kualitas udara. Yang termasuk
kelompok zat pencemar indikatif untuk daerah perkotaan dan
pemukiman secara umum adalah suspended particulate matter
(debu), karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), oksida-
oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan oksidan
fotokimia (ozon).
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—7

Pencemar spesifik
Kelompok pencemar spesifik merupakan zat pencemar udara
yang bersifat spesifik yang diemisikan dari sumbernya, contohnya
gas klor, ammonia, hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida
dan lain-lainnya.

Pemantauan sumber emisi dan udara


ambien
http://epa.gov/ttn/emc/ Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemar,
 emmc.html medium tempat pencemaran berdispersi dan berdifusi, mau-
Lokasi ini menguraikan pun jenis zat pencemar yang telah diuraikan diatas, pemantauan
cara-cara sampling dari udara pencemaran udara akan dapat dibedakan atas pemantauan
ambien maupun sumber emisi. sumber emisi (Foto 7.1) dan pemantauan udara ambien
(Foto 7.2). Pemantauan sumber emisi dilakukan terutama
untuk mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik,
sedangkan pemantauan udara ambien dilakukan untuk menge-
tahui tingkat pencemaran udara yang didasarkan atas pencemar
indikatif yang umum. Adanya pembedaan sistem pemantauan
ini akan membedakan pula metode sampling udara.

Foto 7.1
Pengambilan contoh di sumber
emisi untuk zat pencemar gas.

Foto 7.2
Peralatan pemantauan udara
ambien.

Catatan:
L Pemantauan digunakan
untuk menentukan konsentrasi
emisi dalam cerobong asap pabrik
atau pipa saluran, atau
konsentrasi ambien di dalam
lingkungan.
7—8 Kursus pengelolaan kualitas udara

PEMANTUAN KUALITAS
UDARA AMBIEN
Dalam perencanaan pemantanan kualitas udara hatus diper-
timbangan mengenai:
„ Tujuan pemantauan;

„ parameter zat pencemar yang akan diukur;


„ jumlah dan lokasi stasiun;
„ lamanya periode sampling; dan
„ metode sampling dan pengukuran.

Tujuan pemantauan kualitas udara


ambien
„ Mengetahui yang ada di suatu
————————————
daerah, dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan
mengenai kualitas udara.
„ Menyediakan ———————————— yang diperlukan
dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan pertimbangan
perencanaan, seperti: pengembangan kota dan tata guna
lahan; perencanaan transportasi; evaluasi penerapan strategi
pengendalian pencemaran yang telah dilakukan, validasi
pengembangan model difusi dan dispersi pencemaran udara.
„ Mengamati —————————tingkat pencemaran udara
yang ada di daerah pengendalian pencemaran udara tertentu.
„ Mengaktifkan dan menentukan prosedur ———————
—————————
untuk mencegah timbulnya episode
pencemaran udara.
„ Memantau suatu ————————————.
„ Mengetahui tingkat pencemaran “——————————”.
„
————————————
kebijakan-kebijakan pengelolaan
kualitas udara yang diterapkan dalam rangka rencana penge-
lolaan kualitas udara yang menyeluruh.

Jaringan stasiun pemantauan


Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara dilakukan
berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pence-
mar dan inventori emisi.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—9

Selain itu, diperlukan pertimbangan-pertimbangan umum


seperti; Jaringan yang ideal memerlukan sumber daya yang
besar, dan juga diperlukan pengetahuan mengenai tingkat dan
pola penyebaran pencemar udara.
Penetapan besarnya jaringan sangat ditentukan oleh faktor-
faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamanya
serta kebijakan-kebijakan yang berlaku.
Secara teknis, penetapan besar jaringan dapat ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk yaitu dengan membuat kurva
aproksimasi (untuk pencemar CO2, CO, HC, NOx dan oksidan)
dan berdasarkan perhitungan.

Berdasarkan jumlah penduduk


Penentuan jumlah stasiun monitoring di suatu wilayah dapat
dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yaitu menggunakan
kurva aproksimasi seperti diperlihatkan pada Gambar 7.3. Pada
gambar tersebut diperlihatkan jumlah minimum dan maksimum
stasiun monitoring untuk pencemar TSP- SO2 dan parameter
lainnya untuk sistem pengukuran automatik maupun mekanik

Otomatis Otomatis + mekanis

10.000.000
it
Typ it

it
al
lim
it
m

im
al

pic
lim
er li

rl
i

er

Ty

pe
5.000.000
per

ow

Up
Low

)L
Up

n)
Kota
on

tio

sebesar Surabaya
uti

llu

2.000.000
po

memerlukan ±23
oll

re
lp

pemantau mechanical-
ve
Jumlah penduduk

ma

integrating
(se

1.000.000
ini
(m

500.000

200.000

100.000

MECHANICAL-INTEGRATING
50.000 (TSP.SO2)

AUTOMATIC CONTINUOUS
20.000 (SO2, CO, HC, NO2, OXIDANTS)

10.000
Gambar 7.3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Kurva aproksimasi jumlah Jumlah stasiun
stasiun pemantauan.
7—10 Kursus pengelolaan kualitas udara

untuk masing-masing kelas populasi yang tergantung pada


penyebaran dan jumlah penduduk.
Sebagai contoh, untuk daerah yang berpenduduk 1 juta dengan
masalah pencemar SO2 yang kritis diperlukan 25 stasiun pe-
mantauan SO2, sedangkan untuk masalah SO2 yang minimum,
hanya diperlukan 10 stasiun pemantauan SO2.
Pengambilan keputusan mengenai jumlah sampler (pengukur)
automatik dan mekanik, ditentukan oleh total sampler dibutuh-
kan. Perbedaan perkiraan antara sampler mekanik dan atomatik
adalah menunjukkan banyaknya sampler mekanik diperlukan.
Meskipun kurva tersebut memberikan perkiraan yang tepat
dan baik untuk pemantauan pencemar perkotaan dengan
sumber emisi dari kendaraan bermotor seperti CO, HC, NOx,
SO2 dan oksidan tetapi tidak bisa diterapkan langsung untuk
parameter SO2 dan partikulat. Pencemar tersebut (SO2 dan
partikulat) sangat dipengaruhi kompleksitas sektor industri dan
pola pengggunaan bahan bakar di daerah tersebut, dan dengan
demikian akan mempengaruhi ukuran jaringan pemantauan.

