Anda di halaman 1dari 6

A.

Tari Seudati

1. Tema

Kata seudati berasal dari bahasa


Arab syahadati atau syahadatain , yang berarti
kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula
yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari
kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak.
Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam
masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan
tarian ini sebagai media dakwah untuk
mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini
cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan
Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang
terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama.
Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang
disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk mengawali
permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba
pada malam bulan purnama.
Dalam ratoh, dapat diceritakan berbagai hal, dari kisah sedih, gembira, nasehat, sampai
pada kisah-kisah yang membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama
Islam di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah yang
dipakai dalam seudati umumnya berasal dari bahasa Arab. Diantaranya istilah Syeh
yang berarti pemimpin, Saman yang berarti delapan, dan Syair yang berarti nyayian.
Tari Seudati sekarang sudah berkembang ke seluruh daerah Aceh dan digemari oleh
masyarakat. Selain dimanfaatkan sebagai media dakwah, Seudati juga menjadi
pertunjukan hiburan untuk rakyat.
2. Fungsi Tari Seudati
Tari seudati sendiri konon sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala di bagian
Aceh pesisir dengan nama tari ratoh atau ratoih, yakni sebuah tarian yang biasa
dipentaskan sebelum memulai acara sabung ayam, dan juga tari yang dimainkan di
malam bulan purnama untuk menyambut tibanya masa panen. Pendeknya, tari ini
memang pada awal perkembangannya merupakan sebuah tarian untuk bersuka ria.
Dalam ratoh tersebut, banyak kisah dan cerita yang terkandung di dalamnya dari kisah
bahagia yang tercermin dari gerakannya yang dinamis atau kadang begitu murung
ketika bercerita tentang sebuah kesedihan. Pun begitu dengan narrator yang mengiringi
tarian ini. Semua kisah yang berbaur itu disampaikan dengan bahasa Melayu dialek
Aceh yang khas.
Dengan demikian jelaslah bahwa tari seudati merupakan hasil dari akulturasi
budaya pasca masuknya Islam ke Aceh. Semua istilah yang semula dari budaya
tempatan berubah dan diubah menjadi nama-nama yang bernafaskan Islam. Istilah-
istilah islam atau Arab itu tercermin dari istilah Syeh yang berarti pemimpin, Saman
yang berarti delapan, dan Syair yang berarti nyayian Selain itu, syair-syair lagu pun
dipresentasikan dalam bahasa Arab dan bahasa daerah dengan memuat pesan-pesan
dakwah, sehingga pada akhirnya tarian ini dijadikan sebagai media dakwah untuk
mengembangkan ajaran Islam. Tarian ini masih ada hingga sekarang, tetapi mengalami
penambahan fungsi, yaitu sebagai media untuk menyampaikan informasi tentang
perkembangan pemerintahan serta sebagai media hiburan. Dengan demikian, di masa-
masa awal perkembangannya, tarian seudati berfungsi sebagai media dakwah. Namun,
dalam konteks kekinian, selain berfungsi sebagai hiburan, tarian ini juga menyimbolkan
kekayaan budaya Aceh sekaligus sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan
pembangunan kepada rakyat. Tarian ini juga sering dipertandingkan dikenal dengan
istilah Seudati Tunang yang kadang-kadang berlangsung sampai menjelang subuh.
3. Asal Usul Tari Seudati
Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga,
Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke desa
Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Tari
Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh
yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ketingkat Sekolah
Dasar.
Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari
satu orang pemimpin yang disebut syeikh , satu orang pembantu syeikh, dua orang
pembantu di sebelah kiri yang disebutapeetwie, satu orang pembantu di belakang yang
disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang
penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.
Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi
beberapa babak, antara lain: Babak pertama, diawali dengansaleum (salam) perkenalan
yang ucapkan oleh aneuk syahi saja, yaitu:
Assalamualaikum Lon tamong lam seung,
Lon jak bri saleum keu bang syekh teuku….
Fungsi aneuk syahi untuk mengiringi seluruh rangkaian tari. Salam pertama ini
dibalas oleh Syeikh dengan langgam (nada) yang berbeda:
Kru seumangat lon tamong lam seung,
lon jak bri saleum ke jamee teuku….
Syair di atas diulangi oleh kedua apeetwie dan apeet bak. Pada babak perkenalan
ini, delapan penari hanya melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, tepuk dada
serta jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu. Gerakan rancak baru
terlihat ketika memasuki babak selanjutnya. Bila pementasan bersifat perntandingan,
maka setelah kelompok pertama ini menyelesaikan babak pertama, akan dilanjutkan
oleh kelompok kedua dengan teknik yang berbeda pula.
Biasanya, kelompok pertama akan turun dari pentas. Babak kedua, dimulai
dengan bak saman , yaitu seluruh penari utama berdiri dengan membuat lingkaran di
tengah-tengah pentas guna mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang
akan dimainkan. Syeikh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut. Bentuk lingkaran
ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam
mengambil segala keputusan. Muepakat itu, jika dikaitkan dengan konteks tarian ini,
adalah bermusyawarah untuk menentukan samanatau likok yang akan dimainkan.
Di dalam likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan bermain dan
ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikananeuk syahi
Lantunan likok tersebut diawali dengan:
Iiiiii la lah alah ya ilalah…. (secara lambat dan cepat)
Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan secara cepat atau
lambat tergantung dengan lantunan yang dinyanyikan oleh aneuk syahi tersebut.
Fase lain adalah fase saman . Dalam fase ini beragam syair dan pantun saling
disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan syeikh yang diikuti oleh
semua penari. Ketika syeikh melontarkan ucapan:
walahuet seuneut apet ee kataheee, hai syam,
maka anek syahi akan menimpali dengan jawaban:
lom ka dicong bak iboih, anuek puyeh ngon cicem subang.
Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan
formasi lanie, yaitu memperbaiki formasi yang sebelumnya sudah tidak beraturan.
Artikel ini dikutip dari berbagai sumber yang terkait. Termasuk wawancara
langung dengan salah seorang penari seudati terkemuka di Aceh, Syeh La Geunta.
4. Ciri Khas Tari Seudati
Ciri khas Tari Seudati adalah Heroik, gembira, dan Kebersamaan. Disamping itu
tarian ini tidak menggunakan alat musik dan sebagai pengganti para penari
membunyikan kertikan jari, hentakan kaki, tepukan dada serta syair -syair yang
dilanturkan oleh dua orang narator yang disebut Aneuk Syahi. Syair-syair pengiring
biasanya bertemakan keagamaan atau informasi pembangunan negara. Sewaktu perang
Aceh, tari seudati digunakan untuk membakar semangat para pemuda untuk berperang
melawan penjajah. Tarian ini dilakukan khusus oleh para pria yang berjumlah 8 orang.
Jenis tarian ini tidak menggunakan alat
musik, tetapi hanya membawakan beberapa
gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan
pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan
jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan
tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa
gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah
dengan penuh semangat. Namun, ada
beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi
sebenarnya memperlihatkan keperkasaan
dan kegagahan si penarinya. Selain itu,
tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.
Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang
yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan
pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna
merah yang diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini
hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam.
Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya; tarian),
saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan tentang kisah
kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.
B. TARI SAMAN
1. Tema Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk
merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman
mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk
merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur
menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman,
seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan
UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam
Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak
benda UNESCO di Bali, 24 November 2011
2. Fungsi Tari Saman
Tari Saman di Lokop pada zaman penjajahan Belanda. Tari Saman
merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah).Tarian ini
mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan
dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil
seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat
(keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan,
pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian
adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup
tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada
kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang
disajikan oleh pihak lawan

3. Asal Tari Saman


Tari saman adalah sebuah tarian yang berasal dari provinsi di Pulau Sumatra yaitu
dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tarian ini disebut tari saman karena
tarian ini didirikan dan dikembangkan pertama kali oleh syekh yang bernama
Saman yaang berasal dari Gayo. Tari saman juga sering disebut sebut tarian suku
Gayo. keunikan dari tarian ini, tarian ini tidak dilakukan dengan posisi badan
berdiri, tetapi posisi badan dari para dancer adalah duduk. gerakan yang
diperlihatkan pada tarian ini yaitu gerakan tangan yang makin lama semakin cepat,
pergerakan badan tanpa berdiri, dan ketepatan gerakan kepala. dimana semua
gerakan harus disingkronkan dengan musik yang ada. syair dari lagu lagu saman
merupakan bahasa arab dan bahasa gayo. bisa dibilang tarian ini termasuk tarian
yang sakral. musik yang mengiringi lagu lagu tersebut berasal dari gendang yang
ditabu oleh seorang "abang". biasanya para dancer menyebut pemusik dengan
sebutan "abang". pada sebuah tim saman biasanya terdiri dari 10-20 orang.
Konon katanya dulu tarian ini dimainkan oleh laki-laki karena tarian ini "kasar",
maksud kasar disini adalah sangat jarang ditemukan gerakan yang membutuhkan
gerakan gemulai, kekuatan tepukan tangan dan ketepatan lah yang diperlukan. arian
saman adalah tarian yang membutuhkan kekompakan luar biasa serta kepercayaan
dari tiap dancer maupun pemusiknya. kostum yang digunakan tarian ini adalah
berupa baju melayu,celana panjang, kaos kaki, topi, selempang, ikat pinggang,
songket dan kerudung. untuk kerudung itu relatif karena ada yang menggunakannya
tetapi ada juga yang rambutnya dicepol atau dikonde keatas. untuk masalah make
up pada setiap tim saman relatif tergantung kepada para timnya masing masing
C. Tari Payung
1. Tema Tari Payung
Tari payung adalah tarian yang melambangkan kasih sayang.[1]Tarian ini dilakukan dengan
menggunakan payung sebagai instrument pelengkap.[2]Tarian yang berasal dari
Minangkabau, Sumatera Barat ini biasanya dilakukan oleh 3-4 orang penari yang dilakukan
secara berpasangan antara pria dan wanita.[1]Tarian ini mencerminkan pergaulan muda-
mudi, sehingga penggunaan payung ini betujuan untuk melindungi mereka dari hal-hal
negatif.[3]Tarian ini biasa dibawakan pada saat pembukaan suatu acara pesta,pameran
atau bentuk kegiatan lainnya
2. Fungsi Tari Payung
3. Asal Tari Payung
Sejarah tari payung tidak dapat terlepas dari kebudayaan suku Minangkabau.
Beberapa suku yang ada di daerah ini adalah suku koto, bodi, piliang, dan caniago.
Dulunya tari payung ini merupakan sebuah ritual yang sering dilakukan di setiap
acara adat suku-suku tersebut.
Jika dilihat dari gerakan tariannya, maka ini diperuntukkan untuk muda-mudi suku
Minangkabau. Tarian ini bersifat menghibur. Selain itu, tari payung juga seperti
menjelaskan bagaimana seharusnya perilaku pasangan dalam menjalin hubungan
kasih sayang, yaitu yang sesuai dengan norma agama dan norma adat.
Makna Payung dan Selendang
Dua perlengkapan utama dalam tarian ini adalah payung dan selendang. Payung
yang digunakan menggambarkan sikap seorang pria lajang melindungi seorang
gadis. Sementara makna selendang yang diikatkan penari gadis ke leher pria
pasangannya adalah merupakan lambang penerimaan cinta dan janji suci dalam
kesetiaan.

Anda mungkin juga menyukai