Anda di halaman 1dari 4

NO NAMA NPM

1 CICI HANDARY 158320033


2 DEDE HIKMA WANDA 158320133
3 SITI CHOIRUNNISA 158320159
4 SRI WARDIANTY 158320067
Kendala Kendala yang
Mendominasi Kelancaran
Sistem Informasi
Manajemen
Kendala-kendala yang Mendominasi Kelancaran
Penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Kurangnya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen

Persetujuan dari semua level manajemen terhadap suatu proyek sistem


informasi membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh
pengguna dan staf pelayanan teknis informasi. Dukungan tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap waktu dan tenaga yang
telah dicurahkan pada proyek tersebut.

Keterlibatan dalam desain dan operasi sistem informasi mempunyai


beberapa hasil yang positif. Pertama, jika pengguna terlibat secara
mendalam dalam desain sistem, ia akan memiliki kesempatan untuk
mengadopsi sistem menurut prioritas dan kebutuhan bisnis, dan lebih
banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua, pengguna
berkecenderungan untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena
mereka merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu sendiri.

Kesenjangan komunikasi antara pengguna dan perancang sistem


informasi terjadi karena pengguna dan spesialis sistem informasi
cenderung memiliki perbedaan dalam latar belakang, kepentingan dan
prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan komunikasi
antara pengguna dan desainer(user-designer communication gap).

Tidak Memiliki Perencanaan Memadai

Sistem informasi sebaiknya harus ditentukan maksud dan tujuannya.


Setelah itu, menambahkan komponen-komponen yang sesuai dengan
tujuan utama dari sistem informasi tersebut. Perencanaan sistem
informasi sebaiknya sejalan dengan tujuan dan komponen-komponen yang
telah ditentukan sehingga tidak keluar dari jalur utama yang telah
ditetapkan. Sistem informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
menghambat tujuan dari perusahaan tersebut.

Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung


dengan perencanaan yang matang tidak akan mampu menjembatani
keinginan dan kepentingan berbagai pihak di perusahaan. Hal ini
dikarenakan sistem yang dijalankan tidak sesuai dengan arah dan tujuan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak memiliki kompetensi
inti dalam bidang teknologi informasi sebaiknya menjadi tidak
memaksakan untuk menjadi leader dalam investasi teknologi informasi.

Sebagian besar penyedia jasa teknologi informasi kurang


sensitif terhadap manajemen perusahaan, tetapi hanya fokus
pada tools yang akan dikembangkan. Kelemahan inilah yang mengharuskan
perusahaan untuk mengidentifikasi secara jelas kebutuhan dan
spesifikasi sistem informasi yang akan diterapkan berikut manfaatnya
terhadap perusahaan. Kemauan perusahaan dalam merancang penerapan
sistem informasi berdasarkan sumberdaya yang dimiliki diyakini dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.

Inkompetensi secara Teknologi

Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya bergantung


pada penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia sebagai
perancang dan penggunanya. Sistem informasi yang tidak disosialisasikan
akan menyebabkan karyawan tidak dapat menggunakan sistem informasi
tersebut. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan
dan kegagalan sistem informasi sehingga sistem informasi yang telah
dirancang akan sia-sia serta menyebabkan kerugian materi yang cukup
besar. Selain itu, waktu sosialisasi yang singkat dapat menjadi kendala
dalam hal penerapan sistem informasi. Karyawan kurang mempelajari
mengenai sistem informasi yang mereka gunakan sehingga kemampuan
mereka terbatas. Menurut Pambudi (2003) harus ada
penyesuaian tertentu dalam menerapkan sistem informasi. Penyesuaian
terhadap strategi penerapan sistem yang baru harus disosialisasikan
dengan jelas kepada karyawan.

Sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan


keinginan pengguna. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan
perbaikan kinerja, bahkan menjadi kontraproduktif jika tidak didukung
oleh kesiapan sumberdaya manusia dalam tahapan implementasinya. Hal
ini sering terjadi terutama pada perusahaan yang pengetahuan teknologi
informasinya rendah. Jika pengembangan sistem informasi diserahkan
pada sumberdaya yang kurang memiliki kompetensi dibidangnya akan
berakibat fatal bagi perusahaan ketika sistem tersebut telah
diterapkan. Pengembangan sistem informasi sebagai salah satu sarana
pencapaian tujuan perusahaan, sehingga keduanya harus relevan, serta
perlu disiapkan dengan baik dan matang. Selain itu, perusahaan harus
memiliki harapan yang nyata, yaitu yang ingin dicapai dan berusaha dalam
meraihnya, sehingga efektivitas dari pengembangan atau penerapan
sistem informasi dapat terjadi

Komunikasi Antara Pengguna dengan Perancang Sistem Informasi

Hubungan antara konsultan dengan klien secara tradisional merupakan


bidang masalah dalam upaya sistem informasi. Pengguna
dan specialist sistem informasi cenderung mempunyai perbedaan dalam
latar belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan
sebagai kesenjangan komunikasi antara pengguna dan desainer.
Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan loyalitas organisasi,
pendekatan dalam pemecahan masalah, dan referensi.

Tingkat Kompleksitas dan Resiko

Terdapat kecenderungan gagal pada Beberapa proyek pengembangan


sistem karena sistem-sistem tersebut mengandung tingkat resiko yang
tinggi dibandingkan yang lain. Para peneliti telah mengidentifikasikan
tiga faktor kunci yang memengaruuhi tingkat resiko proyek.

Sistem pengembangan proyek tanpa manajemen yang tepat besar


kemungkinan akan membawa konsekuensi kerugian sebagai berikut:

a. Biaya yang berlebih sehingga melampaui anggaran.


b. Melampaui waktu yang telah diperkirakan.
c. Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah
tingkat dari yang diperkirakan.
d. Gagal dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan.

Anda mungkin juga menyukai