𝑑𝐼𝐴 𝑄1 𝑄2
Loop A : 𝐿 + + =0
𝑑𝑡 𝐶 𝐶
𝑑 2 𝐼𝐴 1 𝑑𝑄1 𝑑𝑄2
𝐿 +𝐶( + )=0
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 2 𝐼𝐴 1
𝐿 + 𝐶 (𝐼𝐴 + 𝐼𝐴 − 𝐼𝐵 ) = 0 (1.22)
𝑑𝑡 2
𝑑𝐼𝐵 𝑄2 𝑄3
Loop B : 𝐿 - + =0
𝑑𝑡 𝐶 𝐶
𝑑 2 𝐼𝐵 1 𝑑𝑄2 𝑑𝑄3
𝐿 + 𝐶 (− − )=0
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 2 𝐼𝐵 1
𝐿 + 𝐶 (−𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 + 𝐼𝐵 ) = 0 (1.23)
𝑑𝑡 2
1
Dengan 𝜔1 = √𝐿𝐶 , yang dikenal dengan mode 1 atau mode rendah.
3
Dengan 𝜔2 = √𝐿𝐶 , yang dikenal dengan mode 2 atau mode tinggi.
Solusi dari sistim seluruh rangkaian, merupakan superposisi linier dari kedua osilasi
harmonik pada persamaan (1.25) dan (1.27)
Tanpa memandang bentuk fisis dari sistim osilasi, misalkan kita mempunyai dua
persamaan differensial orde pertama homogen sebagai berikut :
𝑑2 𝜓1
= −𝑎11 𝜓1 − 𝑎12 𝜓2
𝑑𝑡 2
𝑑2 𝜓2
= −𝑎21 𝜓1 − 𝑎22 𝜓2 (1.28)
𝑑𝑡 2
Kita asumsikan bahwa osilasi mempunyai satu mode normal, artinya kedua derajat
kebebasan 𝜓1 dan 𝜓2 berosilasi dengan frekuensi dan tetapan fase yang sama. Misalkan
solusi kedua persamaan di atas adalah :
Bentuk persamaan ini akan lebih baik, bila diungkapkan dalam bentuk matrik sebagai berikut
−𝜔2 + 𝑎11 𝑎12 𝜓
: ( 2 ) ( 1 )= 0 (1.29)
𝑎21 −𝜔 + 𝑎22 𝜓2
Karena ruas kanan sama dengan nol, maka determinan dari matrik di ruas kiri sama
dengan nol.
Jadi kita peroleh persamaan kuadrat dari 𝜔2 , dan akar-akarnya dapat dicari dengan
menggunakan rumus abc :
Kita juga dapat mengungkapkan perbandingan amplitudo dari masing-masing mode sbb :
𝐴 𝜔12 −𝑎22
Untuk mode 1 : 𝐴1 =
2 𝑎21
𝐴 𝜔22 −𝑎22
Untuk mode 2 : 𝐴1 =
2 𝑎21
Fungsi gangguan 𝜓(𝑡) yang periodik dapat diuraikan sebagai superposisi linier dari
fungsi harmonik sederhana, melalui uraian deret Fourier sebagai berikut :
𝑇
2 2
𝑏𝑛 = 𝑇
∫ 𝜓 (𝑡) sin(𝑛𝜔𝑡) 𝑑𝑡
𝑇 (1.34)
−
2
2𝜋
Dengan n = 0,1,2,3,.... dan 𝜔 = .
𝑇
Uraian Fourier pada persamaan (1.32) memperlihatkan sederetan osilasi harmonik sederhana
dengan amplitudo dan frekuensi yang tertentu.
Untuk fungsi gangguan 𝜓(𝑡) yang tidak periodik dapat diuraikan sebagai superposisi
linier dari fungsi harmonik sederhana, melalui transformasi Fourier (Fourier Transform)
sebagai berikut :
1 ∞
𝜓(𝑡) = 2𝜋
∫−∞ 𝑔 (𝜔)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝜔 (1.35)
Dengan
1 ∞
𝑔(𝜔) = 2𝜋
∫−∞ 𝑓 (𝑡)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 (1.36)
Selain itu, menarik untuk diperhatikan analisis energi potensialnya dari sistim osilasi,
karena enegi potensial sistim osilasi ini mempunyai bentuk yang khas. Ungkapan gaya pulih
dari osilasi harmonis pada pegas F(𝜓) = −𝑘𝜓, dapat pula mengungkapkan fungsi energi
potensialnya, yakni :
𝑥 1
V(𝜓) = − ∫0 𝐹(𝜓). 𝑑𝜓 = 𝑘𝜓 2 (1.37)
2
Jadi fungsi energi potensial V(𝜓) yang sebanding 𝜓2 , mengungkapkan gerak osilasi
harmonis dari sistim tersebut. Sebaliknya dapat ditunjukkan bahwa setiap sistim dengan
fungsi energi potensial yang berharga minimum pada suatu titik tertentu (misalnya 𝜓 = 𝜓0 ),
maka sistim tersebut akan berosilasi disekitar titik 𝜓0 tersebut.
Syarat minimum :
𝑑𝑉 𝑑2 𝑉
| = 0 𝑑𝑎𝑛 | >0 (1.38)
𝑑𝜓 𝜓=𝜓0 𝑑𝜓2 𝜓=𝜓
0
𝑑𝑉 𝑑2 𝑉
V(𝜓)=V(𝜓𝑜 ) + (𝜓 − 𝜓𝑜 ) 𝑑𝜓| + (𝜓 − 𝜓𝑜 )2 𝑑𝜓2 | +⋯
𝜓=𝜓0 𝜓=𝜓0
Mengingat persamaan (1.33), maka persamaan terakhir ini dapat dituliskan dalam bentuk :
𝑑2 𝑉
V(𝜓) − V(𝜓𝑜 ) = (𝜓 − 𝜓𝑜 )2 𝑑𝜓2 | (1.39)
𝜓=𝜓0
Tampak bahwa persamaan (1.39) ini mempunyai bentuk yang sama dengan persamaan
(1.37), ini terpenuhi bila osilasinya mempunyai simpangan (atau aproksimasi) yang kecil.