Disusun Oleh :
Kelompok 8
CAHYA FITRI 4002160023
ENGGARTIA LUKITA 4002160025
KONITA HIDAYANTI 4002160027
SINTA YULIZA 4002160006
WAHYU SUDANA 4002160030
WILDA MARTA S 4002160033
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunianya kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN HIV/AIDS ”.
Kita menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak menerima
bimbingan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
1. Dr. Suryani Soepardan, Dra. MM. selaku Ketua STIKes Dharma Husada
Bandung.
2. Irma Nur Amalia, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana
Husada Bandung.
kita menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................
A. HIV ...........................................................................................
1. Pengertian HIV....................................................................
2. Etiologi HIV........................................................................
3. Manifestasi klinis HIV.........................................................
4. Patofisiologi HIV.................................................................
5. Komplikasi...........................................................................
6. Pemeriksaan penunjang diagnosa........................................
7. Penatalaksaan medis............................................................
B. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI ................
1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum
ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV,
sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS
juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik,
ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap
penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari
segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan
merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan
bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.
Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar,
sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,
merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya
dalam makalah ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara
Penanggulangannya”.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan
bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Pengertian HIV
2. Etiologi HIV
3. Manifestasi klinis HIV
4. Patofisiologi HIV
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan penunjang diagnosa
7. Penatalaksaan medis
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian HIV
2. Untuk mengetahui etiologi HIV
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV
5. Untuk mengetahui komplikasi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diagnosa
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis
4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah:
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi
sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita
semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja
menyebabkan penyakit AIDS.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. HIV
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV
menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan
DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1
yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan
di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan
menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia
(Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada
orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel
mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing
grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara
evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
2 AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,
sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009).
Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel
CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia.
Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk
mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh
manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan
rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami
AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di
mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).
B. ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab
AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri
khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk
silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk
replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan
pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk
gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi
HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev
membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef
menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang
lain (Brooks, 2005).
C MANIFESTASI KLINIS
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2
gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)
(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun
tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis
seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas),
diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Gejala Minor
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6
minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah
demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise,
anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis,
periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous
maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma
viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika
seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual.
Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem
imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus
HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan
penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien
dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase
simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
D. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (
HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi primer :
a. MCMD (Minor Cognitive Motor Disorder
b. Neurobiologi (meningitis, mylopati, neuropati )
c. Infeksi (toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV
d. Leikoencepalopati multifoksl progresif (neoplasma dan delirium)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk
HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap
HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan
ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari
orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih
efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara
umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART).
Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT,
ddl, ddC & 3TC).
b. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat
reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu
enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam
memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan
menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan
rumah dan dilepaskan.
4. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan
diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan
jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun
perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada
semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon
imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).
5. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala : mudah lemah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan
yang progresif.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap
aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera.
Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, volume nadi perifer
menurun, pengisian kapiler memanjang.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan : dukunga
keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu,
mengkhwatirkan penampiln : alopesia, lesi, cacat, menurunnya BB, merasa
tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, ehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis,
kontak mata kurang.
4. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.
Tanda : Feses encer disertai mkus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada
rektal, perubahan dalam jumlah warna urin.
5. Makanan, cairan
Gejala : Tidakada nafsu makan, mual muntah.
Tanda : Penurunan BB yang cepat bising usus yang hiperaktif, turgor kulit
jelek, lesimpada rongga mulut, adanya selaput putih/ perubahan earna mukosa
mulut, adanya gigi yang tanggal, edema.
6. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan ADL.
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi
7. Neurosensorik
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan mental,
kerusakan sensasi, kelemahan otot, tremor, penurunan visus.
Tanda : Gaya berjalan ataksia
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri umum/ lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
ROM, pincang.
9. Pernapasan
Gejala : Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/ non,
sesak pada dada
Tanda : Takipnea, bunyi napas tambahan, sputum kuning
10. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat proses penyembuhan.
Tanda : Perubahan integritas kulit, timbulnya nodul- nodul.
11. Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, lesipadagenetalia, keputihan.
12. Interaksi sosial
Gejala : Isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktivitas yang tidak
terorganisir
Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000
Doenges M.E. (2008) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim. 2007. Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta.
BAB III
KASUS
Seorang perempuan , usia 22 tahun seorang ibu rumahtangga menikah
dengan seorang pria tahun 2004 dan dikaruniai seorang anak laki-laki usia 4
tahun. Sebelum menikah pasien tersebut tidak mengetahui bahwa suaminya
adalah pengguna narkoba suntik, ketika itu ia masih sekolah SMU kelas 2
berpacaran dengan pria tersebut sampai akhirnya ia hamil dan dinikahkan oleh
orang tuanya. Setelah melahirkan anaknya, pasien mengalami keputihan, keluaran
secret pada vagina dan berbau yang tidak sembuh-sembuh.Makin lama kondisi
kesehatan pasien menurun, mulai mengalami batuk-batuk kronis, infeksitelinga,
dan berat badan menurun serta didapatkan stomatitis. Kondisi pasien semakin
menurun sampai suatu hari terjadi penurunan kesadaran yang akhirnya dibawa ke
rumah sakit untuk dirawat. Ketika di rumah sakit, diketahui CD4 50 sel/mm3, dan
mulut Ibu A mulai ditumbuhi jamur candida yang membuatnya sulit menelan
makanan. Pasien dilakukan VCT dan direncanakan mendapatkan terapi ARV.
Pasien mengaku sangat malu dan merasa sudah tidak berguna lagi sebagai istri
dan juga ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN HIV
I. PENGKAJIAN
A. INDETITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dx. Medis : HIV/AIDS
B. RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama : klien mengeluh sulit menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dilakukan pengkajian kepada Ny. A
oleh Perawat tanggal 26 Desember 2018 pukul
17.00 wib, didapatkan hasil bahwa klien sulit
menelan. Terdapat stomatitis dan mulut klien
mulai ditumbuhi jamur candida. Klien juga
mengalami penurunan berat badan
Riwayat Penyakit Dahul :Klien mengatakan mengalami keputihan sejak
selesai melahirkan 4 tahun lalu, keluaran sekret
pada vagina dan berbau yang tidak sembuh-
sembuh. KLien juga mulai mengalami batuk-
batuk kronis, infeksi telinga, dan berat badan
semakin lama semakin menurun serta terdapat
stomatitis.
Riwayat Penyakit Keluarga :Suami klien merupakan pengguna narkoba suntik
Riwayat Psikososial :Klien mengaku sangat malu dan merasa sudah
tidak berguna lagi sebagai istri dan juga ibu.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : kesadaran klien menurun
Tanda-Tanda Vital : -
Pemeriksaan fisik :
Sistem pernafasan : klien mengalami batuk-batuk kronis
Sistem persyarafan : klien sulit menelan
Sistem pencernaan : terdapat stomatitis dan mulut klien di tumbuhi jamur
cadida, Penurunan berat badan
Sistem reproduksi : klien mengalami keputihan keluaran sekret pada vagina
dan berbau yang tidak sembuh-sembuh
sistem imun : CD4 50 sel/mm3
IV. INTERVENSI
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubugan dengan kesulitan menelan
Tujuan :
Intervensi
a. kolaborasi pemberian obat ARV dan evaluasi penggunaanya
Rasional : Terapi antiretoroviral, sebagaimana halnya penggunaan obat-obat
untuk penyakit lainnya, perlu dievaluasi terutama terkait dengan kesesuaian
terapi dengan standar yang sudah ditetapkan. Di dalam proses evaluasi
penggunaan obat, gambaran tentang pola penggunaan obat dapat diketahui dan
bisa dibandingkan dengan pola penggunaannya pada periode waktu tertentu.
Salah satu tujuan penting lainnya adalah sebagai sumber masukan untuk
melakukan intervensi perbaikan penggunaan obat di masa yang akan datang
b. kolaborasi dalam pemberian zinc sulfate
Rasional : Zinc sulfat meningkatkan jumlah limfosit CD-4, dan dapat digunakan
sebagai alternatif untuk meningkatkan kekebalan pasien HIV / AIDS.
menyebabkan mengobati respon kognitif infeksi PWH. Model ini didasarkan pada
teori ilmu keperawatan (Roy
dan Hall) dikombinasikan dengan paradigma psychoneuroimmunology yang
mampu menginduksi respon imun
modulasi, terutama peningkatan jumlah CD4. Peningkatan CD4 akan mendorong
IFN-γto
membantu makrofag dalam menghancurkan HIV.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat
menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal,
sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan tanpa
mempedulikan akibatnya, misalnya : penggunaan narkotika suntikan, dan
sebagainya. Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu
demam yang berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan yang
terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri dengan
kematian.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan
hubungan seksual secara bebas. Masalah AIDS ini tidak tentu akan menyebar
luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini, apalagi jika ada partisipasi dari
semua pihak.
B. SARAN
1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah, dan jangan berganti-ganti
pasangan seksual.
2. Apabila berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah
alat suntik itu steril atau tidak.
3. Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika
melalui alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa
saja menularkan AIDS, karena alat-alat seperti itu tidak ada gunanya.dan
hindarkan diri dari pergaulan bebas yang bersifat negatif.
4. Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-
brosur, yang mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kitamemperhatikan
denganbaik, agar segala sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita
bisa menghindarkan diri sejak dini dari AIDS.
5. Orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya
menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS
tidak menular pada pasangan seksualnya.