ANGINA PECTORIS
Disusun Oleh :
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PEKTORIS
(substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau
dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan
Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak
2002).
Jadi angina pectoris adalah suatu nyeri dada sementara atau suatu
oksigen.
B. KLASIFIKASI
1. Angina Pektoris stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang
aktifitas
c. Durasi nyeri 3-15 menit
Meliputi :
1) Angina Noktunal
Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur dan dapat
kiri.
2) Angina decubitus
Angina saat berbaring.
3) Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektik iskemik tetapi pasien tidak
menunjukkan gejala.
2. Angina Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
Kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada
pektoris stabil
b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada
pagi hari
b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh
koroneraterosklerotik
c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut
e. Dapat menjadi aritmia
C. ETIOLOGI
Angina Pektoris diperkirakan karena berkurangnya aliran darah
spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di
intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu
pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja
akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk
nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul
serangan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu
normal.
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji
jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga
latihan tersebut.
5. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada
iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
menderita iskemia.
G. KOMPLIKASI
1. Infarksi miokardium yang akut (serangan jantung).
2. Kematian karena serangan jantung secara mendadak.
3. Aritma kardiak.
4. Hipoksemia
5. Trombosis vena dalam
6. Syok kardiogenik
H. PENATALAKSANAAN
Ada 2 tujuan utama penatalaksanaan angina :
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis dengan demikian
Nyeri dada seperti tertekan benda berat, terasa berat dan seperti
dengan aktivitas fisik berat atau emosi yang hebat. Durasi serangan
nyeri bervariasi.
b. Gambaran nyeri dapat merupakan gejala yang baru timbul
adanya stress fisik dan psikis yang dapat meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Hobi : menunjukkan gaya hidu klien, cara mengatasi
nyeri epigastrium.
h. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan
klien.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
b. Laboratorium Darah
c. Radiologi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan keluhan
dan TB, kelelahan, warna kulit dan suhu tkulit, pola respirasi,
jantung.
4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
perawat dengan cepat bila terjadi nyerimerangsang sistem saraf simpatis untuk
bila ada: frekuensi, durasi, intensitas danalat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
bahu, tangan atau lengan (khusunya padasering lebih ke permukaan dipersarafi oleh
atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasienMemudahkan pertukaran gas untuk
berulang
Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami
istirahat selama 1 jam setelah makan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko
serangan angina
Kolaborasi: Nitrigliserin mempunyai standar untuk
jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia
risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. BantuPenghematan energy, menurunkan kerja
curah jantung.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK Angina hanya gejala patologis yang
dekompensasi.
Kolaborasi : Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya,
Berikan obat sesuai indikasi : penyekatpenyekat saluran kalsium berperan penting
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20mengkaji respons fisiologi terhadap stress
kali per menit di atas frekuensi istirahat; aktivitas dan, bila ada merupakan indikator
pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknikTeknik menghemat energi mengurangi
status kesehatan.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai,
takut,contoh menolak, depresi, dan marah. menimbulkan kekacauan internal dan efek
gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untukMeyakinkan pasien bahwa peran dalam
bertambah.
hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang patofisiologi kondisi. TekankanPasien dengan angina membutuhkan belajar
perlyunya mencegah serangan angina. mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat
miokard.
Dorong untuk menghindari faktor/situasiDapat menurunkan insiden /beratnya episode
menghentikan aktivitas, pemberian obattahu apa yang harus dilakukan bila terjadi
serangan.
Tekankan pentingnya mengecek denganObat yang dijual bebas mempunyai potensi
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
E. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.
E. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia, terhadap komitmen dan tanggung
jawabnya.
F. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 1999. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, Alih bahasa:
EGC.
Noer, H.M Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Smelter, C. Suzanne dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta:EGC
Wijaya, Andra Saferi dan Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal