Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

RHINO SINUSITIS KRONIS

A. PENGERTIAN
Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah
rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari
rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di
daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis
b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung
c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung
d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang
disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di
produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir
ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang
mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada
tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus. Jadi sinusitis terjadi
karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap
di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,
sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia,
dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi
dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di
sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
B. KLASIFIKASI
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3
minggu.
Macam-macam sinusitis akut : sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut,
sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8
minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
C. ETIOLOGI
a. Pada Sinusitis Akut, yaitu:
a) Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b) Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c) Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d) Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
e) Septum nasi yang bengkok
f) Tonsilitis yg kronik
b. Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
a) Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
b) Alergi
c) Karies dentis ( gigi geraham atas )
d) Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
e) Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f) Tumor di hidung dan sinus paranasal.
D. PATOFISIOLOGI
Kuman menyebar keseluruh nafas Tekanan pada sinus meningkat Batuk-batuk
Nyeri
E. MANIFESTASI KLINIS
Anamesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas ,berupa pilek,dan batuk
yang lama lebih dari 7hari:
a. Sinusitis akut ,mempunyai gejala subyektif yang terbagi atas gejala sistemik
yaitu demam dan rasa lesu,serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat , ingus
kental yang kadang berbau dan mengalir kenasofaring (post nasal drip),halifosis
(mulut yang berbau busuk ),sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari,nyeri
didaerah sinus yang terkena serta kadang nyeri alih ketempat lain.gejala objektif
,tampak pembekakan didaerah muka.pada sinusitis akut merupakan manifestasi
klink yang dimulai dengan adanya tanda-tanda peradangan pada daerah
tersebut,hal ini sama dengan manifestasi klinis pada sinusitis subakut
merupakan tanda-tanda radang akutny mulai mereda.
b. Sinusitis kronik merupakan gejala subjektif bervariasi dari ringan hingga berat
seperti:
a) gejala hidung dan nasofaring,berupa sekret dihidung dan nasofaring (post
nasal drip).sekret dinasofaring secara terus menerus akan menyebabkan
batuk kronik
b) gejala faring berupa rasa tidak nyaman di tenggorok
c) gejala saluran nafas ,berupa batuk dan kadang komplikasi diparu
d) gejala saluran cerna dapat terjadi gasoentritis akibat mukopus yang tertelan
e) nyeri,kepala biasanya pada pagi hari dan berkurang disiang hari
f) gejala mata,akibat perjalanan infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di
meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak keluar dari meatus superior.
a) Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
b) Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)
c) Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
d) X Foto sinus paranasalis:
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan
Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan
udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.
Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di
bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien
sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama
untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi
Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus
frontal, sphenoid dan etmoid
e) Pemeriksaan CT -Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada
pemeriksaan CT-Scan :
1. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level: Polip yang
mengisi ruang sinus, polip antrokoanal, massa pada cavum nasi yang
menyumbat sinus, mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang
berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan
gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan
kadang-kadang pengapuran perifer.
b. Pemeriksaan di setiap sinus
a. Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat
terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak
membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok,
terdapat ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut dan
ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal gambar
bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu
kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan
terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga
kedua belah (bilateral ).
b. Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan
hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.
c. Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar
gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk
sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap
pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto
roentgen daerah sinus frontal berselubung.
d. Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen
G. PENATALAKSANAAN
Pencucian sinus paranasal :
a. Pada sinus maksila
Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan larutan garam
fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya memasukkan kapas yang telah
diteteskan xilokain dan adrenalin ke daerah meatus inferior. Setelah 5 menit, kapas
dikeluarkan, lalu dengan trokar ditusuk di bawah konka inferior, ujung trokar
diarahkan ke batas luar mata. Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial
tembus, maka jarum trokar dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di
dalam sinus maksila. Pipa itu dihubungkan dengan semprit yang berisi larutan garam
fisiologis, atau dengan balon yang khusus untuk pencucian sinus itu.
Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk membuka mulut. Air
cucian sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung di tempat bengkok.
Tindakan ini diulang 3 hari kemudian. Karena sudah ada lubang fungsi, maka untuk
memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi tindakan seperti ini dapat
menimbulkan kemungkinan trokar menembus melewati sinus ke jaringan lunak
pipi,dasar mata tertusuk karena arah penusukan salah, emboli udara karena setelah
menyemprot dengan air disemprotkan udara dengan maksud mengeluarkan seluruh
cairn yang telah dimasukkan serta perdarahan karena konka inferior tertusuk. Lubang
fungsi ini dapat diperbesar, dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan
memakai alat, yaitu busi. Tindakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di kamar
bedah, dengan pasien yang diberi anastesi.
b. Pada sinus frontal, etmoid dan sphenoid
Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah dengan pasien
ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Kedalam hidung diteteskan HCL
efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus menyebut “kek-kek” supaya HCL efedrin yang
diteteskan tidak masuk ke dalam mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak
dibawah ( yaitu sinus paranasal, oleh karena kepala diletakkan ebih rendah dari
badan). Ke dalam lubang hidung dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan dengan
alat pengisap untuk menampung ingus yang terisap dari sinus. Pada pipa gelas itu
dibuat lubang yang dapat ditutup dan dibuka dengan ujung jari jempol. Pada waktu
lubang ditutup maka akan terisap ingus dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini,
lubang di pipa tidak ditutup. Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali
seminggu.
Pembedahan, dilakukan :
a) bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.
b) bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal
c) Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan) dengan CT scan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajan :
1. Biodata :
Nama,umur,jenis kelamin,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan,alamat,dll.
2. Keluhan utama:
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada kepala sinus dan tenggorokan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien 5 unsur PQRST
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Merupakan faktor pencetus timbulnya sinusitis,yaitu:
 Apakah klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma?
 Apakah klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT?
 Apakah klien pernah menderita sakit gigi geraham?
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang?atau penyakit lain seperti
hipertensi,Dm(Diabetes Millitus)
6. Riwayat PsikoSosial-Spritual:
a. Psikologis:perasan yang dirasakan oleh klien cemas/sedih?
b. Sosial:Bagaimana hubungan klien dengan orang terdekat klien maupun
dengan lingkungannya terutama diRumah Sakit?
c. Apakah klien tetap menjalankan ibadahnya selama perawatan diRumah Sakit?
Pemeriksaan Fisik
 Observasi tanda-tanda vital
TD : (tekanan darah)
N : (nadi)
S : (suhu)
P : (pernafasan)
 Keadaan Umum:
Biasanya klien terlihat lemah,namun tampak sakit pada daerah kepala
sinus(daerah rongga/saluran tempat nanah keluar)
 Melakukan observasi tingkat kesadaran:
a. Compos mentis:sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan
tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis:keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan disekitarnya,sikap acuh tak acuh.
c. Somnolen:keadaan kesadaran yang mau tidur saja.dapat dibangunkan
dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi
d. Delirium:keadaan kacau motorik yang sangat,memberontak,berteriak,dan
tidak sadar terhadap orang lain tempat dan waktu
e. Sopor/Semi sopor :keadaan kesadaran yang menyerupai koma,reaksi
hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
f. Koma:keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan apapun
Pada umumnya tingkat kesadaran Compos mentis,dengan GCS:456
Pemenuhan kebutuhan sehari hari
 Pola makan :
Kaji kebisaan pola makan klien selama dirumah ataupun dirumah
sakit.biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
hidung.
 pola minum :
Kaji kebiasaan pola minum klien selama dirumah sakit.apakah pola minum
klien teratur atau tidak?pola kebiasaan minum klien biasanya dalam batas
normal sekitar (7-8 gelas perhari)dengan jumlah 1750-2000cc/hari.
 Eliminasi Alvi(BAB):
Pola teratur 1kali sehari dengan konsistensi lunak dan warna kunin
 Eliminasi Urine(BAB):
Pola kebiasaan urine biasanya dalam batas normal (5-6kali/hari)dengan
warna kuning jernih
 Istirahat Tidur
Pola tidur klien terganggu karena klien merasa tidak dapat istirahat
disebabkan klien sering pilek
 Aktivitas
Membatasi kegiatan yang berlebihan
Pengkajian persistem
 Sistem Muskolosekeletal
o Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.
o Inspeksi (pada bagian luar)
o Perhatikan bentuk tulang hidung
o Amati jika ada perubahan warna dan bengkak
Palpasi
o Amati jika ada rangsangan nyeri
Skala nyeri : 0 – 3 (ringan)
4 – 7 (sedang)
8 – 10 (berat)
o Adakah krepitasi pada tulang hidung (lakrimaris)
 Sistem Penglihatan
Pergerakan bola mata kadang-kadang dirasakan nyeri pada bola mata atau
dibelakangnya dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan
 Sistem Pernafasan :
o Inspeksi : Amati, jika ada pembengkakan di daerah sekitar mata-mata
o Palpasi :
a. Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan
nyeri di seluruh kepala
b. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks,oksipital, di belakang bola
mata dan di daerah mastoid
o Adanya gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena
tersumbatnya tuba Eustachius
o Adanya nyeri/ sakit kepala pada pagi hari dan akan berkurang di siang
hari
o Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat
komplikasi di paru berupa asma bronkial sehingga terjadi penyakit
sinobronkitis kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret
di nasofaring yang menganggu.
 Sistem kardiovaskuler:
Biasanya bunyi jantung normal,pola nadi normal
 Sistem Persyarafan :
o Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 456
Sedangkan pada sistem syaraf (nervus) dipengaruhi oleh saraf
penghidu nervus I, offaktorius jika terjadi kelainan pada sistem
penghidu
 Sistem Pencernaan :
o Adanya gejala pada saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan
dapat menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak
 Sistem Reproduksi :
o Tidak adanya penyakit kelamin, scrotum normal (laki-laki).
 Sistem Perkemihan :
Tidak adanya perubahan pada warna urine,tidak terdapat Albumin dalam
kemih (protein yang terdapat pada jaringan tubuh)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi (penumpukan secret
hidung) sekunder dari peradangan sinus
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus
makan menurun sekunder dari peradangan sinus
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu,nyeri sekunder
dari proses peradangan

c. Intervensi dan Rasionalnya

Diagnosa Keperawatan 1
Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi (penumpukan sekret hidung)
sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : jalan nafas efektif setelah sekret (seous, purulen)dikeluarkan
Kriteria hasil :
 Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
 Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji penumpukan sekret yang ada a. Mengetahui tingkat keparahan dan
tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi
b. Obsevasi tanda-tanda vital
c. Kerjasama untuk meghilangkan
penumpukan sekret/masalah

c. Kolaborasi dengan tim medis


untuk pembersihan sekret
Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
 Klien tidak menyeringai kesakitan
INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat nyeri klien a. Mengetahui tigkat nyeri klien


dalam menentukan tindakan
b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri
selanjutnya
pada klien serta keluarganya
b. Dengan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi dalam
c. Ajarkan tekhnik relaksasi dan
perawatan untuk mengurangi nyeri
distraksi
c. Klien mengetahui tekhnik distraksi
d. Observasi tanda-tanda vital dan dan relaksasi sehingga dapat
keluahan klien mempraktekkannya bila mengalami
e. Kolaborasi dengan tim medis : nyeri
d. Mengetahui keadaan umum dan
1). Terapi Konservatif :
perkembangan kondisi klien.
e. Menghilangkan/menguragi keluhan
- Obat Acetaminopen, Aspirin, obat sakit
nyeri klien
kepala berupa puyer atau tablet.
Dekongestan Hidung (obat tetes hidung)
enase, hanya
diberikan untuk waktu yang terbatas 5
sampai 10 hari.

- Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat


dilakukan dari dalam hidung (intranasal)
atau dengan operasi dari luar
(eksternasal), seperti pada operasi killian.
Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan
dari dalam hidung (intranasal)
2). Pembedahan :

- Irigasi Antral :

untuk mengeluarkan sekret yang


terkumpul di dalam rongga sinus maksila

-
mukosa yang patologik dan membuat
drainase dari sinus yang terkena

Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dai kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun sekuder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
 Klien menghabiskan korsi makannya
 Berat badan tetap seperti sebelum sakit atau bertambah
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi a. Mengatahui kekurangan nutrisi klien
klien b. Dengan pengetahuan yang baik
b. Jelaskan pentingnya makanan bagi tentang nutrisi akan memotivasi
proses penyembuhan meningkatkan pemenuhan nutrisi
c. Catat intake ouput makanan klien c. Mengetahui perkembangan
d. Anjurkan makan sedikit tapi sering pemenuhan nutrisi klien
e. Sajikan makan secara menarik d. Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekana yang berlebihan
pada lambung
e. Meningkatkan selara makan klien
Diagnosa Keperawatan 4
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil :
 Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
 Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan kenyamanan dan c. Memudahkan penerimaan klien
ketentraman pada klien terhadap informasi yang diberikan
c. Temani klien d. Meningkatkan pemahaman klien
d. Perlihatkan rasa empati (datang tentang penyakit dan terapi untuk
dengan menyentuh klien) penyakit tersebut sehingga klien lebih
e. Berikan penjelasan pada klien koopretif
tentang penyakit yang dideritanya e. Dengan menghilangkan stimulus yang
perlahan, tenang serta gunakan mencemaskan akan meningkatkan
kalimat yang jelas, singkat mudah ketenangan klien
di mengerti f. Mengetahui perkembangan klien
f. Singkirkan stimulasi yang secara dini.
berlebihan misalnya :Tempatkan g. Obat dapat menurunkan tingkat
klien diruangan yang lebih tenang, kecemasan klien
batasi kontak dengan orang
lain/klien lain yang kemungkinan
mengalami kecemasan
g. Observasi tanda-tanda pital
h. Bila perlu, kolaborasi dengan tim
medis
1. Terapi Konservatif :
- Obat Acetaminopen ; Aspirin, obat sakit
kepala berupa puyer atau tablet.
Dekongestan Hidung (obat tetes hidung)
memperlancar drenase, hanya
diberikan untuk waktu yang terbatas 5
sampai 10 hari.
- Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat
dilakukan dari dalam hidung (intranasal)
atau dengan operasi dari luar
(eksternasal), seperti pada operasi killian.
Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan
dari dalam hidung (intranasal)
2. Pembedahan :
- Irigasi Antral :

untuk mengeluarkan sekret yang


terkumpul di dalam rongga sinus maksila
-
mukosa yang patologik dan membuat
drainase dari sinus yang terkena
Diagnosa Keperawatan 5
Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari
proses peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
 Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji kebutuhan tidur klien a. Mengetahui permasalahan klien dalam
b. Ciptakan suasana yang nyaman pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
c. Anjurkan klien bernafas lewat b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
mulut c. Pernafasan tidak terganggu
d. Kolaborasi dengan tim medis d. Pernafasan dapat efektif kembalib
dalam pemberian obat lewat hidung
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Juall. L. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.

Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC: Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. FKUI : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI :
Jakarta.
Sumber lain dari internet :
http ://www.aaai.org/ (joint council of allergy, asthma, immunology)

Anda mungkin juga menyukai