Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PASANGAN BARU MENIKAH

Dosen Pengampu: Ns. Puji Lestari, S.Kep., M.Kep. (Epid)

Disusun Oleh :
Alfian Arif M. (010114A007)
Ayu Wulandari (010114A013)
Firmansyah (010114A033)
Endang Komalasari (010114A029)
I Komang Jodi artawan (010114A039)
Kadek Ria Gangga D. (010114A051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Daur kehidupan dimulai dari lahir sampai akhirnya menemukan pasangan


dan membentuk keluarga berdasarkan pernikahan yang sah. Pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari
membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru (Friedman,
2010). Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan
dengan keluarga sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan
baru dengan keluarga dan kelompok social lainnya
Menurut Williams, Stacey & Carl (2006), masa awal pernikahan ialah 2
hingga 3 tahun pertama sebelum kehadiran anak. Masa ini merupakan masa
yang paling sulit bagi pasangan meskipun mereka sebelumnya sudah tinggal
bersama dan merasa memiliki hubungan yang baik. Hal ini terjadi karena
transisi yang dialami lebih sulit daripada yang diantisipasi oleh pasangan
(Olson & DeFrain, 2006). Sejalan dengan penelitian yang telah disebutkan di
atas, pada masa ini seseorang mengalami perubahan-perubahan seperti
penyesuaian antara harapan ideal akan pasangan dengan kenyataan yang
dijumpai sehari-hari, penyesuaian diri dengan tingkat kemandirian,
penyesuaian diri dengan teman dan keluarga dari pasangan, serta pembagian
tanggung jawab dalam hal biaya hidup dan pembagian tugas rumah tangga
(Williams, Stacey & Carl, 2006). Perubahan-perubahan tersebut membuat
tahun-tahun awal pernikahan sebagai masa penyesuaian yang paling sulit
dalam pernikahan (Nichols dalam Harway, 2005).
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan
keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui
tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya.
Pasangan baru (keluarga baru menikah) ialah ketika masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keluarga baru menikah ?


2. Bagaimana tugas perkembangan dan masalah – masalah yang terjadi pada
keluarga baru menikah ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah ?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru
menikah.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru
menikah).
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang
terjadi pada keluarga pemula (baru menikah).
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga pemula (baru menikah).
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri


dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10,
1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing (Friedman 1998).
Keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga . Hariyanto,
2005.
Pernikahan ialah salah satu cara memenuhi tugas perkembangan
dewasa muda. Seseorang memasuki pernikahan dalam usia yang
bervariasi, tetapi sebagian besar pasangan menikah berada pada masa
dewasa muda. Masa dewasa muda ialah masa ketika seseorang
mengembangkan hubungan intim dan komitmen pada pasangan (Erikson
dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2004). Setiap pasangan yang menikah
mengharapkan pernikahan yang sukses yaitu pernikahan yang berkualitas
dan bertahan lama dengan pasangan mereka (Atwater & Duffy, 1999).
Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang belum mempunyai anak (baru menikah). Perkawinan dari
sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim.

2. Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
b) Fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan
feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
c) Fungsi reproduksi keluarga melahirkan anak, menumbuh-
kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
d) Fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga nya dan kepentingan di masyarakat.

e) Fungsi fisik, keluarga memberikan keamanan, kenyamanan


lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

3. Tahapan Perkembangan Pasangan Baru Menikah


a. Membina hubungan dan kepuasan bersama
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Mengembangkan keakraban
d. Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial
e. Diskusi tentang anak yang diharapkan

4. Tugas Perkembangan Pasangan Baru Menikah


Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga si istri hamil. fase ini
merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka perceraian
tinggi pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan. pasangan
juga harus melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory
adjustment) sejak awal perkawinan keadaan akan makin sulit jika
pasangan juga harus melakukan penyesuaian di luar hubungan dengan
suami/isterinya, misal : melanjutkan sekolah, tugas luar kota, mobilitas
tinggi, tergantung kepada orang tua (tempat tinggal, finansial), hubungan
dengan keluarga besar.
maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani oleh
pasangan pada fase pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini dengan
baik, antara lain : (duvall, sociological perspective, 1985)
1. Memantapkan tempat tinggal
Pasangan yang baru menikah harus mediskusikan mengenai
pemilihan tempat tinggal, apakah mereka akan tinggal
dengan orangtua atau tinggal terpisah dengan orangtua.
2. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan
uang. Membelanjakan uang untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan pendapatan yang yang ada.
3. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa
bertanggung jawab kepada siapa (pembagian peran &
tanggung jawab). Dalam rumah tangga pembagian tugas
sangat penting untuk meringankan beban kedua pasangan.
Agar beban tanggug jawab dalam rumah tangga seimbang
ditanggung oleh keduanya.
4. Memantapkan kepuasan hubungan seksual
Keterbukaan dengan pasangan dengan membicarakan
mengenai hubungan seksual dengan pasangan agar suami
maupun istri mendapat kepuasan seksual.
5. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan
emosional. Menjaga komunikasi tetap stabil agar tidak
terjadi misskomunikasi atau salah sangka dengan saling
mengutarakan pendapat atau meminta pendapat pasangan
mengenai suatu hal.
6. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar.
Pernikahan bukan hanya berhubungan dengan satu orang,
tapi juga dengan keluarga pasangan. Menjaga hubungan
baik dengan keluarga dari pasangan adalah salah satu cara
untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
keluarga baru.
7. Memantapkan cara berinteraksi dengan teman; kolega dan
organisasi
8. Menghadapi kemungkinan kehadiran anak dan
perencanaannya. Mendiskusikan dengan pasangan kapan
dan berapa keinginan untu memiliki anak serta kesiapan
baik dari segi fisik, psikologis, dan ekonomi.
9. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri

5. Masalah yang Sering Timbul pada Pasangan Baru Menikah dan

Solusi dalam pemecahan masalah

a. Konflik dengan Mertua

Masalah paling klasik yang dihadapi setelah menikah adalah


ketidakcocokan dengan mertua. Baik tinggal bersama dengan mertua
atau pun terpisah, masalah ini akan selalu timbul terutama pada
wanita. Sering kali wanita menganggap Anda kurang baik dan
pengertian dalam merawat dan memahami pasangan. Masalah dengan
mertua menduduki peringkat pertama dalam permasalahan rumah
tangga. Menurut pakar pernikahan John Gottman, phD, terjadinya
konflik antara mertua dan menantu dipicu karena mereka sama-sama
bersaing untuk mendapatkan perhatian suami. solusinya adalah
diperlukan solidaritas yang tinggi dalam sebuah pernikahan. Suami
harus mendampingi istri dan mengutamakan istri, bahkan ketika dia
salah sang suami semestinya membela istrinya di depan keluarganya
terutama di depan ibu sang suami. Dan Untuk menghindari masalah
ini, buatlah komunikasi yang intens dan perlakukanlah mertua
selayaknya orang tua Anda sendiri.

b. Masalah Finansial

Uang merupakan penyebab pertikaian yang paling umum dalam


rumah tangga. Membahas proritas keuangan dan membuat
perencanaan dapat membantu mengurangi masalah ini. Pikirkan
mengenai anggaran tiap bulannya, tabungan, tunjangan kesehatan,
investasi untuk pendidikan anak serta cara menghadapi pasangan
ketika ia ingin membeli sesuatu yang tidak bisa Anda setujui.

c. Pembagian Tugas Rumah Tangga

Sepele, namun bisa menimbulkan pertengkaran bila ada yang


merasa tidak adil. Topik pertengkarang mulai dari mencuci piring,
belanja, membersihkan kamar pasti sering diributkan. Jika Anda dan
pasangan sama-sama bekerja, maka Anda perlu membicarakan topik
rumah tangga ini. Bicarakan pada pasangan jika Anda membutuhkan
bantuan si dia dalam menyelesaikan urusan rumah tangga. Agar tugas
menjadi jelas, buatlah daftar tugas yang harus dilakukan Anda dan si
dia dalam seminggu. Jika suami sudah menyelesaikan pekerjaannya
jangan lupa mengucapkan terima kasih dan berikan dia pujian.

d. Kehidupan Seks

Masalah yang paling umum lainnya adalah seks. Bagi pasangan


yang baru menikah, masa-masa bulan madu terlewatkan dengan
begitu cepat dan membuat pasangan harus menghadapi tekanan dari
kehidupan sehari-hari yang dapat menganggu hasrat seksual. Oleh
karena itu, bersikap terbuka dan mendiskusikan mengenai apa yang
diinginkan baik oleh Anda maupun pasangan dalam hal seks. Ketika
kehidupan seks Anda bahagia, makan kehidupan rumah tangga Anda
juga akan bahagia.
Solusinya adalah Anda dan pasangan mampu membagi tugas. Jika
diperlukan Anda dapat meminta bantuan dari orang luar, seperti
saudara dekat ART. Sehingga Anda pun masih bisa menikmati hidup
dan sesekali masih bisa pergi berdua bersama suami untuk
mempertahankan keromantisan.

e. Jam kerja

Ketika masih berpacaran, karena tinggal secara terpisah maka hal


ini tidak menjadi masalah yang terlalu besar. Tetapi setelah menikah
dan tinggal bersama maka ada kalanya Anda akan merasa bahwa
pasangan terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau sebaliknya. Masalah
pekerjaan ini sebaiknya sudah Anda bicarakan lebih dahulu sejak
merencanakan menikah dan juga perlu adanya toleransi serta
kesadaran yang cukup tinggi tentang hal ini.

f. Selera makanan

Masalah selera makanan tampak seperti hal yang remeh tetapi


dapat menjadi masalah yang cukup besar dalam sebuah hubungan.
Ketika sedang berpacaran masalah ini tidak akan begitu terasa karena
Anda hanya beberapa kali makan bersama pasangan dalam waktu satu
minggu. Namun ketika sudah menikah maka hal ini dapat menjadi
masalah karena ketidakcocokan selera lidah. Masalah ini dapat diatasi
dengan membeli atau memasak makanan yang sama-sama disukai
baik oleh Anda atau pasangan.

g. Berprilaku Jorok

Pria masih kerap membawa kebiasaan dirinya ketika masih


melajang, yang tidak terbiasa untuk menjaga kebersihan. Walaupun,
kadang sudut pandang mengenai apa yang dianggap bersih berbeda-
beda. Disini pasangan harus mengkomunikasikan hal tersebut kepada
suami, dan memberitahu suami agar tidak berprilaku seperti itu karena
akan mempengaruhi kesehatan dirinya dan pasangan.

h. Ekspektasi besar

Masalah kecil kerap timbul karena ekspektasi tidak sesuai


kenyataan. Anda berharap dia akan melakukan sesuatu sama seperti
apa yang Anda lakukan padanya, namun kenyataan berbeda. Jadi
kecewa karena ekspektasi tak terwujud makin lama makin menjadi
masalah besar. Solusinya jika kita sudah bersama seharusnya secara
perlahan kita bisa mengetahui dan memahami sifat pasangan.
Menerima apa adanya sehinggan tidak mersa kecewa , dan
keterbukaan terhadap pasangan diperlukan.

i. Tidak menghabiskan banyak waktu berduaan


Setelah bekerja, membereskan rumah, jarang ada waktu lagi untuk
bermesraan seperti saat berpacaran. Tak heran hubungan perkawinan
jadi seperti rutinitas yang membosankan. Usahakan berekreasi atau
berkencan atau melakukan hal yang biasa dilakukan saat pacaran.
Sehingga hubungan antar pasangan tidak terasa membosankan

j. Tidak ada ruang sendiri lagi

Kebanyakan waktu berdua di rumah justru menjadikan aktivitas


terasa membosankan. Tidak ada waktu lagi untuk menikmati rasa
bebas. Solusinya berikan pasangan waktu untuk menikmati
kesendirian. Sehingga hubungan tidak terasa membosankan karena
tidak ada sama sekali waktu pasangan untuk menenangkan diri
sendiri.

k. Tidak pernah mengungkapkan apa yang ada di pikirannya

Anda merasa seperti berhadapan dengan tembok. Padahal ngobrol


tentang aktivitas sehari-hari dan pillow talk adalah penting. Dimana
keterbukaan disini juga penting, menyampaikan atau mengutarakan
perasaan adalah suatu hal yang wajar. Setelah itu untuk pasangan juga
harusnya menjadi pendengar yang setia saat pasangan mengutakaan
atau mengungkapkan sesuatu.

l. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok begitu keras, dan si dia tidak pernah berusaha


mencari solusinya. Lalu berkata bahwa kalau menikah suami-istri
harus siap menerima satu sama lain "satu paket". Sebaiknya dalam hal
ini pasangan saling mengerti satu sama lain. Suami seharusnya
mengerti bahwa merokok tidak baik bagi kesehtannya sendiri apalagi
bagi pasangannya (perokok pasif), usahakan saat merokok jauh dari
pasangan dan mengurangi kebiasaan merokok bisa digantikan dengan
memakan permen dll. Sebagai istri seharusnya memahami juga bahwa
merubah sikap seorang itu tidak bisa instan, jadi istri harus sabar
dalam merubah kebiasaan suami.
m. Pasangan aktif di media sosial

Pasangan aktif di media sosial, dan sering saling sapa dengan


mantan kekasih. Ini jelas tidak baik. Usahakan untuk saling
menghargai perasaan masing masing pasangan. Utarakan hal-hal yang
menurut andatidak baik untuk pasangan anda lakukan

n. Masalah Kecil yang Terabaikan

Di antara masalah besar, ada banyak masalah kecil yang jadi


kerikil. Seperti kebiasaan tidak mau mengganti kertas tisu di toilet,
selalu lupa menaruh handuk basah di tempat seharusnya, dan hal-hal
kecil lainnya. bicarakan kepada pasangan secara baikbaik bahwa hal
hal kecil yang dilakukan pasangan tidak baik, jika pasangan masih
saja berprilaku sperti itu menerapkan denda juga solusi yang tidak
kalah menarik dan tidak membosankan dillakukan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat
dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
1. Pengumpulan data
a. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga .
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
c. Status Sosial Ekonomi
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh
pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
2) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan
bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
d. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai
rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
2) Karakteristik Lingkungan
Menurut (Friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi
derajat kesehatan.
e. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
2) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik.
3) Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga .
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya
agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor
tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
g. Stress dan Koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6
bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
5) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga .
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik.
i. Pengkajian fokus

 Kapan pertemuan pasangan?


 Bagaimana hubungan sebelum menikah?
 Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
 Adakah halangan terhadap perkawinan mereka?
 Bagaimana respon anggota keluarga terhadap perkawinan?
 Bagaimana kehidupan di lingkungan keluarga asal, termasuk
orientasi keluarga dari kedua orang tua?
 siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawianan?
 bagaimana hubungan dengan saudara ipar?
 Bagaimana keadaan orang tua masing-masing dan
hubungannya dengan orang tua setelah perkawinan?
 Bagaimana rencana mempunyai anak?
 Bagaimana rencana penggunaan KB?
 Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
 Bagaimana rutinitas (secara individual : suami dan istri) setelah
perkawinan?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab
2. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d sumber daya tidak cukup
(mis., finansial, sosial, pengetahuan)
C. INTEVENSI
1. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab
a. Tujuan : Keluarga menyusun tujuan jangka panjang dan pendek
untuk perubahan.
b. Criteria hasil
 Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga
 Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia
c. Intervensi
 Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk
menddiskusikan penilaian mereka terhadap situasi.
 Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi
amarahnya
 Krarifikasi perasaan anggota keluarga
 Jika ada indikasi, minta anggota keluarga untuk
mempertimbangkan masalah dari perspektif anggota keluarga
yang lain
 Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk
mempunyai harapan yang lebih realistis.
2. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
a. Tujuan
Keluarga akan membuat pilihan berdasarkan informasi
b. Criteria hasil
 Menyatakan keuntungan dan kerugian dari pilihan
berkeluarga
 Menceritakan mengenai ketakutan dan keprihatinan
mengenai pilihan pasangannya.
c. Intervensi
 Tetapkan hubungan saling percaya yang berarti
meningkatkan saling pengertian dan perhatian
 Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan
 Benahi kesalahan informasi
 Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam
mengambil keputusan
 Kolaborasi denag keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d sumber daya tidak cukup
(mis., finansial, sosial, pengetahuan)
a. Tujuan
 Keluarga mengenal masalah perawatan rumah yang menunjang
kesehatan
 Keluarga memutuskan untuk memelihara rumah dengan lebih
baik.
b. Criteria hasil
 Keluarga dapat menjelaskan rumah sehat
 Keluarga mampu mencari dan memperoleh informasi tentang
sumber di lingkungan
 Menjelaskan efek perawatan rumah yang kurang baik terhadap
kesehatan keluarga
 Menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat muncul akibat
lingkungan rumah yang tidak mendukung kesehatan.
c. Intervensi
 Libatkan keluarga dalam memutuskan kebutuhan pemeliharaan
rumah
 .Sediakan informasi mengenai bagaimana membuat rumah
aman dan bersih
 Bantu anggota keluarga untuk mengembangkan harapan yang
realistik dari mereka sendiri dalam melaksanakan peran mereka
 Fasilitasi untuk membersihkan cucian kotor
 Diskusikan pembiayaan yang dibutuhkan untuk memelihara
dan menyediakan sumber-sumber yang tersedia
 Tawarkan terhadap solusi terhadap adanya kesulitan keuangan
 Sediakan informasi tentang respite care (perawatan sementara)
jika diperlukan

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki
ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada
hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil
keputusan, kerjasama diantara anggota keluarg, interaksi, dan tinggal dalam suatu
rumah.
Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga pemula yaitu:
membangun perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok social, serta
merencanakan penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua),
mendiskusikan rencana punya anak.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.
Anggraeni, Rina, dkk. 2016. Hubungan Penyesuaian Peran Dengan Tingkat
Kecemasan pada Pasangan Baru Menikah. Jurnal Keperawatan Volume 8 No
2, Hal 39 – 44. September 2016. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4th
Edition. Connecticu : Aplenton
Friedman, Marilyn M & dkk. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
teori, & Praktik. Jakarta: EGC
Pingkan C. B. Rumondor. 2011. Gambaran Penyesuaian Diadik Pada Pasangan
Dewasa Muda Diawal Pernikahan. Vol.2 No.1 April 2011: 468-476. Fakultas
Psikologi, Bina Nusantara University
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai