Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN HIV/AIDS

Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Keperawatan Medical Bedah

Disusun Oleh :
Kelompok 8
CAHYA FITRI 4002160023
ENGGARTIA LUKITA 4002160025
KONITA HIDAYANTI 4002160027
SINTA YULIZA 4002160006
WAHYU SUDANA 4002160030
WILDA MARTA S 4002160033

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunianya kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN HIV/AIDS ”.
Kita menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak menerima

bimbingan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Suryani Soepardan, Dra. MM. selaku Ketua STIKes Dharma Husada

Bandung.

2. Irma Nur Amalia, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung

3. Semua dosen dalam Team Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma

Husada Bandung.

4. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

kita menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

sempurna, maka diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Bandung, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................................

C. Tujuan Penulisan ......................................................................

D. Manfaat Penulisan ....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV ...........................................................................................

1. Pengertian HIV....................................................................
2. Etiologi HIV........................................................................
3. Manifestasi klinis HIV.........................................................
4. Patofisiologi HIV.................................................................
5. Komplikasi...........................................................................
6. Pemeriksaan penunjang diagnosa........................................
7. Penatalaksaan medis............................................................
B. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI ................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIV


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum
ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV,
sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS
juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik,
ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap
penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari
segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan
merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan
bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.
Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar,
sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,
merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya
dalam makalah ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara
Penanggulangannya”.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan
bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Pengertian HIV
2. Etiologi HIV
3. Manifestasi klinis HIV
4. Patofisiologi HIV
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan penunjang diagnosa
7. Penatalaksaan medis

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian HIV
2. Untuk mengetahui etiologi HIV
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV
5. Untuk mengetahui komplikasi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diagnosa
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis

4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah:
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi
sesama pelajar dan generasi muda tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita
semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa saja
menyebabkan penyakit AIDS.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
1. HIV
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV
menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan
DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1
yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan
di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan
menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia
(Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada
orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel
mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing
grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara
evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).

2 AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,
sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009).
Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel
CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia.
Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk
mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh
manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan
rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami
AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di
mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).

B. ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab
AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri
khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk
silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk
replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan
pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk
gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi
HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev
membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef
menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang
lain (Brooks, 2005).

C MANIFESTASI KLINIS
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2
gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati

2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)
(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain

2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun
tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis
seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas),
diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Gejala Minor

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6
minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah
demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise,
anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis,
periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous
maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma
viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika
seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual.
Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem
imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.

2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus
HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan
penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien
dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase
simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

D. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (
HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi primer :
a. MCMD (Minor Cognitive Motor Disorder
b. Neurobiologi (meningitis, mylopati, neuropati )
c. Infeksi (toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV
d. Leikoencepalopati multifoksl progresif (neoplasma dan delirium)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSA


Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat
tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain
dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein
yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang
dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu
setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan
akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010).
Menurut University of California San Francisco (2011), ELISA (enzyme-
linked immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan
untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi
HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka
hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil
tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam
menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai
konfirmasi. Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV.
Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis,
dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika
terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan
protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara
enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi
HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003) Tes
OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis
infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif
harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (MacCann, 2008).
Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus,
manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat
mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi
terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV terdiri dari
bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA
virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan
Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum
antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru
lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk
HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap
HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan
ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari
orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih
efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara
umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART).
Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT,
ddl, ddC & 3TC).
b. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat
reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu
enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam
memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan
menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan
rumah dan dilepaskan.

2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang


mengidap HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa
kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari
intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang
mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan
tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan
tersebut adalah:
a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–
28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini
menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek
dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50%
penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas
38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT)
dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
b. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa
persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari.
Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar
47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet
kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus
diberikan satu dosis dalam 3 hari.

2. Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat


antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari,
untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi,
baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi occupational.
Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu
pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang
bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan
orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan
untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui
pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT
dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan
mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang
pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial
ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun
terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai
pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak
merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana
hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang
hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.

4. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan
diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan
jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun
perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada
semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon
imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).
5. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala : mudah lemah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan
yang progresif.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap
aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera.
Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, volume nadi perifer
menurun, pengisian kapiler memanjang.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan : dukunga
keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu,
mengkhwatirkan penampiln : alopesia, lesi, cacat, menurunnya BB, merasa
tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, ehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis,
kontak mata kurang.
4. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.
Tanda : Feses encer disertai mkus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada
rektal, perubahan dalam jumlah warna urin.
5. Makanan, cairan
Gejala : Tidakada nafsu makan, mual muntah.
Tanda : Penurunan BB yang cepat bising usus yang hiperaktif, turgor kulit
jelek, lesimpada rongga mulut, adanya selaput putih/ perubahan earna mukosa
mulut, adanya gigi yang tanggal, edema.
6. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan ADL.
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi
7. Neurosensorik
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan mental,
kerusakan sensasi, kelemahan otot, tremor, penurunan visus.
Tanda : Gaya berjalan ataksia
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri umum/ lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
ROM, pincang.
9. Pernapasan
Gejala : Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/ non,
sesak pada dada
Tanda : Takipnea, bunyi napas tambahan, sputum kuning
10. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat proses penyembuhan.
Tanda : Perubahan integritas kulit, timbulnya nodul- nodul.
11. Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, lesipadagenetalia, keputihan.
12. Interaksi sosial
Gejala : Isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktivitas yang tidak
terorganisir

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN TEORI


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas,
sekresi tertahan, banyaknya mukus
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi, kelelahan, nyeri, kecemasan
3. Hipertermia b.d proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
4. Nyeri b.d agen injury biologis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis
6. Kurang Pengetahuan b.d kurangnya paparan atau informasi
7. Deficit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
8. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik
9. Resiko infeksi dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi, imonusupresi ,
ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh
primer
10. Kelelahan b.d anemia, status penyakit
11. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam
mengaktualisasi diri
12. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA/MASAL
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
AH KOLABORASI
1. Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
tidak Efektif · Respiratory status : Airway suction
Definisi : Ventilation · Pastikan kebutuhan
Ketidakmampuan untuk· Respiratory status : oral / tracheal
membersihkan sekresi Airway patency suctioning
atau obstruksi dari · Aspiration Control · Auskultasi suara
saluran pernafasan nafas sebelum dan
untuk mempertahankan Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
kebersihan jalan nafas. · Mendemonstrasikan· Informasikan pada
Batasan Karakteristik : batuk efektif dan suara klien dan keluarga
- Dispneu, Penurunan nafas yang bersih, tentang suctioning
suara nafas tidak ada sianosis dan
· Minta klien nafas
- Orthopneu, Cyanosis dyspneu (mampu dalam sebelum suction
- Kelainan suara nafas mengeluarkan sputum, dilakukan.
(rales, wheezing) mampu bernafas
· Berikan O2 dengan
- Kesulitan berbicara dengan mudah, tidak menggunakan nasal
- Batuk, tidak efekotif ada pursed lips) untuk memfasilitasi
/ tidak ada · Menunjukkan jalan suksion nasotrakeal
- Mata melebar nafas yang paten (klien
· Gunakan alat yang
- Produksi sputum, tidak merasa tercekik, steril sitiap melakukan
Gelisah irama nafas, frekuensi tindakan
- Perubahan frekuensi pernafasan dalam
· Anjurkan pasien
dan irama nafas rentang normal, tidak untuk istirahat dan
Faktor-faktor yang ada suara nafas napas dalam setelah
berhubungan: abnormal) kateter dikeluarkan
- Obstruksi jalan nafas
· Mampu dari nasotrakeal
: spasme jalan nafas, mengidentifikasikan · Monitor status
sekresi tertahan, dan mencegah factor oksigen pasien
banyaknya mukus, yang dapat
· Ajarkan keluarga
menghambat jalan bagaimana cara
nafas melakukan suksion
· Hentikan suksion
dan berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway Management:
o Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
o Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
o Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
o Pasang mayo bila perlu
o Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
o Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
o Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
o Lakukan suction pada
mayo
o Berikan bronkodilator
bila perlu
o Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
o Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
o Monitor respirasi dan
status O2
2. Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran · Respiratory status : Airway Management
udara inspirasi dan/atau Ventilation o Buka jalan nafas,
ekspirasi tidak adekuat · Respiratory status : guanakan teknik chin
Batasan karakteristik : Airway patency lift atau jaw thrust
- Penurunan tekanan · Vital sign Status o Posisikan pasien untuk
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : memaksimalkan
- Penurunan · Mendemonstrasikan ventilasi
pertukaran udara per batuk efektif dan suara
o Identifikasi pasien
menit nafas yang bersih, perlunya pemasangan
- Menggunakan otot tidak ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
pernafasan tambahan dyspneu (mampu
o Lakukan fisioterapi
- Nasal flaring mengeluarkan sputum, dada jika perlu
- Dyspnea mampu bernafas
o Keluarkan sekret
- Orthopnea dengan mudah, tidak dengan batuk atau
- Perubahan ada pursed lips) suction
penyimpangan dada · Menunjukkan jalan
o Auskultasi suara nafas,
- Nafas pendek nafas yang paten (klien catat adanya suara
- Assumption of 3- tidak merasa tercekik, tambahan
point position irama nafas, frekuensi
o Berikan bronkodilator
- Pernafasan pursed- pernafasan dalam bila perlu
lip rentang normal, tidak
o Berikan pelembab
- Tahap ekspirasi ada suara nafas udara Kassa basah
berlangsung sangat lama abnormal) NaCl Lembab
- Peningkatan · Tanda Tanda vital
o Atur intake untuk
diameter anterior- dalam rentang normal cairan mengoptimalkan
posterior (tekanan darah, nadi, keseimbangan.
- Pernafasan rata- pernafasan) o Monitor respirasi dan
rata/minimal status O2
· Bayi : < 25 atau > 60 Terapi Oksigen
