PENDAHULUAN
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan ,kecuali jika terjadi komplikasi .sementara itu dari kejadian yang diketahui ,15-
20% merupakan abortus spontan dan kehamilan ektopik.sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan ,dan sekitar 1% dari pasangan
mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam .sebagianbesar studi menyatakan abortus
spontan antara 15-20% dari semua kehamilan .kalalu dikaji lebih abortus bisa mencapai 50%
hal ini dkarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada
2-4 minggu setelah konsepsi.
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. umumnya lebih dari satu
penyebab.penyebab terbanyak dianataranya adalah factor genetic,kelaianan congenital
uterus,autoimun,defek fase luteal,infeksi,hematologic,dan lingkungan.abortus inkomplet
sering terjadi dan mengakibatkan perdarahan yang hebat,maka dari itu sangat penting untuk
memahami cara menanganinya.
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kegawatdaruratan mengenai abortus
inkomplit.
2. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan abortus inkomplit
3. Untuk mengetahui cara mendiagnosa gejala klinis abortus inkomplit dan
penanganannya.
1
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan abortus inkomplitus?
2. Apa saja dasar teori dari abortus inkomlpit?
3. Bagaimana gejala klinik abortus inkomplit?
4. Bagaimana penatalaksanaan abortus inkomplit?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ,
2009)
Abortus inkomplitus terjadi ketika plasenta tidak di keluarkan bersama janin pada saat
terjadi aborsi. Plasenta (sebagian atau sumuanya) yang tertinggal pada akhirnya akan
menyebabkan perdarahan yang dapat bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi
terjadi selama trimester ke dua. Bidan dianjurkan untuk melibatkan dokter konsultan dalam
penatalaksanaan infeksi dan evakuasi uterus secara komplit. (Buku ajar asuhan kebidanan
volume 1, Helen varney 2006)
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih
terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Saifuddin, 2002).
3
2.2 Tanda Gejala Abortus Inkomplit
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan
seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
a. Faktor genetik
1) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,
monosomi, triploid/tetraploid
4
2) Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga mudah ruptur atau
pecah (rupture membrane abortus spontan
b. Faktor hormonal
1) Defisiensi luetal
3) Ibu hamil menderita penyakit hormonal. Seperi diabetes mellitus dan gangguan
kelenjar tyroid
2) Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang berat, terdapat polip
uteri
3) Serviks inkompeten
1) Toxoplasmosis
2) Sitomegalovirus
3) Rubela
4) Herpes simpleks
5
f. Postur ibu hamil
2) Gemuk, BB diatas 80 kg
g. Faktor paternal
h. Faktor imunologis
1) Faktor alloimmune
b. Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan berlangsung abortus
6
banding lain. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen,
inspekulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat
sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan
menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tandan cairan bebas seperti yang telihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan
memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
konsepsi atau gumpalan – gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan
bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang
masih tertinggal.Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk
menentukan jenis tindakan yang sesuai. 3,4,5
Pemeriksaan ginekologi:
a) Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
b) Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
c) Pemeriksaan dalam: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya sisa kehamilan. Pada USG didapatkan
7
2.6 Data Dasar Untuk Aborsi Inkomplit
Apabila wanita sudah pernah datang ke tempat praktik dan melapor bahwa
pendarahan yang terjadinya ringan dan ia tidak merasa nyeri pada abdomen atau punggung
bawah bidan dapan meminta wanita tersebut datang ke klinik keesokan harinya. Sementara
8
itu, ia harus menyarankan wanita tersebut mengikuti intruksi yang di berikan kepadanya
untuk mengatasi perdarahan minor pada trimester pertama.
2.7 Penatalaksanaan
a.Melakukan pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu, keadaan jantung dan
sebagainya.
b.Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
Pengeluaran sisa jaringan secara digital tindakan ini untuk menolong penderita
ditempat yang tidak ada fasilitas kuretase, sekurang-kurangnya untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini sering dilakukan pada keguguran yang sedang berlangsung
(abortus insipien) abortus inkomplit. Pembersihan secara digital hanya dapat
dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu jari
longgar dan kavum uteri cukup luas. Karena manipulasi ini akan menimbulkan rasa
nyeri, maka sebaiknya dilakukan dalam narkose umum intra vena (ketalar) atau
anastesi blok pars servikalis.
Caranya adalah dengan dua jari : jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
dimasukan kedalam jalan lahir dengan mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan
tangan kiri menekan serviks uteri sebagai fiksasi, dengan kedua jari tangan kikislah
hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersihnya.
