Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ANALISA GAS DARAH

Dosen Pengajar:
Jujuk Anton Cahyono,S.Si.,M.Sc

Mata Kuliah
Kimia Klinik II

Oleh
Aulia Hasbi P07134116219
Ayesha Januari Hisnandar P07134116220
Ayu Adistya Septiana P07134116221
Ayu Lestari P07134116222
Ayunda Puji Lestari P07134116223

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, dan hidayatnya yang telah diberikan, serta tak lupa shalawat dan salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai


“ANALISA GAS DARAH” yang diajukan sebagai tugas teori matakuliah Kimia
Klinik II tepat pada waktunya.

Kami, sebagai penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada


penulisan ini, sehingga dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik,
agar kesalahan yang kami perbuat dapat diperbaiki dan tidak terulang lagi.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Banjarbaru,.....................November 2018
Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
ISI .................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan fungsi analisa gas darah ......................................................... 3
2.2 Pemeriksaan analisa gas darah (pra-analitik-pasca) ....................................... 5
2.3 Hal yang perlu diperhatikan serta faktor yang mempengaruhi analisa gas
darah……. ................................................................................................................. 9
2.4 Langkah-langkah menilai analisa gas darah ................................................. 11
2.5 Indikasi dan kontra indikasi dari analisa gas darah ...................................... 16
BAB III ....................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan


penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan
keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah
tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya
secara tepat.

Di Indonesia hampir 50% penyakit dalam dilakukan AGD (Analisa


Gas Darah) untuk mendapatkan data penunjang, maka sangat dibutuhkan
peran petugas dalam AGD yaitu observasi tempat penusukan dari pendarahan,
hematom, atau pucat pada bagian distal.

Pemahaman yang mendalam tentang fisiologi asam basa memiliki


peran yang sama pentingnya dengan pemahaman terhadap fisiologi jantung
dan paru pada pasien-pasien kritis. Telah banyak perkembangan dalam
pemahaman fisiologi asam basa, baik dalam suatu larutan maupun dalam
tubuh manusia. Pendekatan tradisional dalam menganalisa kelainan asam basa
adalah dengan menitikberatkan pada rasio antara bikarbonat dan
karbondioksida, namun cara tersebut memiliki beberapa kelemahan. Saat ini
terdapat pendekatan yang sudah lebih diterima yaitu dengan pendekatan
Stewart, dimana pH dapat dipengaruhi secara independent oleh tiga faktor,
yaitu strong ion difference (SID), tekanan parsial CO2, dan total konsentrasi
asam lemah yang terkandung dalam plasma.

Kelainan asam basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada


pasien-pasien kritis. Namun, pendekatan dengan metode sederhana tidak

1
dapat memberikan gambaran mengenai prognosis pasien. Pendekatan dengan
metode Stewart dapat menganalisa lebih tepat dibandingkan dengan metode
sederhana untuk membantu tenaga kesehatan dalam menyimpulkan outcome
pasien.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dan fungsi dari Analisa Gas Darah?


2. Apa saja tahap-tahap pemeriksaan analisa gas darah (pra-analitik-pasca)?
3. Apa saja hal yang perlu diperhatikan serta faktor yang mempengaruhi
analisa gas darah?
4. Bagaimana langkah-langkah menilai analisa gas darah?
5. Apa saja Indikasi dan kontra indikasi dari analisa gas darah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dari Analisa Gas Darah.


2. Untuk mengetahui tahap-tahap pemeriksaan analisa gas darah (pra-
analitik-pasca).
3. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan serta faktor yang
mempengaruhi analisa gas darah
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menilai analisa gas darah
5. Untuk mengetahui Indikasi dan kontra indikasi dari analisa gas darah.

1.4 Manfaat penulisan

Agar pembaca dapat mengetahui tentang analisa gas darah, dan


sebagai ATLM dapat dijadikan bahan pembelajaran.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian dan fungsi analisa gas darah

A. Pengertian Analisa Gas Darah


Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur
keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paruparu dalam
menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi
pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.
Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi
paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah
astrup dari arteri radialis, brakhialis, atau formalis.

Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga


keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan
spesimen dari darah arteri, jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh
suatu sampel vena campuran dapat juga digunakan.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai


tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan
asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH

3
atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protei
d. Sistem dapar hemoglobin
2. Mekansime pernafasan.
3. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia
Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan vena campuran.

parameter Sampel arteri Sampel vena

Ph 7,35-7,45 7,32-7,38

PaCO2 35-45 mmHg 42-50 mmHg

PaO2 80-100mmHg 40 mmHg

Saturasi oksigen 95%-100% 75%

Kelebihan + atau -2 + atau -2


/kekurangan basa

HCO3 22-26 mEq/L 23-27 mEq/L

B. Fungsi Analisa Gas Darah

4
Analisa gas darah memiliki tiga tujuan sebagai berikut:
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.

2.2 Pemeriksaan analisa gas darah (pra-analitik-pasca)

Pra Analitik
1. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul.

2. Bahan Pemeriksaan ; darah, serum, plasma

3. Parameter :

a. Blood Gas Parameters : pH, PCO2, PO2


b. Electrolyte Parameters : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride
(Cl), Calcium (Ca2+)
c. Hematocrit (Hct)

4. Persiapan Sampel
1. Lakukan pengambilan sampel darah arteri yang letaknya dapat
dilakukan pada:
a. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman
dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas
tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
b. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
c. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak
resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.

5
d. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua
arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi
pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh
/ tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung
lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis
berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri.
 Prosedur pengambilan darah arteri :
1. Siapkan spuit 3 cc atau spuit khusus untuk AGD yang
sudah preheparinized. Jumlah antikoagulan 0.2 mL
heparin.
2. Bersihkan daerah arteri yang akan ditusuk dengan
kapas-alkohol 70% dan biarkan kering
3. Posisi tangan hiperekstensi pada pergelangan, diganjal
handuk gulung atau bantal kecil
4. Tusuk pada yang denyutnya paling menonjol dengan
sudut 45-60 (90 untuk a. femoralis)
5. Hisap darah secukupnya lalu cabut jarum beserta
sempritnya dan segera tutup ujung jarum dengan karet,
dan semprit dibolak-balik beberapa kali agar darah
bercampur heparin
6. Setelah jarum dicabut, tekan daerah itu dengan kapas
atau kassa kering 3-5 menit
7. Segera dikirim ke laboratorium dalam waktu kurang
dari 15 menit atau diletakkan ke dalam wadah berisi es
(atau wadah pendingin lain dengan suhu 1-5) untuk
meminimalkan konsumsi oksigen oleh leukosit.
2. Penambahan antikoagulan berupa lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc darah.
3. Alat pengambilan sampel menggunakan semprit khusus
4. Dilakukan pengukuran suhu badan serta kadar hemoglobin pasien.

6
5. Pengecekan BGA dan reagen

pengambilan darah arteri 1

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah

1. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna segar
dan memancar.
2. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
3. Cantumkan suhu pasien, jam pengambilan darah dan konsentrasi oksigen
yang diberikan.
4. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian.

Analitik

a. Prinsip
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel
sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan
perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog (420).
b. Cara Kerja
1. Nyalakan power ON

7
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan
status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya
OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan
pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah
siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample
akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan
lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk
sendiri.

Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan


dengan kondisi.
a. Syringe
b. Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The
Vitalpath Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum
suntiknya.
c. Tabung Koleksi Heparin
d. Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau
DRI-CHEM ® 7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran
tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.
e. Tabung Kapilari
f. Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang
sedikit, atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat
menggunakan tabung kapilari berisi 140 uL.
5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB,
suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume
oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.

8
6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil
akan keluar melalui printer.

c. Quality Control

Quality control digunakan untuk menjamin kualitas instrument sehari-


hari guna menjaga akurasi dan realibilitas hasil pasien melalui tes kontrol
eksternal dengan mengetahui rentang nilai yang dapat diterima untuk setiap
tes yang dilakukan. Hal ini memungkinkan dokter untuk menafsirkan data
laboratorium dengan lebih percaya diri. Protokol ™ TrueQC Heska
yang berpola setelah Pedoman ASVCP dan termasuk proses untuk
melaksanakan program QC sederhana dan dapat diandalkan yang
memvalidasi faktor penting yang melekat untuk pengujian di rumah sakit.
Pengujian QC harian sejalan dengan praktek laboratorium standar
dan memberikan kepastian dan validasi hasil laboratorium yang akurat.
Rekomendasi untuk QC untuk Analyzer VitalPath termasuk menjalankan
materi QC harian pada awal setiap hari, sebelum setiap sampel pasien yang
dijalankan. ini sederhana protokol memastikan kinerja optimal dari analisa,
reagen, dan operator, dan memberikan keyakinan sepenuhnya pada hasil

Pasca Analitik
1. Hasil pemeriksaan yang tertera pada layar dilihat dan diamati
2. Hasil pemeriksaan dicetak
3. Hasil pemeriksaan pada data pasien dicatat pada log book

2.3 Hal yang perlu diperhatikan serta faktor yang mempengaruhi analisa gas
darah

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


a. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih

9
b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi
heparin untuk mencegah darah membeku
c. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan anestesi lokal
d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui
kepatenan arteri
e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah
arteri
f. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
g. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri
lebih deras dari pada vena)
h. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan
tutup ujung jarum dengan karet atau gabus

Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah

a. Gelembung Udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara
dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga
bila tekanan oksigen sampel darah kurang 158 mmHg. Maka hasilnya
akan meningkat.
b. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2.
Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap
pH dihambat oleh keasaman heparin.
c. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai
jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh

10
karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam
kamar pendingin beberapa jam.
d. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO. Nilai
pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang
penting pada nilai oksigenasi darah.

2.4 Langkah-langkah menilai analisa gas darah

Berikut ini adalah contoh dalam menerapkan langkah mudah menilai


Analisa Gas Darah (AGD) untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam
basa dan status oksigenasi yang dialami pasien. Seorang pasien, laki-laki, 65
tahun dibawa ke IGD rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan diare
sudah 5 hari. Frekuensi diare lebih dari 6 kali per hari. Diare tidak ada darah
maupun lendir, tidak muntah dan tidak ada demam. Mulai pagi ini pasien
diare sudah lebih dari 10 kali dan merasa sangat lemas.

Pada saat tiba di IGD pasien sadar penuh namun tampak lemas, pucat
dengan membran mukosa kering. Tekana darah 70/50 mmHg, nadi 65 kali per
menit, pernafasan 16 kali per menit, temperature 34, 9 derajat Celcius, saturasi
oksigen 97% dengan oksigen 3 Liter/ menit via nasal canule. Akral teraba
dingin dengan Capillary refill time (CRT) memanjang, yaitu lebih lebih dari 3
detik dan turgor kulit menurun.

Di IGD dilakukan pemeriksaan Analisa gas darah atau Blood Gas


Analysis (BGA) dengan hasil sebagai berikut:

11
 pH : 7, 13
 PaO2 : 82 mmHg
 PaCO2 : 42 mmHg
 HCO3- : 13 mmol/L
 Anion Gap : 35 mmol/L
 Kalium : 5, 3 mmol/L
 Natrium : 125 mmol/L
 Chloride : 82 mmol/L
 konsentrasi ion H+ : 74 nmol/L
 Glukosa : 9, 3 mmol/L
 Lactate : 4, 2 mmol/L
 Ionized Calcium : 1, 00 mmol/L

Sebelum kita menganalisa hasil AGD diatas, kita harus mengingat kembali
nilai normal AGD yang dapat dilihat di

Langkah 1: Lihat hasil pH

pH pasien diatas adalah : 7, 13, maka kita sebut asidotik ( nilai normal pH = 7,
35 – 7, 45)

Langkah 2: Lihat hasil paCO2

paCO2 pasien : 42 mmHg, masih dalam batas normal (nilai normal CO2 = 35
– 45 mmHg)

Ingat apabila CO2 > 45 mmHg disebut asidotik dan apabila CO2 < 35 mmHg
disebut alkalotik

Langkah 3 : lihat hasil HCO3-

12
HCO3- pasien : 13 mmol/ L, maka kita sebut asidotik (nilai normal HCO3- =
22 – 26 mEq/L)

Ingat apabila HCO3- < 22 maka disebut asidotik dan apabila HCO3- > 26
mEq/L maka disebut alkalotik

langkah 4: Perhatikan nilai paCO2 dan HCO3-, mana yang sesuai


dengan pH

pH : 7, 13 adalah asidotik

paCO2 : 42 mmHg adalah normal

HCO3- : 13 mmol/ L adalah asidotik

Jadi dapat kita simpulkan bahwa pasien diatas mengalami asidosis metabolik

Ingat bahwa nilai CO2 adalah penanda fungsi pernafasan dan nilai HCO3-
adalah penanda fungsi metabolisme

Langkah 5: Lihat apakah mekanisme kompensasi sudah terjadi

Untuk melihat apakah mekanisme kompensasi sudah terjadi atau belum


perhatikan nilai-nilai berikut:

pH : menunjukkan asidotik

HCO3- : menunjukkan asidotik

paCO2 : menunjukkan nilai normal

Untuk melihat sudah terjadi mekanisme kompensasi, liat nilai paCO2.


Mekanisme kompensasi tubuh pada saat keadaan asidosis metabolik adalah

13
dengan hiperventilasi untuk menurunkan nilai paCO2 sehingga kadar asam
tubuh berkurang dan pH bisa meningkat dan menjadi lebih basa.