· Usia 1-4 : < 20 atau > · Bersihkan mulut,
30 hidung dan secret
· Usia 5-14 : < 14 atau trakea
> 25 · Pertahankan jalan
· Usia > 14 : < 11 atau nafas yang paten
> 24 · Atur peralatan
- Kedalaman oksigenasi
pernafasan · Monitor aliran
· Dewasa volume oksigen
tidalnya 500 ml saat · Pertahankan posisi
istirahat pasien
· Bayi volume tidalnya · Onservasi adanya
6-8 ml/Kg tanda tanda
- Timing rasio hipoventilasi
- Penurunan kapasitas · Monitor adanya
vital kecemasan pasien
Faktor yang terhadap oksigenasi
berhubungan : Vital sign Monitoring
- Penurunan · Monitor TD, nadi,
energi/kelelahan suhu, dan RR
- Posisi tubuh · Catat adanya
- Kelelahan otot fluktuasi tekanan darah
pernafasan · Monitor VS saat
- Nyeri , Kecemasan pasien berbaring,
- Kerusakan duduk, atau berdiri
persepsi/kognitif · Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
· Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
· Monitor kualitas
dari nadi
· Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan, suara paru
· Monitor pola
pernapasan abnormal
· Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
· Monitor sianosis
perifer
· Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
3. Hipertermia NOC : NIC :
Definisi : suhu tubuh Thermoregulation Fever treatment
naik diatas rentang Kriteria Hasil : · Monitor suhu
normal · Suhu tubuh dalam sesering mungkin
Batasan Karakteristik: rentang normal · Monitor IWL
- kenaikan suhu tubuh
· Nadi dan RR dalam · Monitor warna dan
diatas rentang normal rentang normal suhu kulit
- serangan atau
· Tidak ada · Monitor tekanan
konvulsi (kejang) perubahan warna kulit darah, nadi dan RR
- kulit kemerahan dan tidak ada pusing, · Monitor penurunan
- pertambahan RR merasa nyaman tingkat kesadaran
- takikardi · Monitor WBC, Hb,
- saat disentuh tangan dan Hct
terasa hangat · Monitor intake dan
Faktor faktor yang output
berhubungan : · Berikan anti piretik
- penyakit · Berikan pengobatan
- peningkatan untuk mengatasi
metabolisme penyebab demam
- dehidrasi · Selimuti pasien
· Lakukan tapid
sponge
· Berikan cairan
intravena
· Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
· Tingkatkan sirkulasi
udara
· Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
· Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
· Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
· Monitor TD, nadi,
dan RR
· Monitor warna dan
suhu kulit
· Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
· Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
· Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya kehangatan
tubuh
· Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
· Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
· Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
· Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
· Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
· Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
· Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
· Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
· Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
· Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
· Monitor kualitas
dari nadi
· Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola
pernapasan abnormal
· Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
· Monitor sianosis
perifer
· Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
· Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
4. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : · Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak
· Pain control, · Lakukan pengkajian
menyenangkan dan
· Comfort level nyeri secara
pengalaman emosional Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
yang muncul secara
· Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
aktual atau potensial nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan atau nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggambarkan adanya menggunakan tehnik presipitasi
kerusakan (Asosiasi nonfarmakologi untuk
· Observasi reaksi
Studi Nyeri mengurangi nyeri, nonverbal dari
Internasional): serangan mencari bantuan) ketidaknyamanan
mendadak atau pelan
· Melaporkan bahwa
· Gunakan teknik
intensitasnya dari ringan nyeri berkurang komunikasi terapeutik
sampai berat yang dapat dengan menggunakan untuk mengetahui
diantisipasi dengan manajemen nyeri pengalaman nyeri
akhir yang dapat
· Mampu mengenali pasien
diprediksi dan dengan nyeri (skala, intensitas,
· Kaji kultur yang
durasi kurang dari 6 frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
bulan. nyeri) nyeri
· Menyatakan rasa
· Evaluasi
Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri pengalaman nyeri masa
- Laporan secara berkurang lampau
verbal atau non verbal · Tanda vital dalam
· Evaluasi bersama
- Fakta dari observasi rentang normal pasien dan tim
- Posisi antalgic untuk kesehatan lain tentang
menghindari nyeri ketidakefektifan
- Gerakan melindungi kontrol nyeri masa
- Tingkah laku berhati- lampau
hati · Bantu pasien dan
- Muka topeng keluarga untuk mencari
- Gangguan tidur dan menemukan
(mata sayu, tampak dukungan
capek, sulit atau gerakan · Kontrol lingkungan
kacau, menyeringai) yang dapat
- Terfokus pada diri mempengaruhi nyeri
sendiri seperti suhu ruangan,
- Fokus menyempit pencahayaan dan
(penurunan persepsi kebisingan
waktu, kerusakan proses · Kurangi faktor
berpikir, penurunan presipitasi nyeri
interaksi dengan orang · Pilih dan lakukan
dan lingkungan) penanganan nyeri
- Tingkah laku (farmakologi, non
distraksi, contoh : jalan- farmakologi dan inter
jalan, menemui orang personal)
lain dan/atau aktivitas, · Kaji tipe dan sumber
aktivitas berulang- nyeri untuk
ulang) menentukan intervensi
- Respon autonom · Ajarkan tentang
(seperti diaphoresis, teknik non farmakologi
perubahan tekanan · Berikan analgetik
darah, perubahan nafas, untuk mengurangi
nadi dan dilatasi pupil) nyeri
- Perubahan autonomic · Evaluasi keefektifan
dalam tonus otot kontrol nyeri
(mungkin dalam rentang · Tingkatkan istirahat
dari lemah ke kaku) · Kolaborasikan
- Tingkah laku dengan dokter jika ada
ekspresif (contoh : keluhan dan tindakan
gelisah, merintih, nyeri tidak berhasil
menangis, waspada, · Monitor penerimaan
iritabel, nafas pasien tentang
panjang/berkeluh kesah) manajemen nyeri
- Perubahan dalam
nafsu makan dan minum Analgesic
Administration
Faktor yang · Tentukan lokasi,
berhubungan : karakteristik, kualitas,
Agen injuri (biologi, dan derajat nyeri
fisik) sebelum pemberian
obat
· Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
· Cek riwayat alergi
· Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
· Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
· Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
· Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
· Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
· Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
· Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
5 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari · Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake · Kaji adanya alergi
· Nutritional Status : makanan
Definisi : Intake nutrisi nutrient Intake · Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk · Weight control ahli gizi untuk
keperluan metabolisme Kriteria Hasil : menentukan jumlah
tubuh. · Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : dengan tujuan · Anjurkan pasien
- Berat badan 20 %
· Berat badan ideal untuk meningkatkan
atau lebih di bawah sesuai dengan tinggi intake Fe
ideal badan · Anjurkan pasien
- Dilaporkan adanya
· Mampumengidentifi untuk meningkatkan
intake makanan yang kasi kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
kurang dari RDA
· Tidak ada tanda
· Berikan substansi
(Recomended Daily tanda malnutrisi gula
Allowance) · Menunjukkan · Yakinkan diet yang
- Membran mukosa peningkatan fungsi dimakan mengandung
dan konjungtiva pucat pengecapan dari tinggi serat untuk
- Kelemahan otot yang menelan mencegah konstipasi
digunakan untuk
· Tidak terjadi
· Berikan makanan
menelan/mengunyah penurunan berat badan yang terpilih ( sudah
- Luka, inflamasi pada yang berarti dikonsultasikan dengan
rongga mulut ahli gizi)
- Mudah merasa · Ajarkan pasien
kenyang, sesaat setelah bagaimana membuat
mengunyah makanan catatan makanan
- Dilaporkan atau fakta harian.
adanya kekurangan · Monitor jumlah
makanan nutrisi dan kandungan
- Dilaporkan adanya kalori
perubahan sensasi rasa · Berikan informasi
- Perasaan tentang kebutuhan
ketidakmampuan untuk nutrisi
mengunyah makanan · Kaji kemampuan
- Miskonsepsi pasien untuk
- Kehilangan BB mendapatkan nutrisi
dengan makanan cukup yang dibutuhkan
- Keengganan untuk Nutrition Monitoring
makan · BB pasien dalam
- Kram pada abdomen batas normal
- Tonus otot jelek · Monitor adanya
- Nyeri abdominal penurunan berat badan
dengan atau tanpa · Monitor tipe dan
patologi jumlah aktivitas yang
- Kurang berminat biasa dilakukan
terhadap makanan · Monitor interaksi
- Pembuluh darah anak atau orangtua
kapiler mulai rapuh selama makan
- Diare dan atau · Monitor lingkungan
steatorrhea selama makan
- Kehilangan rambut · Jadwalkan
yang cukup banyak pengobatan dan
(rontok) tindakan tidak selama
- Suara usus hiperaktif jam makan
- Kurangnya · Monitor kulit kering
informasi, misinformasi dan perubahan
pigmentasi
Faktor-faktor yang · Monitor turgor kulit
berhubungan : · Monitor kekeringan,
Ketidakmampuan rambut kusam, dan
pemasukan atau mudah patah
mencerna makanan atau · Monitor mual dan
mengabsorpsi zat-zat muntah
gizi berhubungan · Monitor kadar
dengan faktor biologis, albumin, total protein,
psikologis atau Hb, dan kadar Ht
ekonomi. · Monitor makanan
kesukaan
· Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
· Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
· Monitor kalori dan
intake nuntrisi
· Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
· Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

6. Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


· Knowledge : disease Teaching : disease
Definisi : process Process
Tidak adanya atau · Kowledge : health
1. Berikan penilaian
kurangnya informasi Behavior tentang tingkat
kognitif sehubungan pengetahuan pasien
dengan topic spesifik. Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
· Pasien dan keluarga yang spesifik
Batasan karakteristik : menyatakan 2. Jelaskan
memverbalisasikan pemahaman tentang patofisiologi dari
adanya masalah, penyakit, kondisi, penyakit dan
ketidakakuratan prognosis dan program bagaimana hal ini
mengikuti instruksi, pengobatan berhubungan dengan
perilaku tidak sesuai. · Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat.
prosedur yang
3. Gambarkan tanda
Faktor yang dijelaskan secara benar dan gejala yang biasa
berhubungan : · Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
keterbatasan kognitif, mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
interpretasi terhadap kembali apa yang
4. Gambarkan proses
informasi yang salah, dijelaskan perawat/tim penyakit, dengan cara
kurangnya keinginan kesehatan lainnya yang tepat
untuk mencari 5. Identifikasi
informasi, tidak kemungkinan
mengetahui sumber- penyebab, dengna cara
sumber informasi. yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan
yang kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
7. Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan · Fluid balance Fluid management
cairan intravaskuler, · Hydration · Timbang
interstisial, dan/atau · Nutritional Status : popok/pembalut jika
intrasellular. Ini Food and Fluid Intake diperlukan
mengarah ke dehidrasi, Kriteria Hasil : · Pertahankan catatan
kehilangan cairan · Mempertahankan intake dan output yang
dengan pengeluaran urine output sesuai akurat
sodium dengan usia dan BB,· Monitor status
BJ urine normal, HT hidrasi ( kelembaban
Batasan Karakteristik : normal membran mukosa, nadi
- Kelemahan · Tekanan darah, adekuat, tekanan darah
- Haus nadi, suhu tubuh dalam ortostatik ), jika
- Penurunan turgor batas normal diperlukan
kulit/lidah · Tidak ada tanda· Monitor hasil lAb
- Membran tanda dehidrasi, yang sesuai dengan
mukosa/kulit kering Elastisitas turgor kulit retensi cairan (BUN ,
- Peningkatan denyut baik, membran mukosa Hmt , osmolalitas
nadi, penurunan tekanan lembab, tidak ada rasa urin )
darah, penurunan haus yang berlebihan · Monitor vital sign
volume/tekanan nadi · Monitor masukan
- Pengisian vena makanan / cairan dan
menurun hitung intake kalori
- Perubahan status harian
mental · Kolaborasi
- Konsentrasi urine pemberian cairan IV
meningkat · Monitor status
- Temperatur tubuh nutrisi
meningkat · Berikan cairan
- Hematokrit · Berikan diuretik
meninggi sesuai interuksi
- Kehilangan berat · Berikan cairan IV
badan seketika (kecuali pada suhu ruangan
pada third spacing) · Dorong masukan
oral
Faktor-faktor yang · Berikan penggantian
berhubungan: nesogatrik sesuai
- Kehilangan volume output
cairan secara aktif · Dorong keluarga
- Kegagalan untuk membantu
mekanisme pengaturan pasien makan
· Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
· Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
· Atur kemungkinan
tranfusi
· Persiapan untuk
tranfusi
8 Kerusakan intergritas NOC : Tissue Integrity NIC : Pressure
kulit : Skin and Mucous Management
Definisi : Perubahan Membranes · Anjurkan pasien
pada epidermis dan Kriteria Hasil : untuk menggunakan
dermis · Integritas kulit yang pakaian yang longgar
baik bisa
· Hindari kerutan
Batasan karakteristik : dipertahankan (sensasi, padaa tempat tidur
- Gangguan pada elastisitas, temperatur,
· Jaga kebersihan
bagian tubuh hidrasi, pigmentasi) kulit agar tetap bersih
- Kerusakan lapisa
· Tidak ada luka/lesi dan kering
kulit (dermis) pada kulit · Mobilisasi pasien
- Gangguan · Perfusi jaringan baik (ubah posisi pasien)
permukaan kulit
· Menunjukkan setiap dua jam sekali
(epidermis) pemahaman dalam
· Monitor kulit akan
Faktor yang proses perbaikan kulit adanya kemerahan
berhubungan : dan mencegah
· Oleskan lotion atau
· Eksternal : terjadinya sedera minyak/baby oil pada
- Hipertermia atau berulang derah yang tertekan
hipotermia · Mampu melindungi
· Monitor aktivitas
- Substansi kimia kulit dan dan mobilisasi pasien
- Kelembaban udara mempertahankan · Monitor status
- Faktor mekanik kelembaban kulit dan nutrisi pasien
(misalnya : alat yang perawatan alami · Memandikan pasien
dapat menimbulkan dengan sabun dan air
luka, tekanan, restraint) hangat
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
· Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
9 Resiko infeksi NOC : NIC :
· Immune Status Infection Control
Definisi : Peningkatan · Knowledge : (Kontrol infeksi)
resiko masuknya Infection control · Bersihkan
organisme patogen · Risk control lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : · Klien bebas dari· Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif tanda dan gejala isolasi
- Ketidakcukupan infeksi · Batasi pengunjung
pengetahuan untuk
· Mendeskripsikan bila perlu
menghindari paparan proses penularan· Instruksikan pada
patogen penyakit, factor yang pengunjung untuk
- Trauma mempengaruhi mencuci tangan saat
- Kerusakan jaringan penularan serta berkunjung dan setelah
dan peningkatan penatalaksanaannya, berkunjung
paparan lingkungan · Menunjukkan meninggalkan pasien
- Ruptur membran kemampuan untuk· Gunakan sabun
amnion mencegah timbulnya antimikrobia untuk
- Agen farmasi infeksi cuci tangan
(imunosupresan) · Jumlah leukosit· Cuci tangan setiap
- Malnutrisi dalam batas normal sebelum dan sesudah
- Peningkatan paparan
· Menunjukkan tindakan kperawtan
lingkungan patogen perilaku hidup sehat · Gunakan baju,
- Imonusupresi sarung tangan sebagai
