Anda di halaman 1dari 5

EJURNAL IMEDTECH EISSN 2580-6033

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN INKLUSIF RAMAH TERHADAP PEMBELAJARAN (LIRP)


BAGI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BULELENG, THE DEVELOPMENT OF INCLUSIVE
ENVIRONMENT FOR BULELENG SUB-DISTRICT ELEMENTRY SCHOOL

Anak Agung Gede Agung¹, Ketut Pudjawan2, Gde Putu Arya Oka3
1,2)
Dosen Teknologi Pendidikan Undiksha, 3) Dosen STKIP Citra Bakti
Email: agung2056@yahoo.co.id

Abstrak

Pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan mewujudkan lingkungan


inklusif ramah terhadap pembelajaran terinspirasi dari: (1) setiap orang belum dapat
berbagi visi tentang bagaimana belajar, bekerja, dan bermain bersama; (2) sekolah
saat ini hanya terkesan hanya “mentransfer” pengetahuan dan tidak mengajarkan
kecakapan hidup dan gaya hidup sehat; (3) masih terjadi atau adanya kekerasan
terhadap anak; (4) sulit mendorong pendidikan dan tenaga kependidikan, anak,
keluarga, dan masyarakat untuk saling membantu; (5) sekolah tidak maksimal
mempertimbangkan kebutuhan, minat, dan hasrat pendidik; (6) Lingkungan sekolah
tidak ramah.
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah pengabdian ini menggunakan metode
pelatihan dengan sejumlah karya usai pelatihan sebagai berikut: (1) hasil repleksi buku
1 yang membahas “Menjadikan Lingkungan Insklusif, Ramah terhadap Pembelajaran;
(2) Deskripsi buku 2 yang membahas “Hubungan antara Masyarakat-Guru-orangtua
dalam Menciptakan LIRP; (3) Deskripsi buku 3 yang membahas “Mengajak semua
anak untuk bersekolah dan belajar; (4) rancangan-rancangan bagaimana belajar
sesuai buku 4, 5 dan 6.
Sebagai kesimpulan adalah sekolah sudah ada pemahanan tentang konsep
inklusif kendati beberapa hal tidak bisa terwujud dalam waktu singkat. Lingkungan
inklusif memerlukan kerjasama dan dukungan semua pihak. Namun demikian
pemahaman akan konsep inklusif sangat bermanfaat untuk sekolah, guru, masyarakat
dan peserta didik

Abstrac

Community service (P2M) through training to realize the inclusive learning-friendly


inspired from: (1) every person has not been able to share a vision of how to learn,
work, and play together; (2) The school is currently only impress only "transfer" of
knowledge and does not teach life skills and healthy lifestyles; (3) is still going on or
violence against children; (4) it is difficult to encourage education and educators,
children, families, and communities to help each other; (5) school was not optimal
considering the needs, interests, and desires educators; (6) The school environment is
not friendly.
Under the framework of this devotion problem solving using a training method with
a number of works result after training as follows: (1) results reflection first book that
discusses "Making Inclusive Environment, Learning Friendly; (2) Description second
books that discuss "The relationship between the Community-teacher-parent in
Creating Toolkit; (3) Description third books that discuss "Encouraging all children to
school and learn; (4) drafts in accordance learn how books fourth, fifth and sixth.
As a conclusion is an existing school understanding of the concept of inclusive
although some things cannot be realized in a short time. Inclusive environment requires
the cooperation and support of all parties. However, understanding the concept of
inclusive very useful for schools, teachers, community and learners.

IMEDTECH VOL.1 NO.1 MEI 2017 68


EJURNAL IMEDTECH EISSN 2580-6033

Kata-kata kunci: Inklusif, pembelajaran, pelatihan

1.PENDAHULUAN sistem pendidikan yang ada. Oleh karena itu,


Forum Pendidikan Dunia yang diadakan belajar senantiasa secara terus-menerus
di Dakar, Senegal, April 2000 menentukan melalui pengamatan, berbagi pengalaman,
tujuan keduanya, yakni: “memastikan bahwa mengikuti workshop, membaca buku, dan
pada tahun 2015 semua anak, dengan menggali informasi dari berbagai sumber.
penekanan khusus pada anak perempuan, Pelaksanaan pengabdian berangkat dari
anak dalam keadaan yang sulit dan anak dari suatu fenomena yang mengilhami sebagai
etnis minoritas, memiliki akses terhadap berikut: (1) setiap orang belum dapat berbagi
pendidikan dasar yang wajib dan bebas biaya visi tentang bagaimana belajar, bekerja, dan
dengan kualitas yang baik” (UNESCO, bermain bersama; (2) sekolah saat ini hanya
2005a). terkesan hanya “mentransfer” pengetahuan
Dengan melaksanakan tujuan ini berarti dan tidak mengajarkan kecakapan hidup dan
meningkatkan jumlah dan tingkat kelulusan gaya hidup sehat, agar peserta didik dapat
anak di sekolah; menghilangkan bias di melindungi diri dari penyakit dan bahaya. (3)
dalam sekolah, sistem pendidikan nasional masih terjadi atau adanya kekerasan
dan kurikulum; dan menghilangkan terhadap anak, pemukulan atau hukuman
diskriminasi sosial dan budaya yang fisik; (4) sulit mendorong pendidikan dan
membatasi tuntutan untuk pendidikan anak tenaga kependidikan, anak, keluarga, dan
dengan latar belakang dan kemampuan yang masyarakat untuk saling membantu. Dimana
beranekaragam. anak beserta guru bertanggungjawab
Sekolahharus menyenangkan(UNESCO, terhadap pembelajaran dan secara aktif
2005c), dan ini hanya bisa diwujudkan jika berpartisipasi di dalamnya. Belajar berkaitan
seluruh komponen dalam sistem pendidikan erat dengan materi yang dibutuhkan dan
itu memahami bagaimana mewujudkan bermakna dalam kehidupan anak; (5)
lingkungan sekolah yang inkslusif. sekolah tidak maksimal mempertimbangkan
Seharusnya sekolah harus inklusif. Dimana kebutuhan, minat, dan hasrat pendidik; (6)
inklusi merupakan perubahan praktis yang Lingkungan sekolah tidak ramah dimana
memberi peluang anak dengan latar yang seharusnya terjadi adalah lingkungan
belakang dan kemampuan yang berbeda pembelajaran yang ramah berarti ramah
bisa berhasil dalam belajar (UNESCO, kepada anak dan guru. Artinya, Anak dan
2005b). Perubahan ini tidak hanya guru belajar bersama sebagai suatu
menguntungkan anak yang sering komunitas belajar. Menempatkan anak
tersisihkan, seperti anak berkebutuhan sebagai pusat pembelajaran. Mendorong
khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya, partisipasi aktif anak dalam belajar dan Guru
semua guru dan administrator sekolah, dan memiliki minat untuk memberikan layanan
setiap anggota masyarakat (UNESCO, pendidikan yang terbaik.
2005a).
Namun, nasib baik sekolah umum tidak 2. METODE
serta merta dapat dinikmati dengan adil oleh Dalam pelaksanaan pengabdian
sekolah luar biasa. Mengajar anak dengan Mewujudkan Lingkungan Insklusif Ramah
beragam latar belakang apalagi terhadap Pembelajaran (LIRP)
berkebutuhan khusus merupakan sebuah mempergunakan metode pelatihan. Metode
tantangan yang menarik. Membutuhkan ini dipilih berdasarkan analisis pada kerangka
pemahaman yang cukup mendalam agar pemecahan masalah pengabdian. Karena
dapat memberikan pelayanan pendidikan keterbatasan kemampuan baik dana dan
yang patut kepada semua anak waktu tidak memungkinkan untuk
didik(UNESCO, 2005d). Tidak ada manusia melaksanan pengabdian dalam bentuk studi
lahir dengan pengetahuan yang utuh, tetapi banding keluar daerah.
ia dilahirkan dengan naluri belajar. Metode pelatihan dipilih karena: (1)
(UNESCO, 2005c) Namun, seringkali naluri peserta harus memahami paradigm LIRP dan
belajar anak dengan keingintahuannya yang hal ini hanya mungkin melalui pembelajaran
besar terbunuh secara perlahan-lahan dalam tatap muka; (2) perangkat LIRP harus