Berdasarkan perhitungan
Penentuan jumlah stasiun pemantauan berdasarkan perhitungan
hanya digunakan untuk stasiun pemantanan pencemar S02 dan
TSP. Rumus perhitungan tersebut sebagai berikut:
N = Nx + Ny + Nx

Nx = 0.0965 x Cm-Cs X
Cs

Nx = 0.0096 x Cs -Cb Y
Cs
Nz = 0,0004 Z
Dimana :
N = Jumlah stasiun pemantauan
Cm = nilai isopleth maksimum ( ug/m³)
Cs = nilai standar kualitas udara ambien ( ug/m³)
Cb = nilai isopleth minimum, dengan nilai kontur
10 (ug/m³)
X = luas area dimana konsentrasi pencemar >
baku mutu (km²)
Y = luas area di mana konsnetrasi pencemar <
baku mutu > background (km²)
Z = luas area di mana konsentrasi pencemar
sama atau < background (km²).
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—11

Kriteria penempatan stasiun


pemantauan
Penempatan lokasi stasiun pemantauan perlu dilakukan pada
titik-titik yang mewakili: Pusat kota, pinggir kota, pedesaan,
daerah sekitarnya (remote area), daerah industri, daerah pemu-
kiman dan daerah komersial (perdagangan).
Kriteria yang penting sebagai pedoman dalam penempatan
satasiun pemantauan menurut EPA (Environmental Protection
Agency) adalah:
Catatan: Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang
L Pertimbangan mengenai menjadi prioritas adalah area dengan konsentrasi zat pencemar
paling tinggi dalam wilayah studi. Satu atau dua stasiun di
penempatan pemantau ambien
diuraikan dalam Lampiran I, Kep- tempatkan di area ini.
men LH 205/1996 tentang Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Perhatian penuh
Pedoman Teknis Pengendalian harus diberikan pada area yang berpenduduk padat dalam
Pencemaran Udara Sumber Tidak wilayah studi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
Bergerak.
Di daerah sekitar lokasi. Untuk menganalisis kualitas udara
yang masuk ke dalam wilayah studi, stasiun-stasiun harus di-
tempatkan didaerah sekitarnya. Faktor meteorologi, seperti arah
dan kecepatan angin harus menjadi pertimbangan dalam
penempatan stasiun di daerah tersebut.
Di daerah proyeksi. Untuk menentakan pengaruh pengem-
bangan (perluasan) perikotaan di masa yang akan datang ter-
hadap lingkungan kualitas udara, stasiun pemantauan harus
ditempatkan di daerah proyeksi pengembangan/perluasan kota.
Sesuai dengan strategi pengendalian pencemaran. Penem-
patan stasiun pemantauan harus sesuai dengan strategi peng-
endalian pencemaran udara agar strategi pengendalian yang
diterapkan dapat dievaluasi.
Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di
seluruh wilayah studi harus diperoleh agar kualitas udara di
seluruh wilayah studi bisa di pantau (dievaluasi).

Periode dan frekuensi sampling


Konsentrasi zat pencemar di udara ambien berkaitan erat
dengan waktu dan tempat. Oleh sebab itu, penentuan periode
dan frekuensi sampling harus memperhatikan hal-hal berbagai
hal yang dibahas di bawah ini.
Dalam sampling udara ambien dibedakan atas sampling terus-
menerus (kontinyu), semi kontinyu dan sampling sesaat (grab
sampling).
7—12 Kursus pengelolaan kualitas udara

Sampling kontinyu merupakan metode yang paling ideal dalam


suatu program pemantauan dan pengawasan kualitas udara,
khususnya di daerah perkotaan.
Pertimbangan-pertimbangan biaya dan teknik mungkin menjadi
alasan diterapkannya sampling setengah kontinyu dan sesaat.
Daerah-daerah yang telah diduga tercemar secara berat me-
merlukan metode sampling yang kontinyu, yang khususnya
ditujukan untuk mengetahui dan mengawasi fluktuasi tingkat
pencemaran dan episodenya.
Sampling setengah kontinyu dapat diterapkan di daerah-
daerah yang agak tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan
fluktuasi episodik yang tinggi.
Sampling sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya
dilakukan untuk maksud maksud tertentu, misalnya menguji
keabsahan data yang diperoleh dari sampling kontinyu maupun
sampling setengah kontinyu, atau suatu langkah awal penentuan
titik-titik sampling yang diperlukan dalam program pemantauan
dan pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat bukanlah
merupakan metode sampling yang permanen.
Tabel 7.1 Sebagai pedoman untuk periode dan frekuensi sampling setiap
parameter di berikan dalam Tabel 7.1.
Frekuensi sampling kualitas udara.

FREKUENSI SAMPLING
Area dengan konsentarasi di atas Area non
JENIS Area urban
PARAMETER standar urban
SAMPLER
Setiap 3 setiap 6 Setiap 3 Setiap 6 Setiap 6
Kontinyu Kontinyu
hari hari hari hari hari
TSP M M M M M M
SO2 M/A A M M M M
CO A A A
HC A A A
NO2 M/A A M M A M
NOx M/A A M M A
Oksidan M/A A M A
Keterangan:
A = Alat sampling automatik
M = Alat sampling mekanikal/manual

Metode sampling udara ambien


Pemantauan dapat dilakukan secara terus-menerus (continuous),
semi kontinu (semi-continuous), atau sesaat (grab sample).
Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan
metode dan peralatan yang manual, terlebih dahulu dilakukan
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—13

sampling yang dilanjutkan dengan analisa di laboratorium.


Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu
teknik pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengum-
pulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas di
udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan
dan pengumpulan pada kantong udara (reaction vessel atau
tube sampler—lihat Foto 7.3).

Foto 7.3
Perakitan probe untuk sampling
cerobong, USEPA Cara 17.
Dalam foto diperlihatkan suatu
gas sampling probe dan
reaction vessel untuk
pengukuran konsentrasi NOx.

Foto 7.4
Sampel-sampel juga dapat
diambil dari lingkungan dan
diukur secara langsung dan terus-
menerus di dalam pemantau
yang dikembangkan khusus
untuk parameter tertentu. Foto
ini memperlihatkan suatu
monitor khusus untuk CO2.
Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan
kemampuan gas pencemar bereaksi dengan pereaksi kimia
(absorber). Pereaksi kimia yang digunakan harus spesifik artinya
hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang akan
di analisis. Untuk beberapa jenis gas pencemar yang dianalisis
dengan metode colorimetri, selalu menggunakan teknik absorpsi
untuk mengumpulkan contoh gas, misalnya pengukuran gas
SO2 dengan metode pararosaniline.
Teknik adsorpsi berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada
permukaan padat adsorbent (karbon aktif atau aluminium
oksida), terutama untuk gas-gas hidrokarbon yang mampu
terserap dalam permukaan karbon aktif.
Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara mem-
bekukan gas pada titik bekunya, sedangkan pengumpulan
contoh dengan kantong udara sering digunakan untuk gas
pencemar yang tidak memerlukan pemekatan contoh udara.
7—14 Kursus pengelolaan kualitas udara

