TYPHOID
TYPHOID
TYPHOID
Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Blok Sistem Dygestive
Disusun Oleh :
YULVIANA DWI OKTAVIA
145070200131007
Kelas 1 A
2. KLASIFIKASI
Menurut WHO (2003), ada 3 macam
klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis:
a. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam
berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia.
Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode
demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada
dada, abdomen dan punggung.
b. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di
feses.
(WHO, 2003)
3. ETIOLOGI
Penyebab demam tifoid adalah
Salmonella typhi dari spesies Salmonella
enteric. Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di
dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C)
selama 15 – 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi (Rahayu E.,
2013)
4. EPIDEMIOLOGI
Studi yang dilakukan di daerah urban di
beberapa negara Asia pada anak usia 5–15
tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan
biakan darah positif mencapai 180–194 per
100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15
tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk,
di Asia Tenggara 100–200 per 100.000
penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari
100 kasus per 100.000 penduduk. (Elisabeth et
all, 2016)
Penyakit Demam Typhoid merepukan
penyakit menular dengan kasus sebanyak 22
juta/tahundi dunia yang menyebabkan 216.000-
600.000 kematian. (Elisabeth et all, 2016)
5. FAKTOR RESIKO
- Kurangnya kebersihan lingkungan
- Penduduk yang padat
- Sanitasi yang rendah
- Makanan dan minuman yang tercemar/ kurang higienis
- Remaja dan anak-anak
- Imun yang rentan
- Transmisi juga dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu hamil
yang berada dalam bakteremia kepada bayinya.
(Soedarno et al, 2008).
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari.
Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
(Sudoyo, 2010)
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sarana laboratorium untuk membantu
menegakkan demam tifoid secara garis
besar digolongkan dalam tiga kelompok
yaitu:
- Isolasi kuman penyebab demam tifoid, S.typhi, melalui biakan
kuman dari spesimen seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, dan
cairan duodenum
- Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan
menentukan adanya antigen spesifik dari S.typhi
- Pemeriksaan pelacak DNA kuman S.typhi
(Retnosari dan Tumbelaka, 2000).
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap dapat ditemukan leukopenia,
dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis
dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula
dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan
hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfepenia. Laju
endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi
normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus.
c. Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S.typhi.
Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi
dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud uji widal adalah menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita tersangka demam tifoid. Akibat infeksi oleh S.typhi,
pasien membuat antibodi ( aglutinin ) yaitu :
- Aglutinin O, yaitu dibuat karena rangsangan antigen O ( berasal dari
tubuh kuman )
- Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagela
kuman )
- Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simapi
kuman
9. PENATALAKSAAN MEDIS
Prinsip penatalaksanaan demam
tifoid masih menganut trilogi
penatalaksanaan yang meliputi : istirahat
dan perawatan, diet dan terapi penunjang
(baik simptomatik maupun suportif), serta
pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan
pula tatalaksana komplikasi demam tifoid
yang meliputi komplikasi intestinal maupun
ekstraintestinal (Kemenkes, 2006).
a. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di
tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien
diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene
perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
b. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menyebabkan
menurunnya keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan akan menjadi lama