Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate. (Whalley and Wong,
1996).
Bronchopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan
meningkat.
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. (Ngastiah, 2003)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
B. Ettiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh bakteri,virus, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
1. Bakteri
Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus
Respiratory sintical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur
Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergilus Sp, Candida albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma
C. Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan infeksi sekuler yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi broncus ditandai adanya penumpukan sekret
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut daripembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, asidosis respiratori
pada klien terjadi sianosis, dipneu dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Suhu meningkat 39-40OC disertai menggigil
2. Napas sesak dan cepat
3. Pemeriksaan paru saat perkusi redup
4. Auskultasi: suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring
5. Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
dengan infeksi bagian atas
6. Sakit kepala
7. Nyeri otot
8. Anoreksia
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,
biakan dan tes resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosist à 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi
b. Pemeriksaan darah menurut lekositosis dengan lekositosis dengan prediominan
PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat
ditemukan anemia ringan dan sedang.
3. Pemeriksaan radiologis
a. bercak konsolidasi merata pada bronchopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
c. gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrat intertitialis pada pneumonia
stafilatok
G. Penularan
Penyakit ini merupakan penyakit menular dengan cara penularan sebagai berikut:
1. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva.
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi
4. Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama
H. Pencegahan
1. Hindari udara yang lembab
2. Pastikan kebersihan makanan, diri dan lingkungan
3. Tingkatkan daya tahan tubuh dan asupan gizi
4. Anjurkan untuk imunisasi lengkap dan tepat waktu.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 x 500 mg
sehari atau tatrasiklin 3-4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat
penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Istirahat, umunya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2) Simptomatik terhadap batuk.
3) Diberikan mukolitik untuk mengencerkan lendir dan ekpektoran untuk
memudahkan pengeluaran dahak atau getah radang dari paru.
4) Bila terdapat obtruksi jalan napas, dan lendir diberikan broncodilator.
5) Pemberian oksigen umumnya tidak diberikan kecuali kasus berat. Antibiotik
yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
6) Cairan intravena D5% dan KAEN 3A
7) Atipiterik diberikan apabila demam
8) Diet TKTP, selama masih sesak napas hati-hati dalam pemberian makanan
per oral.
J. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila
penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi.
Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini
akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara
yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi
penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral.
Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman
oksigen.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen
atau gas.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai