Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) SESI I : MENGIDENTIFIKASI DI
WISMA ANTAREJA RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
1. Anggi Indah Saputri P16004
2. Anyn Suminar P16006
3. Fiqih Adham Prastiwi P16023
4. Hanifah Ambang Fitriani P16025
5. Isti Kharofi P16028
6. Mutrika Novita Sari P16035
7. Nurcantika Mei A P16037

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
A. TOPIK
Terapis : Mahasiswa Stikes Kusuma Husada Surakarta
Sasaran : Pasien Halusinasi

B. TUJUAN
Umum : Klien dapat mengenal halusinasi yang dialami
Khusus :
1. Klien mengenal jenis halusinasi
2. Klien mengenal isi halusinasi
3. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
5. Klien mengenal perasaannya saat terjadi halusinasi

C. KRITERIA KLIEN
1. Syarat Klien
a. Klien dengan riwayat schizophrenia dengan disertai gagguan persepsi sensori
halusinasi.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengaklami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
d. Klien dapat melakukan aktivitas fisik
2. Proses Seleksi
a. Hasil pengkajian melalui interaksi secara langsung
b. Hasil observasi klien setiap hari
c. Informasi dan keterangan perawat atau rekam medis
d. Mengadakan kontrak dengan klien, yaitu kesedian klien untuk mengikuti kegiatan
berdasarkan kesepakatan mengenai kegiatan, tempat, dan waktu
e. Nama Klien :
1) Tn. S
2) Tn. S
3) Tn. R
4) Tn. N
5) Tn. S

D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


1. Leader : Nurcantika Mei Anggita
Tugas :
a) Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d) Memimpin diskusi kelompok.
2. Co Leader : Anggi Indah Saputri
Tugas :
a) Membuka acara.
b) Mendampingi leader
c) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
e) Menutup acara diskusi.
3. Observer : Mutrika Novita Sari
Tugas :
a) Mencatat serta mengamati respon klien ( dicatat pada format yang tersedia )
b) Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
4. Fasilitator :
I. Hanifah Ambang Fitriani
II. Isti Kharofi
III. Fiqih Adham Prastiwi
IV. Anyn Suminar
Tugas :
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya terapi.
E. METODE
a. Diskusi dan Tanya jawab.
b. Bermain peran atau simulasi.

F. LANDASAN TEORI
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Definisi TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah suatu aktivitas psikoterapi yang
dilakukan pada sekelompok penderita gangguan jiwa dengan cara berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih. TAK terdiri dari empat jenis, yaitu: sosialisasi,
orientasi realita, stimulasi persepsi, dan stimulasi sensori (Keliat,2005).
b. Macam TAK
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik: klien dengan gangguan persepsi;
halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif,
sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal.
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana,
2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan, khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat
sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: Sesi pertama: mengenal halusinasi, sesi
kedua: mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi, sesi ketiga:
menyusun jadwal kegiatan, sesi keempat: cara minum obat yang benar.

2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku. Bentuk
stimulus: Stimulus suara (musik), stimulus visual (gambar), stimulus gabungan
visual dan suara (melihat televisi, video)
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
Peningkatan kepekaan terhadap stimulus, peningkatan kemampuan merasakan
keindahan, peningkatan apresiasi terhadap lingkungan. Jenis TAK yaitu: TAK
stimulasi suara, TAK stimulasi gambar, TAK stimulasi suara dan gambar.

3) Terapi aktivitas Orientasi Realita


Terapi Aktivitas Kelompok Orentasi Realita (TAK): orientasi realita adalah
upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa
psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien
tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini
dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya
ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini.
Maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada
klien tentang realitas disekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang
realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai
dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah: klien mampu
mengenal tempat ia berada dan pernah berada, klien mengenal waktu dengan
tepat, klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan
tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah
klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal
orang lain, tempat, dan waktu. Tahapan kegiatan: sesi pertama: orientasi orang,
sesi kedua: orientasi tempat: sesi ketiga: orientasi waktu.
4) Penyaluran Energi
Merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana
memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis,
peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan
kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan: menyalurkan energi,
destruktif ke konstrukstif, mengekspresikan perasaan, meningkatkan hubungan
interpersonal.
5) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk: memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi, menerima stimulus eksternal
yang berasal dari lingkungan.
Tujuan umum: mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus: penderita mampu menyebutkan identitasnya, menyebutkan
identitas penderita lain, berespon terhadap penderita lain, mengikuti aturan
main, mengemukakan pendapat dan perasaannya.
Karakteristik: penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk
mengikuti kegiatan ruangan, penderita sering berada ditempat tidur, penderita
menarik diri, kontak sosial kurang, penderita dengan harga diri rendah,
penderita gelisah, curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai
pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, sudah dapat
menerima trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
2. Halusinasi
a. Definisi halusinasi
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta pola
stimulus yang datang ( baik dari dalam maupun dari luar ) tidak sesuai dengan
kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik
respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai ( Townsend, 2010 )
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada ( Keliat, Akemat, 2010 )
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan ( stimulus ) eksternal ( Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009 ). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi.

b. Faktor Predisposisi
1) Biologis :
a) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom keberapa masih
dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi genetik tambahan
nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak menderita,
kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada anak yang
salah satu orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika
kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35 persen. Kembar
indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan kembar
fraterna berisiko mengalami gangguan 15%.
b) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik. Neurotransmitter
dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
c) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma, penurunan
oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu
perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
teratogenik. anak yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa
(25 tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak
yang dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga memungkinkan
terjadinya gangguan pernapasan
d) Nutrisi : Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB,
rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
e) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang tidur,
gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan aktivitas, malas
untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
f) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat terkena
infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
g) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan
dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu fisiologi otak
2) Psikologis
a) Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan kurangnya suplay
oksigen terganggu dan glukosa sehingga mempengaruhi fungsi kognitif sejak
kecil misalnya: mental retardasi (IQ rendah)
b) Ketrampilan verbal
(1)Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi dalam keluarga,
seperti : Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, komunikasi
dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup.
(2)Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya riwayat Stroke,
trauma kepala.
(3)Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi sosial pasien
c) Moral : Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, misalnya lingkungan keluarga yang broken home, konflik, Lapas.
d) Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan
menutup diri
e) Pengalaman masa lalu :
(1) Orangtua yang otoriter dan selalu membandingkan
(2) Konflik orangtua sehingga salah satu orang tua terlalu menyayangi
anaknya
(3) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan
(4) Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
(5) Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi
(6) Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua
f) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas diri tak
jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri negative
g) Motivasi: riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
h) Pertahanan psikologi: ambang toleransi terhadap stres rendah dan adanya
riwayat gangguan perkembangan
i) Self control: adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang datang,
misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan, gerakan
3) Social cultural
a) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak
b) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender
c) Pendidikan : Pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah dan gagal
sekolah
d) Pendapatan : Penghasilan rendah
e) Pekerjaan : Pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
f) Status social : Tuna wisma, Kehidupan terisolasi
g) Latar belakang Budaya : Tuntutan sosial budaya seperti paternalistik dan
adanya stigma masyarakat, adanya kepercayaan terhadap hal-hal magis dan
sihir serta adanya pengalaman keagamaan
h) Agama dan keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin dan kesalahan persepsi terhadap ajaran agama tertentu
i) Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan dalam politik
j) Pengalaman social : Perubahan dalam kehidupan, misalnya
bencana, perang, kerusuhan, perceraian dengan istri, tekanan dalam pekerjaan
dan kesulitan mendapatkan pekerjaan
k) Peran sosial: Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut, stigma yang negatif
dari masyarakat, diskriminasi, stereotype, praduga negatif

c. Faktor Presipitasi
1) Nature
Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
a) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara umum
(menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma kepala atau sakit panas
hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi (terpapar obat halusinogen atau
racun, asbestosis, CO)
b) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam ketrampilan
komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan (misalnya: menjadi korban aniaya fisik, saksi aniaya fisik
maupun sebagai pelaku, konsep diri yang negatif (harga diri rendah, gambaran
citra tubuh, keracuan identitas, ideal diri tidak realistis, dan gangguan peran),
kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis rendah (ambang toleransi
terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar stimulus suara, rabaan,
penglihatan, penciuman dan pengecapan, gerakan yang berlebihan dan klien
tidak bisa mengontrolnya
c) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau gagal sekolah,
pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status social jelek (tidak terlibat
dalam kegiatan di masyarakat, latar belakang budaya, tidak dapat menjalankan
agama dan keyakinan, keikutsertaan dalam politik tidak bisa dilakukan,
pengalaman sosial buruk, dan tidak dapat menjalankan peran sosial.
2) Origin
a) Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungann
b) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang dukungan
kelompok/teman sebaya
3) Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/ terus
menerus
4) Sumber: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah yang
sangat berat

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Data Obyektif
a) Bicara atau tertawa sendiri.
b) Marah-marah tanpa sebab.
c) Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d) Menutup telinga.
e) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h) Menutup hidung.
i) Sering meludah.
j) Muntah.
k) Menggaruk-garuk permukaan kulit.
2) Data Subyektif , Pasien mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
f) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
h) Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang
sendirian.
i) Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.

G. ANTISIPASI MASALAH
1. Usahakan dalam keadaan terapeutik
2. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan
diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan
yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
4. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
5. Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari peserta
TAK yang lain.
6. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari
kelompok.
7. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Hasil
a. Klien mampu mengenal jenis halusinasi
b. Klien mampu mengenal isi halusinasi
c. Klien mampu mengenal waktu terjadinya halusinasi
d. Klien mampu mengenal situasi terjadinya halusinasi
e. Klien mampu mengenal perasaannya saat terjadi halusinasi
2. Evaluasi Pelaksanaan atau proses
a. Pelaksanaan sesuai waktu yang telah ditetapkan
b. Klien aktif bertanya
c. Klien mendengar dengan perhatian
d. Klien mampu mengidentifikasi masalah halusinasi yang dialami.

I. SETTING TEMPAT
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah sebagai
berikut
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Observer

: Peserta

J. MEDIA/ALAT
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan
alat ini hanya yang ada diruangan saja seperti :
a. Spidol dan whiteboard atau papan tulis
b. Jadwal kegiatan harian(jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c. Tape recorder untuk game jika ada.
K. URAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Hari/Tanggal : Sekasa, 18 Desember 2018
2. Tempat Pertemuan Kegiatan : Wisma Antareja
3. Waktu : 11.00 Wib
4. Langkah – langkah kegiatan :
4.1 Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat, tempat, dan setting pertemuan
4.2 Orientasi
a. Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi dan validasi : menyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara –suara yang datang
2. Terapis menjelaskan aturan main :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin
kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4.3 Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal jenis
halusinasi, tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya halusinasi,
perasaan klien pada saat terjadi
b. Terapis meminta klien menceritakan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi
halusinasi serta klien mampu melakukan latihan menghardik. Mulai dari klien
yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan jenis halusinasi, isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar .
4.4 Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut : Terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi
dan perasaan
c. Kontrak yang akan datang :
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol dengan cara
yang lain.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan 2011.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai