Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN MENINGITIS

1. Definisi
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua
lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang,
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa.

2. Etiologi
Meningitis merupakan sebuah inflamasi dari membran pelindung yang
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges. Inflamasi
dari meningen dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau
mikroorganisme lain dan penyebab paling jarang adalah karena obat-obatan.

3. Klasifikasi
a. Meningitis serosa
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah kuman Tuberculosisdan virus
b. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan
oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus
merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi

4. Patofisiologi
 Otak dilapisi oleh durameter, arachnoid dan durameter. Cairan
serebrospinal (CSF) diproduksi oleh fleksus koroid yang berada di dasar
ventrikel lateral dan di atas ventrikel ke III dan IV. Setiap hari diproduksi
500-800 ml CSF. Stelah CSF bersirkulasi di otak, CSF akan direabsorpsi
melalui vili arachnoid, dalam lapisan arachnoid meninges.
 Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus /bakteri menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis.
 Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya
Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis.
 Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak.
 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi
radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem
ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat
makrofag. Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuron-neuron.

5. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda dan gejala utama meningitis:
 Demam
 Sakit kepala berat
 Nausea
 Muntah dan nuchal rigidity (kaku kuduk)

Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran


pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,
nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen. Meningitis Tuberkulosa
terdiri dari tiga stadium, yaitu:
1) Stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala
ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan
penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu
makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung,
cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi,
dan sangat gelisah.
2) Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang
hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun
menonjol dan muntah lebih hebat.
3) Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat
meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya.

6. Prognosis
Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkatan TIK
yang menyebabkan penurunan kesadaran. Komplikasi lain pada meningitis yaitu
disfungsi neurology, disfungsi saraf kranial (N.C III, IV, VII, atau VIII),
hemiparesis, dysphasia, dan hemiparesia. Mungkin juga terjadi syok, gangguan
koagulasi, komplikasi septik (bacterial endocarditis) dan demam yang terus
menerus. Hidrosefalus dapat terjadi jika eksudat menyebabkan adhesi yang dapat
mencegah aliran CSF normal dari ventrikel. DIC (Dimensi Intravascular
Coagulation) adalah komplikasi yang serius pada meningitis yang dapat
menyebabkan kematian (Lewis, 2005).
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yangmenimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkancacat berat dan kematian. Pengobatan antibiotika yang
adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari
penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen
meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan
berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami
kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada


umumnyatinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita
mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8
minggu.Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis
yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral
memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2
minggu dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.

7. Tanda meningeal (meningeal sign)

 Tanda ini diobservasi apabila ada kecurigaan pasien mengalami meningitis


atau peradangan meningeal.
 Tanda dan gejala umum seperti iritabel, demam, sakit kepala, fotofobia
dan muntah.
 Bayi dapat menunjukkan ubun-ubun yang menonjol
 Kaku kuduk:
Pada posisi anak telentang, minta anak untuk menekukkan dagu ke dada
atau untuk memudahkan perawat menfleksikan leher kearah dada. Normal
anak dapat melakukannya dengan mudah.
 Tanda Brudzinski’s
Letakkan satu tangan dibawah leher anak dan tangan yang lain diatas dada
untuk mencegah pengangkatan badan, kemudian fleksikan leher. Tanda
brudzinski’s positif apabila satu atau kedua lutut anak fleksi kea rah
panggul. (lihat gambar 1).

Gambar 1

 Tanda kernig’s
Dengan posisi anak telentang, angkat kaki anak dan fleksikan lutut pada
sudut yang tepat. Usahakan untuk melebarkan lutut dengan
mendorongnya. Tanda kernig positif apabila terdapat tahanan, nyeri dan
tungkai tidak dapat ekstensi (lihat gambar 2).

Gambar 2

8. Pemeriksaan Penunjang Meningitis


a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
 Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
 Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur
(+) beberapa jenis bakteri.
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
 Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
 Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
c. Pemeriksaan Radiologis
 Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
 Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada
bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan
seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate
vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),
Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).
Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian
sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai
> 4, 5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang
cukup.Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan
perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.
Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal
hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari
toilet.
10. Penatalaksaan Medis
a. Farmakologis
1) Obat anti inflamasi:
a) Meningitis tuberkulosa:
 Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal
500 gr selama 1 ½ tahun.
 Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1
tahun.
 Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 –
2 kali sehari, selama 3 bulan.
b) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan:
 Sefalosporin generasi ke 3
 Ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali
sehari.
 Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
c) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan:
 Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
 Sefalosforin generasi ke 3.

2) Pengobatan simptomatis:
a) Diazepam IV: 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 –
0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
b) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas:
a) Antipiretika: parasetamol 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres hangat.
4) Pengobatan suportif:
a) Cairan intravena.
b) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
Asuhan Keperawatan

 Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah ke otak

Diagnose NOC NIC


Perubahan perfusi jaringan NOC : Monitoring tekanan intrakranium:
b.d penurunan aliran darah  Circulation status a. Kaji, observasi, evaluasi tanda-tanda penurunan perfusi
ke otak  Neurologic status serebral: gangguan mental, pingsan, reaksi pupil,
 Tissue Prefusion : cerebral penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan bola mata.
b. Hindari tindakan valsava manufer (suction lama,
Setelah dilakukan asuhan mengedan, batuk terus menerus).
selama………ketidakefektifan perfusi c. Berikan oksigen sesuai instruksi dokter
jaringan cerebral teratasi dengan kriteria d. Lakukan tindakan bedrest total
hasil: e. Posisikan pasien kepala lebih tinggi dari badan (30-40
derajat)
 Tekanan systole dan diastole dalam f. Minimalkan stimulasi dari luar.
rentang yang diharapkan g. Monitor Vital Sign serta tingkat kesadaran
 Tidak ada ortostatikhipertensi h. Monitor tanda-tanda TIK
 Komunikasi jelas i. Batasi gerakan leher dan kepala
 Menunjukkan konsentrasi dan j. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk meningkatkan
orientasi volume intravaskuler sesuai perintah dokter
 Pupil seimbang dan reaktif
 Bebas dari aktivitas kejang Manajemen kejang
 Tidak mengalami nyeri kepala Definisi : perawatan pasien selama kejang dan status
postical
Aktivitas
 Pertahankan jalan nafas
 Pindah ke sisi
 Pantau gerakan untuk mencegah luka
 Monitor arah kepala dan mata selama kejang
 Longgarkan pakaian
 Tetap bersama pasien selama kejang
 Bangun akses IV dengan tepat
 Pasang oksigen dengan tepat
 Monitor status neurologi
 Monitor vital sign
 Reorientasi setelah kejang
 Catat panjang kejang
 Catat karakteristik kejang ( seperti, bagian tubuh yang
terlibat, aktivitas motorik, dan perkembangan kejang)
 Dokumentasikan informasi mengenai kejang
 Kelola obat dengan benar
 Kelola antikonvulsan dengan tepat
 Monitor tingkat obat antiepilepsi dengan tepat
 Monitor durasi periode postical dan karakteristinya

Pemantauan tanda-tanda vital


Defenisi:Mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh
untuk menentukan dan mencegah komplikasi

Aktivitas:
 Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan
status pernafasan, jika diperlukan
 Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah
 Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan
 Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom
hypothermia dan hyperthermia
 Memantau naik turunnya tekanan nadi
 Memnatau tingkatan irama cardiac
 Memantau suara jantung
 Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman
dan kesimetrisan)
o Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g.
Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic,
dan bernafas panjang)
 Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban
 Memantau sianosis pusat dan perifer
 Memantau timbulnya Cushing triad (e.g. naik turunnya
tekanan darah, bradicadya, dan peningkatan tekanan
darah systole)
 Meneliti kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
vital
 Memeriksa keakuratan alat yang digunakan untuk
mendapatkan data pasien secara periodic
 Nyeri akut b.d Agen cedera (biologi, kimia, fisika, psikologi )

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut b.d Agen cedera (biologi, Kontrol nyeri: Manajemen lingkungan: kenyamanan
kimia, fisika, psikologi ) a. Menilai lamanya nyeri a. Mencegah gangguan yang tidak perlu dan memungkinkan
b. Menilai factor untuk waktu istirahat
penyebab b. Menciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
c. Penggunaan analgesic c. Menyediakan lingkungan yang aman dan bersih
yang disarankan d. Menentukan sumber ketidaknyamanan, seperti berpakaian
d. Menilai gejala nyeri basah, posisi tabung, perban konstriktif, keriput seprai, dan
e. Melaporkan bila nyeri iritasi lingkungan
terkontrol e. Memfasilitasi posisi kenyamanan pasien (misalnya
menggunakan prinsip-prinsip kesejajaran tubuh, dukungan
Tingkatan nyeri : dengan bantal, dukunng sendi selama gerakan, belat atas
a. Nyeri dilaporkan sayatan, dan melumpuhkan bagian tubuh yang menyakit
b. Panjang episode nyeri kan
c. Ekspresi wajah nyeri
Kegelisahan Managemen nyeri :
a. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dan penyebab.
b. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk
pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara
efektif
c. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic
d. Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat
menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan
dalam merespon nyeri
e. Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk
memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor
aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan
f. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat
memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana
keperawatan
g. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan,
pencahayaan, keributan)
h. Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan metoda
dalam mengatasi nyeri secara non-farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku kedokteran
ECC, Jakarta. Halaman 316-321. Diakses tanggal 19 Desember 2011
2. Bagbei Laily 1990, Infectectious Diseases, Nelson Essentials of Pediatric, halaman
284-308. Diakses tanggal 19 Desember 2011
3. Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis.
URL: http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html. Diakses tanggal
19 Desember 2011
4. Ellenby, Miles, Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna, and Braner, Dana. 2006. Lumbar
Puncture. Diakses tanggal 19 Desember 2011
5. The New England Journal of Medicine. 12: 355
URL:http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf. Diakses tanggal 19
Desember 2011
6. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2
URL:http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.html. Diakses tanggal 19 Desember
2011
7. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf. Diakses
tanggal 19 Desember 2011
8. Blackwell, Wiley. 2012-2014. NANDA International, Nursing Diagnosis;
Definitions and Classification.
9. M. Bulecheck, Gloria, K. Butcher, Howard. , M. Dochterman, Joanne. , Wagner,
Cheryl. 2013. Nursing Intervention Classification. Sixth Edition : ELSEVIER
10. Moorhead, Sue. , Johnson, Marion. , L.Maas, Meridean. , Swanson, Elizabeth. 2013.
Nursing Outcomes Classification. Sixth Edition : ELSEVIER
11. Ferguson, D. (2008). Clinical assessment and monitoring in children. Australia: Blacwell
Publishing
12. Muscary, M. E. (20010. Advances pediatrir clinical assessment: skill and procedure.
Philadelphia: Lippincoat
13. O’Brien, N., & Gill, D. (2007). Paediatric clinical examination made easy. Dublin: Churchill
Livingstone

Anda mungkin juga menyukai