Client Centered Therapy PDF
Client Centered Therapy PDF
Makna Client Center hampir sama dengan makna konseling secara umum bahwa
pemecahan masalah berpusat pada klien, berarti individu sendiri yang harus menyelesaikan
masalahnya. Istilah Client centered sangat sukar diganti dengan bahasa Indonesia yang singkat
dan mengena, client centered dapat dideskripsikan dengan konseling yang menekakan peran
konseli sendiri dalam proses konseling.
Model client-centered menolak konsep yang memandang bahwa konselor merupakan orang
yang tahu segalanya dan yang menetukan pemecahan masalah dari konseli, serta memandang
bahwa konseli merupakan manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah dan nasehat dari
konselor.Oleh karena itu, terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan
membuat keputusan-keputusan dalam pemecahan masalahnya
1. Sejarah
Client-centered therapy “lahir” tanggal 11 Desember 1940 saat psikolog humanis
Carl Ransom Rogers, dalam pertemuan kelompok Psi Chi di Universitas Minnesota,
menyampaikan pemikirannya tentang psikoterapi. Selanjutnya, dalam kurun waktu
1940an hingga 1950an Rogers mengembangkan pendekatan terapi yang kini lebih
dikenal sebagai person-centered therapy (PCT) atau psikoterapi Rogerian
(Wedding dan Corsini, 2013).
Dari latar belakang pekerjaannya yang berfokus pada klinis anak, Rogers
mengembangkan sebuah pendekatan bernama nondirective counseling, merupakan
upaya bantuan penyelesaian masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan
untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas.Pendekatan
ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri.Tetapi oleh karena
suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi
sebagaimana mestinya
Pada masa itu aliran psikoanalisis sangat dominan, dengan tujuan membuat sadar hal-
hal yang tidak disadari dan menekankan pada masa lalu. Rogers mencoba
menekankan pada masa kini dan membantu klien memperjelas persepsi mereka
Promkes—CCT--WahyuDA
2
mengenai diri sendiri dengan interpretasi dari terapis. Pada tahun 1950 ia mengubah
nama pendekatannya menjadi terapi client-centered dan kemudian mengubahnya lagi
menjadi person-centered. Sebagai seorang terapis ia ingin bertindak seperi cermin
bagi kliennya dengan mengatakan bagaimana gambaran permasalahannya. Dengan
demikian, klien secara sedikit demi sedikit mengenal dirinya dan pada akhirnya ia mulai
menerima dirinya sendiri.
2. Konsep dasar CCT dan Teknik
Konsep dasar dari client-centered therapy adalah bahwa inidividu memiliki
kecenderungan untuk mengakutalisasikan diri (actualizing tendencies) yang berfungsi
satu sama lain dalam sebuah organisme. Para terapis lebih terfokus pada “potensi apa
yang dapat dimanfaatkan”
Hakikat manusia menurut Roger
a. Hakikat manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan.
b. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol
dirinya sendiri.
c. Setiap individu pada dirinya terkandung motor penggerak yakni terbuka
terhadap pengalaman sendiri, hidup berdasarkan pada kenyataan serta
percaya pada diri sendiri.
d. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan
diri, serta mempunyai dorongan yang kuat kearah kedewasaan dan
kemerdekaan
Dua kondisi inti dalam terapi
a. Congruence
merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar
klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut.
b. Unconditional positive regard
adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan
menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan, dan lakukan.
Konsep dasar dari sisi klien
a. Self concept
merujuk pada bagaimana klien memandang-memikirkan-menghargai diri sendiri.
b. Locus of evaluation
merujuk dari sudut pandang mana klien menilai diri. Orang yang bermasalah akan terlalu
menilai diri mereka berdasar persepsi orang lain (eksternal).
c. Experiencing,
adalah proses di mana klien mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi
lebih terbuka
Promkes—CCT--WahyuDA
3
Teknik
Tidak ada metode atau teknik yang spesifik. Karena CCT menitikberatkan
pada sikap-sikap terapis. Namun ada beberapa teknik dasar yang harus dimiliki
terapis yaitu mendengarkan klien secara aktif, merefleksikan perasaan klien, dan
kemudian menjelaskannya (Corsini & Wedding, 2013).
Teknik tersebut dapat diringkas sebaai berikut:
a. Aceptance (penerimaan)
b. Respect (rasa hormat)
c. Understanding (mengerti, memahami)
d. Reassurance (menentramkan hati, meyakini)
e. Encouragement (dorongan)
f. Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
g. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
3. Ciri-ciri client centered therapy
a. Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan
terapi yang tetap dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang
teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan
perkembangan proses terapi, dan bukan sebagai suatu dogma.
b. Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan
klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.
Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang
harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
c. Pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati
yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien. Dengan empati yang
cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis
memberikan perhatian terutama pada persepsidiri klien dan persepsinya terhadap
dunia.
d. Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap-sikap tertentu pada pihak terapis
(ketulusan, kehangatan, penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat)
yang membentuk kondisikondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan
terapeutik pada klien. Terapi client centered memasukkan konsep bahwa fungsi
terapi adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan
perhatian pada pengalaman disini-dan-sekarang yang tercipta melalui hubungan
antara klien dan terapis.
e. Teori client-centered dikembangkan melalui penelitian tentang proses dan hasil
terapi. Teori client-centered bukanlah suatu teori yang tertutup, melainkan suatu
Promkes—CCT--WahyuDA
4
Promkes—CCT--WahyuDA
5
Promkes—CCT--WahyuDA
6
Promkes—CCT--WahyuDA
7
Sources:
Capuzzi, D and Gross, DR. 1991. Introduction to Counseling: Perspectives for the 1990s. Allyn and
Bacon
A. King, Laura (2010). Brian Marwensdy, ed. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan
Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Pomerantz, Andrew M. (2011). Clinical psychology: Science, practice and culture 2nd
ed. London: Sage Publication.
Correy, Gerald. 1995. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Edisi ke 4. Diterjemahkan
oleh : Drs. Mulyarto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Promkes—CCT--WahyuDA