Untuk pengumpulan contoh udara diperlukan peralatan


pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri dari
collector, flowmeter dan pompa vacuum. Kolektor berfungsi
untuk mengumpulkan gas yang tertangkap, dapat berupa
impinger, fritted bubbler atau tube adsorber. Untuk mengetahui
volume udara ambien yang terkumpul digunakan flowmeter
baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter. Pompa
vacuum digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector.
Kesalahan yang harus dihindari adalah kebocoran dari sistem
pengambilan contoh.
Susunan peralatan sampling udara ambien ialah sebagai berikut:

Peralatan

KOLEKTOR FLOWMETER POMPA VACUUM

Mengumpul Mengukur total


contoh aliran udara yang Tarik contoh
diambil

Fungsi

Kegiatan:

Cara-cara pengukuran kualitas udara haruslah dibakukan guna
memungkinkan penggandaan dan akurasi yang lebih baik.
Penyusunan peralatan adalah sangat penting.
Partikulat-partikulat udara paling sering diukur dengan cara
gravimetrik (penimbangan) yang sederhana.
Kegiatan ini mempelajari penggunaan prosedur-prosedur dan
penyusunan peralatan pengukuran pencemaran yang benar, dan
beberapa faktor yang akan mempengaruhi hasil-hasil.
Dengan kegiatan ini anda sebagai peserta seharusnya bisa
melengkapi kotak-kotak kosong di gambar di atas.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—15

Metode analisa
Berbagai jenis metode pengukuran analitik dapat digunakan
untuk analisis zat pencemar udara, dari mulai metode analitik
yang sederhana dengan waktu pengukuran yang lama sepert
titrasi atau gravimetri sampai metode analitik yang paling
Catatan: mutakhir, menggunakan prinsip fisiko-kimia yang mampu
L Penilitian medis pada tahun
mengukur zat pencemar secara automatik dengan waktu pengu-
kuran berskala detik, serta tidak memerlukan larutan pereaksi.
90an menyimpulkan bahwa bahan
partikulat halus (<2.5µ) me- Pada tulisan ini akan hanya diberikan beberapa metode analisa
nibulkan dampak penting terhadap yang umum digunakan untuk beberapa parameter udara.
kesehatan, terutama untuk para
penghuni kota. Suspended particulate matter (spm)
Metode High Volume Sampling. Udara dihisap dengan flowrate
Perubahan terhadap alat sampling
40–60 cfm, maka suspended particulate matter (debu) dengan
dengan volume tinggi (sehingga
ukuran <100 mikron akan terhisap dan tertahan pada per-
dapat mengukur partikel <2.5µ,
mukaan filter microfiber dengan porositas < 0,3 mikron. SPM
dan pengembangan alat sampling
yang tertahan di permukaan filter ditimbang secara gravi-
alternatif untuk mengukur par-
metrik, sedangkan volume udara dihitung berdasarkan waktu
tikel <2.5µ, telah dilakukan untuk
sampling dan flowrate.
mengukur dampak ini.
Metode lain yang umum digunakan untok pengukuran SPM
Gambar 7.4
adalah tape sampling, cascade impactor, electro presipitator dll.
High Volume Sampler dan Tape Pada Gambar 7.4 diperlihatkan gambar alat High Volume
Sampler untuk pengukuran total sampler dan Tape Sampler.
suspended particulates.

Sebuah
Semua penutup alternatif
partikel tersuspensi dapat menyingkirkan Solenoid
masuk di sini partikel >10µ menyingkiran aliran udara kecuali
selama periode sampling (biasanya
3 maenit)
Air inlet

Filter paper
Solenoid

~
Delivery spool Revolving spool
Motor for
Vacuum spool
pump
~
Pump motor

Partikel-partikel terjebak
dalam kertas saring selama periode
sampling. Di lab nanti kepadatan partikulat Penyedot sampel
diukur secara optik
7—16 Kursus pengelolaan kualitas udara

Sulfur dioksida (so2)


Metode pararosaniline-spectrofotometri. SO2 di udara
diserap oleh larutan kalium tetra kloromercurate (absorbent)
dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium
tetra kloromercurate membentuk komplek diklorosulfito-
mercurate. Dengan penambahan pararosaniline dan formalde-
hide akan membentuk senyawa pararosaniline metil sulfonat
yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas warna diukur
dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 548 nm.
Metode UV-spectrofatometri. Prinsip dasar pengukuran gas
SO2 dengan ultra violet adalah berdasarkan kemampuan
molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada panjang gelom-
bang 190–230 nm (Gambar 7.5) menyebabkan elektron dari
molekul SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih
tinggi (excited state). Pada saat elektron kembali pada posisi
semula (ground state) akan dilepaskan energi dalam bentuk
cahaya. Intensitas cahaya tersebut berbanding lurus dengan
konsentrasi gas SO2.

Sample in

hW
Pulsed UV
Optical Filters

Sample out Photomultiplier

Amplifier

Gambar 7.5 Readout


Pulsed Fluorescent SO2 Analyser.

Oksida-oksida Nitrogen
Metode Griess-Saltman. NO2 di udara direaksikan dengan
pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang
berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Sedangkan gas NO dioksidasi dengan oksidator KMnO4 atau
K2Cr2O7 membentuk NO2. Selanjutnya gas tersebut direaksi
dengan pereaksi Griess-Saltzman.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—17

Pompa Sampel masuk


Sample dalam
mode Nox
Udara Pembangkit Reaktor
ozon

Fotomultiplier NOx NO
Konverter
Amplifier

Gambar 7.6
Readout
Skema Chemiluminescence
Analyser.

Metode lain yang digunakan adalah metode chemiluminescence


(Gambar 7.6).
NO diudara direaksikan dengan ozon membentuk nitrogen
dioksida tereksitasi yang akan menghasilkan cahaya pada panjang
gelombang 600–875 nm. Intensitas cahaya yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi NO di udara.
Sedangkan gas NO2 sebelum direaksikan dengan ozon terlebih
dahulu direduksi dengan katalitik konvertor.

Catatan:
L NDIR merupakan cara
pilihan untuk mengukur
karbon monoksida. SUMBER
PEMOTONG INFRAMERAH

Sampel masuk
SEL
ACUAN
Sampel keluar

DETEKTOR

UNIT PENGENDALI
PEREKAM
- Molekul-molekul CO
menyerap energi inframerah
- Molekul-molekul lain
Gambar 7.7
Skema NDIR Analyser.
7—18 Kursus pengelolaan kualitas udara

Karbonmonoksida
Metode Nondispersive infrared (NDIR). Pengukuran ini ber-
dasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah
pada panjang 4,6 mikrometer. Banyaknya intensitas sinar yang
diserap sebanding dengan konsentrasi CO di udara.
Analyser ini terdiri dari sumber cahaya, inframerah, tabung
sampel dan acuan, detektor dan perekam (Gambar 7.7).

Ozon
Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI). Udara yang
mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium iodida
pada buffer pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium.
Selanjutnya Iodium yang dibebaskan diukur intensitasnya pada
panjang gelombang 350 nm.
Metode Chemiluminescence. Ozon di-
Sample out
reaksikan dengan gas asetilin membentuk
aldehide yang tidak stabil, yang selanjutnya
akan melepaskan energi dalam bentuk
cahaya. Intensitas cahaya yang diemisikan
diukur dengan fotomultiplier yang ber-
Electrode banding lurus dengan konsentrasi ozon.
Collector
(- ve) Panjang gelombang cahaya yang diemisikan
pada panjang gelombang 300–600 nm.
Igniter
Burner Hidrokarbon
Assembly Hidrokarbon diukur sebagai total hidro-
(+ ve) karbon (THC) dan Non Methanic Hydro-
carbon (NMHC). Metode yang digunakan
Fuel in
adalah kromatografi gas dengan detektor
Sample in Flame Ionisasi (FID). Hidrokarbon dibakar
pada flame yang berasal dari gas hidrogen
membentuk ion-ion. Ion yang terbentuk
pada flame akan ditangkap oleh elektrode
negatif. Banyaknya arus ion yang terbentuk
Air (Passes menunjukkan konsentrasi hidrokarbon
around burner) (Gambar 7.8).

Gambar 7.8
Flame Ionisasi Detektor.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—19

PENGUKURAN KUALITAS GAS


BUANG DARI SUMBER EMISI
TIDAK BERGERAK (CEROBONG)

Tujuan sampling sumber emisi


„ Mengetahui dipenuhi atau tidaknya peraturan baku mutu
gas emisi (gas buang) yang berlaku untuk sumber stationer
tertentu (cerobong).
„ Mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi industri
atau faktor emisi (kesetimbangan proses dan emisi). Sebagai
data yang diperlukan oleh industri sendiri untuk meng-
evaluasi jalannya proses industri.
„ Memantau keefektifan metode pengendalian dan peralatan
pengendalian pencemar yang telah diterapkan (Gambar 7.9).

Pengukuran
duplikat diambil untuk Semprotan air Semprotan air
masing-masing kondisi beroperasi tidak beroperasi
pengoperasian Rata-rata Rata-rata
V Pertanyaan:
Hitung efisiensi peng-
Kecepatan
12 Run 1
8.91
Run 2 Run 3
9.94
Run 4

Air
hilangan berdasarkan angka- 6 memperlam-
gas cerobong bat gas mengaki-
angka konsentrasi partikulat (m/sec) batkan penyebaran
cerobong. Apakah tingkat 180 173.30 atmosfir yang
buruk
kecepatan emisi, bahkan 114.20
dengan scrubber dalam keadaan Suhu gas 90
Daya
beroperasi, melebihi baku mutu cerobong (°C) apung plume
di Jawa Timur, ialah 0,4 g/m3? dan penyebaran
partikulat juga
20.2 berkurang
20
Kelembaban
gas 10
4.4
cerobong(%)
4.06
4
Konsentrasi
Lihat
partikulat 2 latihan
1.44
cerobong sebelah
Mn (g/scm) kiri
Gambar 7.9 395.52
368
Data pengukuran sumber yang Emisi massa
dilaksanakan pada cerobong partikulat pmr 184
103.74
ketel utama sebuah pabrik gula (kg/jam)
di Jawa Timur. Data tersebut 89.6 93.1
membandingkan berbagai Variasi 80
parameter yang diukur dengan isokinetik Di
dan tanpa pengoperasian 40 luar 90–110,
(90<I<110)
peralatan pengurangan teknik sampling tidak
dapat diterima
(semprotan air).
7—20 Kursus pengelolaan kualitas udara

Pengukuran gas buang merupakan suatu usaha yang dilakukan


di dalam program pemantauan dan pengawasan pencemaran
udara, langsung dari titik-titik sumber emisi, baik berupa
sumber emisi titik (point source), sumber area (area source)
maupun sumber garis (line source), seperti dibahas pada Sesi 4.
Faktor emisi merupakan indikator yang digunakan untuk
mengetahui besaran yang dikeluarkan oleh sumber pencemar
udara. Sampling sumber akan menyediakan data yang lebih
akurat, karena dikaitkan dengan intensitas kegiatan yang di-
lakukan, baik di dalam lingkungan industri maupun sektor
transportasi. Selain itu keuntungan sampling sumber emisi
adalah tiadanya dampak dari gas-gas yang menipiskan.

Pendekatan
„ Perhitungan kesetimbangan massa (materials balance) dari
massa padat, cair dan gas yang masuk dan keluar dari suatu
proses industri perlu diketahui, untuk mengetahui kehi-
langan material yang secara langsung berkaitan dengan
biaya produksi.
„ Faktor emisi dikembangkan dari perhitungan kesetimbangan
massa, perhitungan teoritis reaksi yang berlangsung, atau
dari hasil pengukuran emisi. Faktor emisi hasil perhitungan
harus di kalibrasi dengan hasil pengukuran, sehingga dapat
di evaluasi efisiensi proses industri yang berjalan, dan perlu
diketahui bahwa faktor emisi zat pencemar untuk setiap
jenis industri banyak dipublikasikan, sehingga faktor emisi
hasil perhitungan atau pengukuran dapat dibandingkan
dengan faktor emisi referensi.
„ Metode pengukuran langsung untuk menentukan tingkat
emisi dari suatu sumber emisi adalah pengukuran yang
ideal, tetapi untuk itu, diperlukan pengukuran total zat
pencemaran yang diemisikan per unit volume gas atau
massa gas. Pengukuran emisi dari total gas yang diemisikan
tidak praktis, dengan demikian diperlukan pengambilan
sebagian kecil volume gas yang mewakili dari aliran gas
untuk ditentukan kadar zat pencemarnya.
Elemen penting dalam pengukuran gas buang adalah volume
total atau massa gas buang yang diemisikan, volume udara yang
diambil untuk pengukuran, dan banyak zat pencemar yang
terdapat dalam gas buang.
Untuk mendapatkan data mengenai total volume atau massa
gas yang diemisikan, pengukuran dan banyak zat pencemar
dari volume gas diambil. Khusus untuk pengukuran partikulat,
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—21

perbedaan laju aliran gas untuk sampling dan laju aliran gas
dalam cerobong akan mempengaruhi hasil pengukuran partikulat.
Untuk mendapat total volume gas atau beret massa gas yang
diemisikan dari suatu cerobong diperlukan pengukuran, ke-
cepatan, laju alir, temperatur, tekanan, kadar air, komposisi dan
densitas gas.

Penempatan lubang sampling


Pada dasarnya lubang sampling di cerobong
Ø Profil
harus terletak di daerah aliran yang jauh dari
suhu lebih gangguan aliran seperti belokan, percabangan,
ð Titik sampling merata
ð untuk mencegah terjadinya aliran yang tidak
Ø stabil dan uniform .
Sebagai pedoman dalam penempatan lubang
Harus
> 5Ø sampling di cerobong adalah lubang sampling
diletakkan pada jarak 5–10 x diameter hilir
dari belokan atau 3–5 x diameter hulu dari
Profil
suhu tidak gangguan aliran (Gambar 7.10).
þ merata
þ Besarnya ukuran lubang sampling antara 3–
Gangguan Ø
aliran 3,5 inchi sudah cukup besar. Penutup lubang
dibuat dari logam tahan karat yang dilengkap
Harus Gangguan dengan karet seal. Untuk mencapai lubang
> 5ß aliran sampling perlu disediakan tangga dengan
ß pengamannya, platform dan railing, sumber
listrik dan air. Platform harus cukup lebar
Titik sampling agar pengukuran dapat terlaksana dengan baik.
Gambar 7.10
Pengukuran secara isokinetik. Titik-titik lintasan pengukuran
dalam cerobong
Pada dasarnya, kecepatan suatu gas dalam cerobong dengan
diameter yang besar akan berbeda-beda pada lintasan diameternya.
Oleh sebab itu, pengukuran harus dilakukan pada beberapa
titik di lokasi lintasan diameter cerobong. Banyaknya titik
lintasan dalam cerobong ditentukan oleh besarnya diameter
dan bentuk cerobong. Untuk mementukan banyaknya titik
lintasan sampling, cerobong dibagi dalam zona-zona lintasan,
kemudian ditentukan jarak titik-titik lintasan sampling dari
dinding cerobong. Sebagai pedoman untuk menentukan zone
Marking of distances on a sample lintasan dan titik lintasan sampling pada cerobong bentuk
probe to indicate sample locations for bundar di perlihatkan pada Gambar 7.11 dan pada Tabel 7.2
isokinetic sampling. dan Tabel 7.3.
7—22 Kursus pengelolaan kualitas udara

Each
cross-section has the same
total area, allowing average
sample extraction across the Two
traverse sample ports divide
the stack into 4
zones
+ + + +
+
+
+ + + +
+ +
++ + + + ++
+ + + +
+
+
Gambar 7.11 + + +
Pembagian zona lintasan dalam
cerobong bentuk segi empat dan (a) Rectangular duct (b) Circular duct
bundar.

Titik lintasan
Diameter (cm) Zona lintasan
pengukuran
20-51 2 4

31-51 3 6

56-71 4 8
Tabel 7.2
76-107 5 10
Penentuan banyaknya titik
> 107 6 12
lintasan samping pada cerobong.

Catatan:
L Cara perhitungan
Titik
lintasan
sampling 2 3
Zona Lintasan
4 5 6
dijelaskan dalam Kepmen LH
1 6,2 4,4 3,3 2,2 2,0
205/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pen- 2 25 14,7 10,5 8,2 6,7
cemaran Udara Sumber Tidak 3 50* 29,4 19,5 14,5 11,8
Bergerak, Lampiran II. 4 75 50* 32,1 22,7 17,7
5 93,8 70,6 50* 34,4 25
6 85,3 67,9 50* 35,4
7 95,6 80,5 65,6 50*
8 89,5 77,3 64,6
9 96,7 85,5 75
10 91,8 82,3
11 97,8 88,2
Tabel 7.3 12 93,3
Jarak titik lintasan sampling 13 98
dari dinding cerobong
14
(% diameter cerobong).
* tidak dimasukkan dalam perhitungan
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—23

Susunan alat untuk sampling udara


Gas dari cerobong dihisap dengan kecepatan tertentu kemudian
dilewatkan melalui rangkaian alat sampling untuk penangkapan
satu atau lebih jenis pencemar, yang selanjutnya dianalisis.

1
Probe Flowmeter 3
2 protector Gas 4
Collection unit Flowmeter Flow control 5
system (Optional) Prime
mover

Source gas flow Material collected Gas volume sampled


Velocity Moisture 1. Physical analysis 1. Meter conditions
temperature composition 2. Chemical analysis 2. Standard conditions
pressure density

Source concentration
Gas flow rate 1. Standard conditions
2. Stack conditions Concentration
1. Stack conditions
2. Standard conditions Correction to specified conditions
1. 12% CO2
2. 50% Excess air
Emission rate

2 4 3

Gambar 7.12
5
Susunan alat sampling gas
buang dari cerobong.
7—24 Kursus pengelolaan kualitas udara

Selama perjalanan di dalan rangkaian alat sampling, gas harus


bebas dari kontaminasi dari luar, tidak terjadi perubahan zat
pencemar secara fisik atau kimia.
Secara umum, susunan alat sampling gas buang dari cerobong
terdiri dari pengambil contoh (sample removal), preretreat-
ment, alat pengumpul sampel, flowmeter dan pompa vakum,
seperti diperlihatkan pada Gambar 7.12.

Parameter yang diukur


Pada dasarnya pengukuran gas buang dalam cerobong untuk
mendapatkan konsentrasi zat pencemar, laju aliran gas, dan
laju massa emisi.
Untuk mendapatkan ke tiga hal tersebut diatas, maka harus
dilakukan pengukuran:
„ Diameter cerobong

„ temperatur
„ tekanan
„ komposisi gas untuk mendapatkan data berat molekul dan
densitas gas buang
„ kecepatan aliran gas untuk memproleh data laju aliran gas
buang
„ zat pencemar yang akan ukur (misalnya debu, SO2, gas
klorin, dll.)

Temperatur
Temperatur adalah ukuran untuk menyatakan energi kinetik
dari molekul. Untuk pengukuran temperature gas buang
dalam cerobong dapat digunakan berbagai jenis thermometer,
seperti termometer merkuri, bimetal, thermistor dan termometer
thermocouple, dengan range temperatur bervariasi hingga
2500°F.
Probe termometer harus cukup panjangnya agar dapat meng-
ukur temperatur pada titik-titik lintasan pengukuran dalam
cerobong, dan probe harus di bungkus dengan asbes agar tidak
terjadi pendinginan di luar cerobong.

Tekanan
Tekanan adalah gaya persatuan luas yang dihasilkan akibat
pergerakan molekul gas. Dalam pengukuran gas buang dibeda-
kan antara: tekanan barometrik, tekanan statis, tekanan
kecepatan (dinamis) dan tekanan total.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—25

Tekanan barometrik adalah tekanan atmosfer dimana sampling


dan analisis gas buang dilaksanakan. Tekanan statis adalah
selisih antara tekanan gas dengan tekanan barometrik. Tekanan
kecepatan (dinamis) adalah tekanan yang disebabkan adanya
aliran gas, yaitu selisih antara tekanan total dengan tekanan
statis (Gambar 7.13).

CEROBONG
Harus
sesuai dengan
Vs P P kecepatan sampling
pompa
S S

Pressure differential:
stack to atmosphere
Masukkan

Pressure differential:
static to atmosphere

Pressure differential:
pitot tube ke

stack to static
dalam cerobong
P

Gambar 7.13
Komponen tekanan total dalam Stagnation Static Velocity
cerobong.
Pressure Pressure Pressure

Alat yang digunakan adalah barometer, pitot jenis S yang


dihubungkan dengan manometer.

Pengukuran kelembaban (kadar air)


Kadar air dalam gas buang dapat ditentukan dengan metode
Wet and Dry Bulb, metode kondensasi dan adsorpsi.
Pengukuran kadar air dengan metode wet and dry buld, dapat
dilakukan secara langsung dengan memasukkan termometer
basah dan kering ke dalam laju aliran gas dalam cerobong, dan
kelembaban spesifik diperoleh dengan menggunakan grafik.
Selanjutnya dari kelembaban spesifik dapat ditentukan kadar
air dengan menggunakan perhitungan.
Metode tidak langsung yaitu dengan cara menarik gas buang
ke dalam pipa sampel, selanjutnya dilakukan penguluran tem-
peratur basah dan kering di dalam pipa sampel.
Prinsip dasar pengukuran kadar air dengan cara kondensasi
mengukur volume uap air dalam gas buang yang didinginkan.
Dalam metode kondensasi menyangkut pengambilan sejumlah
volume tertentu dari gas buang dengan menggunakan pompa,
7—26 Kursus pengelolaan kualitas udara

dilewatkan dalam condensor atau impinger yang didinginkan


es. Volume air yang tertampung adalah volume uap air dalam
gas buang (Gambar 7.14).

Silica
Heated probe gel tube
Rotameter
Filter (glass wool) Valve
Ice
bath
Gambar 7.14 Pump Dry gas meter
Midget
Susunan peralatan untuk Impingers
pengukuran kadar air.

Metode lainnya adalah metode adsorpsi, Sejumlah volume


tertentu dari gas buang dilewatkan ke dalam senyawa hidroskopis,
seperti CaCl2 atau silika gel. Uap air akan teradsorpsi pada
permukaan adsorben. Banyak uap air dapat diketahui dari
perbedaan berat adsorben.

Pengukuran komposisi gas buang


Pada dasarnya, komposisi gas buang tidak sama dengan kom-
posisi atmosfer, dipengaruhi oleh proses yang terjadi dalam
industri tersebut. Komposisi gas diketahui untuk menentukan
berat molekul dan, densitas gas buang dalam kedaan basah atau
kering, yang akan digunakan untuk menghitung laju massa
emisi dalam cerobong.
Untuk menentukan komposisi gas buang dapat digunakan
metode manual dengan alat Orsat (Gambar 7.15) atau auto-
matik dengan alat detektor portable, yang mampu mengukur
kadar O2, CO2, CO, dan Nitrogen.
Metode pengukuran Orsat adalah metode absorpsi molekul gas
CO2, O2 dan CO dengan pelarut kimia spesifik untuk masing-
masing gas. Sedangkan gas N2 ditentukan-melalui perhitungan
dengan asumsi bahwa gas buang tersebut hanya mengandung
CO2, O2, CO dan N2.
Pengukuran komposisi gas tidak perlu pada semua titik-titik
lintasan, cukup pada satu atau dua titik lintasan pengukuram
karena komposisi pada semua titik lintasan sama.

Pengukuran kecepatan gas buang


Penentuan kecepatan alir gas buang dilakukan dengan cara
mengukur tekanan kecepatan, dan tekanan statis gas buang
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—27

Inlet valve to O2 pipette Inlet valve to CO2 pipette


Inlet valve to manifold Valve to atmosphere
Inlet valve to CO pipette Inlet valve to burette

Glass pipette
Water jacket

Leveling

CO2 pipette
O2 pipette
CO pipette
bottle

Gas
sample
imlet
Wash
bottle

Gambar 7.15
Alat Orsat untuk pengukuran
komposisi gas buang.

dalam cerobong. Peralatan yang digunakan adalah Tabung


pitot S yang dihubungkan dengan manometer (Gambar 7.16).
Pada tahap pertama, dilakukan uji kebocoran dalah sambungan
pipa dengan cara meniup salah satu ujung tabung pitot- sehing-
ga cairan dalam manometer naik, kemudian ditutup dengan

In-stack thimble filter


Stainless Pipe coupling Tubing adaptor
steel tubing

S type pitot tube


Manometer
Gambar 7.16
Tabung pitot S dengan
manometer untuk pengukuran
kecepatan gas.
7—28 Kursus pengelolaan kualitas udara

ibu jari. Jika terjadi penurunan cairan dalam manometer berarti


terjadi kebocoran.
Pengukuran tekanan kecepatan (dinamis) dilakukan dengan
cara memasukkan tabung pitot S ke dalam cerobong sesuai
dengan titik-titik lintasan pengukuran, kemudian dilihat ke-
naikan tekanan pada manometer untuk masing-masing titik
lintasan.
Untuk pengukuran tekanan statis, ujung pipa S dari pitot S
disambungkan ke manometer, sedangkan ujung manometer
yang lain dibiarkan berhubungan dengan tekanan atmosfer.
Kemudian pitot S dimasukkan ke dalam cerobong, dan dilaku-
kan pengukuran tekanan statis pada titik-titk lintasan pengukuran.
Kecepatan cerobong (Vs) rata-rata
Vs (avg) = 34.96 Cp (ÖDP)avg
Ö Ts+273
PsMs

=_________m/detik

Dimana:
Cp = Konstan tabung pitot
(ÖDP)avg = Rata-rata akar dua penurunan tekanan tabung
pitot (ÖmmH2O)
Ts = Suhu rata-rata cerobong (°C)
Ps = Tekanan cerobong (mmHg)
Ms = Berat molekul cerobong (g/gmole)