IMEDTECH VOL.1 NO.1 MEI 2017 69


EJURNAL IMEDTECH EISSN 2580-6033

dipraktekkan dan didiskusikan dengan dalam bahasa mereka dan dituangkan dalam
peserta yang lain, oleh karena itu metode bentuk dokumen tentang pola dan gagasan
pelatihan diyakini mampu mencapai tujuan yang mungkin dilaksanakan terkait dengan
perangkat LIRP; dan (3) dengan pelatihan bagaimana membangun sekolah-
lebih mudah untuk mengevaluasi program masyarakat-guru-orangtua.
yang dilaksanakan, ketimbang studi banding Deskripsi peserta yang bersumber dari
dan kunjungan ke luar daerah. tool kit buku dua seperti misalnya,
bagaimana strategi menjalin kerjasama,
3.HASIL DAN PEMBAHASAN memelihara komunikasi dan strategi
Pelatihan LIRP sebagai bentuk melaksanakan penyuluhan serta
pengabdian kepada masyarakat dirancang membangkitkan kesadaran kepada
untuk mampu menghasilkan sesuatu yang masyarakat.
konkrit selama dan setelah pelatihan. Peserta Deskripsi Buku 3, peserta pelatihan
pelatihan setelah memproleh gambaran menggambarkan dengan cara membuat profil
paradigma bagaimana mewujudkan seorang anak. Dengan studi kasus dan
lingkungan sekolah yang inklusif, bagaimana menggunakan asal sekolah masing-masing,
mengidentifikasi awal sekolah dengan peserta pelatihan menyusun sebuah profil
kreteria LIRP berikutnya peserta bekerja anak mengacu pada prosedur yang tertuang
berkelompok untuk mengkaji kondisi sekolah pada perangkat LIRP buku 3.
masing-masing, dituangkan dan dicocokan Rancangan buku 4, setiap peserta
dengan perangkat LIRP. diwajibkan untuk merefleksi proses belajar
Selama pelatihan peserta dituntut untuk yang selama ini diberikan kepada peserta
mampu menggambarkan bagaimana didik dimana mereka bertugas. Refleksi awal
mewujudkan sekolah yang ramah terhadap ini seperti misalnya, bagaimana proses
pembelajaran. Beberapa dokumen telah belajar yang telah dilaksanakan, bagaimana
dihasilkan dalam pelatihan ini, sebagai cara menangani keberagaman, dan
berikut; (1) hasil repleksi buku 1 yang bagaimana guru menciptakan pembelajaran
membahas “Menjadikan Lingkungan yang bermakna. Setelah refleksi peserta di
Insklusif, Ramah terhadap Pembelajaran; (2) tuntun untuk membuat sebuah strategi
Deskripsi buku 2 yang membahas bagaimana menciptakan kelas insklusif.
“Hubungan antara Masyarakat-Guru- Rancangan buku 5, sebagaimana
orangtua dalam Menciptakan LIRP; (3) kehendak kita bersama, anak-anak ketika
Deskripsi buku 3 yang membahas “Mengajak belajar didalam kelas, mereka semua
semua anak untuk bersekolah dan belajar; seharusnya dalam kondisi belajar yang
(4) rancangan-rancangan bagaimana belajar menyenangkan. Sesuai perangkat, para
sesuai buku 4, 5 dan 6. peserta diwajibkan untuk melakukan repleksi
mendalam terkait dengan pengelolaan kelas
3.1 PEMBAHASAN yang selama ini mereka lakukan. Bekerja
Hasil repleksi buku 1, peserta pelatihan dengan perangkat buku 5, peserta dituntuk
membuat catatan repleksi yang dituangkan untuk membuat dan memodifikasi model
dalam buku kerja didiskusikan dengan pengelolaan kelas yang benar-benar mampu
peserta pelatihan. Catatan repleksi sebagai mewujudkan suasana anak nyaman dan
bahan dan kaji tindak awal bagi peserta senang belajar didalam kelas.
dalam mewujudkan LIRP di sekolah masing- Rancangan buku 6, sebagai deksripsi
masing. terakhir, peserta membuat uraian tentang
Peserta bekerja dengan buku 1 yang bagaimana mewujudkan lingkungan yang
merupakan toolkit untuk memahami konsep belajar yang aman dan sehat. Peserta
dan paradigm LIRP. Catatan repleksi peserta menggali dan menuangkan dalam deskripsi
misalnya repleksi terhadap dimensi masing-masing, untuk dijadikan kerangka
hubungan, situasi kelas, pengaturan tempat kerja di sekolah masing-masing dimana
duduk, media belajar, sumber belajar dan mereka bertugas.
evaluasi. Semua catatan ini didiskusikan
secara efektif antar peserta pelatihan. KESIMPULAN
Deskripsi Buku 2, peserta pelatihan Dalam pelatihan mewujudkan
mendeskripsikan atau menggambarkan lingkungan yang inklusif ramah terhadap

IMEDTECH VOL.1 NO.1 MEI 2017 69


EJURNAL IMEDTECH EISSN 2580-6033

pembelajaran ditemukan beberapa hal pelatihan yang diberikan oleh narasumber


sebagai berikut: Dalam pelaksanaannya mendapat pencerahan. Seluruh peserta juga
tingkat kehadiran peserta adalah 100%. Hal menyatakan sangat setuju relevansi konten
ini sudah melampaui target kehadiran yang yang disajikan. Kemudian mengenai
semula ditetapkan 85%. Kehadiran/presensi rancangan pelatihan sebanyak 50%
ini merupakan indikasi positif, dalam arti menyatakan “setuju” dengan strategi
peserta telah memiliki kecenderungan yang pelatihan dan 50% menyatakan “sangat
tinggi terhadap usaha mewujudkan setuju”. Artinya, konsep pelatihan dengan
lingkungan sekolah yang inklusif dan ramah bauran metode simulasi-tanya jawab sangat
terhadap pembelajaran. dinikmati oleh peserta pelatihan. Kemudian,
Sedangkan pemahaman peserta pada pemilihan narasumber, seluruh peserta
sebelum dimulai pelatihan menyangkut (100%) berpendapat sangat setuju dengan
tentang: penentuan topik, kapabilitas, jenis- nara sumber yang dihadirkan. Hal senada
jenis belajar dan merumuskan tujuan juga berlaku untuk penguasaan materi oleh
sepertinya sebagian peserta belum paham. nara sumber dan efektifitas penyelenggaraan
Misalnya dalam mengenal topik muatan pelatihan, dimana 100% peserta menyatakan
pembelajaran, seluruh peserta mampu sangat setuju. Terakhir mengenai alokasi
mengidentifikasi masalah yang diberikan. waktu 100% peserta menyatakan waktu
Namun, ketika saatnya untuk pelatihan tidak lama.
menggambarkan kapabilitas belajar, Dari pembahasan di atas, dapat
mayoritas peserta belum memahami diinterpretasikan bahwa pelatihan ini telah
kapabilitas belajar. Padahal kapabilitas ini berjalan dengan baik dengan tingkat
adalah kompetensi pedagogis yang pemahaman yang baik. Kemudian
seharusnya bisa dengan mudah bagaimana selanjutnya pemahaman ini di
digambarkan. Hal yang sama juga terjadi tindaklanjuti ditempat masing-masing mereka
ketika peserta disuruh membuat jenis-jenis bertugas. Harapan kami adalah konsep yang
belajar. Hampir seluruh peserta melakukan sudah dipahami dapat di implementasikan
hal yang sama. Hanya pada tahap penentuan pada proses belajar.
tema dari suatu topik 85% peserta mampu Program kegiatan yang dilaksanakan ini
mengembangkan dengan baik. Kemudian diharapkan berdampak pada guru,
pada perumusan tujuan ditemukan, masyarakat dan peserta didik. Manfaat dari
keterampilan peserta merumuskan tujuan pelatihan adalah sebagai berikut: (1)
pembelajaran dalam skala cukup baik. Mendapat kesempatan belajar cara mengajar
Berikutnya, pemahaman peserta yang baru dalam melakukan pembelajaran
selama pelatihan yang diuji dengan bagi anak yang memiliki latar belakang dan
instrument terhadap peristiwa pembelajaran kondisi yang beragam; (2) Membangun
dari simulasi yang dibawakan oleh nara pengetahuan baru bagaimana anak belajar
sumber menunjukkan hasil sebagai sebagai dan apa yang anak fikirkan, sambil melihat
berikut. (1) Seluruh peserta pelatihan mampu peluang mengembangkan sikap positif; (3)
mengindetifikasi 9 peristiwa pembelajaran Mengajar bukan suatu beban, tetapi sesuatu
yang dibawakan oleh nara sumber. Artinya hal yang menyenangkan; (4) Peluang emas
proses belajar harus menyajikan 9 peristiwa untuk memperkuat gugus dan kelompok kerja
pembelajaran yang notabene adalah teori guru (KKG), di mana antar guru saling
klasik keberhasilan belajar tatap muka. (2) belajar; (5) Mendorong anak menjadi lebih
dalam mengidentifikasi strategi yang kreatif, dan pembelajaran yang lebih
digunakan model dalam pelatihan, menyenangkan; (6) Orang tua dan anak akan
pemahaman peserta ternyata dalam skala memberikan umpan balik secara positif dan
kurang. Diduga bahwa, peserta belum mereka mendukung program yang ada di
memahami strategi dalam belajar. Hal ini sekolah; (7) Guru mendapat pengalaman
Nampak bahwa peserta mencampuradukkan yang lebih luas dan profesional.
antara strategi dan metode serta model. Sedangkan manfaat bagi bagi
Terakhir adalah tanggapan peserta masyarakat adalah (1) Masyarakat menjadi
terhadap nara sumber yang ditampilkan cerdas, merasa bangga ketika lebih banyak
pelaksana dalam pelatihan. Seluruh peserta anak mengikuti pembelajaran di sekolah; (2)
menyatakan sangat setuju bahwa setelah Masyarakat menemukan lebih banyak “calon

IMEDTECH VOL.1 NO.1 MEI 2017 70


EJURNAL IMEDTECH EISSN 2580-6033

pemimpin masa depan” yang disiapkan Fasific Bureau for Education:


untuk berpartisipasi aktif di masyarakat; (3) Bangkok.
Masyarakat dilibatkan mengatasi masalah
sosial seperti kenakalan dan masalah UNESCO. 2005c. Creating an Inclusive,
remaja sehingga bisa dikurangi; dan (4) Learning-Friendly Classroom. Second
Masyarakat menjadi lebih dekat dengan Edition.Unesco Asia and Regional
sekolah karena terlibat langsung dan aktif di Fasific Bureau for Education:
sekolah. Bangkok.
Bagi Peserta Didik manfaatnya adalah
(1) Menumbuhkembangkan rasa percaya diri UNESCO. 2005d. Getting All Children In
dan harga diri; (2) Mereka bangga dengan School and Learning. Second
prestasi yang diperoleh; (3) Mereka belajar Edition.Unesco Asia and Regional
bagaimana belajar mandiri di dalam dan di Fasific Bureau for Education:
luar sekolah; (3) Mereka dapat menggali Bangkok.
berbagai pertanyaan yang baik,
memahaminya, dan menerapkannya dalam UNESCO. 2005e. Managing an Inclusive,
kehidupan bersekolah dan sehari-hari; (4) Learning-Friendly Classroom. Second
Mereka belajar dan bersekolah dengan Edition.Unesco Asia and Regional
senang bersama teman-temannya, termasuk Fasific Bureau for Education:
mengasah kepekaan dalam menyikapi Bangkok.
perbedaan. Semua anak akan belajar meraih
nilai-nilai yang ada dalam hubungan sosial. UNESCO. 2005f. Working wit Families and
Tanpa membedakan latar belakang dan Communities to Create an ILFE. Second
kemampuan; (5) Mereka menjadi lebih Edition.Unesco Asia and Regional Fasific
kreatif, dan menjaga perkembangan belajar Bureau for Education: Bangkok
mereka dengan baik; (6) Mereka
menghargai pesan budaya yang sesuai
dengan tradisi yang mereka anut; (7) Mereka
menghargai perbedaan sebagai sesuatu
yang wajar; (8) Mereka mengembangkan
kecakapan berkomunikasi dengan produktif
mempersiapkan kehidupan mereka yang
lebih baik; dan (9) Mereka belajar
menghargai diri sendiri dan orang lain

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. 2013. Panduan
Pelaksanaan Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat di
Perguruan Tinggi Edisi IX. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

UNESCO. 2005a. Becoming an inclusive:


Learning-Friendly Environment.
Second Edition.Unesco Asia and
Regional Fasific Bureau for
Education: Bangkok.

UNESCO. 2005b. Creating a Healthy and


Protective ILFE . Second
Edition.Unesco Asia and Regional

IMEDTECH VOL.1 NO.1 MEI 2017 71

Anda mungkin juga menyukai