- Ketidakadekuatan alat pelindung
imum buatan · Pertahankan
- Tidak adekuat lingkungan aseptik
pertahanan sekunder selama pemasangan
(penurunan Hb, alat
Leukopenia, penekanan · Ganti letak IV
respon inflamasi) perifer dan line central
- Tidak adekuat dan dressing sesuai
pertahanan tubuh primer dengan petunjuk umum
(kulit tidak utuh, trauma · Gunakan kateter
jaringan, penurunan intermiten untuk
kerja silia, cairan tubuh menurunkan infeksi
statis, perubahan sekresi kandung kencing
pH, perubahan · Tingktkan intake
peristaltik) nutrisi
- Penyakit kronik · Berikan terapi
antibiotik bila perlu
· Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
· Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
· Monitor hitung
granulosit, WBC
· Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
· Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
· Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan
kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur
positif
12 Inkontinensia Bowel NOC: NIC :
Definisi : perubahan · Bowel elimination Diarhea Management:
kebiasaan · Fluid Balance · Evaluasi efek
dalam eliminasi bowel · Hydration samping pengobatan
ditandai dengan · Electrolyte and Acid terhadap
pengeluaran produk base Balance gastrointestinal
BAB yang tidak Kriteria Hasil : · Ajarkan pasien
semestinya · Feses berbentuk, untuk menggunakan
Batasan karakteristik : BAB sehari sekali- tiga obat antidiare
produk BAB lunak, hari · Instruksikan
fecal odor, · Menjaga daerah pasien/keluarga
ketidakmampuan sekitar rectal dari untukmencatat warna,
menunda defekasi, iritasi jumlah, frekuenai dan
ketidakmampuan · Tidak mengalami konsistensi dari feses
menahan defekasi, kulit diare · Evaluasi intake
perianal kemerahan, · Menjelaskan makanan yang masuk
urgency penyebab diare dan · Identifikasi factor
rasional tendakan penyebab dari diare
Faktor yang · Mempertahankan · Monitor tanda dan
berhubungan : tekanan turgor kulit gejala diare
abdominal yang tinggi, · Observasi turgor
diare kronis, kelemahan kulit secara rutin
tonus otot, imobilisasi, · Ukur diare/keluaran
ketidakmampuan BAB
mengosongkan bowel, · Hubungi dokter jika
kehilangan kontrol ada kenanikan bising
spinkter rectal, deficit usus
selfcare dalam eliminasi · Instruksikan pasien
untukmakan rendah
serat, tinggi protein
dan tinggi kalori jika
memungkinkan
· Instruksikan untuk
menghindari laksative
· Ajarkan tehnik
menurunkan stress
· Monitor persiapan
makanan yang aman
11 Kelelahan NOC : NIC :
Definisi : penurunan · Endurance Energy
kapasitas fisik dan · Concentration Management
mental sesuai tingkat · Energy conservation· Observasi adanya
kemampuan kerja · Nutritional status : pembatasan klien
Batasan Karakteristik : energy dalam melakukan
penurunan konsentrasi, Kriteria Hasil : aktivitas
penurunan libido, · Memverbalisasikan· Dorong anal untuk
penurunan penampilan, peningkatan energi dan mengungkapkan
tidak tertarik terhadap merasa lebih baik perasaan terhadap
lingkungan, · Menjelaskan keterbatasan
ketidakmampuan penggunaan energi · Kaji adanya factor
mempertahankan tingkat untuk mengatasi yang menyebabkan
aktivitas fisik seperti kelelahan kelelahan
biasanya, · Monitor nutrisi dan
ketidakmampuan sumber energi
mempertahankan tangadekuat
rutinitas, · Monitor pasien akan
ketidakmampuan adanya kelelahan fisik
menyimpan energi dan emosi secara
bahkan setelah tidur, berlebihan
peningkatan keinginan · Monitor respon
beristirahat, letargi, kardivaskuler terhadap
penurunan energi, capai, aktivitas
· Monitor pola tidur
Faktor yang dan lamanya
berhubungan : tidur/istirahat pasien
Psikologi : anemia,
status penyakit,
malnutrisi, kondisi fisik
yang menurun,
12. Tidak efektif koping Keluarga atau orang Coping Enhancement
keluargaberhubungan penting lain 1. Kaji koping
dengan cemas tentang mempertahankan : keluarga terhadap sakit
keadaan yang orang suport sistem dan pasein dan
dicintai. adaptasi terhadap perawatannya
perubahan akan 2. Biarkan keluarga
Definisi : pengelolaan kebutuhannya dengan mengungkapkana
dalam menyesuaikan kriteria pasien dan perasaan secara verbal
diri yang keluarga berinteraksi3. Ajarkan kepada
efektif anggota dengan cara yang keluaraga tentang
keluarga dengan petugas konstruktif penyakit dan
kesehatan, dalam transmisinya.
meningkatkan kesehatan
dan pertumbuhan
Batasan karakteristik :
menunjukkan keinginan
untuk berhubungan
dengan orang lain yang
mempunyai
permasalahan yang
sama, anggota keluarga
mampu menjelaskan
dampak dari krisis
petumbuhan
Factor yang
berhubungan :
kemampuan dalam
mengaktualisasi diri
13 Defisit perawatan diri NOC : NIC :
b/d kelemahan fisik · Self care : Activity Self Care assistane :
of Daily Living (ADLs) ADLs
Definisi : Kriteria Hasil : · Monitor
Gangguan kemampuan· Klien terbebas dari kemempuan klien
untuk melakukan ADL bau badan untuk perawatan diri
pada diri · Menyatakan yang mandiri.
kenyamanan terhadap
· Monitor kebutuhan
Batasan karakteristik : kemampuan untuk klien untuk alat-alat
ketidakmampuan untuk melakukan ADLs bantu untuk
mandi, · Dapat melakukan kebersihan diri,
ketidakmampuan untuk ADLS dengan bantuan berpakaian, berhias,
berpakaian, toileting dan makan.
ketidakmampuan untuk · Sediakan bantuan
makan, sampai klien mampu
ketidakmampuan untuk secara utuh untuk
toileting melakukan self-care.
· Dorong klien untuk
Faktor yang melakukan aktivitas
berhubungan : sehari-hari yang
kelemahan, kerusakan normal sesuai
kognitif atau kemampuan yang
perceptual, kerusakan dimiliki.
neuromuskular/ otot- · Dorong untuk
otot saraf melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
· Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
· Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
· Pertimban
gkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000

Doenges M.E. (2008) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim. 2007. Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta.
BAB III
KASUS
Seorang perempuan , usia 22 tahun seorang ibu rumahtangga menikah
dengan seorang pria tahun 2004 dan dikaruniai seorang anak laki-laki usia 4
tahun. Sebelum menikah pasien tersebut tidak mengetahui bahwa suaminya
adalah pengguna narkoba suntik, ketika itu ia masih sekolah SMU kelas 2
berpacaran dengan pria tersebut sampai akhirnya ia hamil dan dinikahkan oleh
orang tuanya. Setelah melahirkan anaknya, pasien mengalami keputihan, keluaran
secret pada vagina dan berbau yang tidak sembuh-sembuh.Makin lama kondisi
kesehatan pasien menurun, mulai mengalami batuk-batuk kronis, infeksitelinga,
dan berat badan menurun serta didapatkan stomatitis. Kondisi pasien semakin
menurun sampai suatu hari terjadi penurunan kesadaran yang akhirnya dibawa ke
rumah sakit untuk dirawat. Ketika di rumah sakit, diketahui CD4 50 sel/mm3, dan
mulut Ibu A mulai ditumbuhi jamur candida yang membuatnya sulit menelan
makanan. Pasien dilakukan VCT dan direncanakan mendapatkan terapi ARV.
Pasien mengaku sangat malu dan merasa sudah tidak berguna lagi sebagai istri
dan juga ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN HIV
I. PENGKAJIAN
A. INDETITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dx. Medis : HIV/AIDS
B. RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama : klien mengeluh sulit menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dilakukan pengkajian kepada Ny. A
oleh Perawat tanggal 26 Desember 2018 pukul
17.00 wib, didapatkan hasil bahwa klien sulit
menelan. Terdapat stomatitis dan mulut klien
mulai ditumbuhi jamur candida. Klien juga
mengalami penurunan berat badan
Riwayat Penyakit Dahul :Klien mengatakan mengalami keputihan sejak
selesai melahirkan 4 tahun lalu, keluaran sekret
pada vagina dan berbau yang tidak sembuh-
sembuh. KLien juga mulai mengalami batuk-
batuk kronis, infeksi telinga, dan berat badan
semakin lama semakin menurun serta terdapat
stomatitis.
Riwayat Penyakit Keluarga :Suami klien merupakan pengguna narkoba suntik
Riwayat Psikososial :Klien mengaku sangat malu dan merasa sudah
tidak berguna lagi sebagai istri dan juga ibu.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : kesadaran klien menurun
Tanda-Tanda Vital : -
Pemeriksaan fisik :
Sistem pernafasan : klien mengalami batuk-batuk kronis
Sistem persyarafan : klien sulit menelan
Sistem pencernaan : terdapat stomatitis dan mulut klien di tumbuhi jamur
cadida, Penurunan berat badan
Sistem reproduksi : klien mengalami keputihan keluaran sekret pada vagina
dan berbau yang tidak sembuh-sembuh
sistem imun : CD4 50 sel/mm3

II. ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : klien mengeluh HIV masuk ke dalam Gangguan
sulit menelan tubuh manusia pemenuhan nutrisi
DO : terdapat ↓
stomatitis dan mulut menginfeksi sel yang
ditumbuhi jamur mempunyai molekul
candida, adanya CO4 (Limfosit T4,
penurunan berat badan Monosit, Sel Dendrit,
Sel Langerhans)

mengikat molekul CO4

Memiliki sel target dan
memproduksi virus

Sel limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh
menurun

Infeksi opurtunistik

Sistem pencernaan

Infeksi Jamur

Peradangan mulut

Sulit menelan

Intake kurang

Gangguan pemenuhan
nutrisi
2. DS : klien mengaku virus HIV Harga diri rendah
sangat malu dan ↓
merasa sudah tidak Invasi virus HIV
berguna lagi sebagai ↓
istri dan juga ibu. menyerang kelenjar
limpe dan sumsum
tulang

infeksi sel T.makrofag.
dan sel dandritik

mengikat protein perifer
CD4

melakukan transkipsi
terbalik dengan enzin
trankriptase

fungsi DNA dengan sel
target normal dan
membentuk pro virus

mitosis sel target


normal

provirus ikut membelah

virus masuk ke dalam
darah untuk
menginfeksi sel normal
lainnya

sistem imun menurun

HIV(+)

psikososial

persepsi HIV penyakit
AIDS

persepsi tidak diterima
dalam lingkungan
masyarakat

harga diri rendah
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubugan dengan kesulitan menelan
2. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis

IV. INTERVENSI
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubugan dengan kesulitan menelan
Tujuan :
Intervensi
a. kolaborasi pemberian obat ARV dan evaluasi penggunaanya
Rasional : Terapi antiretoroviral, sebagaimana halnya penggunaan obat-obat
untuk penyakit lainnya, perlu dievaluasi terutama terkait dengan kesesuaian
terapi dengan standar yang sudah ditetapkan. Di dalam proses evaluasi
penggunaan obat, gambaran tentang pola penggunaan obat dapat diketahui dan
bisa dibandingkan dengan pola penggunaannya pada periode waktu tertentu.
Salah satu tujuan penting lainnya adalah sebagai sumber masukan untuk
melakukan intervensi perbaikan penggunaan obat di masa yang akan datang
b. kolaborasi dalam pemberian zinc sulfate
Rasional : Zinc sulfat meningkatkan jumlah limfosit CD-4, dan dapat digunakan
sebagai alternatif untuk meningkatkan kekebalan pasien HIV / AIDS.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit kronis


Tujuan :
Intervensi
a. Melakukan terapi komplementer SEFT (Spiritual Emosional Freedom
Technique)
Rasional : Untuk menurunkan tingkat depresi pada ibu rumah tangga dengan
HIV/AIDS
b. Melakukan terapi komplementer terapi komplementer murottal Al-Quran
Rasional : Untuk menurunkan tingkat depresi dan menenangkan perasaan klien
c. Melakukan pendekatan asuhan keperawatan dengan Model PAKAR yang
berfokus pada strategi koping dan dukungan sosial (perawat, keluarga dan pasien)
mengarah pada mekanisme koping positif melalui proses pembelajaran
Rasional : Model PAKAR yang berfokus pada strategi mengatasi dan
memanfaatkan dukungan sosial

menyebabkan mengobati respon kognitif infeksi PWH. Model ini didasarkan pada
teori ilmu keperawatan (Roy
dan Hall) dikombinasikan dengan paradigma psychoneuroimmunology yang
mampu menginduksi respon imun
modulasi, terutama peningkatan jumlah CD4. Peningkatan CD4 akan mendorong
IFN-γto
membantu makrofag dalam menghancurkan HIV.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat
menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal,
sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan tanpa
mempedulikan akibatnya, misalnya : penggunaan narkotika suntikan, dan
sebagainya. Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu
demam yang berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan yang
terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri dengan
kematian.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan
hubungan seksual secara bebas. Masalah AIDS ini tidak tentu akan menyebar
luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini, apalagi jika ada partisipasi dari
semua pihak.

B. SARAN
1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah, dan jangan berganti-ganti
pasangan seksual.
2. Apabila berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah
alat suntik itu steril atau tidak.
3. Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika
melalui alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa
saja menularkan AIDS, karena alat-alat seperti itu tidak ada gunanya.dan
hindarkan diri dari pergaulan bebas yang bersifat negatif.
4. Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-
brosur, yang mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kitamemperhatikan
denganbaik, agar segala sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita
bisa menghindarkan diri sejak dini dari AIDS.
5. Orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya
menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS
tidak menular pada pasangan seksualnya.

Anda mungkin juga menyukai