305 - Tgs Kimnik Agd
305 - Tgs Kimnik Agd
Dosen Pengajar:
Jujuk Anton Cahyono,S.Si.,M.Sc
Mata Kuliah
Kimia Klinik II
Oleh
Aulia Hasbi P07134116219
Ayesha Januari Hisnandar P07134116220
Ayu Adistya Septiana P07134116221
Ayu Lestari P07134116222
Ayunda Puji Lestari P07134116223
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, dan hidayatnya yang telah diberikan, serta tak lupa shalawat dan salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga zaman.
Banjarbaru,.....................November 2018
Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat memberikan gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan dengan
metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan metode
sederhana untuk membantu tenaga kesehatan dalam menyimpulkan outcome
pasien.
1.3 Tujuan
2
BAB II
ISI
3
atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protei
d. Sistem dapar hemoglobin
2. Mekansime pernafasan.
3. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia
Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan vena campuran.
Ph 7,35-7,45 7,32-7,38
4
Analisa gas darah memiliki tiga tujuan sebagai berikut:
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
Pra Analitik
1. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.
3. Parameter :
4. Persiapan Sampel
1. Lakukan pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat
dilakukan pada:
a. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman
dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas
tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
b. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
c. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak
resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
5
d. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua
arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi
pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh
/ tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung
lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis
berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri.
Prosedur pengambilan darah arteri :
1. Siapkan spuit 3 cc atau spuit khusus untuk AGD yang
sudah preheparinized. Jumlah antikoagulan 0.2 mL
heparin.
2. Bersihkan daerah arteri yang akan ditusuk dengan
kapas-alkohol 70% dan biarkan kering
3. Posisi tangan hiperekstensi pada pergelangan, diganjal
handuk gulung atau bantal kecil
4. Tusuk pada yang denyutnya paling menonjol dengan
sudut 45-60 (90 untuk a. femoralis)
5. Hisap darah secukupnya lalu cabut jarum beserta
sempritnya dan segera tutup ujung jarum dengan karet,
dan semprit dibolak-balik beberapa kali agar darah
bercampur heparin
6. Setelah jarum dicabut, tekan daerah itu dengan kapas
atau kassa kering 3-5 menit
7. Segera dikirim ke laboratorium dalam waktu kurang
dari 15 menit atau diletakkan ke dalam wadah berisi es
(atau wadah pendingin lain dengan suhu 1-5) untuk
meminimalkan konsumsi oksigen oleh leukosit.
2. Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
3. Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus
4. Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.
6
5. Pengecekan BGA dan reagen
1. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar
dan memancar.
2. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
3. Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen
yang diberikan.
4. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.
Analitik
a. Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel
sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan
perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog (420).
b. Cara Kerja
1. Nyalakan power ON
7
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan
status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya
OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan
pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah
siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample
akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan
lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk
sendiri.
8
6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil
akan keluar melalui printer.
c. Quality Control
Pasca Analitik
1. Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati
2. Hasil pemeriksaan dicetak
3. Hasil pemeriksaan pada data pasien dicatat pada log book
2.3 Hal yang perlu diperhatikan serta faktor yang mempengaruhi analisa gas
darah
9
b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi
heparin untuk mencegah darah membeku
c. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan anestesi lokal
d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui
kepatenan arteri
e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah
arteri
f. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
g. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri
lebih deras dari pada vena)
h. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan
tutup ujung jarum dengan karet atau gabus
a. Gelembung Udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara
dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga
bila tekanan oksigen sampel darah kurang 158 mmHg. Maka hasilnya
akan meningkat.
b. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2.
Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap
pH dihambat oleh keasaman heparin.
c. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai
jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh
10
karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam
kamar pendingin beberapa jam.
d. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO. Nilai
pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang
penting pada nilai oksigenasi darah.
Pada saat tiba di IGD pasien sadar penuh namun tampak lemas, pucat
dengan membran mukosa kering. Tekana darah 70/50 mmHg, nadi 65 kali per
menit, pernafasan 16 kali per menit, temperature 34, 9 derajat Celcius, saturasi
oksigen 97% dengan oksigen 3 Liter/ menit via nasal canule. Akral teraba
dingin dengan Capillary refill time (CRT) memanjang, yaitu lebih lebih dari 3
detik dan turgor kulit menurun.
11
pH : 7, 13
PaO2 : 82 mmHg
PaCO2 : 42 mmHg
HCO3- : 13 mmol/L
Anion Gap : 35 mmol/L
Kalium : 5, 3 mmol/L
Natrium : 125 mmol/L
Chloride : 82 mmol/L
konsentrasi ion H+ : 74 nmol/L
Glukosa : 9, 3 mmol/L
Lactate : 4, 2 mmol/L
Ionized Calcium : 1, 00 mmol/L
Sebelum kita menganalisa hasil AGD diatas, kita harus mengingat kembali
nilai normal AGD yang dapat dilihat di
pH pasien diatas adalah : 7, 13, maka kita sebut asidotik ( nilai normal pH = 7,
35 – 7, 45)
paCO2 pasien : 42 mmHg, masih dalam batas normal (nilai normal CO2 = 35
– 45 mmHg)
Ingat apabila CO2 > 45 mmHg disebut asidotik dan apabila CO2 < 35 mmHg
disebut alkalotik
12
HCO3- pasien : 13 mmol/ L, maka kita sebut asidotik (nilai normal HCO3- =
22 – 26 mEq/L)
Ingat apabila HCO3- < 22 maka disebut asidotik dan apabila HCO3- > 26
mEq/L maka disebut alkalotik
pH : 7, 13 adalah asidotik
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pasien diatas mengalami asidosis metabolik
Ingat bahwa nilai CO2 adalah penanda fungsi pernafasan dan nilai HCO3-
adalah penanda fungsi metabolisme
pH : menunjukkan asidotik
13
dengan hiperventilasi untuk menurunkan nilai paCO2 sehingga kadar asam
tubuh berkurang dan pH bisa meningkat dan menjadi lebih basa.
Dari hasil AGD pasien diatas dapat kita simpulkan bahwa mekanisme
kompensasi belum terjadi. Contoh Hasil AGD yang menunjukkan sudah
terjadinya mekanisme kompensasi penuh dan mekanisme kompensasi
sebagian dapat dilihat di .
cari nilai FiO2: pasien menggunakan oksigen 3 liter per menit, jadi FiO2
adalah : 30% atau 0, 3
dari hasil AGD didapat paO2 pasien diatas adalah 82 mmHg
PaO2 / FiO2
82 / 0.3 = 273, 3 maka dapat disimpulkan pasien mengalami acute lung injury
tetapi belum sampai pada distress pernafasan akut (ARDS).
14
Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
15
2.5 Indikasi dan kontra indikasi dari analisa gas darah
16
kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru
menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah.
Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan
yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan
kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi
yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem
jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi
17
sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh
karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass.
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab
lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika
cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan
organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
3.2 Saran
1. Mengenai analiisa gas darah, akan lebih baik melengkapinya dengan referensi
dari jurnal internasional yang terbaru.
2. Perbanyak keterangan saat menyertakan gambar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Y & Wisudarti CFR. 2012. Interpretasi Gas Darah Arteri. Referat PPDS I FK
UGM.
http://www.pojok-science.com/6-langkah-mudah-membaca-hasil-analisa-gas-darah/
http:/www.pojok.science.com/langkah-langkah-mudah-membaca-hasil-agd-contoh-
kasus
https://egaliter.wordpress.com/2010/07/10/interpretasi-hasil-analisa-gas-darah-dan-
peranannya-dalam-penilaian-pasien-pasien-kritis-2/
Morgan GE, Mikhail MS & Murray MJ. 2013. Acid Base Balance in Clinical
Anesthesiology. Lange Medical Books/McGraw-Hill. New York.
Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil
dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012
Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada
Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010,
Universita Diponegoro
Yogyakarta.
http://ankes28poltekkesbandung.blogspot.com/2013/10/blood-gas analyzer.html?m=1
21