Pengukuran partikulat (debu) dalam


gas buang
Suspended particulate matter (SPM) dalam gas buang adalah
partikel yang berbentuk solid atau liquid yang diemisikan.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran partikulat yang re-
presentatif maka pengambilan contoh udara harus dilakukan
dalam keadaan isokinetik.
Isokinetik adalah suatu kondisi kecepatan aliran udara dalam
saluran pengambil contoh sama dengan kecepatan gas di dalam
cerobong.
Jika sampling tidak dilakukan dalam keadaan isokinetik, maka
akan terjadi kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
„ Tidak sebandingnya volume udara yang disampling terhadap
luas permukaan, yang akan menyebabkan konsentrasi
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—29

partikel yang tertangkap dalam alat pengumpul sampel


tidak sama dengan konsentrasi partikel dalam cerobong.
„ Partikel dengan diameter 3–5 mikron yang mempunyai
momen inertia yang cukup akan terjadi penyimpangan
gerak dari pola aliran gas pembawanya. Dengan demikian
distribusi ukuran partikel dalam sampling probe tidak sama
dengan distribusi ukuran partikel dalam cerobong.
Jika kecepatan aliran gas dalam saluran pengambil sampel
(nozzle) lebih tinggi dari kecepatan gas dalam cerobong, maka
konsentrasi partikulat yang terukur lebih kecil dari nilai kon-
sentrasi yang sebenarnya. Sebaliknya, jika aliran gas dalam alat
sampling lebih kecil, maka konsentrasi partikulat yang terukur
lebih tinggi dari nilai konsentrasi yang sebenarnya (Gambar 7.17).

a.Di atas kecepatan isokinetik

Us Un Kecepatan: Un > Us
Partikel besar:
Cs > Cn

b. Di bawah kecepatan isokinetic


Un Kecepatan: Un < Us
Us Partikel besar:
Cs < Cn

a. Di kecepatan isokinetik

Gambar 7.17 Un Kecepatan: Un = Us


Us
Partikel besar:
Sampling partikulat pada
Cs = Cn
kondisi lebih kecil atau besar
dari kondisi isokinetik.

Susunan rangkaian peralatan sampling partikulat terdiri dari


nozzle, probe, alat pengumpul partikulat, flowmeter dan pompa,
vakuum yang disusun seri seperti pada Gambar 7.18.
Alat pengumpul partikulat dapat berupa filter fiber gelas,
siklon elektro presipitator (EP), scrubber, dll.
Pengambilan sampel udara dilakukan pada titik-titik lintasan
pengukuran dengan kecepatan pengambilan yang berbeda-
beda untuk setiap titik lintasan sesuai dengan kecepatan gas
7—30 Kursus pengelolaan kualitas udara

Cyclone Filter
dan filter terdapat terdapat di dalam
di luar cerobong: cerobong:* USEPA
USEPA Cara 5 Cara 17

* This aids in sample recovery and reduces the cleaning required.


Gambar 7.18
Susunan peralatan sampling Pengambilan sampel udara dilakukan pada titik-titik lintasan
partikulat.
pengukuran dengan kecepatan pengambilan yang berbeda-
beda untuk setiap titik lintasan sesuai dengan kecepatan gas
dalam titik lintasan dan ukuran diameter nozzle. Untuk mem-
permudah dalam pelaksanaannya pada umumnya alat untuk
pengukuran partikulat digabungkan dengan pitot S, dan
pengaturan kecepatan sampling diatur secara otomatik.
Lamanya waktu pengambilan untuk setiap titik lintasan disesuai
dengan konsentrasi partikulat dalam cerobong dan kemampuan
alat ukur, pada umumnya lama pengukuran untuk setiap titik
lintasan berkisar antara 2–5 menit.

Pengukuran gas pencemar dalam


cerobong
Pada dasarnya, sampling untuk pengukuran gas pencemar
lebih mudah dibandingkan dengan sampling untuk partikulat,
hal ini disebabkan karena kecepatan aliran gas dalam sampling
probe tidak harus sesuai dengan kecepatan gas dalam cerobong
(isokinetik), karena inertia gas dapat diabaikan.
Konsentrasi untuk setiap titik lintasan pengukuran pada umum-
nya seragam, karena adanya proses diffusi dan turbulensi di
dalam cerobong. Dengan demikian sampling untuk peng-
ukuran gas polutan cukup representatif pada satu titik lintasan
pengukuran. Walaupun demikian perlu diperhatikan mengenai
gangguan yang mungkin timbul dalam sampling gas yaitu:
„
——————
dapat bereaksi dengan gas yang akan diukur,
juga dapat menutupi pipa pengambilan gas, sehingga proses
sampling tergganggu. Untuk itu partikulat harus dihilang-
kan, salah satunya dengan menggunakan filter.
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—31

„
——————
dalam gas buang akan terkondensasi dalam
saluran pengambilan contoh dan, sehingga gas yang akan
dinkur kemungkinan terlarut dalam air yang memungkin-
kan terjadinya kelarutan gas. Berbagai teknik digunakan
untuk menghilangkan gangguan dari kelembaban, seperti
dengan pemanasan.
„ Saluran pengambilan contoh dan sistem pengumpulan gas
harus terbuat dari bahan yang ——————, yang tidak
bereaksi dengan gas yang akan diukur.
„ Teknik pengumpulan gas, seperti absorpsi dengan pereaksi
kimia, harus diketahui ————————————.
„
——————————
yang digunakan untuk pengukuran
gas pencemar harus spesifik, akurat, sensitif dan bebas dari
senyawa-senyawa pengganggu.
Dua tahapan kerja yang penting dari pengukuran gas pencemar
dari cerobong adalah tahap pengambilan contoh dan tahap
pengukuran (analisis). Banyak sampel gas yang dikumpulkan
harus cukup untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat dari metode yang digunakan. Dengan demikian laju
aliran gas dan waktu sampling menjadi penting dalam menentu-
kan banyaknya sampel yang dikumpulkan yang tergantung
pada teknik pengumpulan sampel yang digunakan.
Teknik pengumpulan sampel gas yang digunakan dapat berupa:
„ Absorpsi dengan cairan kimia yang spesifik. Gas buang dari
cerobong dihisap dengan laju aliran tertentu, kemudian
dilewatkan ke dalam impinger yang berisi cairan kimia
spesifik, maka gas pencemar yang akan dinkur larut dalam
cair. Selanjutnya, cairan kimia dipindahkan dari impinger
dan dianalisis dengan metode kimia. Sebagai contoh, pe-
ngukuran gas SO2 digunakan pereaksi kimia H2O2, yang
dianalisis dengan metode turbidimetri.
„ Adsorpsi pada permukaan padat adsorbent. Setelah gas
yang akan diukur teradsoprsi pada permukaan padat,
dilepaskan kembali dengan cara mengalirkan gas inert atau
pelarut kimia tertentu, yang selanjutnya dianalisis dengan
metode analisis kromatografi. Teknik adsorpsi digunakan
untuk mengukur gas organik seperti benzen dengan meng-
gunakan adsorben karbon aktif, yang dianalisis dengan
menggunakan kromatografi gas.
„ Efisisensi pengumpulan gas dengan teknik adsorpsi dipe-
ngaruhi oleh jenis adsorben, luas permukaaan adsorbent
dan daya adsopsifitas gas pada adsorben (tidak semua se-
nyawa organik dapat teradsorpsi pada permukaan padat).
7—32 Kursus pengelolaan kualitas udara

„ Teknik pendinginan digunakan dengan cara menarik se-


jumlah gas buang, dilewatkan dalam serangkaian trap
pendingin, sehingga uap gas yang akan diukur menjadi cair.
Selanjutnya cairan dianalisis dengan berbagai metode kimia.
„ Metode ini banyak digunakan untuk berbagai jenis pence-
mar, tergantung pada titik didih dari gas pencemar dan
temperatur trap pendingin, desain dan kapasitas pendingin
dan laju aliran gas.
„ Teknik Grab digunakan dengan cara menarik sejumlah gas
buang, dimasukkan ke dalam kantung atau tabung sampel.
Selanjutnya kantung atau tabung sampel di bawa ke labora-
torium untuk di analisis dengan metode manual atau instru-
mentasi yang dapat mengukur langsung secara automatik.
Pada umumnya susunan rangkaian peralatan untuk sampling
gas terdiri dari filter, probe, pengumpul gas, gas meter, pengatur
laju aliran dan pompa vakuum. Susunan dan rangkaian perala-
tan sampling tersebut akan berbeda-beda untuk setiap gas
pencemar, tergantung pada jenis pencemar, sistem pengumpulan
dan teknik yang digunakan untuk menghilangkan gangguannya.
Gambar 7.19 Pada Gambar 7.19 diperlihatkan susunan peralatan sampling
Susunan peraltan untuk train untuk gas SO2 dengan teknik absorpsi dengan larutan H2O2.
integrated gas sampling.

Check
Probe/condensor assembly valve

Collection system
Rate meter
Bypass valve Vacuum gauge

Valve

Course adjust
valve
Tedlar bag
Pump
Sesi 7: Pemantauan kualitas udara 7—33

DAFTAR PUSTAKA
Brenchley David L., Turley C. David and, Yarmac Raymond F.
"Industrial Source Sampling”, Ann Arbor Science Publisher
Inc., Michigan, 1974.
Cooper Jr. and Rossano Jr., "Source testing for Air Pollution
Control", McGrawHill Book Company, New York, 1971.
Japanase Standards association, "Japan Industrial Standard
Handbook", 1995.
Ministry of Environmental of British Columbia, "Source Testing
Code for The Measuring of Emissions of Particulates from Station-
ary Sources", First Printing, 1983
Warner Peter 0, "Analysis of Air Pollutants", A Wiley-Interscience
publication John Wiley &Sons, New York, 1977.
Noll Kenneth E., Miller Terry L., "Air Monitoring Server Design”,
Ann Arbor Science Publisher Inc., Michigan, 1977.
Lodge James P., "Methods of Air Sampling and Analysis”, Third
Edition, Lewis Publisher Inc., Michigan, 1989.
7—34 Kursus pengelolaan kualitas udara

LAMPIRAN A: FAKTOR-
Volume, kapasitas
FAKTOR KONVERSI
1 m³ = 35.31 ft³
PENCEMARAN UDARA
1 m³ = 220 Imp gal
1 m³ = 6.29 barrel Power, heat, flow rate 1 kP = 7.50 mmHg
1 litre = 0.22 Imp gal 1 kW = 3412 Btu/h 1 atm = 760 mmHg
1 in³ = 16.39 cm³ 1 kW = 1.341 hp 1 atm = 14.70 lbf/in²
1 ft³ = 0.028 m³ 1 Btu/h = 0.293 W 1 atm = 101.30 kPa
1 ft³ = 28.32 litre 1 hp = 0.746 kW 1 bar = 100 kPa
1 US gal = 3.785 litre 1 hp = 33000 ft lbf/min 1 in Hg = 3386 Pa
1 Imp gal = 4.546 litre 1 boiler hp = 10 kW (thermal) Heat transfer coefficient
Velocity, flow rate 1 MW (thermal) = 100 boiler hp
1 W/m² ºC = 0.176 Btu/ft²h ºC
1 m/s = 2.24 m/h (mph) Calorific value, heat content 1 W/m² ºC = 0.86 kcal/m²h ºC
1 m/s = 200 ft/min 1 cal/g = 4.187 kJ/kg 1 Btu/ft²h ºF = 5.678 W/m² ºC
1 ft/min (fpm) = 0,50 cm/s 1 btu/lb = 0.556 cal/g 1 kcal/m²h ºF = 1.163 W/m² ºC
1 m/h (mph) = 0.447 m/s
1 m/h (mph) = 1.61 km/h Combustion intensity Approximate fuel consump-
1 cm/s = 2 ft/min tion of saturated steam
1 kW/m³ = 96.60 Btu/ft³h boilers to produce 1 boiler
= 2:1 air to cloth 1 Btu/ft³h = 10.35 W/m³
ratio (cfm/sq ft) hp or 10 kW (thermal)
Pressure Fuel oil 1.0 kg/h
Mass Coal 1.8 kg/h
1 Pa = 1 N/m³
1 kg = 2.20 lb 1 Pa = 0.004 in H2O Natural gas 1.2 m³/h
1 tonne = 0.984 Imp ton 0.9 kg/h
1 lb = 0,454 kg 47 MJ/h
1 Imp ton = 1016 kg
1 grain = 64.80 mg Pollutant concentrations
Kepadatan, konsentrasi Conversion factors (0ºC)
To convert from to multiply by
1 g/m³ = 0.448 grains/ft³ pphm ozone µg/m³ 21.4
1 kg/m³ = 0.063 lb/ft³ pphm nitrogen dioxide µg/m³ 20.5
1 lb/in³ = 27.68 tonnes/m³ pphm nitric oxide µg/m³ 13.4
Force pphm sulphur dioxide µg/m³ 28.6
ppm carbon monoxide µg/m³ 1.25
1N = 10³ dyne µg/m³ ozone pphm 0.064
1 kgf = 9.81 N µg/m³ nitrogen dioxide pphm 0.049
1 lbf = 4.448 N µg/m³ nitric oxide pphm 0.075
Energy, work, heat µg/m³ sulphur dioxide pphm 0.035
µg/m³ carbon monoxide ppm 0.81
1 J = 0.239 cal
1 kWh = 3.60 MJ (25ºC)* (0ºC)**
1 cal = 4.187 MJ mg/m³ ppm 24.44/M 22.4/M
1 Btu = 1.055 kJ ppm mg/m³ M/24.44 M/22.4
1 Btu = 0.293 Wh µg/m³s pphm 2.4444/M M/2.24
1 therm = 10³ Btu pphm µg/m³ M/2.4444 M/2.24
1 hp hour = 2545 Btu * Praktek A.S.
1 hp hour = 2.685 MJ where M is the molecular weight ** Praktek Eropa dan Australia

Anda mungkin juga menyukai