Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ANGINA PECTORIS

Disusun Oleh :

Indah Sartika Permatasari (NIM: 1703016)


Ni Wayan Gari Suandewi (NIM :1703024)
Niken Sulastriyani (NIM: 1703026)
Rezky Julian Sitorus (NIM : 1703033)

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PEKTORIS

I. KONSEP DASAR TEORI


A. PENGERTIAN ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien

mendapat serangan sakit dada di daerah sternum atau di bawah sternum

(substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau

terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang

dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit

dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan

segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof.

Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak

adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardium. ( Maryllin E. Doengoes.

2002).
Jadi angina pectoris adalah suatu nyeri dada sementara atau suatu

perasaan tertekan yang terjadi karena jantung mengalami kekurangan

oksigen.
B. KLASIFIKASI
1. Angina Pektoris stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya

sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung

dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.


a. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas

yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard


b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian

aktifitas
c. Durasi nyeri 3-15 menit
Meliputi :
1) Angina Noktunal
Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur dan dapat

dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya karena gagal ventrikel

kiri.
2) Angina decubitus
Angina saat berbaring.
3) Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektik iskemik tetapi pasien tidak

menunjukkan gejala.
2. Angina Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
Kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada

individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini

biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini

tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh

trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.

a. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina

pektoris stabil
b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada

tigkat aktifitas ringan


c. Kurang responsive terhadap nitrat
d. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST
e. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus,

trombus atau trombosit yang beragregasi


Meliputi :
1) Angina Refrakter / Intraktabel
Angina yang sangat berat sampai tidak tertahankan.
3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan

dengan risiko tinggi terjadinya infark.


a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali

pagi hari
b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh

koroneraterosklerotik
c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut
e. Dapat menjadi aritmia
C. ETIOLOGI
Angina Pektoris diperkirakan karena berkurangnya aliran darah

koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau

dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.


1. Penyebab timbulnya serangan angina pektoris adalah :
a. Sesudah gerak badan.
b. Makan kenyang.
c. Faktor psikis.
d. Post coitus.
e. Perubahan iklim/cuaca secara tiba-tiba.
2. Faktor penyebab :
a. Suplai O2 ke myocardium berkurang
1) Faktor pembuluh darah
a) Aterosklerosis
b) Spasme
c) Arteritis
2) Faktor sirkulasi
a) Hipotensi
b) Stenosis/insufisien aurta
3) Faktor darah
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
b. Curah hujan yang meningkat
1) Hipertiroidisme
2) Anemia
3) Aktivitas dan emosi
c. Kebutuhan O2 Miocardium meningkat
1) Kerusakan miocardium
2) Hipertropi myocardium
3) Hipertensi
3. Faktor resiko antara lain adalah:
a. Dapat Diubah (dimodifikasi)
1) Diet (hiperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
5) Obesitas
6) Kurang aktifitas
7) Diabetes Mellitus
8) Pemakaian kontrasepsi oral
b. Tidak dapat diubah
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Ras
4) Herediter
D. PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya

iskemia miokard atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard

berkurang. Aliran darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah

koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis

atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan

spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di

intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan

mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan

dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena

timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah

yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,

selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.

Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi

pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya

koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang

merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.


Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih

cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi

tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu
pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja

suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila

kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner

akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot

jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau

menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan

suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium mulai menggunakan

glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses

pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan

pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan

menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila

kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen

menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk

membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan

menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.


E. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri dada substernal / retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan

daerah inter scapula atau lengan kiri.


2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa

panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada.


3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak < dari 30 menit.
4. Nyeri berkurang atau hilang bila istirahat atau pemberian

nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul

keringat dingin, palpitasi dizziness.


6. Gambaran EKG depress segmen ST terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG sering kali normal pada waktu tidak timbul

serangan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu

istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih

normal.
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang

normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang

membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.


3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis

angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis

infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim

CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark

jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.

Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan

trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti

hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk

menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi

pasien angina pectoris.


4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih

normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji
jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh

melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai

pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan

selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG

terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen

ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.

Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit

dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien

memang menderita angina pectoris.


Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat

dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga

dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan

latihan tersebut.
5. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan

dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201

disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan

pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan

diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada

iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita

iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien

istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang

menderita iskemia.
G. KOMPLIKASI
1. Infarksi miokardium yang akut (serangan jantung).
2. Kematian karena serangan jantung secara mendadak.
3. Aritma kardiak.
4. Hipoksemia
5. Trombosis vena dalam
6. Syok kardiogenik
H. PENATALAKSANAAN
Ada 2 tujuan utama penatalaksanaan angina :
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis dengan demikian

meningkatkan kualitas hidup.


2. Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya iskemik,

dengan demikian meningkatkan kualitas hidup.


Prinsip penatalaksanaan angina adalah meningkatkan pemberian

oksigen (dengan meningkatkan aliran darah coroner) dan menurunkan

kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).


1. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan

oksigen jantung antara lain ;berhenti merokok, menurunkan BB,

mengurangi stress, pengontrolan gula darah.


2. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskemik
a) Penyekat Beta
Terapi utama pada angina.
b) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endotelim yang sangat bermanfaat untuk

mengurangi symptom angina pectoris, disamping mempunyai efek

antitrombolitik dan antiplatelet.


c) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium

melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot

polos pembulu darah akan terjadi vasodilatasi pada pembulu darah

epicardial dan sistemik.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANGINA PEKTORIS


A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan nyeri dada di anterior, precordial, subternal yang

menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung dan epigastrium.

Nyeri dada seperti tertekan benda berat, terasa berat dan seperti

diremas yang timbul mendadak. Nyeri dada timbul berhubungan

dengan aktivitas fisik berat atau emosi yang hebat. Durasi serangan

nyeri bervariasi.
b. Gambaran nyeri dapat merupakan gejala yang baru timbul

atau sering hilang timbul. Penyebab menimbulkan nyeri dan hal-

hal ynag mengurangi nyeri perlu dikaji guna membedakan dengan

penyakit lain yang mempunyai gejala nyeri.


c. Pekerjaan : perlu dicatat tentang jenis pekerjaan klien serta

adanya stress fisik dan psikis yang dapat meningkatkan beban kerja

jantung.
d. Hobi : menunjukkan gaya hidu klien, cara mengatasi

ketegangan, dan pengurangan aktivitas yang mendadak.


e. Kaji factor resiko penyakit jantung, seperti berikut ini.
1) Riwayat penyakit klien seperti diabetes, hipertensi,

penyakit vascular, anemia dan lain-lain.


2) Riwayat kesehatan lain: peningkatan kadar kolestrol,

trigliserida, hipertiroid, kebiasaan merokok, konsumsi minuman

berakohol, asupan makanan tinggi gula, lemak, garam, kafein

asupan cairan dan berat badan.


f. Obat – obatan : toleransi terhadap obat – obatan dan terapi

yang didapat saat timbul serangan.


g. Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia,

astritis, peptic ulcer, dan penyakit lain yang menimbulkan keluhan

nyeri epigastrium.
h. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan

pembuluh darah dalam keluarga merupakan factor risiko bagi

klien.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
b. Laboratorium Darah
c. Radiologi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan keluhan

angina non-kardiak seperti esophagitis, peptic ulcer, ketegangan

otot, dan penyakit kantung empedu.


b. Kaji semua status yang berhubungan dengan jantung : BB

dan TB, kelelahan, warna kulit dan suhu tkulit, pola respirasi,

toleransi aktivitas, denyut nadi perifer, TD, Suhu, Edema, Bunyi

Jantung, serta irama, dan frekuensi denyut jantung, Point of

Maximal Impulse. (PMI)


c. Kaji pola tidur dan istirahat, tipe kepribadian, serta

kecemasan atau kegelisahan.


B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik

(iskemia miokard transien/memanjang)


3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah

jantung.
4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman

terhadap status kesehatan.


5. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai kondisi,

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/


teratasi

Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan

episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.


INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan pasien untuk memberitahuNyeri dan penurunan curah jantung dpat

perawat dengan cepat bila terjadi nyerimerangsang sistem saraf simpatis untuk

dada. mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin,

yang meningkatkan agregasi trombosit dan

mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak

bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal,

menurunkan TD dan frekuensi jantung.


Identifikasi terjadinya faktor pencetus,Membantu membedakan nyeri dada dini dan

bila ada: frekuensi, durasi, intensitas danalat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi

lokasi nyeri. angina tidak stabil (angina stabil biasanya

berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina

tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir

lebih dari 45 menit.


Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher,Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri

bahu, tangan atau lengan (khusunya padasering lebih ke permukaan dipersarafi oleh

sisi kiri. tingkat saraf spinal yang sama.


Letakkan pasien pada istirahat totalMenurunka kebutuhan oksigen miokard

selama episode angina. untuk meminimalkan resiko cidera jaringan

atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasienMemudahkan pertukaran gas untuk

napas pendek menurunkan hipoksia dan napas pendek

berulang
Pantau kecepatan atau irama jantung Pasien angina tidak stabil mengalami

peningkatan disritmia yang mengancam

hidup secara akut, yang terjadi pada respon

terhadap iskemia dan atau stress


Panatau tanda vital tiap 5 menit selamaTD dapat meningkat secara dini sehubungan

serangan angina dengan rangsangan simpatis, kemudian turun

bila curah jantung dipengaruhi.


Pertahankan tenang , lingkungan nyaman,Stres mental atau emosi meningkatkan kerja

batasi pengunjung bila perlu miokard


Berikan makanan lembut. Biarkan pasienMenurunkan kerja miokard sehubungan

istirahat selama 1 jam setelah makan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko

serangan angina
Kolaborasi: Nitrigliserin mempunyai standar untuk

Berikan antiangina sesuai indikasi:pengobatan dan mencegah nyeri angina

nitrogliserin: sublingual selam lebih dari 100 tahun

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik

(iskemia miokard transien/memanjang)

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah

jantung.

Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia

menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau

aktivitas yang menurunkan kerja jantung.


INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda vital, contoh frekuensiTakikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas,

jantung, tekanan darah. hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.

Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi


atau hipotensi) karena respon jantung
Evaluasi status mental, catat terjadinyaMenurunkan perfusi otak dapat

bingung, disorientasi. menghasilkan perubahan sensorium.


Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung

turun, membuat kulit pucat dan warna abu-

abu (tergantung tingkat hipoksia) dan

menurunya kekuatan nadi perifer


Mempertahankan tirah baring pada posisiMenurunkan konsumsi oksigen atau

nyaman selama episode akut kebutuhan menurunkan kerja miokard dan

risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. BantuPenghematan energy, menurunkan kerja

dalam atau melakukan aktivitas perawatanjantung.

diri, sesuai indikasi


Pantau dan catat efek atau kerugian responEfek yang diinginkan untuk menurunkan

obat, catat TD, frekuaensi jantung dankebutuhan oksigen miokard dengan

irama (khususnya bila memberikanmenurunkan stress ventricular. Obat dengan

kombinasi antagonis kalsium, betabloker,kandungan inotropik negative dapat

dan nitras) menurunkan perfusi terhadap iskemik

miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat

beta dapat memberi efek terkumpul pada

curah jantung.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK Angina hanya gejala patologis yang

(Gangguan Jantung Kronis) disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit

yang emepengaruhi fungsi jantung emnjadi

dekompensasi.
Kolaborasi : Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya,
Berikan obat sesuai indikasi : penyekatpenyekat saluran kalsium berperan penting

saluran kalsium, contoh ditiazemdalam mencegah dan menghilangkan iskemia

(cardizem); nifedipin (procardia);pencetus spasme arteri koroner dan

verapamil(calan). menurunkan tahanan vaskuler, sehingga

menurunkan TD dan kerja jantung.


Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin);Obat ini menurunkan kerja jantung dengan

nadolol (corgard); propanolol (inderal);menurunkan frekuensi jantung dan TD

esmolal (brebivbloc). sistolik.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi

dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat

diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.


INTERVENSI RASIONAL
Kaji respons klien terhadap aktivitas,Menyebutkan parameter membantu dalam

perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20mengkaji respons fisiologi terhadap stress

kali per menit di atas frekuensi istirahat; aktivitas dan, bila ada merupakan indikator

peningkatan TD yang nyatadari kelebihan kerja yang berkaitan dengan

selama/sesudah aktivitas; dispnea atautingkat aktivitas.

nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang

berlebihan; diaphoresis; pusing atau

pingsan.
Instruksikan pasien tentang teknikTeknik menghemat energi mengurangi

penghematan energi. penggunaan energy, juga membantu

keseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen.
Berikan dorongan untuk melakukanKemajuan aktivitas bertahap mencegah

aktivitas/perawatan diri bertahap jikapeningkatan kerja jantung tiba-tiba.

dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuaiMemberikan bantuan hanya sebatas

kebutuhan. kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap

status kesehatan.

ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN

ANCAMAN TERHADAP STATUS KESEHATAN.


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun

sampai tingkat yang dapat diatasi.

Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai,

pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien

melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.


INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contohMenurunkan cemas dan takut terhadap

tes stress. diagnose dan prognosis.


Tingkatkan ekspresi perasaan danPerasaan tidak ekspresikan dapat

takut,contoh menolak, depresi, dan marah. menimbulkan kekacauan internal dan efek

gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untukMeyakinkan pasien bahwa peran dalam

menganggap pasien sebelumnya. keluarga dan kerja tidak berubah.


Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizerMungkin diperlukan untuk membantu pasien

sesuai indikasi rileks sampai secara fisik mampu untuk

membuat strategi koping adekuat.


5. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien

bertambah.

Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan

pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola

hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang patofisiologi kondisi. TekankanPasien dengan angina membutuhkan belajar

perlyunya mencegah serangan angina. mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat

dikontrol. Ini adalah focus manajemen

terapeutik supaya menurunkan infark

miokard.
Dorong untuk menghindari faktor/situasiDapat menurunkan insiden /beratnya episode

yang sebagai pencetus episode angina,iskemik.

contoh: stress emosional, kerja fisik,

makan terlalu banyak/berat, terpajan pada

suhu lingkungan yang ekstrem


Kaji pentingnya control berat badan,Pengetahuan faktor resiko penting

menghentikan merokok, perubahan dietmemberikan pasien kesempatan untuk

dan olahraga. membuat perubahan kebutuhan.


Tunjukan/dorong pasien untuk memantauMembiarkan pasien untuk mengidentifikasi

nadi sendiri selama aktivitas,aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk

jadwal/aktivitas sederhana, hindarimenghindari stress jantung dan tetap

regangan. dibawah ambang angina.


Diskusikan langkah yang diambil bilaMenyiapkan pasien pada kejadian untuk

terjadi serangan angina, contohmenghilangkan takut yang mungkin tidak

menghentikan aktivitas, pemberian obattahu apa yang harus dilakukan bila terjadi

bila perlu, penggunaan teknik relaksasi. serangan.


Kaji ulang obat yang diresepkan untukAngina adalah kondisi rumit yang sering

mengontrol/mencegah serangan angina. memerlukan penggunaan banyak obat untuk

menurunkan kerja jantung, memperbaiki

sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya

serangan.
Tekankan pentingnya mengecek denganObat yang dijual bebas mempunyai potensi

dokter kapan menggunakan obat-obatpenyimpangan.

yang dijual bebas.

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama kegiatan pelaksanaan dapat

bersifat mendiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi

dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

E. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data

subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah pelayanan

keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

III. LEGAL ETIK


A. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri,

memperoleh kebebasan dan kemandirian.


B. Non Maleficience
Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan
C. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan
D. Justice
Prinsip bahwa individu berhak diperlakukan setara.

E. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia, terhadap komitmen dan tanggung

jawabnya.
F. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 1999. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, Alih bahasa:

Monica Ester, Edisi 8. EGC, Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Pathofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E., 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Noer, H.M Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Smelter, C. Suzanne dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta:EGC

Wijaya, Andra Saferi dan Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal

Bedah (Keperawatan Dewasa).Yogyakarta: Nuha Medika

Wajan, Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai