Anda di halaman 1dari 4

Ketika resonansi, melalui Hukum Kirchoff II, dapat kita tuliskan sebagai berikut

𝑑𝐼𝐴 𝑄1 𝑄2
Loop A : 𝐿 + + =0
𝑑𝑡 𝐶 𝐶

𝑑 2 𝐼𝐴 1 𝑑𝑄1 𝑑𝑄2
𝐿 +𝐶( + )=0
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑 2 𝐼𝐴 1
𝐿 + 𝐶 (𝐼𝐴 + 𝐼𝐴 − 𝐼𝐵 ) = 0 (1.22)
𝑑𝑡 2

𝑑𝐼𝐵 𝑄2 𝑄3
Loop B : 𝐿 - + =0
𝑑𝑡 𝐶 𝐶

𝑑 2 𝐼𝐵 1 𝑑𝑄2 𝑑𝑄3
𝐿 + 𝐶 (− − )=0
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑 2 𝐼𝐵 1
𝐿 + 𝐶 (−𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 + 𝐼𝐵 ) = 0 (1.23)
𝑑𝑡 2

Jumlah kedua persamaan (1.22) dan (1.23) di atas menghasilkan :


𝑑2 (𝐼𝐴 +𝐼𝐵 ) 1
+ + (𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 ) = 0 (1.24)
𝑑𝑡 2 𝐿𝐶

Solusi persamaan (1.24) ini adalah :

𝐼1 = 𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 = 𝐼10 cos(𝜔1 𝑡 − 𝜑1 ) (1.25)

1
Dengan 𝜔1 = √𝐿𝐶 , yang dikenal dengan mode 1 atau mode rendah.

Selisih kedua persamaan (1.22) dan (1.23) menghasilkan :


𝑑2 (𝐼𝐴 −𝐼𝐵 ) 3
= (𝐼𝐴 − 𝐼𝐵 ) (1.26)
𝑑𝑡 2 𝐿𝐶

Solusi persamaan (1.26) ini adalah :

𝐼2 = (𝐼𝐴 − 𝐼𝐵 ) = 𝐼20 cos( 𝜔2 𝑡 − 𝜑2 ) (1.27)

3
Dengan 𝜔2 = √𝐿𝐶 , yang dikenal dengan mode 2 atau mode tinggi.

Solusi dari sistim seluruh rangkaian, merupakan superposisi linier dari kedua osilasi
harmonik pada persamaan (1.25) dan (1.27)

C.3 Sistimatika Solusi Sistim Dua Derajat Kebebasan


Bagaimana bila pada osilasi gandeng pegas, massanya atau konstanta pegasnya tidak
sama ? Bagaimana pula bila pada osilasi gandeng rangkaian LC, induktor atau kapasitornya
tidak sama? Dapatkah diselesaikan dengan cara seperti yang sudah dibicarakan didepan ?
Tentu tidak bisa, dalam pasal ini kita akan membicarakan bentuk umum cara menyelesaikan
osilasi gandeng.

Tanpa memandang bentuk fisis dari sistim osilasi, misalkan kita mempunyai dua
persamaan differensial orde pertama homogen sebagai berikut :

𝑑2 𝜓1
= −𝑎11 𝜓1 − 𝑎12 𝜓2
𝑑𝑡 2

𝑑2 𝜓2
= −𝑎21 𝜓1 − 𝑎22 𝜓2 (1.28)
𝑑𝑡 2

Kita asumsikan bahwa osilasi mempunyai satu mode normal, artinya kedua derajat
kebebasan 𝜓1 dan 𝜓2 berosilasi dengan frekuensi dan tetapan fase yang sama. Misalkan
solusi kedua persamaan di atas adalah :

𝜓𝑛 (𝑡) = 𝐴𝑛 cos(𝜔𝑡 + 𝜙), dengan n : 1,2

Substitusi solusi ini ke dalam persamaan (1.28) diatas, menghasilkan :

(−𝜔2 + 𝑎11 )𝜓1 _ + 𝑎21 𝜓2 = 0

𝑎21 𝜓1 +(−𝜔2 + 𝑎22 )𝜓2 = 0

Bentuk persamaan ini akan lebih baik, bila diungkapkan dalam bentuk matrik sebagai berikut
−𝜔2 + 𝑎11 𝑎12 𝜓
: ( 2 ) ( 1 )= 0 (1.29)
𝑎21 −𝜔 + 𝑎22 𝜓2

Karena ruas kanan sama dengan nol, maka determinan dari matrik di ruas kiri sama
dengan nol.