9
b. Hasil konsepsi yang terperangkap dalam serviks disertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau dengan cunam ovum. Setelah itu
evaluasi perdarahan.
a) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg
peroral.
b) Bila perdarahan terus berlangsung evaluasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
(Aspirasi Vacum Manual) dan D & K (pilihan tergantung usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin).
c) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik profilaksis (subenisillin 2 g IM
atau sefuroksim 1 g oral).
d) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
e) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera
lakukan evakuasi dengan AVM.
f) Bila pasien tampak anemia berikan sulfaferosus 600 mg perhari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfuse darah (anemia berat).
g) Pengeluaran sisa jaringan secara digital tindakan ini untuk menolong penderita
ditempat yang tidak ada fasilitas kuretase, sekurang-kurangnya untuk
menghentikan perdarahan. Hal ini sering dilakukan pada keguguran yang
sedang berlangsung (abortus insipien) abortus inkomplit. Pembersihan secara
digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat
dilalui oleh satu jari longgar dan kavum uteri cukup luas. Karena manipulasi ini
akan menimbulkan rasa nyeri, maka sebaiknya dilakukan dalam narkose umum
intra vena (ketalar) atau anastesi blok pars servikalis.
Caranya adalah dengan dua jari : jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
dimasukan kedalam jalan lahir dengan mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan
tangan kiri menekan serviks uteri sebagai fiksasi, dengan kedua jari tangan
kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersihnya.
h) Pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase/kerokan
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi menggunakan alat kuretase.
Sebelum melakukan kuretase penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
untuk mengetahui letak uterus, gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya
kecelakaan misalnya perforasi.
Persiapan Penderita
10
Melakukan pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu, keadaan
jantung dan sebagainya.
Pasanglah infus dextrose 5% atau RL yang mengandung 10 unit
oksitosin.
Persiapan alat-alat kuretase : alat-alat hendaknya telah tersedia dalam bak,
alat hendaknya dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :
Speculum sims 2 buah
Cunam tampon (tampon tang) 1 buah
Cunam peluru (tampon tang) 1 buah
Uterus sonde 1 buah
Busi hegar (dilatator) 1 buah
Cunam ovum (venster 1 buah)
Jarum suntik 5 ml 2 buah
Mangkok logam berisi bethadine
Kateter karet 1 buah
Sarung tangan DTT/steril 4 pasang
Baju kamar tindakan, apron, masker, kaca mata pelindung, sepatu
boot/karet
Kasa steril beberapa lembar
Penampung darah dan jaringan
Lampu sorot
Larutan chlorine 0,5%
Cara dilatasi kuretase
Pasang duk steril pada bokong ibu
Antiseptik genitalia eksterna dan sekitarnya
Kosongkan vesika urinaria dengan kateter
Pasang spekulum
Jepit porsio dengan tenakulum
Masukkan sonde uterus untuk mengetahui dalam dan arah kavum uteri
Lakukan dilatasi dengan dilatator hegar, mulai dari ukuran kecil sampai
dengan ukuran yang dikehendaki
Keluarkan jaringan hasil konsepsi dengan tang abortus
11
Lakukan kuretase secara sistemik dengan kuret tumpul dan tajam.
Setelah diyakini bersih dan tidak ada perdarahan lagi, tenakulum dilepas
dan portio didep dengan kasa bethadine.
Lepaskan spekulum
Bersihkan sekitar genitalia aksterna ibu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abortus inkomplitus adalah hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan.
Masalah saat pemeriksaan vagina,kananalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.perdarahan biasanya
masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak dan pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau
syok hemoragik.sebelum sisa konsepsi dikeluarkan.maka pengelolaan pasien harus diawali
dengan perhatian keadaan umum dan mengatasi aborsi inkomplit sesuai dengan prosedur
untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.2 Saran
Dari pembahasan materi diatas diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan
mengetahui tentangabortus inkomplit. Apabila ada kekurangan dari pembahasan materi
diatas,penulis megharapkan kritik dan saran dari pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Varney Helen, 2006, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1, Jakarta, EGC.
Saefudin Abdul Bari.dkk, 2009, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saefudin Abdul Bari. dkk, 2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo, Jakarta, PT Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Krisnadi Sofie Rifayani. dkk, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi,
Bandung, Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Saifuddin AB, 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, JNPK-KR
JH-PIEGO, Jakarta.
14