DISUSUN OLEH:
1. AUDINA SAFITRI
2. LILY SEFTIANI
3. ULFA MUZLIYATI
4. FITRI RATNAWATI
5. SISKA PUTRI UTAMI
6. MITA WIDYA NINGRUM
7. AVELINTINA BRIGIDA C
A. Kasus
Tn H berusia 60 tahun datang ke rumah sakit Sultan Syarif Alkadrie diantar oleh
istri dan anaknya pada tanggal 06 januari 2019, keadaan umum klien lemah, dengan
keluhan terdapat benjolan atau pembengkakan didaerah selangkangan kanan lebih
dari 6 bulan lama-kelamaan semakin membesar. Klien mengeluh nyeri,di bagian
lipatan paha kanan, mual (-) muntah (-) ma/mi sedikit, BAB (+), BAK (+). Klien
mengatakan tidak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.
Hasil pemeriksaan lab pada tanggal 6 januari 2019 8 menunjukkan hasil sebagai
berikut:
Hemoglobin : 13,0 gr/dl (13,6 - 18 gr/dl)
Leukosit : 7,70 /µL (4.50 – 11.000 /µL)
Trombosit : 220 /µL (150.000 – 450.000 /µL)
Hematokrit : 38,9 % (42.0-52.0 %)
Eritrosist : 4,53 106 /µL (4,7 - 6,1 106 /µL)
Biokimia
GDS : 105 mg/dl (70-115)
Golongan Darah : O
HBsAg : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Saat pengkajian pada tanggal 8 Januari 2019 pada pukul 18.00 WIB, Klien
mengeluh nyeri pada bagian lipatan paha kanan (selangkangan) sudah kurang lebih
3 hari.
P : Nyeri saat disentuh
Q: Tertusuk-tusuk
R: lipatan paha kanan (selangkangan)
S : Skala nyeri 5
T : Hilang datang
Saat ini klien terpasang infus RL 20 tpm.
Keadaan umum : Klien tampak lemah dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit,
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,50C.
Terapi saat ini :
(Terapi IV)
a. Inj. Ranitidine 2 x 1 50 mg
b. Inj. Ketrolax 3 x 1 20 mg
c. Inj Tramadol 3 x 100 mg
d. Levofloxacim 1 x 1 750 mg
A. STEP 1
Apa yang dimaksud dengan hernia pada kasus diatas ?
Jawaban : Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
B. STEP 2
1. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
2. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini ?
3. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada kasus
diatas?
C. STEP 3
1. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi
2. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ?
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita
hernia meliputi :
1. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher
hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil
(ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
2. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup
(pekerjaan dan hobi).
3. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan:
a. Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
b. Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
c. Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
3. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada kasus
diatas?
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat
dilakukan dengan cara berikut: Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi
(USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan
guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam
kantung hernia tersebut.
D. STEP 4
Skema
Etiologi
Hernia
Patofisiologi
Askep
E. STEP 5
Learning objective
HERNIA
I. Konsep Dasar Hernia
A. Definisi
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah
yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah keluarnya isi
tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding
rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
B. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu: Defek
dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak
samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari
sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat menutupdan pada waktu
dilahirkan masih tetap terbuka.
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding rongga
perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal:
Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat
Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat
beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
C. Klasifikasi
1. Sering terjadi
a. Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran,
namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering terjadi pada
bayi baru lahir karena dinding abdomen anterior relative lemah pada
annulus umbilicalis, terutama pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah. Selain itu hernia umbilikalis didapat paling sering terjadi pada
perempuan atau orang obesitas.
b. Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan
viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau
abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan.
Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek
Karakteristik Direk (Didapat) Indirek (kongenital/bawaan)
Faktor Kelemahan dinding Patensi processus veginalis
predisposisi abdomen anterior pada (lengkap atau sekurang-
trigonum inguinale kurangnya bagian superior)
(misalnya, karena pada orang muda, sebagian
distensi annulus besar laki-laki
superficialis, falx
ingunale yang sempit,
atau melemahnya
aponeurosis pada laki-
lakai berusia >40 tahun
atau lebih)
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup,
karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)
akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan
abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus.
Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum.Hernia ada
yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke
posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu
gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik
dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan menjadi mati sehingga
timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau kantong
hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus
yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake
menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan
akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan
pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat nekrosis
sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace, 2007).
Pathway Hernia (Grace, 2007)
MK: Imobilitas
Fisik
HERNIA
Peningkatan isi abdomen ( usus )
memasuki kantong hernia
Perubahan
status kesehatan
kerusakan integritas
Gangguan Rasa Mual intake Ketidakseimbangan nutrisi
jaringan
Nyaman/Nyeri muntah menurun kurang dari kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinis
Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu :
1. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
2. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia
femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
3. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum
pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar.
4. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
5. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
6. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat
dilakukan dengan cara berikut: Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi
(USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan
guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam
kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
kepentingan operasi:
1. Sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
2. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada
sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau
tidak.
3. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel
darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
G. Penatalaksanaan Medis
1. Secara konservatif (non operatif)
a. Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
b. Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
2. Secara operatif (prinsip pembedahan)
a. Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya saja
untuk pasien anak.
b. Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah
terbuka atau laparoskopik.
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita
hernia meliputi :
4. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher
hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil
(ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
5. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup
(pekerjaan dan hobi).
6. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan:
d. Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
e. Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
f. Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
H. Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita hernia adalah:
1. Hematoma (luka atau pada skrotum),
2. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
3. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
4. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
5. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus.
6. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
7. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
8. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
9. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
10. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
11. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
12. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
F. STEP 6
Discovery Learning
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
1) Identitas Klien
Nama : Tn. H
Usia : 60 tahun
Keluhan Utama :
Ds :
- Skala nyeri
P : Nyeri saat di sentuh
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Paha kanan (selangkangan)
S : Skala nyeri 5
T : Hilang datang
Do :