(−𝜔2 + 𝑎11 ). (−𝜔2 + 𝑎22 ) − 𝑎11 . 𝑎22 = 0

𝜔4 − (𝑎11 + 𝑎22 ). 𝜔2 + 𝑎11 . 𝑎22 − 𝑎12 . 𝑎21 = 0

Jadi kita peroleh persamaan kuadrat dari 𝜔2 , dan akar-akarnya dapat dicari dengan
menggunakan rumus abc :

2 𝑎11 + 𝑎22 𝑎11 + 𝑎22 2


𝜔1,2 = ± √( ) − (𝑎11 𝑎22 − 𝑎12 + 𝑎21 ) (1.30)
2 2

Kita juga dapat mengungkapkan perbandingan amplitudo dari masing-masing mode sbb :

𝐴 𝜔12 −𝑎22
Untuk mode 1 : 𝐴1 =
2 𝑎21

𝐴 𝜔22 −𝑎22
Untuk mode 2 : 𝐴1 =
2 𝑎21

Superposisi umum dari kedua mode tersebut adalah :

𝜓1 (𝑡) = (𝐴1 )𝑚𝑜𝑑𝑒1 𝐶𝑜𝑠 (ω1 𝑡 + 𝜑) + (𝐴1 )𝑚𝑜𝑑𝑒2 𝐶𝑜𝑠 (ω2 𝑡 + 𝜙)


𝜓2 (𝑡) = (𝐴2 )𝑚𝑜𝑑𝑒1 𝐶𝑜𝑠 (ω1 𝑡 + 𝜙) + (𝐴2 )𝑚𝑜𝑑𝑒2 𝐶𝑜𝑠 (ω2 𝑡 + 𝜙) (1.31)

D. Analisis Osilasi Harmonis

Fungsi gangguan 𝜓(𝑡) yang periodik dapat diuraikan sebagai superposisi linier dari
fungsi harmonik sederhana, melalui uraian deret Fourier sebagai berikut :

𝜓(𝑡) = 𝑎0 + ∑𝑛=1{𝑎𝑛 cos(𝑛𝜔𝑡) + 𝑏𝑛 sin(𝑛𝜔𝑡)} (1.32)

Dengan 𝑎𝑛 dan 𝑏𝑛 disebut koefisien-koefisien Fourier.


𝑇
2 2
𝑎𝑛 = 𝑇
∫ 𝜓 (𝑡) cos(𝑛𝜔𝑡) 𝑑𝑡
𝑇 (1.33)

2

𝑇
2 2
𝑏𝑛 = 𝑇
∫ 𝜓 (𝑡) sin(𝑛𝜔𝑡) 𝑑𝑡
𝑇 (1.34)

2

2𝜋
Dengan n = 0,1,2,3,.... dan 𝜔 = .
𝑇

Uraian Fourier pada persamaan (1.32) memperlihatkan sederetan osilasi harmonik sederhana
dengan amplitudo dan frekuensi yang tertentu.

Untuk fungsi gangguan 𝜓(𝑡) yang tidak periodik dapat diuraikan sebagai superposisi
linier dari fungsi harmonik sederhana, melalui transformasi Fourier (Fourier Transform)
sebagai berikut :
1 ∞
𝜓(𝑡) = 2𝜋
∫−∞ 𝑔 (𝜔)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝜔 (1.35)

Dengan
1 ∞
𝑔(𝜔) = 2𝜋
∫−∞ 𝑓 (𝑡)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑑𝑡 (1.36)

Persamaan (1.35) menunjukkan bahwa gangguan yang tidak periodik dapat


dinyatakan sebagai superposisi linier dari fungsi harmonik dalam spektrum 𝜔 yang kontinu.

Selain itu, menarik untuk diperhatikan analisis energi potensialnya dari sistim osilasi,
karena enegi potensial sistim osilasi ini mempunyai bentuk yang khas. Ungkapan gaya pulih
dari osilasi harmonis pada pegas F(𝜓) = −𝑘𝜓, dapat pula mengungkapkan fungsi energi
potensialnya, yakni :
𝑥 1
V(𝜓) = − ∫0 𝐹(𝜓). 𝑑𝜓 = 𝑘𝜓 2 (1.37)
2

Jadi fungsi energi potensial V(𝜓) yang sebanding 𝜓2 , mengungkapkan gerak osilasi
harmonis dari sistim tersebut. Sebaliknya dapat ditunjukkan bahwa setiap sistim dengan
fungsi energi potensial yang berharga minimum pada suatu titik tertentu (misalnya 𝜓 = 𝜓0 ),
maka sistim tersebut akan berosilasi disekitar titik 𝜓0 tersebut.
Syarat minimum :

𝑑𝑉 𝑑2 𝑉
| = 0 𝑑𝑎𝑛 | >0 (1.38)
𝑑𝜓 𝜓=𝜓0 𝑑𝜓2 𝜓=𝜓
0

Fungsi potensial V(𝜓) ekspansikan kedalam deret Taylor untuk 𝜓 = 𝜓0 , maka

𝑑𝑉 𝑑2 𝑉
V(𝜓)=V(𝜓𝑜 ) + (𝜓 − 𝜓𝑜 ) 𝑑𝜓| + (𝜓 − 𝜓𝑜 )2 𝑑𝜓2 | +⋯
𝜓=𝜓0 𝜓=𝜓0

Mengingat persamaan (1.33), maka persamaan terakhir ini dapat dituliskan dalam bentuk :

𝑑2 𝑉
V(𝜓) − V(𝜓𝑜 ) = (𝜓 − 𝜓𝑜 )2 𝑑𝜓2 | (1.39)
𝜓=𝜓0

Tampak bahwa persamaan (1.39) ini mempunyai bentuk yang sama dengan persamaan
(1.37), ini terpenuhi bila osilasinya mempunyai simpangan (atau aproksimasi) yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai