Bagi rumah sakit yang telah berdiri ada beberapa kegiatan dilakukan untuk memperbaiki sistem
dan meningkatkan kinerja, antara lain:
Melakukan analisa atas efektifitas struktur organisasi yang berlaku dan memperbaiki
usulan perbaikan untuk dipertimbangkan pihak manajemen
Melakukan evaluasi atas efektifitas karyawan & evaluasi job description yang berlaku
dan memberikan usulan perbaikan untuk dipertimbangkan pihak manajemen
Melakukan analisa & evaluasi efektifitas karyawan (melakukan psikotes & wawancara
pada seluruh karyawan yang ada sekarang) dan memberikan rekomendasi posisi kerja
yang sesuai membuat usulan sistem penggajian dan perhitungan insentif pemnbuatan
sistem penilaian kinerja berbasis Key Perfomance Index (KPI)
Perencanaan karir dan pengembangan Sumber Daya Manusia
SDM rumah sakit adalah meyusun sistem manajemen SDM berbasis kompetensi. Maksud dan
tujuan manajemen SDM kompetensi :
Rekrutmen merupakan masalah yang penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan
dalam hal pengadaan tenaga kerja. Jika proses rekrutmen berhasil atau dengan kata lain
banyak pelamar yang memasukan lamarannya, maka peluang perusahaan untuk
mendapatkan karyawan yang baik akan menjadi semakin terbuka lebar, karena
perusahaan akan memiliki banyak pilihan yang terbaik dari para calon pelamar.
Proses seleksi sebagai sarana yang digunakan dalam memutuskan pelamar mana yang
akan diterima. Proses dimulai ketika pelamar melamar kerja dan diakhiri dengan
keputusan penerimaan. Berdasarkan pengertian itu maka kegiatan seleksi itu
mempunyai arti yang sangat strategis dan penting bagi perusahaan. Apabila
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip manajemen SDM secara wajar, maka proses
seleksi akan dapat menghasilkan pemilihan karyawan yang dapat diharapkan kelak
memberikan kontribusi yang positif dan baik
2. Memperoleh sistem jenjang karir
Kepuasan kerja perawat yang kurang dan angka turnover perawat yang tinggi di RS
tempat studi merupakan suatu masalah yang memerlukan perhatian dari manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) agar tidak menjadi penyebab rendahnya mutu pelayanan
kesehatan. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisa dan
menentukan solusi dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat di
RS ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan cara survei
menggunakan kuesioner, wawancara, dan diskusi. Analisis terhadap faktor yang paling
mempengaruhi kepuasan kerja perawat di RS ini dilakukan melalui diskusi dengan
anggota lima belas orang yang terdiri dari kepala ruangan dan kepala bagian
keperawatan. Hasil diskusi menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap kepuasan kerja perawat adalah belum adanya program pengembangan karir di
RS ini. Solusi untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat di RS ini adalah merancang
program pengembangan karier dengan membuat tool pengembangan jenjang karir
perawat berdasarkan kompetensinya.
Proses pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat relatif belum baik. Predikat ini
dapat dilihat pada waktu tunggu di triase, angka kematian dan rujukan kasus triase
resuscitation, serta prosedur tetap penerimaan pasien baru gawat darurat yang belum
sesuai standar. Sebanyak 24 kasus (5,1%) untuk waktu tunggu di triase yang mengalami
keterlambatan kontak pertama oleh perawat, dan 117 kasus (31,8%) oleh dokter jaga.
Keadaan ini tidak memenuhi standar seperti yang dipergunakan oleh The Australian
Council on Healthcare Standards (1998). Standar The Australian Council on Healthcare
Standards menyatakan bahwa pada Instalasi Gawat Darurat tidak boleh terjadi pasien
yang terlambat kontak pertama oleh dokter dan perawat sesuai dengan kriteria triase.
Prosedur tetap alur penerimaan pasien baru yang masuk ke rumah sakit belum sesuai
dengan standar. Tidak semua pasien baru gawat darurat mendapat tindakan di Instalasi
Gawat Darurat. Sebanyak 139 kasus anak dan kebidanan langsung masuk ke ruangan
anak dan kebidanan tanpa terlebih dahulu melalui prosedur. Standar Departemen
Kesehatan RI (1997) membagi kegiatan pelayanan gawat darurat menjadi kasus bedah,
kasus nonbedah, dan kebidanan. Hal ini berarti kasus kebidanan seharusnya juga
mendapat pelayanan dan tindakan di Instalasi Gawat Darurat.
Pengelolaan data Rumah Sakit sesungguhnya cukup besar dan kompleks, baik data
medis pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga
bila dikelola secara konvensional tanpa bantuan SIMRS akan mengakibatkan beberapa
hal berikut:
a. Redudansi Data, pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-ulang
sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini berakibat membengkaknya kapasitas
penyimpanan data. Pelayanan menjadi lambat karena proses retreiving (pengambilan
ulang) data lambat akibat banyaknya tumpukan berkas.
d. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan kejenuhan hal ini
berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses pencatatan dan pengolahan data yang
dilakukan secara manual terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah
sangatlah besar. Pemasukan data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang
sama tentu saja akan meyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada
kerugian materi yang tidak sedikit bagi rumah sakit.
pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Proses entri data penggunaan tindakan medis di masukkan ke sistem komputer oleh
operator dari setiap unit yang terintegrasi dengan bagian keuangan sehingga data akan
selalu terbarukan hal ini menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat
pasien akan membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian
diskon maupun subsidi perawatan dapat dilakukan secara arif oleh direksi berdasarkan
pertimbangan posisi keuangan rumah sakit yang didapat dengan cepat dan tepat
berdasarkan informasi yang disajikan oleh sistem informasi.
Kasus yang penulis contohkan diatas baru merupakan sebagian dari kemampuan
SIMRS yang terintegrasi, disamping keuntungan lain seperti pencatatan rekam medis
elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan administratif, sistem kendali gudang
yang baik, fungsi finansial yang efisien dan tepat, pembuatan laporan-laporan baik
keuangan dan perawatan dapat disajikan dengan cepat, akurat dan bagus.
Kebutuhan sistem
Dalam membangun sistem, hal yang sangat penting adalah tahapan desain sistem.
Tahapan ini dapat memakan waktu yang lama, karena pengembang harus tahu sejalas-
jelasnya apa yang dibutuhkan oleh rumah sakit. Komunikasi yang intensif disini perlu
dijaga antara kedua pihak (pihak rumah sakit dan pengembang sistem) sehingga rumah
sakit dapat menjelaskan secara gamblang apa yang mereka inginkan dan memberikan
secara detil apa yang mereka harapkan dan ini harus dipahami oleh pengembang.
Kemampuan Sistem
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-masing unit
pelayanan. Secara global diharapkan kemampuan sistem dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam medis dalam
‘menangani’ berkas rekam medis. Unit rekam medis merupakan unit yang paling sibuk
dengan banyaknya berkas medis pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses
coding, indexing, assembling, filing dll, semua dikelola di unit ini. Dengan adanya
SIMRS maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan menjadi rekam medis
elektronik (RME). Sehingga semua proses diatas dilakukan secara otomatis dengan
komputer.
b. Dapat mengurangi pemakaian kertas (paperless). Dengan adanya sistem ini, maka
sudah seharusnya pemakaian kertas dapat dikurangi dan bila perlu dihilangkan. Sistem
ini harus mampu memangkas pemakaian kertas seperti:
• Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubugan dengan masalah autentikasi atau
aspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah terekap oleh sistem).
c. Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan manajer rumah
sakit karena sistem mampu menyediakan informasi yang cepat, akurat serta akuntabel.
Untuk keperluan ini sistem harus mampu menyediakan laporan yang bersifat executive
summary bagi mereka.
4. Memperoleh sistem pendidikan dan pengembangan