Anda di halaman 1dari 47

SKRIPSI

UJI DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DENGAN


METODE CONGO RED AGAR DAN TUBE METHOD PADA
Candida sp DARI ISOLAT KLINIK KATETER URIN

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Strata Satu

KARTIKA DEWI

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2018

Universitas Kristen Krida Wacana


SKRIPSI

UJI DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DENGAN


METODE CONGO RED AGAR DAN TUBE METHOD PADA
Candida sp DARI ISOLAT KLINIK KATETER URIN

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Strata Satu

KARTIKA DEWI
102014220

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2018

i
KEASLIAN SKRIPSI

Saya mahasiswa Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen


Krida Wacana
Nama Mahasiswa : Kartika Dewi
Nomor Induk Mahasiswa : 102014220
Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
……………………………… Wacana
Dengan ini menyatakan bahwa karya skripsi yang saya buat dengan judul “UJI

DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DENGAN METODE


CONGO RED AGAR DAN TUBE METHOD PADA Candida sp
DARI ISOLAT KLINIK KATETER URIN” adalah :

1. Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan


lapangan dan buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi
pada karya tugas akhir saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya yang sudah dipublikasi atau yang pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas lain, kecuali pada
bagian-bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang
semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan
yang tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir saya.
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka
karya tugas akhir ini batal.
Jakarta, 6Maret 2018
Yang membuat pernyataan

Kartika Dewi

ii
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI


UJI DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DENGAN
METODE CONGO RED AGAR DAN TUBE METHOD PADA
Candida sp DARI ISOLAT KLINIK KATETER URIN

Oleh:

Nama : Kartika Dewi


NIM : 102014220
Jurusan : Kedokteran

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian
komprehensif guna mencapai gelar Sarjana Stara Satu pada Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana – Jakarta.
Jakarta, 6 Maret 2018

Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK) (dra. Elisabeth D Harahap, MS)

KetuaJurusan/Manajer PSSK

(dr.Ernawati Tamba, MKM)

iii
Lembar Pengesahan Karya Tulis Akhir Skripsi

Judul Skripsi : Uji Deteksi Pembentukan Biofilm dengan Metode


Congo Red Agar dan Tube Method pada Candida sp
dari Isolat Klinik Kateter Urin
Nama : Kartika Dewi

NIM : 102014220

Jakarta, 6 Maret 2018

Pembimbing 1 : dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK

(…….…..……)

Pembimbing 2 : dra. Elisabeth D Harahap, MS

(…….…..……)

Penguji : dr. Herman Sunaryo, MS

(…….…..……)

Manager PSSK : dr. Ernawaty Tamba, MKM

(…….…..……)

Dekan FK UKRIDA : dr. Antonius Ritchi Castilani, M.Si., DFM

(…….…..……)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Uji Deteksi Pembentukan Biofilm dengan Metode Congo Red Agar
dan Tube Method pada Candida sp dari Isolat Klinik Kateter Urin” ini dengan
baik. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana. Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta arahan, saran, motivasi, semangat dari
berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Pada
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Antonius Ritchi Castilani, M.Si.,DFM selaku pimpinan tertinggi


fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
2. dr. Ernawaty Tamba, MKM selaku manajer Program Studi Sarjana
Kedokteran.
3. dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK selaku pembimbing utama yang begitu
banyak membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini, dan jika
bukan karena beliau skripsi ini tidak mungkin selesai tepat waktu.
4. dra. Elisabeth D Harahap, MS selaku pembimbing pendamping yang telah
sangat membantu dalam proses penelitian..
5. dr. Herman Sunaryo, MS penguji skripsi kali ini.
6. Kedua orang tua, kakak dan adik yang saya cintai yang selalu mendoakan
dan memberi semangat, memberikan dukungan baik secara moril dan
materil.
7. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu,
terima kasih untuk segala bantuan, dukungan, dan fasilitas yang telah
diberikan.

v
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan
sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.

Jakarta, 6 Maret 2018

Penulis

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Krida Wacana, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:

Nama : Kartika Dewi


NIM : 102014220
Program Studi : Pendidikan Kedokteran
Fakultas : Kedokteran

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Kristen Krida Wacana Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul : Uji Deteksi
Pembentukan Biofilm dengan Metode Congo Red Agar dan Tube Method pada
Candida sp dari Isolat Klinik Kateter Urin
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Kristen Krida Wacana berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 6Maret 2018

Yang menyatakan,

(Kartika Dewi)

vii
ABSTRAK

UJI DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DENGAN METODE CONGO


RED AGAR DAN TUBE METHOD PADACandida sp DARI ISOLAT
KLINIK KATETER URIN

Kartika Dewi
102014220

Biofilm adalah bentuk utama pertumbuhan mikroba dan penting untuk pengembangan
klinis infeksi. Biofilm bertanggung jawab dalam spektrum yang luas dari infeksi mikroba
di manusia. Banyak bakteri dan jamur medis penting menghasilkan biofilm, termasuk
Candida sp. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pendeteksian biofilm Candida sp
dengan metode Congo Red Agar dan Tube Method.Penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 isolat Candida sp.
Dengan metode Congo Red Agar dari 15 isolat Candida sp hanya berjumlah 7 isolat yang
menghasilkan positif biofilm dengan kurun waktu penelitian yang lebih lama
dibandingkan Tube Method yaitu sekitar 10 hari. Sedangkan dengan metode Tube
Method hanya berjumlah 2 isolat yang tidak Menghasilkan Biofilm dan waktu penelitian
sangat cepat yaitu sekitar 4 haridan sangat sensitif dibandingkan metode Congo Red Agar

Kata kunci:biofilm, candida sp, congo red agar, tube method

viii
ABSTRACT

DETECTION TEST OF BIOFILM FORMATION BYCONGOREDAGAR


METHOD AND TUBE METHOD IN Candida sp OF
CLINICAL ISOLATES URINE CATHETER

Kartika Dewi
102014220

Biofilms are a major form of microbial growth and are essential for clinical development
of infection. Biofilms are responsible for a wide spectrum of microbial infections in
humans. Many important bacterial and medical fungi produce biofilms, including
Candida sp. The purpose of this research is to know the detection of Candida sp biofilm
with Congo Red Agar and Tube Method method. This research uses descriptive research.
The sample in this study were 15 isolates of Candida sp. With Congo Red Agar method of
15 isolates Candida sp only amounted to 7 isolates that yielded positive biofilm with
longer research period compared to Tube Method which is ten days. While the method of
Tube Method only amounted to 2 isolates that produce negative biofilm and research
time is very fast and very sensitive compared to Congo Red Agar method whic

Keywords: biofilm, candida sp, congo red agar, tube method

ix
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ............................................ ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................. ....................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... ...3
1.4.1. Manfaat bagi peneliti...................................................................... 3
1.4.2. Manfaat bagi perguruan tinggi ....................................................... 3
1.4.3. Manfaat civitas akademika ............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Biofilm ................................................................................ 4
2.2. Pembentukan Biofilm ....................................................................... 4
2.3. Hubungan Candida sp dengan Biofilm ............................................. 6
2.4. Congo Red Agar ................................................................................ 9
2.5 Tube Method ................................................................................... 10
2.6. Perbandingan Congo Red Agar dan Tube Method ......................... 11
2.7. Kerangka Teori................................................................................ 12
2.8. Kerangka Konsep ............................................................................ 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian ............................................................................. 13
3.2. Tempat dan waktu penelitian .......................................................... 13
3.3. Subjek Penelitian............................................................................. 13
3.4. Sampling ......................................................................................... 13
3.5. Bahan, alat dan cara pengambilan data ........................................... 13
3.5.1. Bahan penelitian ........................................................................ 13
3.5.2. Alat penelitian .............................................................................. 13
3.5.3. Cara penelitian .......................................................................... 13
3.6. Parameter yang diperiksa ................................................................ 20
3.7. Variabel penelitian .......................................................................... 20

x
3.8. Definisi operasional ........................................................................ 20
3.9. Jadwal penelitian ............................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil uji deteksi biofilm candida dp dengan metode congo red ..... 22
4.2. Hasil uji deteksi biofilm candida sp dengan metode tube ............... 23
4.3.Perbandingan Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan .......... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 30
5.2. Keterbatasan penelitian ................................................................... 30
5.3. Saran ................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

xi
DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.7. Kerangka Teori ....................................................................... 12


Gambar 2.8. Kerangka Konsep .................................................................... 12
Gambar 4.1. Congo Red Agar yang Menghasilkan Biofilm Candida sp .. ...22
Gambar 4.2. Congo Red Agar yang tidak Menghasilkan Biofilm............... 23
Gambar 4.3. Hasil pengukuran spektrofotometer ...................................... ..24

DAFTAR TABEL
halaman

Tabel 3.8. Definisi Operasional ................................................................... 19


Tabel 3.9.Jadwal Penelitian.......................................................................... 21
Tabel 4.1. Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp pada Tube Method ......... 24
Tabel 4.2. Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan metode ............... 26

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biofilm adalah salah satu proses kehidupan yang terdistribusi dan sukses
di Bumi. Dan biofilm mendorong proses biokimia sebagian besar elemen di
lingkungan air, tanah, sedimen. Proses biofilm bisa meliputi di penyaringan air
minum, degradasi limbah cair dan limbah padat. Semua organisme termasuk
manusia dipengaruhi oleh mikroorganisme yang membentuk biofilm. Bisa dari
kontaminasi alat kesehatan dan implan.Biofilm adalah bentuk utama pertumbuhan
mikroba dan penting untuk pengembangan klinis infeksi. Biofilm bertanggung
jawab dalam spektrum yang luas dari infeksi mikroba di manusia. Banyak bakteri
dan jamur medis penting menghasilkan biofilm, termasuk Candida sp.(1)

Infeksi jamur muncul sebagai masalah besar yang signifikan di rumah


sakit selama dekade terakhir, terutama di ICU, yang merupakan sumber infeksi
seperti Candidemia. Masalah yang meningkat di ICU mungkin disebabkan oleh
meningkatnya populasi penderita dengan imun yang rendah. Sebuah survei
epidemiologi sepsis yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa
kejadian sepsis jamur meningkat tiga kali lipat di era tahun 2000an ini. Infeksi
jamur menyumbang hampir 8% dari semua infeksi nosokomial. Candida sp
adalah agen yang bertanggung jawab dalam 80% kasus. Spesies Candida sp kira-
kira merupakan penyakit infeksi nosokomial keempat yang paling umum di
rumah sakit menurut data dari National Nosocomial Infections Surveillance
System and the European Prevalence of Infection in Intensive Care.(2)

Dalam biofilm, bakteri berkomunikasi satu sama lain dengan


memproduksi partikel kemotaksis atau feromon yaitu sebuah fenomena yang
disebut quorum sensing. Ketersediaan nutrisi, kemotaksis terhadap permukaan,
motilitas bakteri, adhesi permukaan dan adanya surfaktan adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi pembentukan biofilm. Mikroorganisme yang tumbuh dalam

1
biofilm secara intrinsik lebih tahan terhadap agen antimikroba daripada sel
plankton (bebas). Ada berbagai metode untuk mendeteksi produksi biofilm.(3)

Biofilm oleh jamur mampu memainkan peran dalam patogenesis dan


menunjukkan bahwa sebagian besar penyakit yang diproduksi oleh Candida sp
dikaitkan dengan biofilm.Penelitian telah menunjukkan bahwa mikroorganisme
hampir tidak ada dalam bentuk planktonik bebas di jaringan manusia, tetapi
dikelompokkan bersama-sama membentuk sebuah komunitas multiseluler, baik
dalam jaringan dan prostesis, kateter dan permukaan lainnya. Biofilm adalah
organisme yang spesifik dan terorganisir sel di bawah kendali molekul sinyal,
serta dari akumulasi sel-sel yang dihasilkan pembelahan sel. Komunitas biologis
ini dapat tertanam dalam matriks ekstraseluler yang diproduksi sendiri
menunjukkan bahwa C. parapsilosis, C. tropicalis dan C. glabrata juga mampu
menghasilkan biofilm.

Kemampuan C. albicans untuk membentuk biofilm pada perangkat medis


memiliki efek mendalam pada kemampuannya untuk menyebabkan penyakit
manusia.Infeksi kateter yang terkait adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di antara pasien rawat-inap, dan biofilm mikroba kateter terkait dengan
90% dari infeksi ini. Kateter yang terkait biofilm Candida sp dapat menyebabkan
infeksi aliran darah dengan insidens perkiraan 1/100 penerimaan pasien di rumah
sakit.(4)

Biofilm memberi dampak kepada berbagai kehidupan sehari-hari, oleh


sebab itu di penelitian ini pendeteksian biofilm menggunakan metode Congo Red
Agar dan Tube Method dengan alasan metode CRA dilakukan karena metode ini
dianggap cepat dan mudah serta penelitian pada tahun 2015 pendeteksian biofilm
Candida sp dengan metode CRA mendapatkan 35% isolat dengan biofilm positif.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Candida sp banyak berperan dalam pembentukan biofilm yang
menimbulkan infeksi

1.2.2 Belum ada pendeteksi pembentukan biofilm yang cepat dan mudah

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Mengetahui metode Congo Red Agar apakah dapat digunakan untuk
deteksi biofilm Candida sp
1.3.2 Tujuan Khusus:
1.3.2.1 Mendapatkan metode deteksi biofilm yang cepat dan mudah
1.3.2.2 Membandingkan metode Tube Method dan Congo Red Agar dalam
mendeteksi biofilm

1.4 Manfaat Penelitian :

1.4.1 Manfaat bagi peneliti


Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai sebaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas
biofilm pada Candida sp
1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana
1.4.3 Manfaat bagi Civitas Akademika
Menambah pengetahuan civitas akademika yang ingin mengetahui tentang
biofilm Candida sp dan pendeteksiannya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Biofilm

Biofilm adalah sekumpulan mikroorganisme yang saling menempel di


permukaan. Sel-sel ini sering tertanam di dalam matriks produksi ekstraselular
polymeric substance (EPS). Biofilm EPS juga disebut sebagai lendir. EPS
tersusun oleh DNA, protein, dan polisakarida ekstraselular. Biofilm dapat
terbentuk pada permukaan hidup atau tidak hidup dan dapat terjadi di alam,
industri, dan rumah sakit.(5)

Sel mikroba yang tumbuh dalam biofilm secara fisiologis berbeda dari sel
planktonik dari organisme yang sama, yang sebaliknya adalah sel tunggal yang
mungkin mengapung atau berenang dengan cairan secara bebas. Mikroba yang
membentuk biofilm adalah sebagai respon terhadap banyak faktor.Yaitu
komunikasi sel untuk hal-hal yang spesifik atau non-spesifik pada permukaan,
isyarat nutrisi, atau paparan sel planktonik terhadap konsentrasi antibiotik.
Ketika sebuah sel beralih ke mode pertumbuhan biofilm, ia mengalami
pergeseran fenotip di mana rangkaian gen yang besar diatur secara berbeda.(4)

2.2 Pembentukan Biofilm

Pembentukan biofilm dimulai dengan pelekatan mikroorganisme bebas


mengambang ke permukaan. Koloni pertama ini awalnya membentuk adhesi
yang lemah dan bersifat reversibel ke permukaan. Jika koloni tidak segera lepas
dari permukaan, mereka bisa tetap disana lebih permanen menggunakan struktur
adhesi sel seperti pili.(6) Beberapa spesies tidak dapat menempel pada
permukaannya sendiri namun mampu menyandarkan diri mereka pada matriks
atau langsung ke koloni sebelumnya. Setelah kolonisasi dimulai, biofilm tumbuh
melalui kombinasi pembelahan sel dan rekrutmen. Tahap akhir pembentukan
biofilm dikenal sebagai pengembangan, ini adalah tahap di mana biofilm
terbentuk dan hanya dapat berubah bentuk.(7)

4
Proses pembentukan biofilm ditandai dengan lima tahap:

1. Sel menempel pada permukaan secara terbalik. Pada tahap ini, bakteri
menggunakan berbagai organel dan protein ekstraselular untuk merasakan dan
menempel pada permukaan, termasuk flagella, pili, fimbriae, serat curli, dan
protein membran luar. Sel menempel pada substrat yang didalam atau kontak
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan makromolekul (misalnya DNA,
protein, dan asam humat, yang dibentuk oleh degradasi biomolekul). Komponen
yang terlarut di dalam ini menyerap pada permukaan dan menyaring sifat fisik
dan bahan kimia intrinsik dari luar. Ada kesamaan antara bakteri yang menempel
pada permukaan luar dan keterikatanpenyebaran sel pada substrat yang
dimodifikasi ulang oleh adsorpsi protein matriks dan DNA yang disekresikan
oleh sel.

2. Sel menempel pada permukaan yang bersifat ireversibel. Sekresi zat polimer
ekstraselular (EPS) yang terdiri dari DNA, protein, lipid, dan lipopolisakarida
memfasilitasi adhesi antara sel dan permukaan.

3. Sel yang teradsorpsi pada permukaan mereplikasi dan tumbuh menjadi


mikrokolin, yang ditujukan untuk dimensi fisik mereka berdiameter puluhan atau
ratusan mikron. Bakteri ini mengeluarkan EPS dan dienkapsulasi dalam lapisan
hidrogel, yang membentuk penghalang fisik antara sel dalam dan lingkungan
ekstraselular. Komposisi EPS bervariasi antara spesies dan kondisi pertumbuhan
serta komunikasi kimia antar sel zat-zat menstimulasi pembentukan dan sekresi
Quorum sensing (QS). Quorim Sensing adalah cara terbaik dari komunikasi
kimia pada bakteri. QS adalah proses utama dalam pembentukan biofilm dan
mekanisme yang digunakan sel untuk memeriksa lingkungan ekstraselular
mereka. QS memodulasi berbagai fungsi seluler, termasuk patogenesis,
perolehan nutrisi, konjugasi, motilitas, dan produksi metabolit sekunder.

4. Sel-sel tumbuh menjadi struktur tiga dimensi dan matang menjadi biofilm saat
sel meniru dan akumulasi EPS. Sel dalam biofilm yang sudah mapan "terpaku"

5
bersama oleh EPS, yang menahan tekanan mekanis dan detasemen sel dalam dari
permukaan substrat.

5. Beberapa sel melepaskan diri dari daerah biofilm dan menyebar ke cairan
bulk, di mana mereka dapat menyerap permukaan dan membentuk biofilm di
relung lingkungan baru. Langkah ini penting untuk propagasi dan pembaharuan
diri sel.(8)

2.3 Hubungan Candida sp dengan Biofilm

Candida sp sering ditemukan dalam manusia yang memfasilitasi


pertemuan mereka dengan perangkat seperti stent jantung, shunt otak, implan,
alat pacu jantung dan berbagai jenis kateter, semua telah ditunjukkan untuk
mendukung kolonisasi dan pembentukan biofilm oleh Candida sp. Candida
albicans adalah spesies jamur yang paling sering dikaitkan dengan pembentukan
biofilm. Peningkatan infeksi Candida pada dekade terakhir telah hampir
meningkat dan meluas karena penggunaan berbagai perangkat medis termasuk
kateter, terutama dalam populasi dengan gangguan pertahanan. Candida albicans
adalah penyebab utama ketiga infeksi kateter yang terkait mewakili kedua
tertinggi kolonisasi untuk infeksi dan kematian secara keseluruhan tertinggi.
Pembentukan biofilm oleh Candida membawa dampak klinis yang penting
karena mereka meningkatkan resistensi terhadap terapi antijamur dan
kemampuan sel dalam biofilm untuk menahan pertahanan kekebalan pada
manusia. Juga biofilm pada perangkat medis dampak negatif bagi manusia dan
dapat menyebabkan infeksi yang berkelanjutan.(9)

Biofilm adalah kumpulan mikroorganisme yang spesifik dan terorganisir


sel di bawah kendali komunikasi sel, dengan akumulasi dari sel-sel yang
dihasilkan dari pembelahan sel. Komunitas biologis ini dapat tertanam dalam
matriks ekstraseluler yang diproduksi sendiri.Selain itu, matriks ekstraseluler
berisi jumlah yang berbeda protein dan karbohidrat untuk spesies yang
berbeda.Villar-Vidal et al membandingkan biofilm pembentukan oleh C.
albicans dan C. dubliniensis, menemukan bahwa pembentukan biofilm oleh C.

6
albicans isolat adalah lebih tinggi daripada oleh C. dubliniensis.(10) Secara
umum, matriks biofilm terdiri dari karbohidrat, protein, fosfor dan heksosamin.
Namun, kondisi lingkungan seperti komposisi yang terdiri dari pH dan oksigen
mempengaruhi pembentukan biofilm dan komposisi matriks. Sebagai contoh, C.
parapsilosis biofilm mengandung sejumlah besar karbohidrat, dan kandungan
protein rendah bila dibandingkan dengan biofilm C. glabrata dan C. tropicalis.

Biofilm dapat tumbuh pada setiap cekaman biotik atau permukaan lembab.
Asosiasi organisme dalam biofilm adalah bentuk perlindungan untuk
pembangunan mereka, mendorong hubungan simbiosis dan memungkinkan
kelangsungan hidup dalam lingkungan yang bermusuhan.Biofilm dapat
membantu mempertahankan peran jamur sebagai patogen dengan menghindari
mekanisme kekebalan tubuh pada manusia, melawan pengobatan anti jamur dan
tekanan kompetitif luar. Akibatnya, biofilm terkait infeksi sulit untuk
diobati..Biofilm ini juga dikaitkan dengan tingkat tinggi resistensi antimikroba
organisme terkait. Hal penting pertama dari proses pembentukan biofilm
merupakan mikroba lampiran, yang diikuti oleh proses pematangan biofilm.
Setelah ragi mengaitkan dengan substrat, banyak peristiwa fisik dan kimia
mengaktifkan awal adhesi dari mikroorganisme ke permukaan. Setelah tahap
aksesi ini, biofilm berjalan melalui proses pematangan, isolat C. parapsilosis dan
C. glabrata secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menghasilkan
biofilm daripada C. albicans lebih patogen. Sebagian besar infeksi akibat dari
patogen biofilm; oleh karena itu, makna biomedis biofilm
substansial.Transplantasi prosedur imunosupresi, penggunaan perangkat yang
ada dan tetap unit perawatan intensif berkepanjangan telah meningkatkan
prevalensi penyakit jamur. Ketersediaan ke dalam perangkat medis, seperti pusat
dan tepi kateter, haemodilisis dan peritoneal dialisis unit dan intrakardiak katup
palsu, memfasilitasi pembentukan biofilm.(11)

Candida albicans adalah jamur dimorfis dan merupakan bagian dari


mikoflora manusia.Ini juga merupakan patogen oportunistik tubuh manusia saat
proliferasinya tidak dikendalikan oleh sistem kekebalan. Ini adalah salah satu

7
agen yang paling sering diidentifikasi dalam infeksi nosokomial dan mampu
menyerang hampir semua tempat dari host manusia, dari jaringan dan organ
dalam, ke situs superfisial seperti kulit dan kuku, hingga implan medis dan
kateter. Perkembangan biofilm albicans mempunyai langkah awal yang terdiri
dari adhesi sel jamur dari bentuk ragi ke substrat.Hal ini diikuti oleh fase filamen
dan proliferasi sel, yang menghasilkan pembentukan beberapa lapisan sel sessil
dari morfologi yang berbeda. Langkah selanjutnya pematangan menghasilkan
jaringan sel yang kompleks yang tertanam dalam bahan polimer ekstraselular,
terdiri dari karbohidrat, protein, heksosamin, fosfor dan asam uronik, serta
konstituen tuan rumah dalam pengaturan alami. Memang ada bukti bahwa
glikoprotein, asam nukleat, dan sel, seperti neutrofil, dapat berpartisipasi dalam
jatuh tempo matriks, khususnya di situs mukosa. Pembentukan matriks
ekstraseluler biofilm (ECM) mewakili karakteristik unik dari biofilm.Kuantitas
dan komposisi matriks bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya dan di
Candida sp tempat infeksi yang berbeda tergantung pada isyarat lingkungan,
seperti ketersediaan unsur hara dan rangsangan mekanis. Sintesis matriks oleh sel
biofilm Candida sp telah terbukti minimal dalam kondisi statis dibandingkan
dengan lingkungan dinamis. Siklus perkembangan biofilm pada Candida sp
adalah bagian penting karena dikaitkan dengan candidemia dan penyakit invasif
diseminata.(10)

Infeksi saluran kemih terkait kateter adalah infeksi nosokomial yang


paling umum, dengan lebih dari 1 juta pasien didiagnosis setiap tahun di
Amerika Serikat. Candida sp menyebabkan penyebab infeksi paling umum
ketiga. Banyak faktor yang terkait dengan kandiduria, termasuk diabetes,
prosedur urologi, seks wanita, dan alat urologis. Kateter uretra, alat yang
diperlukan untuk memantau keluaran urin dan mempertahankan aliran keluar
urin, digunakan hingga 20% dari semua pasien rawat inap.Kateter menyediakan
substrat untuk kepatuhan mikroorganisme dan proliferasi biofilm. Saat tumbuh
sebagai biofilm, Candida sp sulit dihilangkan karena resistensi obat dan toleransi
kekebalan yang melekat.(12)

8
Identifikasi Candida sp dalam urin dapat menunjukkan satu dari beberapa
proses klinis. Candida sp dapat memasuki saluran kemih dari permukaan
mukosa, menempel pada kateter urin, dan membentuk biofilm.Tanpa invasi lebih
lanjut, kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala. Namun, dapat
memproduksi sistitis atau naik lebih jauh lagi, mencapai ginjal, menghasilkan
pielonefritis. Infeksi ini sering bergejala dan memerlukan pengobatan
antijamur.(13)

2.4 Congo Red Agar

Metode Congo Red Agar (CRA) digunakan untuk pendeteksian biofilm


karena cepat, dapat direproduksi, dan memberikan keuntungan: koloni tetap
bertahan dalam medium untuk analisis lebih lanjut. Oleh karena itu metode ini
dipilih untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengidentifikasi produksi
biofilm dengan membuat perubahan pada formula dan menyesuaikan parameter
fisik yang berbeda.(14) Metode ini mudah dilakukan dan hasilnya biasanya
didasarkan pada warna koloni yang dihasilkan, yang berkisar dari merah untuk
penghasil non-biofilm hingga hitam untum k penghasil biofilm.(15) Awalnya,
strain tersebut diinokulasi dengan coretan ke lempeng CRA untuk
memvisualisasikan koloni individu, namun goresan ini juga dapat mempersulit
klasifikasi karena variasi antara warna koloni yang terlihat di sepanjang garis-
garis.(16)

Pada tahun 2010, peneliti (Arciola) membentuk skala kolorimetri mulai


dari yang sangat merah menjadi sangat hitam dengan 6 macam nuansa-sangat
merah, merah, hampir hitam, sangat hitam, dan hitam-untuk klasifikasi produksi
biofilm. Di CRA ada aglomerasi sejumlah besar sel bakteri dapat mempengaruhi
ekspresi biofilm karena regulasi gen terkait juga didasarkan pada penginderaan
kuorum. Parameter lain yang dievaluasi adalah 2 atmosfer inkubasi dan 2 periode
inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya aerobik CRA inkubasi
24 jam merupakan indikator produksi biofilm yang lebih baik dari pada 48 jam
inkubasi di bawah aerobik dan terutama kondisi mikroaerofilik karena terjadinya

9
reversibel fenotipik. Sebagian besar strain biofilm-positif pada 24
jamdiklasifikasikan sebagai strain negatif biofilm pada 48 jam (51,3% strain
dengan gen icaAB diklasifikasikan sebagai penghasil biofilm pada suhu 24 jam,
dan hanya 26,3% dan 5,2% strain ini mempertahankan ini fenotip setelah 48 jam
inkubasi dalam kondisi aerobik dan mikroaerofilik, masing-masing.(17)

Congo Red Agar (CRA) adalah sebuah metode yang sederhana dan
kualitatif untuk mendeteksi biofilm produksi dijelaskan oleh Freeman et al
menggunakan media Congo Red Agar. CRA dipersiapkan dengan infuse dari
otak jantung kaldu 37 g/L, Sukrosa 50 g/L, agar-agar No. 1 10 g/L dan Kongo
merah indikator 8 g/L. Pertama kongo merah disiapkan sebagai larutan
terkonsentrasi secara terpisah dari konstituen lain dan dengan autoklaf di (121 C
selama 15 menit) dan kemudian ditambahkan ke agar-agar infus jantung otak
dengan autoclaf dengan sukrosa yang disuhukan di 55 C. CRA piring diinokulasi
dengan tes organisme dan diinkubasi di 37 C untuk 24 jam secara aerob. Koloni-
koloni hitam dengan konsistensi kristal kering akan menunjukkan produksi
biofilm.(18)

2.5 Tube Method

Pendeteksian biofilm dengan menggunakan tube method adalah metode


yang sensitifitasnya tinggi. Dari agar Saboraud Dextrose yang sudah digores
dengan jamur yang telah berkembang di Saboraud’s dextrose broth 24 jam
terinkubasi, lalu di ambil sedikit koloni dan celupkan ke 7 ml saline NaCl 0,9%.
Suspensi jamur yang ada di Saline NaCl 0,9% diukur dengan spektrometri
hingga terdeteksi 0,5 McFarland (107 cells/ml). Setelah itu diilakukan
pengenceran 1:20 dilusi dengan Saboraud Dextrose Broth yang telah dicampur
Glukosa 8%.Lalu diambil 100 uL dilusi 1:20 dan tuang ke tube. Inkubasi 37o C.
Besoknya dicuci dengan Aquadest 200 uL distilasi ditambahkan dengan baik dan
pembacaan dilakukan pada piring mikrotiter degan spektrometri secara
Absorbansi.(19) Dan hasil dari spektrometri Absorbansi tersebut dihitung
kembali ke percent Transmitansi (%T) untuk mengetahui hasil biofilm dengan

10
klasifikasi yaitu negatif (%Tbloc<5), +1 (%Tbloc5-20), +2 (%Tbloc 20-35), +3
(%Tbloc 35-50) dan +4 (%Tbloc>50).(20)

2.6 Perbandingan Congo Red Agar dan Tube Method

Di satu penelitian, terdapat 80 isolat Candida, 58 (72.5%) adalah spesies


Candida albicans dan 22 (27.5%) adalah Candida albicans. Di antara spesies
Candida sp, isolat paling umum adalah C.tropicalis 38 (47.5%) diikuti oleh C.
famata 9 (11,25%). Spesies lain yang terisolasi C.parapsilosis4 (5%), C.
glabrata 3 (3.75%), C. krusei 02 (2.5%) dan C. lusitaneae 02 (2.5%). Dari 80
Candida sp yang diuji Biofilm produksi ditemukan terjadi paling sering yaitu
non Candida albicans sebanyak38 (47.5%) daripada Candida albicans 11
(13,75%). C.tropicalis 27 (33.75%) adalah produser biofilm tertinggi.

Dengan Tube Method, jumlah yang memproduksi biofilm adalah 13,


moderat adalah 33 dan lemah atau non-biofilm produsen 34. Hasil yang sangat
berbeda yang diamati dengan metode CRA, yang hanya 4 isolat menunjukkan
hitam koloni dengan penampilan kristal kering.

Biofilm Candida sp terlihat di sebagian besar perangkat medis seperti


kateter. Proses terjadinya biofilm bisa dideteksi dengan beberapa metode yang
digunakan yaitu Tube Method atau CRA. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Shilpa Katri dan kawan-kawan menggunakan Tube Method ialah yang sensitif,
paling diulang, akurat, efisien dan spesifik metode dibandingkan Congo Red
Agar untuk mendeteksi biofilm produksi dan dapat direkomendasikan sebagai
pendeteksi biofilm memproduksi biofilm Candida sp di laboratorium.(17)

11
2.7 Kerangka Teori

Candida sp

Tube Method Biofilm Congo Red Agar

Sensitifitasnya Infeksi Rekuren Mudah dan Dapat


tinggi, Cepat di Reproduksi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.8 Kerangka Konsep

Biofilm Candida sp

Tube Method Congo Red Agar

Hasil cepat, mudah,


sensitifitasnya tinggi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Skripsi Fakultas Kedokteran


Ukrida pada bulan September 2017 sampai Februari 2018 d

3.3 Subjek Penelitian

Isolat Candida sp dari hasil kultur kateter uretra

3.4 Sampling

Isolat Candida sp yang terkumpul dari hasil kultur kateter uretra periode
Agustus-November 2016 di Rumah Sakit Swasta di Tangerang

3.5 Bahan, Alat dan Cara Penelitian

3.5.1 Bahan Penelitian

a. 15 Isolat Candida sp
b. Media Sabouraud Dextrose Broth (SDB) = 4,5 gr
c. Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) = 13 gr
d. Kongo merah indikator = 3,2 gr
e. Brain Heart Infusion Agar = 18,8 gr
f. Glukosa = 8 gr
g. Larutan fosfat penyangga saline Ph 7,3 = 0,85 gr
h. Aquadest

3.5.2 Alat Penelitian

a. Tabung untuk Tube Method

13
b. Otoklaf
c. Erlenmeyer
d. Biological Safety Cabinet
e. Inkubator 37oC
f. Cawan Petri

3.5.3 Cara Penelitian


3.5.3.1 Membuat Congo Red Agar
1. Timbang Brain Heart Infusion (BHI) Agar hingga mencapai 18,8
gr danCongo Red Agar (CRA) 3,2 gr
2. Tuang masing-masing media ke Erlenmeyer masing-masing
3. Tuangkan Aquadest 200 ml ke masing-masing Erlenmeyer
4. Nyalakan pemanas dan aduk media dengan menggunakan stirrer,
dan khusus CRA jangan sampai mencapai 100oC. Aduk sampai
serbuk tidak terlihat
5. Tutup Erlenmeyer. Dan masukkan Erlenmeyer ke autoklaf dengan
suhu 121oC
6. Tunggu 90 Menit
7. Angkat Erlenmeyer dari autoklaf dan tunggu sampai tidak terlalu
panas
8. Masukkan ke Biological Safety Cabinet
9. Tuang CRA ke BHI
10. Tuang media tersebut yang sudah tercampur ke cawan petri dengan
takaran 20ml
11. Tunggu sampai beku dan tidak panas
12. Balut cawan petri dengan tisu, dan masukkan ke kulkas 37oC
dengan keadaan terbalik.

3.5.3.2 Membuat Saboraud Dextrose Agar

1. Timbang Saboraud Dextrose Agar (SDA) hingga mencapai 13 gr

14
2. Tuang SDA ke erlenmeyer
3. Tuangkan Aquadest 200 ml ke Erlenmeyer
4. Nyalakan pemanas dan aduk media dengan menggunakan stirrer.
Aduk sampai warnanya bening
5. Tutup Erlenmeyer. Dan masukkan Erlenmeyer ke autoklaf dengan
suhu 121oC
6. Tunggu 90 Menit
7. Angkat Erlenmeyer dari autoklaf dan tunggu sampai tidak terlalu
panas
8. Masukkan ke Biological Safety Cabinet
9. Tuang media SDA ke cawan petri dengan takaran 20ml
10. Tunggu sampai beku dan tidak panas
11. Balut cawan petri dengan tisu, dan masukkan ke kulkas dengan
keadaan terbalik

3.5.3.3 Membuat Saboraud Dextrose Broth (SDB)

1. Timbang Saboraud Dextrose Broth (SDB) hingga mencapai 4,5gr


2. Tuang SDB ke Erlenmeyer
3. Tuangkan Aquadest 150 ml ke Erlenmeyer
4. Nyalakan pemanas dan aduk media dengan menggunakan stirrer.
dan aduk sampai serbuk tidak terlihat
5. Matikan Pemanas
6. Tuang media SDB ke tabung reaksi dengan takaran 10ml
menggunakan pipet ukur. Dan tutup tabung reaksi setelah
dituangkan SDB
7. Masukkan tabung reaksi ke autoklaf dengan suhu 121oC
8. Tunggu 90 Menit
9. Angkat tabung tersebut dari autoklaf dan tunggu sampai tidak
terlalu panas
10. Masukkan ke dalam kulkas

15
3.5.3.4 Membuat Saboraud Dextrose Broth (SDB) ditambahkan dengan
Glukosa 8%

1. Timbang Saboraud Dextrose Broth (SDB) hingga mencapai 4,5gr


2. Timbang Glukosa 8% hingga mencapai 8 gr
3. Campurkan SDB dan Glukosa. Tuangkan ke erlenmeyer
4. Tuangkan Aquadest 150 ml ke Erlenmeyer
5. Nyalakan pemanas dan aduk media dengan menggunakan stirrer.
Aduk sampai serbuk tidak terlihat
6. Matikan Pemanas
7. Tuang media SDB + glukosa ke tabung reaksi dengan takaran 7ml
menggunakan pipet ukur. Dan tutup tabung reaksi setelah
dituangkan SDB + glukosa
8. Masukkan tabung reaksi ke autoklaf dengan suhu 121oC
9. Tunggu 90 Menit
10. Angkat tabung tersebut dari autoklaf dan tunggu sampai tidak
terlalu panas
11. Masukkan ke dalam kulkas

3.5.3.5 Membuat Larutan Fosfat penyangga Saline Ph 7,3

1. Timbang NaCl hingga mencapai 0,85 gr


2. Tuang NaCl ke Erlenmeyer
3. Tuangkan Aquadest 150 ml ke Erlenmeyer
4. Nyalakan pemanas dan aduk media dengan menggunakan stirrer.
dan aduk sampai serbuk tidak terlihat
5. Matikan Pemanas
6. Tuang media NaCl ke tabung reaksi dengan takaran 7 ml
menggunakan pipet ukur. Dan tutup tabung reaksi setelah
dituangkan NaCl
7. Masukkan tabung reaksi ke autoklaf dengan suhu 121oC
8. Tunggu 90 Menit

16
9. Angkat tabung tersebut dari autoklaf dan tunggu sampai tidak
terlalu panas
10. Masukkan ke dalam kulkas

3.5.3.6 Uji Deteksi biofilm Candida sp dengan Metode Congo Red Agar

1. Siapkan media Saboraud Dextose Broth (SDB) yang sudah dibuat


dan juga siapkan stok kultur isolat Candida sp yang sudah diberi
tanda. Dan tandai SDB sesuai stok kultur. Siapkan juga ose
disposable
2. Pakai Hand Scoon (Sarung Tangan)
3. Masukkan semua ke Biological Safety Cabinet (BSC)
4. Nyalakan BSC, dan nyalakan bunsen burner
5. Gunakan ose disposable sebagai pengambil koloni Candida sp dari
stok kultur
6. Buka tabung SDB dan bakar ujung tabung
7. Masukkan koloni Candida sp gunakan ose disposable ke SDB
8. Tutup tabung SDB
9. Inkubasi tabung-tabung SDB yang sudah terisi koloni Candida sp
selama 48 jam di inkubator 37o C. Tunggu sampai keruh
10. Lakukan pewarnaan gram pada SDB
11. Siapkan media Congo Red Agar (CRA) yang sudah dibuat.
Tunggu sampai tidak dingin. Beri tanda ke CRA sesuai urutan
isolat
12. Pakai Hand Scoon (Sarung Tangan), dan semprotkan alkohol
13. Masukkan SDB dan CRA ke BSC yang sudah nyala dan di UV
14. Nyalakan Bunsen Burner dan bakar ose besi sampai warna merah
15. Ambil koloni Candida sp dari SDB dan gores ke agar CRA.
Lakukan yang sama sampai 15 agar
16. Inkubasi CRA di inkubator 37oC

17
17. Lihat beberapa hari dan pantau apakah ada Koloni-koloni hitam
dengan konsistensi kristal kering akan menunjukkan produksi
positif biofilm

3.5.3.7 Uji Deteksi Bifilm Candida sp dengan metode Tube Method


1. Siapkan media SDA yang sudah dibuat. Dan tunggu sampai tidak
dingin. Lalu berikan tanda sesuai urutan isolat
2. Siapkan stok kultur
3. Pakai Hand Scoon (Sarung Tangan) dan semprotkan alkohol 70%
4. Masukkan semua media ke BSC dan nyalakan bunsen burner
5. Ambil koloni Candida sp dengan ose disposable ke stok kultur
sesuaiurutan
6. Gores SDA dengan ose disposable. Lakukan sampai 15 agar SDA.
7. Inkubasi SDA selama 24 jam di inkubator 37oC
8. Siapkan media SDB campur Glukosa 8% serta media NaCl 0,85%
yang sudah dibuat dan tunggu sampai tidak dingin. Beri tanda ke
masing-masing tabung sesuai urutan isolat
9. Ambil SDA yang terinkubasi dan lakukan pewarnaan gram
10. Pakai Hand Scoon (Sarung Tangan) dan semprot dengan alkohol
70%
11. Masukkan semua media ke BSC yang sudah nyala dan di UV
12. Bakar ose besi dengan bunsen burner sampai warnanya merah
13. Ambil koloni Candida sp di SDA dengan ose besi dan celupkan
ke tabung yang terisi NaCl 0,85%. Lakukan sesuai urutan isolat
agar tidak tertukar
14. Lakukan pengukuran spektrometri pada tabung NaCl 0,85% yang
sudah terisi koloni. Pengukuran sampai 0,5 McF
15. Lakukan dilusi 1:20 Nacl 0,85% yang sudah terukur koloni
menggunakan spektrometri dengan SDB campur Glukosa 8%.
16. Tuang 100 uL hasil dilusi tersebut ke mikrotiter. Tuang sesuai
urutan isolat.

18
17. Inkubasi mikrotiter selama 24 jam di inkubator 37oC
18. Buang cairan yang ada di mikrotiter. Cuci mikrotiter dengan
menggunakan aqua bidest masing-masing sumur mikrotiter 200
uL
19. Lakukan pengukuran dengan spektrofotometer. Dan ubah nilai
absorbansi yang ada di spektrofotometer ke nilai transmitansi
20. Untuk mengetahui hasil biofilm dengan klasifikasi yaitu negatif
(%Tbloc<5), +1 (%Tbloc5-20), +2 (%Tbloc 20-35), +3
(%Tbloc 35-50) dan +4 (%Tbloc>50)

3.6 Parameter yang diperiksa


Parameter yang diperiksa pada penelitian ini adalah Biofilm Candida sp

3.7Variabel Penelitian
3.7.1 Variabel terikat: Candida sp hasil isolat klinik kateter urin
3.7.2 Variabel bebas: Congo red agar dan tube method

3.8 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Indikator Skala
Operasional

1 Congo Metode CRA Koloni hitam Nominal


Red Agar digunakan untuk dengan
- Terbentuk
pendeteksian konsistensi
Biofilm
biofilm karena kristal kering
- Tidak
cepat, dapat menunjukkan
terbentuk
direproduksi, produksi
Biofilm
dan memberikan biofilm.
keuntungan: Koloni merah
koloni tetap menunjukkan
bertahan dalam non-biofilm

19
medium untuk
analisis lebih
lanjut. Metode
ini mudah
dilakukan dan
hasilnya
biasanya
didasarkan pada
warna koloni
yang dihasilkan

2 Tube Metode yang Untuk Ordinal


Method cepat untuk mengetahui - Negatif
deteksi biofilm. hasil biofilm (%Tbloc<5)

Sensitifitasnya dengan - +1
(%Tbloc5-
tinggi. Metode klasifikasi yaitu
20)
ini mudah negatif
- +2 (%Tbloc
dilakukan. Dan (%Tbloc<5), +1 20-35)
hasilnya (%Tbloc5-20), - +3 (%Tbloc
biasanya +2 (%Tbloc 20- 35-50)
didasarkan pada 35), +3 - +4
hasil transmittan (%Tbloc 35-50) (%Tbloc>50)

pada dan +4
spektrofotometer (%Tbloc>50)

20
3.9 Jadwal Penelitian

Bulan (Tahun 2017-2018)


Kegiatan
No Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Sudi
1
pustaka

Persiapan
alat dan
2
bahan
penelitian

3 Penelitian

4 Penulisan

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan Metode Congo Red Agar

Di penelitian ini, hasil biofilm Candida sp positif dan negatif muncul di


Congo Red Agar (CRA) dengan kurun waktu tujuh hari terinkubasi di inkubator
37oC. Dengan klasifikasi muncul koloni berwarna hitam adalah positif biofilm
dan berwarna merah adalah negatif biofilm. Dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat tujuh CRA yang positif, dan delapan CRA yang
negatif dari 15 isolat Candida sp. Dengan hasil sebagai berikut yang positif yang
menunjukkan koloni hitam dengan konsistensi kristal kering.

Gambar 4.1 CRA yang Menghasilkan Positif Biofilm Candida sp

22
Sedangkan yang tidak menghasilkan Biofilm Candida sp menunjukkan koloni
merah sebagai berikut:

Gambar 4.2 CRA yang tidak Menghasilkan Biofilm Candida sp

4.2 Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan Metode Tube Method
Di penelitian ini pada tahap Tube Method relatif lebih cepat dan lebih
sensitif dibandingkan dengan metode Congo Red Agar. Pada penelitian ini
pendeteksian biofilm dengan metode Tube Method dilakukan pengukuran untuk
mengetahui ada tidaknya biofilm dengan menggunakan spektrofotometer. Dan
hasil penelitian ini pertama diukur dengan nilai absorbansi lalu diubah ke %
transmitansi dengan rumus Absorbansi = 2 – log10 %T. Dengan hasil yang
diklasifikasikan sebagai berikut: negatif (%Tbloc<5), +1 (%Tbloc5-20), +2
(%Tbloc 20-35), +3 (%Tbloc 35-50) dan +4 (%Tbloc>50). Berikut hasil
pembacaan spektrofotometer pada mikrotiter:

23
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Spektrofotometer pada Mikrotiter
dengan penilaian nilai Absorbansi

Jika diubah nilai Absorbansi ke Transmitansi, maka yang didapat sebagai berikut
dan klasifikasi biofilm:

Tabel 4.1 Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp pada Tube Method

No Urutan Hasil Hasil Klasifikasi


Isolat Absorbansi Trasnmitansi biofilm
1 C18 0,848 14,19% +1
2 C45 0,932 11,695% +1
3 C52 0,965 10,83% +1
4 C62 1,170 6,760% +1
5 C67 1,312 4,875% -
6 C99 0,650 22,38% +2
7 C128 1,108 7,798% +1
8 C134 1,079 8,336% +1

24
9 C156 1,231 5,874% +1
10 C160 1,392 4,055% -
11 C162 1,015 9,660% +1
12 C177 1,055 8,810% +1
13 C224 1,252 5,597% +1
14 C240 0,399 39,902% +3
15 C262 1,015 9,660% +1

4.3 Perbandingan Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan Metode


Congo Red Agar dan Tube Method

Dari hasil penelitian deteksi biofilm Candida sp dengan metode Congo


Red Agar didapatkan tujuh positif menghasilkan biofilm dan delapan tidak
menghasilkan biofilm dari 15 isolat. Dari tujuh positif biofilm didapatkan enam
diantaranya merupakan Candida albicans, dan satu diantaranya adalah Candida
rugosa. Isolat-isolat Candida sp yang positif biofilm yang termasuk Candida
albicans diantaranya adalah C52, C62, C134, C156, C162, C240. Dan Candida
rugosa yaitu pada isolat C99. Sedangkan pada uji deteksi biofilm Candida sp
dengan metode Tube Method hanya ada dua isolat yang tidak menghasilkan
Biofilm dari 15 isolat yaitu satu isolat yang jenisnya Candida glabrata dengan
nomor isolat C67 dan satu isolat yang jenisnya Candida tropicalis dengan nomor
isolat C160. Dari banyak Candida sp yang menghasilkan biofilm, yang paling
banyak menghasilkan biofilm adalah Candida albicans. Pada penelitian ini
didapatkan 1 isolat yang mempunyai hasil yang kuat menghasilkan biofilm
karena menghasilkan positif biofilm dengan metode Congo Red Agar dan Tube
Method dengan hasil +3 (sangat kuat) yaitu pada isolat C240 dengan jenis
Candida albicans. Dari hasil penelitian uji deteksi biofilm Candida sp dengan
metode Tube Method terbukti lebih sensitif dan lebih cepat untuk mendeteksi
biofilm. Pada metode Congo Red Agar butuh waktu yang cukup lama pada
pengerjaannya yaitu kurang lebih 10 hari untuk mengetahui hasil yaitu mampu

25
memproduksi biofilm atau tidak. Sedangkan Tube Method butuh waktu hanya 4
hari saja untuk mengetahui hasil.

Tabel 4.2 Hasil Uji Deteksi Biofilm Candida sp dengan Metode Congo Red Agar
dan Tube Method

No Urutan Jenis Candida Hasil Hasil


Isolat sp Congo Tube
Red Agar Method
1 C18 Candida Negatif +1
albicans
2 C45 Candida Negatif +1
tropicalis
3 C52 Candida Positif +1
albicans
4 C62 Candida Positif +1
albicans
5 C67 Candida Negatif -
glabrata
6 C99 Candida Positif +2
Rugosa
7 C128 Candida Negatif +1
albicans
8 C134 Candida Positif +1
albicans
9 C156 Candida Positif +1
albicans
10 C160 Candida Negatif -
tropicalis
11 C162 Candida Positif +1
albicans

26
12 C177 Candida Negatif +1
tropicalis
13 C224 Candida Negatif +1
tropicalis
14 C240 Candida Positif +3
albicans
15 C262 Candida Negatif +1
famata

Hasil yang diperoleh sama dengan penelitian sebelumnya. Menurut Shilpa


Katri, dkk (2015) tentang pendeteksian biofilm menggunakan metode Tube
Method lebih sensitif dibandingkan dengan metode Congo Red Agar. Namun
untuk jenis Candida sp yang paling banyak menghasilkan biofilm positif dengan
metode Congo Red Agar dan Tube Method berbeda yaitu dari 80 isolat Candida
sp yang paling banyak menghasilkan biofilm adalah Candida tropicalis. Di
penelitian ini hanya terdapat empat isolat Candida tropicalis dari 15 Candida sp
dan semuanya tidak memghasilkan biofilm dengan metode Congo Red Agar.
Pada penelitian Shilpa Katri dan kawan-kawannya mengenai produksi biofilm
tersebut dengan metode Tube Method mampu memproduksi biofilm dengan
jumlah 49 isolat. Sedangkan dengankan metode Congo Red Agar hanya 4 isolat
yang mampu memproduksi biofilm. Langkah-langkah yang dilakukan Shilpa
Katri dan kawan-kawannya dengan metode Tube Method berbeda dengan
penelitian ini menggunakan bahan Saboraud Dextrose Broth dengan Glukosa 8%
yang telah terisi isolat Candida sp dan terinkubasi selama 24 jam sebelum
dilakukan dilusi 1:100. Setelah dilakukan dilusi 1:100, hasil dilusi tersebut di
teteskan 200 uL di mikrotiter lalu diinkubasi 48 jam selama 37 oC. Setelah
terinkubasi piring mikrotiter dicuci dengan garam penyangga fosfat, setelah itu
dilakukan pencucian dengan aquadest dan dilakukan pengukuran dengan
spektrofotometer. Pada metode Tube Method Candida albicans mampu
memproduksi biofilm dengan klasifikasi +2 (kuat) sebanyak tujuh isolat, +1

27
(cukup) sebanyak empat isolat, dan – (tidak menghasilkan biofilm) sebanyak 11
isolat. Lalu pada Candida tropicalis mampu memproduksi biofilm dengan
klasifikasi +2 (kuat) sebanyak 15 isolat, +1 (cukup) sebanyak 12, dan – (tidak
menghasilkan biofilm) sebanyak 11 isolat. Sedangkan pada Candida famata
mampu memproduksi biofilm dengan klasifikasi +2 (kuat) sebanyak empat
isolat, +1 (cukup) sebanyak dua isolat, dan – (tidak menghasilkan biofilm)
sebanyak tiga isolat. Lalu pada Candida glabrata mampu memproduksi biofilm
dengan klasifikasi +2 (kuat) sebanyak nol isolat, dan +1 (cukup) sebanyak satu
isolat, dan – (tidak menghasilkan biofilm) sebanyak dua isolat. Dan sisanya dari
jenis Candida sp lain. Pada penelitian Shilpa Katri dan kawan-kawannya tersebut
dengan metode Congo Red Agar hanya empat isolat yang mampu memproduksi
biofilm. Pada Candida albicans sebanyak dua isolat, dan Candida tropicalis
sebanyak dua isolat. Pada penelitian tersebut dengan metode Congo Red Agar
membutuhkan waktu sekitar 48 jam inkubasi di inkubator 37oC dan setelah itu
lakukan inkubasi selama 2-4 hari di suhu ruangan untuk memproduksi biofilm
yang berbeda dengan penelitian ini.

Dengan demikian persamaan hasil dapat dipengaruhi oleh berbagai macam


faktor, diantaranya ialah bahan yang digunakan sama. Walaupun pada metode
Tube Method waktu inkubasi mikrotiter nya berbeda namun hasilnya tetaplah
sama yaitu metode Tube Method lebih sensitif menghasilkan biofilm
dibandingkan metode Congo Red Agar. Lalu untuk metode Congo Red Agar
hasil yang didapat sama dengan hasil penelitian Shilpa Katri dan kawan-
kawannya yaitu kurang sensitif dan relatif lebih lama daripada metode Tube
Method karena waktu penginkubasiannya lebih lama meskipun waktu
penginkubasiannya pada penelitian ini dengan Shilpa Katri dan kawan-kawannya
berbeda namun hasil yang didapat tetap sama. Hasil biofilm yang didapatkan di
penelitian ini dengan metode Congo Red Agar lebih lama satu hari dibandingkan
penelitian Shilpa Katri dan kawan-kawannya, karena faktor suhu inkubasi yang
dilakukan setelah penginkubasian 48 jam di penelitian ini tetap dilakukan

28
inkubasi di inkubator 37oC sedangkan di penelitian Shilpa Katri dan kawan-
kawannya dilakukan inkubasi di suhu ruangan selama 2-4 hari.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.Uji deteksi biofilm Candida sp dengan metode Tube Method lebih cepat dan
lebih sensitif dibandingkan dengan metode Congo Red Agar
2.Uji deteksi biofilm Candida sp dengan metode Congo Red Agar membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama dan kurang sensitif dibandingkan Congo Red Agar

5.2 Keterbatasan Penelitian


Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah hasil penelitian yang
didapatkan peneliti dengan penelitian secara langsung dan dilakukan di
Laboratorim Skripsi Fakultas Kedokteran Ukrida.Terdapat beberapa keterbatasan
dalam penelitian. Yaitu:
1. Peneliti adalah mahasiswa yang masih aktif belajar di universitas dan
penelitian melibatkan waktu belajar di universitas. Keterbatasan waktu penelitian
yang kadang kurang cukup untuk melakukan penelitian karena peneliti harus
mengikuti pembelajaran di universitas.
2. Untuk melakukan penelitian uji deteksi Biofilm yang baik, peneliti harus
menjalani langkah-langkah penelitian. Salah satunya memakai Biological Safety
Cabinet yang hanya tersedia satu saja di laboratorium sehingga harus mengantri
dengan peneliti lain.

5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
saran sebagai berikut:
1. Penelitian di laboratorium diharuskan mempunyai Biological Safety Cabinet
dan sering kali dibutuhkan peneliti. Terkadang peneliti harus mengantri lama
dikarenakan harus mengantri dengan peneliti lain. Maka disarankan disediakan

Universitas Kristen Krida Wacana


Biological Safety Cabinet lebih dari satu untuk menghindari antrian yang kadang
panjang.
2.Karena peneliti adalah mahasiswa yang masih aktif belajar di universitas, maka
disarankan untuk peneliti selanjutnya membuat rencana masuk lab dan sesuaikan
dengan jadwal belajar di universitas. Agar tidak terjadi waktu yang bentrok.
3. Penelitian ini sangat sensitif karena jika terjadi kontaminasi maka hasil tidak
akan valid. Maka wajib dilakukan penjagaan sterilitas terhadap media yang
digunakan untuk penelitian.Dan lakukan pewarnaan gram untuk mengetahui
apakah ada kontaminasi atau tidak.

Universitas Kristen Krida Wacana


DAFTAR PUSTAKA

1. Davey ME, O’toole GA. Microbial biofilms: from ecology to molecular


genetics. Microbiol Mol Biol Rev [Internet]. 2008;64(4):847–67. Available
from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=99016&tool=p
mcentrez&rendertype=abstract
2. Paramythiotou E, Frantzeskaki F, Flevari A, Armaganidis A, Dimopoulos
G. Invasive fungal infections in the icu: how to approach, how to treat.
Molecules. 2014;19(1):1085–119.
3. Si ngh R, Paul D, Jain RK. Biofilms: implications in bioremediation.
Trends Microbiol. 2008;14(9):389–97.
4. Giannini MJSM. Candida species : current epidemiology , pathogenicity ,
biofilm formation , natural antifungal products and new therapeutic
options. 2017;(May):10–24.
5. Kokare CR, Chakraborty S, Khopade AN, Mahadik KR. Biofilm :
importance and applications. 2009;8(April):159–68.
6. Renner LD, Weibel DB. Physicochemical regulation of biofilm formation.
MRS Bull. 2011;36(5):347–55.
7. Lal P, Sharma D, Pruthi P, Pruthi V. Exopolysaccharide analysis of
biofilm-forming Candida albicans. 2010;109:128–36.
8. Chandra J, Kuhn DM, Mukherjee PK, Hoyer LL, Cormick TMC,
Ghannoum MA. Biofilm formation by the fungal pathogen candida
albicans : development , architecture , and drug Resistance.
2001;183(18):5385–94.
9. Kojic EM, Darouiche RO. Biofilms candida infections of medical devices.
2010;17(2):255–67.
10. Ghannoum M, Roilides E, Katragkou A, Petraitis V, Walsh TJ. The role of
echinocandins in candida biofilm-related vascular catheter infections: in
vitro and in vivo model systems. clin infect dis. 2015;61(Suppl 6):S618–21.
11. Kostakioti M, Hadjifrangiskou M, Hultgren SJ. Bacterial biofilms:
development, dispersal, and therapeutic strategies in the dawn of the
postantibiotic era. Cold Spring Harb Perspect Med. 2013;3(4):1–23.
12. Negri M, Silva S, Henriques M, Azeredo J, Svidzinski T, Oliveira R.
Candida tropicalis biofilms: artificial urine, urinary catheters and flow
model. Med Mycol. 2011;49(October):739–47.

Universitas Kristen Krida Wacana


13. Achkar JM, Fries BC. Candida infections of the genitourinary tract.
2010;23(2):253–73.
14. Mohandas V, Ballal M. Distribution of Candida species in different clinical
samples and their virulence: biofilm formation, proteinase and
phospholipase production: a study on hospitalized patients in southern
India. J Glob InfectDis. 2011 Jan; 3(1):4-8. Doi: 10.4103/0974-
777X.77288.
15. Awaji. N, Mahdi. N, Qahtani. AA, Alsalman. L, Alshehri. F, shahrani.
FHA, etal. An online survey of using skin-lightening products in saudi
females. Int J Adv Res [Internet]. 2017;5(1):2008–16. Available from:
http://www.journalijar.com/article/14945/
16. Taj Y, Essa F, Aziz F, Kazmi SU. Original article study on biofilm-forming
properties of clinical isolates of Staphylococcus aureus.
17. Arciola NS, Salman SA, Neela V, Zamberi S. Evaluation of modified
congo red agar for detection of biofilm produced by clinical isolates of
methicillin – resistance Staphylococcus aureus. 2010;3(6):330–8.
18. Three A, Screening D, For M, In F, Isolates Candida. Original article
analysing three different screening methods for biofilm. 2015;4(83):14515–
24.
19. Dhale R, Ghirpade M, Dharmadhikari C. Comparison of various methods
used to detect biofilm production of candida species. 2014;4(100):140-143
20. Kumar G, Menon T. Biofilm production by clinical isolates of candida
species. 2009;6(120):100-108

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai