Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting
artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.
Dalam dunia kefarmasian para apoteker dan pakar-pakar kimia senantiasa
merancang sediaan obat supaya mampu menrancang terobosan baru dalam
menciptakan suati produk yang berkualitas, baik dari segi kesetabilan obat
maupun efek yang ditimbulkan. Sudah sepantasnya. Sebagai seorang farmasis
kita harus selalu menggali informasi terkini mengenai teknologi obat dari
berbagai segi.
Diantara semua sifat dan reaksi yang penting untuk kita ketahui bersama
yang paling kami soroti disini yaitu mengenai Disolusi suatu zat.Dimana ini
merupakan suatu tahapan yang yang sangat berperan penting dalam menentukan
hasil suatu efek obat dalam tubuh Manusia.Laju disolusi atau kecepatan melarut
obat-obat yang relatif tidak larut dalam air telah lama menjadi masalah pada
industri farmasi. Obat-obat tersebut umumnya mengalami proses disolusi yang
lambat demikian pula laju absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan
diabsorpsi pada laju rendah atau bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan
demikian absorpsi obat tersebut menjadi tidak sempurna.
Laju disolusi atau kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut dalam
air telah lama menjadi masalah pada industri farmasi. Obat-obat tersebut
umumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian pula laju
absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju
rendah atau bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi obat
tersebut menjadi tidak sempurna. Oleh karena itu pengetahuan mengenai
disolusi dirasa sangat penting dalam pembuatan sediaan obat.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 1


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
yaitu:
1. Apa perbedaan antara kelarutan dan pelarutan (disolusi)?
2. Apa arti penting uji disolusi sebagai bagian dari control kualitas sediaan?
3. Apasaja teori disolusi?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji disolusi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, rujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara kelarutan dan pelarutan (disolusi).
2. Untuk mengertahui arti penting uji disolusi sebagai bagian dari control
kualiatas sediaan.
3. Untuk mengetahui teori disolusi.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji disolusi.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Evaluasi Tablet
Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman
bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur.
Berikut ini ulasan dari beberapa uji tersebut di atas.
2.1.2 Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan
untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih
zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak
berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman
bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa
mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan
asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket
dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang
ditetapkan kolom B.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 3


Bobot rata - rata Penyimpanan bobot rata - rata
A B
25 Mg atau kurang 15% 30%
26 Mg s/d 150 Mg 10% 20%
151 Mg s/d 300 Mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 Mg 5% 10%

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih


tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang
dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan
hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang
tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing
dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam
keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar
dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang
terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
2.1.3 Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 4


tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya
Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin
besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet.
Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar
hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada
umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg.
Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau
lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima
dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya
tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit
penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih
besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji kekerasan dilakukan
dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur
kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas
terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
2.1.4 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 5


waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan
25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat,
bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila
kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan
bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan
yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot
kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif
yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
2.1.5 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang
dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan
alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat
dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi
FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat
dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan
seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 6


disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan
penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan
uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada
panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.1.6 Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester,
yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu
sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan
tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan
kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat
penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur
tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan
simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet
yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari
30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60
menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-
masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan
dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan
satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º
sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 7


monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya:
tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
2.1.7 Keseragaman Ukuran
Dilakukan pengukuran terhadap 20 tablet : diameter dan tebal tablet
menggunakan jangka sorong.
2.1.8 Uji keregasan tablet
Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator.
Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada
setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan
sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5%
sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).

2.2 Perbedaan Kelarutan dan pelarutan (disolusi)


Berasal dari kata dasar “larut” yang memiliki beragam definisi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Namun, ringkasan dari berbagai sumber, definisi larut
sangatlah sederhana, yaitu dispersi molekuler dari suatu zat dalam sutu
medium.Dengan demikian, larutan terdiri dari dua komponen utama, yaitu zat yang
terlarut (solut) dan medium (solven). Sedangkan ukuran suatu zat dapat melarut
dalam suatu medium dinamakan kelarutan. Kelarutan juga sangat berpengaruh
terhadap “perjalanan” obat di dalam tubuh. Jika obat tidak dapat larut dalam air
maka akan sangat sulit baginya untuk terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika
tidak mampu melarut dalam lipid maka akan terhambat proses absorbsinya. Dengan
demikian obat seharusnya memiliki kedua sifat baik lipofil maupun hidrofil.
Teori kelarutan dalam Farmasi, berkaitan dengan:
1. Pembuatan sediaan farmasi; injeksi, tetes mata, potio dan aerosol
2. Proses pemurnian
3. Memberikan informasi ttg sifat fisika kimia obat, adanya interaksi antar
komponen obat, lipofilisitas, rancangan obat (Log P)

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 8


4. Proses disolusi dan absorbsi obat
5. Gambaran profil farmakokinetika obat
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke
dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses
dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan
padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik
sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam
sediaan, proses pengembangan, proses ddisintegrasi, dan degradasi sediaan,
merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari
sediaan.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki
daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang
relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak
sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang
minimum.Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai
dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester.

2.3 Arti Penting Uji Disolusi sebagai Bagian dari Kontrol Kualitas Sediaan
Uji disolusi pada dasarnya merupakan sarana fisik yang digunakan dalam
pengembangan produk obat dan pengendalian mutu, tetapi kegunaannya tidak
terbatas pada bidang tersebut saja. Pengujian tersebut telah diterapkan pada
investigasi kesetaraan hayati sediaan obat dan kemungkinan diperluas
penggunaannya di bidang lain di industry farmasi. Arti uji disolusi antara lain:
(Siregar,Charles jp, 2010).
1. Uji disolusi digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan nyata guna
memenuhi persyaratan resmi untuk sediaan yang tertera dalam farmakope.
2. Uji disolusi merupakan suatu procedure pengendalian mutu tetap dalam
praktik manufactur obat yang baik (CPOB: cara pembuatan obat yang baik).

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 9


3. Data disolusi juga berguna dalam tahap awal pengembangan zat aktif dalam
formulasi.
4. Bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa kecepatan suatu zat aktif
terlarut dari bentuk sediaannya yang utuh atau pecahannya dalam saluran
cerna sering sebagian atau seluruhnya mengendalikan kecepatan zat aktif
berada dalam sirkulasi sistemik.
5. Uji disolusi berdasarkan bukti ilmiah memberikan sarana untuk
mengevaluasi parameter penting seperti ketersediaan hayati yang memadai
dan memberikan informasi yang penting untuk formulator dalam
pengembangan bentuk sediaan yang mempunyai daya terapi yang lebih
optimal.
6. Analisis disolusi bentuk sediaan farmasetik yang dilakukan dengan seksama
merupakan uji terpenting yang akan menjamin mutu produk.
7. Uji disolusi in vitro terhadap bentuk sediaan farmasetik, baik dalam
pengembangan ataupun sirkulasi, tidak saja sangat penting untuk
memastikan mutu bets demi bets secara in vitro dan in vivo, tetapi juga
menapis formulasi selama pengembangan produk untuk memperoleh produk
yang secara opimal efektif . Untuk itu, pengujian harus didesain meniru
kondisi lingkungan biologis.

2.4 Teori Disolusi


Di dalam pembahasan untuk memahami mekanisme disolusi, kadang-
kadang digunakan salah satu model atau gabungan dari beberapa model antara lain
adalah: (Hadisoewignyo,lannie, 2013).
1. Model Lapisan Difusi (Diffusion Layer Model)
Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner.Pada permukaan padat
terdapat satu lapisan tipis cairan dengan ketebalan ℓ, merupakan komponen
kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat.Reaksi
pada permukaan padat – cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar
muka liquid film – bulk film, pencampuran secara cepat akan terjadi dan gradien

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 10


konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh difusi
gerakan Brown dari molekul dalam liquid film.
2. Model Barrier Antar Muka (Interfacial Barrier Model)
Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan dalam hal
ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan.Sebagai hasilnya, tidak dianggap
adanya kesetimbangan padatan – larutan, dan hal ini harus dijadikan pegangan
dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat – cair sekarang menjadi
pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi
secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant).
3. Model Dankwert (Dankwert Model)
Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi permukaan padat terjadi
melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antar muka – cair karena terjadi
pusaran difusi secara acak. Paket pelarut terlihat pada permukaan padatan. Selama
berada pada antar muka, paket mampu mengabsorpsi solut menurut hukum difusi
biasa, dan kemudian digantikan oleh paket pelarut segar. Jika dianggap reaksi pada
permukaan padat terjadi segera, prosex pembaharuan permukaan tersebut terkait
dengan kecepatan transpor solut atau dengan kata lain disolusi.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji Disolusi


Berikut factor-faktor yang mempengaruhi hasil uji disolusi: (Martin, A.,
Swarbrick, J., & Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik 2. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.)
1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisiko kimia obat
Sifat-sifat fisiko kimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi
meliputi:
- Kelarutan
- Bentuk obat Kristal/amorf diketahui bahwa hanya satu bentuk zat obat
murni stabil pada suatu tekanan dan temperatur tertentu bersama bentuk
lain yang disebut bentuk metastabil, yang berubah dengan perubahan
waktu menjadi bentuk kristal yang stabil. Sifat dimana suatu zat kimia

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 11


tunggal bisa ada dalam lebih dari satu bentuk kristal dikenal sebagai
polimorfisme. Penggunaan bentuk metastabil umumnya menghasilkan
kelarutan dan laju disolusi yang lebih tinggi dari bentuk kristal stabil obat
yang sama. Jika semua faktor lainnya tetap konstan, absorpsi obat dapat
berlangsung cepat dan sempurna. Contoh : Novobiosin dan kloramfenikol
palmitat tidak aktif dalam bentuk kristal tetapi dalam bentuk amorf.
- Bentuk hidrat solvasi keadaan hidrasi suatu obat mempengaruhi
kelarutan dan pola absorpsi. Biasanya bentuk anhidrat dari suatu molekul
organik lebih mudah larut dari pada bentuk hidratnya, contoh ampisilin
bentuk anhidrat mempunyai kelarutan lebih besar dari bentuk trihidratnya.
- Kompleksasi (berpengaruh pada Cs)
- Ukuran partikel (berpengaruh pada S)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa luas permukaan berbanding lurus
dengan laju disolusi, dengan meningkatnya luas permukaan zat maka laju
disolusi juga meningkat dan luas permukaan akan meningkat dengan
memperkecil ukuran partikel.
-Bentuk garam
Laju disolusi bentuk garam dari suatu obat berbeda dari senyawa
induknya.Garam-garam natrium dan kalium dari asam organik lemah dan
garam-garam HCl dari basa organik lemah lebih mudah larut dibandingkan
dengan asam bebas atau basa bebasnya. Faktor yang berkaitan dengan
formulasi sediaan Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi laju disolusi
diantaranya:
- Kecepatan disintegrasi (berpengaruh pada S)
- Interaksi obat dengan eksipien (berpengaruh pada Cs)
- Kekerasan (berpengaruh pada S)
- Porositas (berpengaruh pada S)
2. Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang
meliputi :

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 12


- Kecepatan pengadukan (berpengaruh pada h)
Kecepatan pengadukan media akan mempengaruhi ketebalan lapisan
difusi, semakin besar intensitas pengadukan maka semakin tipis lapisan
difusi sehingga kecepatan disolusi bertambah, semakin tinggi kecepatan
rotasi yang digunakan semakin cepat pengadukan dan dapat
meningkatkan laju disolusi.Suhu medium (berpengaruh pada D dan Cs)
- PH medium (berpengaruh pada Cs)
- Kecepatan disolusi asam lemah akan meningkat dengan meningkatnya pH
begitu sebaliknya.
- Viskositas medium
- Viskositas yang besar akan memberikan koefisien difusi yang kecil,
sehingga kecepatan disolusi berkurang.
- Metoda uji yang dipakai
- Laju disolusi dari senyawa kimia umumnya ditentukan dengan dua metode
permukaan konstan yang memberikan laju disolusi intrinsik dari zat
tersebut. Metode permukaan konstan menggunakan suatu lempeng yang
dikompresi dengan luas yang diketahui. Metode ini mengeliminasi luas
permukaan dan muatan listrik permukaan sebagai variabel disolusi. Laju
disolusi yang diperoleh dengan metoda ini dinamakan laju disolusi
intrinsik, dan merupakan karakteristik dari masing-masing senyawa padat
dan suatu pelarut yang diketahui pada kondisi eksperimen yang tetap.
Harga tersebut umumnya dinyatakan sebagai miligram yang dilarutkan per
menit sentimeter persegi(mg/menit cm2). Dalam disolusi partikel-partikel
kecil sejumlah sampel serbuk yang ditimbang ditambahkan ke medium
disolusi dalam suatu sistem pengadukan yang konstan. Metode ini
digunakan untuk mengkaji pengaruh ukuran partikel, luas permukaan,
bahan-bahan penambah ke zat aktif.
3. Suhu
Suhu akan mempengaruhi kecepatan melarut zat. Perbedaan sejauh
lima persen dapat disebabkan oleh adanya perbedaan suhu satu derajat.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 13


4. Medium
Media yang paling umum adalah air, buffer dan 0,1 N HCl. Dalam
beberapa hal zat tidak larut dalam larutan air, maka zat organik yang dapat
merubah sifat ini atau surfaktan digunakan untuk menambah kelarutan.
Gunanya adalah untuk membantu kondisi “sink” sehinggan kelarutan obat
di dalam medium bukan merupakan faktor penentu dalam proses disolusi.
Untuk mencapai keadaan “sink” maka perbandingan zat aktif dengan
volume medium harus dijaga tetap pada kadar 3-10 kali lebih besar
daripada jumlah yang diperlukan bagi suatu larutan jenuh.
Masalah yang mungkin mengganggu adalah adanya gas dari medium
sebelum digunakan.Gelembung udara yang terjadi dalam medium karena
suhu naik dapat mengangkat tablet, sehingga dapat menaikkan kecepatan
melarut.
5. Kecepatan Perputaran
Kenaikan dalam pengadukan akan mempercepat kelarutan.
Umumnya kecepatan pengadukan adalah 50 atau 100 rpm.Pengadukan di
atas 100 rpm tidak menghasilkan data yang dapat dipakai untuk membeda-
bedakan hasil kecepatan melarut.Bilamana ternyata bahwa kecepatan
pengadukan perlu lebih dari 100 rpm maka lebih baik untuk mengubah
medium daripada menaikkan rpm.Walaupun 4% penyimpangan masih
diperbolehkan, sebaiknya dihindarkan.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 14


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini:
1. Kelarutan merupakan ukuran suatu zat dapat melarut dalam suatu medium
sedangkan Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat
masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan.
2. Arti penting uji disolusi pada dasarnya merupakan sara fisik yang digunakan
dalam pengembangan produk obat dan pengendalian mutu dalam praktik
manufactur obat yang baik (CPOB = Cara Prembuatan Obat yang Baik).
3. Teori disolusi memiliki 3 model yaitu Model Lapisan difusi, model barrier
dan model dankwert.
4. Beberapa Faktor yang mempengaruhi uji disolusi yaitu, Faktor yang
berkaitan dengan sifat fisikokimia, Faktor yang berkaitan dengan formulasi
sediaan, Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji,
suhu, medium dan kecepatan perputaran.

3.2 Saran
Dalam menentukan preformulasi hendaklah memperhatikan disolusi suatu
zat dan Senantiasa melakukan penelitian lebih lanjut mengenal disolusi
sehingga dengan penemuan reset terbaru itu bisa bermanfaat bagi para
penyusun preformulasi sediaan obat.

Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid 15

Anda mungkin juga menyukai