Dari hasil AGD pasien diatas dapat kita simpulkan bahwa mekanisme
kompensasi belum terjadi. Contoh Hasil AGD yang menunjukkan sudah
terjadinya mekanisme kompensasi penuh dan mekanisme kompensasi
sebagian dapat dilihat di .

Langkah 6: hitung rasio paO2/ FiO2

perhitungan rasio PaO2 / FiO2 dilakukan untuk mengetahui status oksigenasi


pasien. Rasio paO2 / FiO2 yang normal adalah > atau =300. Apabila rasio
paO2 / FiO2 < 300 maka pasien mengalami acute lung injury ( ALI) dan
apabila rasio PaO2 / FiO2 < 200 maka pasien mengalami acute respiratory
distress syndrome (ARDS) dan memerlukan intervensi segera.

Cara menghitung rasio paO2 / FiO2 pasien diatas adalah:

 cari nilai FiO2: pasien menggunakan oksigen 3 liter per menit, jadi FiO2
adalah : 30% atau 0, 3
 dari hasil AGD didapat paO2 pasien diatas adalah 82 mmHg

Kemudian masukan ke rumus berikut:

PaO2 / FiO2

82 / 0.3 = 273, 3 maka dapat disimpulkan pasien mengalami acute lung injury
tetapi belum sampai pada distress pernafasan akut (ARDS).

Interpretasi Hasil AGD

14
Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:

 pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau


alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
 PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah
menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat.
PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen
tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
 PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme
normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi
menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi
gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai
kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg
 HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme,
seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis
metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi
abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH
kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3- normal berada dalam
rentang 22-26 mmol/l
 Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang
harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4
pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C 0. BE
bernilai positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya,
BE bernilai negatif menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai
normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l

Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen.


Nilai normalnya adalah 95-98 %

15
2.5 Indikasi dan kontra indikasi dari analisa gas darah

Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :


1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran
udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun
reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa
juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk
sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-
pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda.
Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary
edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-
cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel
alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada

16
kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru
menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah.
Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan
yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan
kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi
yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem
jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi

17
sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh
karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass.
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab
lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika
cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan
organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah.

C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah

1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma.


2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap
dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis,
maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa.
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relatif.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur


keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paruparu dalam
menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi
pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. Tahap-tahap
pemeriksaan analisa gas darah meliputi pra analitik, analitik hingga pasca
analitik. Hal yang perlu diperhatikan meliputi saat pengambilan sampel
dan keadaan sampel serta faktor yang mempengaruhi analisa gas darah
adalah Gelembung Udara, Antikoagulan, Metabolisme dan Suhu.
Langkah-langkah menilai analisa gas darah meliputi langkah 1: lihat hasil
ph, langkah 2: lihat hasil paco2, langkah 3 : lihat hasil hco3- , langkah 4:
perhatikan nilai paco2 dan hco3-, mana yang sesuai dengan ph, langkah 5:
lihat apakah mekanisme kompensasi sudah terjadi,dan langkah 6: hitung
rasio pao2/ fio2. Indikasi Analisa Gas Darah meliputi: Pasien dengan
penyakit obstruksi paru kronik, Pasien deangan edema pulmo, Pasien akut
respiratori distress sindrom (ARDS), Infark miokard., Pneumonia, Klien
syok, Post pembedahan coronary arteri baypass, Resusitasi cardiac arrest,
Klien dengan perubahan status respiratori, dan Anestesi yang terlalu lama.
Kemudian untuk Kontra indikasi Analisa Gas Darah yaitu sirkulasi
kolateral yang tidak adekuat, pada ekstremitas yang telah dievaluasi
dengan tes allen.

19
3.2 Saran

1. Mengenai analiisa gas darah, akan lebih baik melengkapinya dengan referensi
dari jurnal internasional yang terbaru.
2. Perbanyak keterangan saat menyertakan gambar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Y & Wisudarti CFR. 2012. Interpretasi Gas Darah Arteri. Referat PPDS I FK
UGM.
http://www.pojok-science.com/6-langkah-mudah-membaca-hasil-analisa-gas-darah/

http:/www.pojok.science.com/langkah-langkah-mudah-membaca-hasil-agd-contoh-
kasus

https://egaliter.wordpress.com/2010/07/10/interpretasi-hasil-analisa-gas-darah-dan-
peranannya-dalam-penilaian-pasien-pasien-kritis-2/

Morgan GE, Mikhail MS & Murray MJ. 2013. Acid Base Balance in Clinical
Anesthesiology. Lange Medical Books/McGraw-Hill. New York.
Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil
dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012
Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada
Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010,
Universita Diponegoro
Yogyakarta.
http://ankes28poltekkesbandung.blogspot.com/2013/10/blood-gas analyzer.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai