Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Profesi Keperawatan

Vol. 1, No. 1 Juli 2014

Susunan Dewan Redaksi


Penanggung jawab (Chairman):
Direktur AKPER Krida Husada Kudus

Ketua (Editor in Chief) :


Eny Pujiati, S.KM.,M.Kes.

Anggota (Section Editors) :


Salafudin Yusra, S.Kep.Ns.,M.Kes., Yuni Susilowati, S.Kep.Ns.
Ambarwati, S.Kep.Ns.,M.Si.Med, Alvi Ratna Yuliana, S.Kep.Ns.
Jamaludin, S.S.T. Icca Narayani Pramudaningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep

Jurnal Profesi Keperawatan terbit dua kali dalam setahun (Januari dan Juli)

Terbit pertama kali : Juli 2014

Administrasi dan Sekretariat :


Drs. Sutriyadi
Istiqomah,A.Md

Alamat :
Jl. Lambau No. 1 Singocandi Kota Kudus, Telpon/Fax (0291) 432613
e-mail : akperkridahusada@yahoo.co.id
http://www.akperkridahusada.ac.id.

Jurnal Profesi Keperawatan, disingkat JPK, ISSN 2355-8040 merupakan wadah atau sarana yang
menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian maupun nonhasil penelitian di bidang ilmu-ilmu
keperawetan khususnya dan ilmu-ilmu kesehatan pada umumnya yang belum pernah diterbitkan atau
sedang dalam proses penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak mengubah tulisan tanpa
mengubah maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak diterbitkan
dalam Jurnal Profesi Keperawatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya, kecuali atas
permintaan dari penulis yang bersangkutan.

Jurnal Profesi Keperawatan Kudus ISSN


(JPK)
Vol. 1 No. 1 Hal. 1-116
Juli 2014 2355-8040

ii
Jurnal Profesi Keperawatan
Vol. 1, No. 1 Juli 2014

DAFTAR ISI

STRES DAN MEKANISME KOPING PERAWAT DIRUANG UNIT PERAWATAN INTENSIF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A. KARTINI JEPARA
S.Yusra,Y.Susilowati ................................................................................................................ 1-6

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN


PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI DESA KARANGMALANG
GEBOG KUDUS
I.N.Pramudaningsih ................................................................................................................. 7-11

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN STABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI


DI DESA WONOKETINGAL KECAMATAN KARANGANYAR DEMAK
E.Pujiati, A.R.Yuliana ............................................................................................................... 12-16

GAMBARAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DI DESA


UNDAAN KIDUL KECAMATAN UNDAAN KEBUPATEN KUDUS
Jamaludin ................................................................................................................................ 17-23

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DI


POS YANDU DESA SINGOCANDI KECAMATAN KOTA KUDUS
Ambarwati ..................................................................................... 24-28

PENATALAKSANAAN NYERI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RUANG MELATI RSU


SUNAN KALIJAGA DEMAK
Ambarwati, R. Rahayu, dan E. Pujiati..................................................................................... 29-34

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI


RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
Y. Susilowati, Afandi, dan A.R.Yuliana................................................................................... 35-41

PENATALAKSANAAN TROMBOSITOPENIA PADA ANAK E DENGAN DHF DIRUANG SA’AD


RUMAH SAKIT ISLAM
A.R. Yuliana, T.W. Mulyaningsih, dan Ambarwati................................................................... 42-47

PERAWAT LUKA DENGAN SOFRATULLE PADA PASIEN POST OPERASI VESIKOLITHOTOMY


HARI KE VII DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM RA. KARTINI JEPARA
S. Yusra, A. Supriyanto, dan Jamaludin.......................................................................... 48-55

PEMBERIAN NEBULIZER DENGAN VENTOLIN DAN BISOLVON DALAM MENGATASI SESAK


NAFAS PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) DI RUANG MELATI II
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
Jamaludin, S. Yusra, dan Z. Ulya................................................................................... 56-62

iii
PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 63-67
I.N. Pramudaningsih, C.R. Dewi Soekarno., dan Y. Susilowati..........................................

PEMBERIAN NEBULLIZER DENGAN BYSOLVON DAN VENTOLIN DALAM MENGATASI


GANGGUAN PERNAFASAN PADA An.K DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG SA’AD
RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS 68-75
L.Rahmawati, A.R.Yuliana, dan E. Pujiati..............................................................

PENATALAKSANAAN INTOLERANSI AKTIVITAS DENGAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF


PADA PASIEN POST PARTUM SPONTAN PRE EKLAMSI BERAT (PEB) DI RUANG
BOUGENVILLE I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
E. Pujiati, D.P. Wiranata, dan Ambarwati .......................................................................... 82-87

PERAWATAN LUKA POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) DENGAN NACL
0,9% PADA PASIEN FRAKTUR TYBIA DI RUMAH NY.D DI DESA JETIS KAPUAN KUDUS
E.Nurlaily, S.Yusra, dan Jamaludin.......................................................................... 76-81

PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN


PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ARIMBI RSJD DR.
AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
A.D. Ardianto, Y. Susilowati, dan A.R. Yuliana.............................................................. 88-92

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK A. DENGAN GASTROENTRITIS DI RUANG


BOUGENVILLE 3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
U. Syuibah, A.R. Yuliana dan Ambarwati..................................................................................... 93-98

MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI SEKSIO SESAREA HARI PERTAMA DI RUANG
BOUGENVILLE I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
M.D. Ariandena, Ambarwati, dan E. Pujiati.................................................................................. 99-103

MANAJEMEN NYERI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI PADA PASIEN POST


HERNIORAPI HARI KE I DI RUANG CEMPAKA III RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS
M. Arif, Jamaludin, dan S. Yusra........................................................................... 104-109

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI


RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
Y. Susilowati, A. Nurvianti dan A.R. Yuliana .......................................................... 110-116

iv
PEMBERIAN NEBULIZER DENGAN VENTOLIN DAN BISOLVON DALAM MENGATASI
SESAK NAFAS PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)
DI RUANG MELATI II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS

Oleh

Jamaludin1), S.Yusra1) dan Z. Ulya2)


1)
Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus
2)
Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus

ABSTRAK

Berdasarkan pengelolaan yang dilakukan pada pasien Tn. M, penulis menyimpulkan


bahwa ada beberapa penatalaksanaan untuk Untuk mengatasi sesak nafas dilakukan
pemberian Terapy nebulizer cukup efektif diberikan pada pasien dengan PPOK tetapi terapy
nebulizer tersebut hanya bekerja sementara dikarenakan cara kerjanyayakni mengencerkan
dahak pada saluran pernafasan sehingga hal ini tidak mengakibatkan terjadinya obstruksi
dan sumbatan pada jalan nafas. Pemberian terapy nebulizer diantaranya dengan ventolin
dan bisolvon yang berfungsi untuk melonggarkan saluran nafas, dan mengencerkan dahak
.Tetapi jika masih ada peradangan pada parincim paru yang ada pada pasien terapy
nebulizer tidak efektif.

Kata kunci: pasien PPOK, sesak, terapi Nebulizeri

PENDAHULUAN inilah yang menyebabkan terjadinya sesak


napas.2
Penyakit Paru Obstruksi Kronik Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) merupakan klasifikasi luas dari (PPOK) merupakan suatu istilah yang
gangguan yang mencakup bronchitis sering di gunakan untuk sekelompok
kronis,bronkoektaksis, emfisema, dan penyakit paru yang berlangsung lama dan
asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel di tandai oleh peningkatan resistensi
yang berkaitan dengan dyspnea saat terhadap aliran udara sebagai gambaran
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan patofisiologi utamanya. Penyakit Paru
keluar udara paru-paru. Proses terjadinya Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan
PPOK diawali dengan fungsi paru yang penyebab kematian ke 5 terbesar di
mengalami kemunduran dengan datangnya Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang
usia tua yang disebabkan elastisitas lebih dari 25 % populasi dewasa. PPOK di
jaringan paru dan dinding dada makin anggap sebagai penyakit yang
berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, berhubungan dengan lingkungan. Merokok,
kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat polusi udara, dan pemajaman di tempat
berkurang sehingga sulit bernapas.1 kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-
Faktor-faktor risiko inilah yang akan padian) merupakan faktor-faktor resiko
mendatangkan proses inflamasi bronkus penting yang menunjang pada terjadinya
dan juga menimbulkan kerusakan pada penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari rentang lebih dari 20-30 tahunan.2
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus Angka kejadian PPOK pada tahun
kecil (bronkiolus terminalis), yang 2012, jumlahnya mencapai 12.960 orang,
mengalami penutupan atau obstruksi awal jumlah ini meningkat dibanding pada tahun
fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk 2011 yang mencapai 12.581 orang. Diakui
ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat Kasi Pencegahan Penyakit dan Kejadian
ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus Luar Biasa (KLB) Dinas Kesehatan
dan terjadilah penumpukan udara. Hal Kabupaten (DKK) Kudus Subiyono,
beberapa waktu lalu faktor penyebab

56 JPK Vol. 1, No. 1, Juli 2014:56-62


PPOK lebih pada kondisi lingkungan dan Dalam Mengatasi Sesak Nafas Pada
faktor usia. Kondisi lingkungan yang Pasien PPOK di Ruang Melati II Rumah
banyak polusi udara akan menjadi pemicu Sakit Umum Daerah Kudus.
terjadinya PPOK. Dan ini menjadi salah
satu penyebab dari PPOK, disamping METODE PENELITIAN
faktor lingkungan kebiasaan merokok juga
dapat memicu terjadinya PPOK. Untuk di Penelitian ini telah dilakukan
Kabupaten Kudus, angka PPOK yang selama tiga hari, tanggal 18 – 19 Maret
meyebabkan kematian pada tahun 2012 2014, bertempat di Rumah Sakit Umum
mencapai 11,6 % dari 12.960 orang atau Daerah (RSUD) Kudus. Metode penelitian
1503 mengalami kematian. Mengenai data adalah dengan cara observasi yang
yang terhimpun di Dinas Kesehatan Kudus dilaksanakan secara mendalam (in-depth
(DKK) Kudus, dari 19 puskesmas, jumlah observation) terhadap objek yaitu pasien
pasien PPOK terbanyak di puskesmas Penyakit Paru Obstruksi Kronis ( PPOK ) di
Jekulo dengan jumlah penderitanya Ruang Melati II, RSUD Kudus. Analisis dan
mencapai 1209 orang. Selanjutnya di penyajian data dilakukan secara deskriptif.
Puskesmas Gribik, sebanyak 982 orang.3
Salah satu therapy dalam menangani HASIL DAN PEMBAHASAN
kasus PPOK adalah dengan pemberian
therapy nebulizer.4 Hasil Penelitian
Angka kejadian penggunaan Pengkajian ini dilakukan pada
therapy nabulizer telah meningkat secara tanggal 18 Maret 2014 jam 09.00 WIB di
signifikan dalam beberapa tahun ini, hal ini Ruang Melati II RSUD Kudus. Pasien
disebabkan setidaknya sebagian besar dengan nama Tn M, dengan umur 72
terjadi peningkatan pada penyakit paru tahun, saat dikaji pasien mengatakan
terutama pada kasus PPOK, therapy sesak nafas. Riwayat keperawatan, pada
dengan penggunaan nabulizer sangatlah riwayat kesehatan sekarang didapatkan
efektif, hal ini terbukti di Rumah Sakit data pasien mengatakan 1 minggu yang
Umum Daerah Semarang pada tahun 2010 lalu sebelum masuk RSUD Kudus
penggunaan nabulizer dengan bysolvon mengeluh sesak nafas, batuk, pusing,
dan ventolin mencapai 100 % dan tingkat kemudian pasien di bawa ke puskesmas
keefektifan therapy ini dari 168 responden/ jati, dari puskesmas menyarankan untuk di
pasien 96,2 % (161 pasien) berhasil bawa ke RSUD Kudus, Pasien masuk
mengalami penurunan rasa sesak nafas, melalui IGD tanggal 10 maret 2013 jam
selama bulan September sampai 15.00. di IGD pasien mendapatkan therapy
November 2010 tercatat dari 53 pasien infus RL 20tpm, injeksi cefotaxim 1 gr,
yang menderita bronkopneumonia yang ranitidin 50 mg, dexamitason 5 mg,
mendapat therapy yang melalui inhalasi nebulizer ventolin 2,5 mg, bysolvon 12
rata-rata 2 sampai 3 kali kondisinya tetes, pada pemeriksaan KU dan TTV
membaik. Sebanyak 20 sampai 30 % obat didapatkan data pasien tampak lemah dan
akan masuk disaluran nafas dan paru-paru, sesak, TD 110/80, RR 30x/menit, S 36,3ºC,
sedangkan 2 sampai 5 % mungkin akan N 88x/menit, kemudian pada jam 16.00
mengendap di mulut dan tenggorokan. pasien dibawa keruang Melati II untuk
Pemberian obat dalam bentuk inhalasi ini mendapatkan tindakan keperawatan yang
ditujukan untuk memberikan efek-efek local lebih lanjut. Pada pemeriksaan fisik
yang maksimal di paru dan memberikan didapatkan data KU dan TTV, KU baik, TD
efek samping yang seminimal mungkin. Hal 130/70, N 88x/menit, RR 30x/menit, S
ini membuktikan keefektifan therapy ini 36ºC. Glasgow Coma Scale: 15, E 4 M 6 V
sangat tinggi dibandingkan melalui mulut 5, dan pada pemeriksaan paru-paru
atau oral, karena pengobatan ini langsung inspeksi simetris, palpasi vocal fremitus
dihirup masuk ke paru-paru.5 kanan dan kiri tidak sama, perkusi redup,
Berdasarkan data-data di atas, dan auskultasi terdengar ronchi, dan pada
penulis tertarik untuk menyusun tugas pengkajian pola fungsional khususnya pola
akhir ini dengan judul “Pemberian bernafas sebelum sakit pasien mengatakan
Nebulizer Dengan Ventolin Dan Bisolvon dapat bernafas dengan normal tanpa

Pemberian Nebulizer Dengan Ventolin ... (Jamaludin dkk) 57


menggunakan alat bantu, tetapi selama
sakit pasien mengatakan sesak nafas, Pembahasan
bernafas dengan menggunakan alat bantu Pada kasus Penyakit Paru
oksigen 3 liter. Obstruktif Kronik (PPOK) yang terjadi pada
Hasil pemeriksaan laboratorium Tn. M di Ruang Melati II RSUD Kudus.
pada tanggal 10 Maret 2014 didapatkan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
data Hb 12,4mg/dL (rendah), Hematokrit merupakan suatu istilah yang sering
37,3% (rendah), trombosit 20% (rendah), digunakan untuk sekelompok penyakit
limfosit 17,5% (rendah), Granula 77,6% paru-paru yang berlangsung lama dan
(tinggi). Selain itu hasil pemeriksaan ditandai oleh peningkatan resistensi
radiologi pada tanggal 12 Maret 2013 terhadap aliran udara sebagai gambaran
didapatkan data Cardiobentuk dan letak patofisiologi utamanya.fungsi paru
normal tidak membesar, pulmo corakan mengalami kemunduran dengan datangnya
bronkovaskuler normal, tampak bercak usia tua yang di sebabkan oleh elastisitas
kesuraman di kedua paru, diafragma sinus jaringan paru dan dinding dada makin
normal, kesan KP(Koch Pulmonal). berkurang,dalam usia yang lebih lanjut
Data yang didapatkan sebelum kekuatan kontraksi otot pernafasan dating
dilakukan tindakan yaitu pasien sesak berkurang sehingga sulit bernafas,fungsi
nafas, saat inspirasi maupun ekspirasi paru-paru menentukan konsusi oksigen
pasien nampak melalui mulut dan seseorang yakni jumlah oksigen yang di
terengah-engah, RR: 30x/menit, terdengar ikat oleh darah dalam paru-paru untuk
ronchi, kemudian tindakan yang dilakukan digunakan tubuh, konsumsi oksigen sangat
penulis pada pengelolaan pertama tanggal erat hubungannya dengan arus darah ke
18 maret 2014 pukul 10.00 WIB, yaitu paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru
memberikan nebulizer ventolin 2,5 mg dan juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi
bisolvon 12 tetes karena pasien sesak system respirasi seperti fungsi ventilasi
nafas, setelah di tunggu dan dievaluasi paru. Faktor-faktor resiko tersebut di atas
sekitar 1 jam, pukul 11.00 WIB sesak nafas akan mendatangkan proses inflamasi
berkurang, RR: 28x/menit, auskultasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan
terdengar ronchi, setelah itu mengulangi pada dinding bronkeolus terminalkis, yang
lagi tindakan pada pukul 17.00 WIB yaitu mengalami penutupan atau obstruksi awal
memberikan nebulizer ventolin 2,5 mg dan fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk
bisolvon 12 tetes karena pasien sesak ke alveoli pada saat inspirasi pada saat
nafas, setelah di tunggu dan dievaluasi ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus
sekitar 1 jam, pukul 18.00 WIB sesak nafas dan terjadilah penumpukan udara. Hal
berkurang, RR: 26x/menit, auskultasi inilah yang menyebabkan sesak nafas
terdengar ronchi. dengan segala akibatnya. Adanya
Pengelolaan pada hari ke dua obstruksi pada awal ekspirasi akan
tanggal 19 maret 2014 pukul 12.00 WIB menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
penulis observasi, data yang didapatkan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi.
penulis yaitu sesak nafas, saat inspirasi Fungsi fungsi paru: ventilasi, distribusi gas,
maupun eksperasi melalui mulut dan disfusigas,maupun perfusi darah akan
terengah-engah, RR: 28x/menit, terdengar mengalami gangguan. Penyakit yang
ronchi. Kemudian penulis memberikan termasuk dalam kelompok penyakit paru
nebulizer ventolin 2,5 mg dan bisolvon 12 obstruksi kronik adalah sebagai berikut: 1)
tetes kepada pasien, setelah ditunggu dan Bronkitis kronik, merupakan definisi klinis
di evaluasi selama 1 jam pukul 13.00 WIB batuk-batuk hampir setiap hari disertai
sesak nafas berkurang, RR: 26x/menit, pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya
setelah itu mengulangi lagi tindakan pada 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling
pukul 18.00 WIB yaitu memberikan sedikit selama 2 tahun berturut-turut. 2)
nebulizer ventolin 2,5 mg dan bisolvon 12 Emfisema paru, merupakan suatu definisi
tetes karena pasien sesak nafas, setelah di anatomic, yaitu suatu perubahan anatomic
tunggu dan dievaluasi sekitar 1 jam, pukul paru yang ditandai dengan melebarnya
19.00 WIB sesak nafas berkurang, RR: secara abnormal saluran udara bagian
24x/menit, auskultasi terdengar ronchi. distal bronkus terminalis, yang disertai

58 JPK Vol. 1, No. 1, Juli 2014:56-62


kerusakan dinding alveolus. 3) Asma, bronkovaskuler normal, tampak bercak
merupakan suatu penyakit yang dicirikan kesuraman di kedua paru, diafragma sinus
oleh hipersensitivitas cabang-cabang normal, kesan Koch Purmonal. Dengan
trakeobronkial terhadap berbagai jenis data tersebut diatas penulis mengambil
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
sebagai penyempitan saluran-saluran tidak efektif.2
napas secara periodic dan reversible akibat Dampak yang terjadi jika Penyakit
bronkospasme.1Pasien Paru Obstruksi Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dibiarkan
Kronis (PPOK) yang terjadi pada Tn. M di adalah 1) Hipoxemia, hipoxemia
Ruang Melati II Rumah Sakit Umum didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2
Daerah Kudus, dalam kategori asma, asma kurang dari 55 mmHg, dengan nilai
merupakan suatu penyakit yang dicirikan saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya
oleh hipersensitivitas cabang-cabang klien akan mengalami perubahan mood,
trakeobronkial terhadap berbagai jenis penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi tahap lanjut timbul cyanosis. 2) Asidosis
sebagai penyempitan saluran-saluran Respiratory, merupakan timbul akibat dari
nafas secara periodic dan reversible akibat peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia).
bronkopasme. Pengkajian yang dilakukan Tanda yang muncul antara lain : nyeri
oleh penulis, didapatkan data pasien kepala, fatique, lethargi, tachipnea. 3)
tampak lemah dan mulai merasa sesak Infeksi Respiratory, merupakan infeksi
nafas sudah berlangsung lama tetapi pernafasan akut disebabkan karena
pasien menganggapnya sesak hal biasa. peningkatan produksi mukus, peningkatan
Faktor yang menyebabkan sesak nafas rangsangan otot polos bronchial dan
yaitu karena adanya peradangan pada ke edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
dua parenkim paru, bisa di lihat dari hasil akan meningkatkan kerja nafas dan
radiologi tampak bercak serumen di kedua timbulnya dyspnea. 4) gagal jantung,
paru. terutama kor-pulmonal (gagal jantung
Sesak nafas merupakan perasaan kanan akibat penyakit paru), harus
sulit bernafas yang biasanya terjadi ketika diobservasi terutama pada klien dengan
kita melakukan aktivitas fisik, sesak nafas dyspnea berat.6,7
juga merupakan suatu gejala dari beberapa Salah satu terapiyang dilakukan
penyakit yang dapat bersifat kronis, oleh penulis untuk mengurangi sesak
kejadian-kejadian sesak nafas bergantung pada penderita Penyakit Paru Obstruksi
dari tingkat keparahan dan sebabnya, Kronik (PPOK)yang terjadi pada Tn. M di
salah satunya peradangan diakibatkan oleh ruang Melati II Rumah Sakit Umum Daerah
terjadinya perenkim paru. Kudus, adalah dengan therapy nabulizer,
Walaupun gejala bervariasi secara garis therapy ini merupakan alat yang dapat
besar gejala yang terjadi pada Penyakit mengubah obat yang berbentuk larutan
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah menjadi aerosol secara terus menerus
kelemahan badan, batuk, sesak napas, dengan tenaga yang berasal dari udara
sesak napas saat aktivitas dan napas yang dipadatkan. Fungsi dari nebulizer ini
berbunyi, selain itu terjadi mengi atau adalah sama seperti obat lain namun
wheezing, ekspirasi yang memanjang, mempunyai daya efektifitas yang lebih
penggunaan otot bantu pernapasan, suara tinggi dibandingkan melalui obat mulut
napas melemah. Semua dari tanda yang ataupun oral, karena nebulizer ini
terjadi karena disebabkan oleh terjadinya mempunyai tujuan untuk mengurangi
kelemahan paru-paru sehingga kerja paru sesak pada penderit Penyakit Paru
mengalami penurunan, dan dari hasil Obstruksi Kronik (PPOK), selain itu juga
pengkkajian penulis mendapatkan data berfungsi untuk melancarkan dahak.
pasien mengalami sesak nafas, pada Indikasi therapy nabulizer ini diberikan
auskultasi terdapat bunyi ronchi, dan RR pada pasien dengan Penyakit Paru
30 x/menit. Selain itu hasil pemeriksaan Obstruksi Kronik (PPOK), asma, sesak
radiologi pada tanggal 12 Maret 2013 nafas, batuk, pilek, dan gangguan saluran
didapatkan data Coch bentuk dan letak pernafasan, cara kerjanya semua sama
normal tidak membesar, pulmo corakan yakni dengan mengencerkan dahak pada

Pemberian Nebulizer Dengan Ventolin ... (Jamaludin dkk) 59


saluran pernafasan sehingga hal ini tidak meskipun jarang menyebabkan efek
mengakibatkan terjadinya obstruksi dan sistemik (efek dari saluran tubuh) namun
sumbatan pada jalan nafas. Sebuah golongan agonis beta seperti salbutamol
nebulizer menggunakan prinsip aerosol dapat menyebabkan berdebar (denyut
untuk menahan jumlah maksimum tetesan jantung menjadi cepat). Meskipun jarang
air atau partikel dengan ukuran yang di reaksi alergi, terapi inhalasi memerlukan
inginkan dalam udara inspirasi. Pelembab alat khusus dan memerlukan biaya yang
yang di tambahkan pada sistem lebih besar. Tetapi pemberian therapy
pernafasan melalui nebulizasiakan nabulizer pada kasus Penyakit Paru
meningkatkan bersihan sekresi pulmonal.9 Obstruksi Kronik (PPOK) cukup efektif hal
Nebulizasi sering kali berisi cairan ventolin ini terbukti setelah dilakukan pengelolaan
dan bysolvon. Ventolin digunakan untuk pada pasien Tn. M yang awalnya
obstruksi saluran nafas yang reversibel, menderita dengan keluhan sesak nafas
kandungan ipatropium bromida 0,02 tiap menjadi lebih rileks dan merasa sedikit
semprot (meterd aerosol)ipatropium lebih lega. Selain di lakukan tindakan
bromida 0,25 dan Bysolvonterdapat nebulizer pada pasien penyakit paru
kandungan fenoterol HBr 1,0mg/ml,larutan obstruksi kronik (PPOK) juga bisa diberikan
inhalasi. Cairan-cairan ini bertujuan atau oksigen, oksigen merupakan kebutuhan
berfungsi untuk melonggarkan saluran dasar manusia yang paling utama dan
nafas, dan mengencerkan dahak. Upaya ini harus terpenuhi, bila kebutuhan oksigen
dilakukan untuk pemberian obat pada Tn. dalam tubuh tidak terpenuhi maka akan
M, karena dapat melonggarkan saluran terjadi hipoksia dan bias menyebabkan
nafas, dan hasilnya cukup efektif, setelah kematian. dan juga bisa di lakukan dengan
dilakukan pemberian tindakan nabulizer ini postural drainase dan batuk efektif.
pasien merasa sedikit lebih lega, sesak Postural drainase merupakan untuk
nafas berkurang, dengan respiratory mempermudah pasien untuk mengeluarkan
ratenya semula 30x/ menit menjadi 24x/ sekret, tindakan postural drainase tindakan
menit.8 dengan menempatkan pasien dalam
Setelah dilakukan tindakan berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di
keperawatan pada Tn.M selama 2x24 jam saluran pernafasan. Batuk efektif
dengan pemberian nebulizer ventolin 2,5 merupakan tindakan yang di lakukan untuk
mg dan bisolvon 12 tetes, pada membersihkan sekresi dari saluran nafas.
pengelolaan hari pertama, yang dilakukan Tujuan dari batuk efektif adalah untuk
penulis tanggal 18 maret 2014 pukul 10.00 meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
WIB RR pasien 30 x/menit sesak nafas sekresi dan mencegah efek samping dari
berkurang menjadi 28 x/menit setelah di retensi sekresi pneumonia, atelectasis dan
tunggu 1 jam dari pemberian nebulizer demam. Dengan memposisikan semi
ventolin 2,5 mg dan bisolvon 12 tetes, pada fowler, posisi semi fowler dapat
pukul 18.00 RR pasien berkurang menjadi mengurangi tekanan intra abdomen dan
26 x/menit setelah di tunggu 1 jam otot abdomen, mengurangi tekanan pada
pemberian nebulizer ventolin 2,5 mg dan organ pernafasan sehingga dapat
bisolvon 12 tetes. Pada pengelolaan hari memperlancar aliran nafas dan gerakan
ke dua pada tanggal 19 maret 2014 pukul pernafasan.10 dari hasi pengelolaan kasus
12.00 WIB melakukan observasi, data yang PPOK ( penyakit paru obstruksi kronik)
di dapatkan penulis yaitu pasien kembali tidak di lakukan tindakan postural drainase
sesak nafas lagi RR: 28 x/menit ,setelah itu dan batuk efektif karna Tn. M sesak nafas
di lakukan pemberian nebulezer ventolin nya berkurang,RR nya 30x/menit menjadi
2,5 mg dan bisolvon 16 tetes oleh penulis, 24x/menit, sekret sudah bisa keluar.
sesak nafas pasien berkurang menjadi RR: Hal-hal yang harus dihindari agar
26 x/menit, pada pukul 19.00 WIB RR penyakit asma tidak kambuh lagi
pasien berkurang menjadi 24x/menit diantaranya: 1) Debu dan polusi udara,
setelah di tunggu 1 jam pemberian debu dan polusi udara yang semakin
nebulizer ventolin 2,5 mg dan bisolvon 12 banyak menjadi salah satu pemicu
tetes.Efek samping dari terapi nebullizer timbulnya asma ditambah dengan redikal
tergantung dari zat aktif yang diberikan, bebas yang tak bisa dihindari lagi,

60 JPK Vol. 1, No. 1, Juli 2014:56-62


sebainya menggunakan masker atau sapu keluar rumah terutama di daerah yang
tangan ketika bepergian keluar rumah berasap pabrik maupun kendaraan. 2)
terutama di daerah yang berasap pabrik rokok dan temabakau, rokok merupakan
maupun kendaraan. 2) rokok dan salah satu pemicu asma yang paling sering
temabakau, rokok merupakan salah satu ditemukan di berbagai tempat, oleh karena
pemicu asma yang paling sering ditemukan itu sebaiknya hindari tempat-tempat yang
di berbagai tempat, oleh karena itu banyak perokok. 3) pemicu alergi, hindari
sebaiknya hindari tempat-tempat yang berbagai macam barang atau yang tertentu
banyak perokok. 3) pemicu alergi, hindari yang bisa menyebabkan alergi.
berbagai macam barang atau yang tertentu
yang bisa menyebabkan alergi.11 DAFTAR RUJUKAN

SIMPULAN 1. Smeltzer C. Suzanna And Brenda G.


Bare. Buku Ajar Keperawatan Medical
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Bedah. Brunner And Sudddarth. Edisi
(PPOK) merupakan suatu istilah yang 8. Vol.1. Alih Bahasa : Monica Ester.
sering digunakan untuk sekelompok Jakarta : EGC. 2002 ; 572.
penyakit paru-paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi 2. Price, Sylvia A dan Lortainne M
terhadap aliran udara sebagai gambaran Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis
patofisiologi utamanya. Asma merupakan Proses-Proses Penyakit Edisi Empat
suatu penyakit yang dicirikan oleh Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buku
hipersensitivitas cabang-cabang Kedokteran EGC. 2005 ; 419
trakeobronkial terhadap berbagai jenis
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi 3. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
sebagai penyempitan saluran-saluran Kudus, 2012. Kejadian Luar Biasa
nafas secara periodic dan reversible akibat Angka Prevalensi Penderita PPOK.
bronkopasme. Faktor yang menyebabkan http://www.jawapos.com. diakses
sesak nafas yaitu karena adanya tanggal 28 Mei 2014.
peradangan pada ke dua parencim paru,
bisa di lihat dari hasil radiologi tampak 4. Potter, Patricia A.2008. Buku Ajar
bercak serumen di kedua paru. Fundamental Keperawatan. Alih
Untuk mengatasi sesak nafas Bahasa I Made Kariasa, S.Kp, Ni
dilakukan pemberian Terapy nebulizer Made Sumarwati, S.Kp. Editor Monica
cukup efektif diberikan pada pasien dengan Ester Jakarta : EGC; 21
PPOK tetapi terapy nebulizer tersebut
hanya bekerja sementara dikarenakan cara 5. Kuntono, HP.Therapy Nabullizer
kerjanyayakni mengencerkan dahak pada dengan Pemberian Bysolvon dan
saluran pernafasan sehingga hal ini tidak Ventolin pada kasus PPOK.
mengakibatkan terjadinya obstruksi dan www//http: dokterblog. wordpress.com
sumbatan pada jalan nafas. Pemberian Diunduh pada tanggal 27 Mei 2014.
terapy nebulizer diantaranya dengan
ventolin dan bisolvon yang berfungsi untuk 6. Perhimpunan Dokter Spesialis
melonggarkan saluran nafas, dan Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar
mengencerkan dahakTetapi jika masih ada Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, edisi
peradangan pada parincim paru yang ada ketiga, Jakarta: balai Penerbit FKUI.
pada pasien terapy nebulizer tidak efektif. 2001 ; 241
Hal hal yang harus dihindari agar penyakit
asma tidak kambuh lagi diantaranya: 1) 7. Long Barbara C. Perawatan Medical
Debu dan polusi udara, debu dan polusi Bedah Suatu Pendekatan Proses
udara yang semakin banyak menjadi salah Keperawatan, alih bahasa: Yayasan
satu pemicu timbulnya asma ditambah Ikatan Alumni Pendidikan
dengan redikal bebas yang tak bisa Keperawatan Padjajaran Bandung,
dihindari lagi, sebainya menggunakan Bandung. 2006 ; 267
masker atau sapu tangan ketika bepergian

Pemberian Nebulizer Dengan Ventolin ... (Jamaludin dkk) 61


8. Asmadi. Teknik Prosedural
Keperawatan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika. 2008 ; 565

9. Aru, W. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid 1.
Jakarta : EGC; 245

10. Chrisanthus wahyu pranowo.


Efektifitas batuk efektif dalam
pengeluaran sputum. www//http: jurnal.
Wordpress.com di unduh pada tanggal
21 juni 2014

11. Caksandi.com / hal hal yang wajib di


hindari agar penyakit asma tidak
kambuh. 17 Desember 2013 di unduh
pada tanggal 14 Juni 2014

12. Wahyudi, Bambang. Quantum


Awareness Healing. Diakses dari http:
//www.quantumawarenesshealing.com
, tanggal akses 20 Juni 2013

62 JPK Vol. 1, No. 1, Juli 2014:56-62


PEDOMAN PENULISAN NASKAH
FILOSOFI
Jurnal Profesi Keperawatan, adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Akademi Keperawatan (AKPER) Krida Husada Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan merupakan publikasi ilmiah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan ilmu-
ilmu kesehatan pada umumnya. Artikel yang dimuat berupa: artikel penelitian (hasil penelitian asli), kajian kepustakaan,
maupun ulasan ilmiah lain, yang belum pernah dimuat di media lain.

PEDOMAN
1. Redaksi menerima naskah dari peneliti dan pemerhati di bidang IPTek keperawatan dan kesehatan
2. Naskah dikirim kepada :
Redaksi Jurnal Keperawatan , Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus, Jl. Lambau No. 1 Singocandi Kota Kudus,
Telpon/Fax (0291) 432613, e-mail : akperkridahusada@yahoo.co.id
3. Naskah dikirim rangkap dua, disertai softfile dalam rekaman CD dan diketik dengan bantuan komputer progam Microsoft
Word.
Ditulis spasi ganda, font size 12, huruf Arial, maksimal 20 halaman ukuran A4 (kuarto). Gambar/grafik, dicetak dengan printer
Laser-Jet, atau dibuat dengan Harvard Graphic, atau Lotus dalam halaman terpisah (disket disertakan).

FORMAT PENULISAN
Sistematika artikel Hasil Penelitian, adalah : Judul, Nama dan Instansi (para) Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metodolog
(Bahan dan Cara Penelitian)i, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (bila ada), dan Daftar Pustaka.
Sedangkan artikel berupa Kajian Kepustakaan atau Ulasan Ilmiah lain, sistematikanya adalah: Judul, Nama dan Instansi (para)
Penulis, Ringkasan, Pendahuluan, Bab Bagian yang Diulas, Kesimpulan, dan Daftar Pustaka.

Judul
Ditulis dalam bahasa Indonesia, singkat dan jelas.

Nama dan Instansi (para) Penulis


Ditulis dengan gelar akademik, instansi ditulis di bawah nama dengan cara diberi superskrip 1), 2), 3), dan seterusnya.

Abstrak
Ditulis dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, lebih-kurang 200 kata, berisi tentang highlight hasil penelitian yang
menonjol dan terkait dengan judul artikel. Kajian kepustakaan/ulasan ilmiah lain mengikuti.

Pendahuluan
Berisi latar belakang dan rumusan masalah, sitasi kepustakaan, tujuan dan manfaat, kontribusi hasil.

Metode Penelitian
Berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis dan teknis pengambilan data, hipotesis (bila ada), teknik analisis dan
interpretasi data.

Hasil dan Pembahasan


Judul Tabel maupun Gambar/grafik/ ilustrasi, diberi nomor dan diawali huruf besar selanjutnya huruf kecil. Bila ada foto (hitam
putih), harus dicetak pada kertas putih mengkilat dan disertai keterangan. Dalam membahas hasil penelitian, sebaiknya diikuti
tinjauan kepustakaan yang terkait.

Simpulan (dan Saran)


Penarikan kesimpulan didasari dari hasil yang diperoleh, dengan mengacu kepada judul penelitian. Dapat dikemukakan saran
yang terkait.

Ucapan Terima Kasih (bila ada)


Dapat dituliskan nama perseorangan atau instansi yang banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.

Daftar Rujukan
Disusun berdasarkan abjad nama akhir penulis utama. Judul karangan buku ditulis dengan huruf besar pada setiap awal kata
yang bukan kata sambung, sedangkan untuk jurnal hanya pada awal kata saja.
Contoh bila kepustakaan diambil dari jurnal ilmiah :
Pippen, E.L.dan E.P. Mecchi. 1969. Hydrogen sulfide, a direct and potencially indirect contributor to cook chicken aroma. J.
Food Sci., 34:443
Contoh bila kepustakaan diambil dari buku :
Piggot, J.R. 1984. Sensory Analysis of Food. Elsevier Applied Science, Prentice-Hall Inc. Englewood Cliff. New Jersey.
Contoh bila diambil dari internet :
Abadi, C.J. 2002. Kumis Kucing. http:www.changjaya-abadi.com/jamu-jawa04htm/ tanggal akses: 12 Desember 2003

Anda mungkin juga menyukai