Ada hal yang menarik sejak diberlakunya Peraturan Presiden Nomer 4 Tahun
2015, dan juga Intruksi Presiden Nomer 1 Tahun 2015 tentang percepatan
pengadaan barang dan jasa. Berbicara percepatan sepastinya akan berbicara
sesuatu yang akan dilaksanakan diharapkan cepat tercapai, begitu juga dengan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, tentunya Pemerintah berharap, segala
pekerjaan baik itu barang, kontruksi , konsultan dan jasa lainnya tidak terhambat
dengan sering terjadinya kegagalan pada saat pemilihan penyedia barang dan jasa.
Sebelum diberlakukannya Peraturan Presiden Nomer 4 tahun 2015, perubahaan ke
empat atas peraturan Presiden Nomer 54 Tahun 2010 pada tanggal 16 januari 2015,
kententuan 3 ( tiga ) penawaran wajib menjadi syarat minimal dalam hal pemilihan
penyedia barang dan jasa, dan ini ketika kurang dari 3 ( tiga ) penawaran, maka
pelelangan tidak bisa dilanjutkan. hal ini mengakibatkan terjadinya kegagalan
pelelangan untuk mendapatkan penyedia melaksanakan pekerjaan. kegagalan ini
juga akan mengakibatkan anggaran pembangunan menjadi tidak terserap, apalagi
ketika kegagalan lelang terjadi mendekati tahun anggaran.
LKPP sebagai Lembaga Kebijakan Pengadaan barang dan Jasa, akhirnya
merumuskan sebuah perubahan Peraturan Presiden Nomer 54 Tahun 2010 dengan
menerbitkan Pepres 4 tahun 2015, dimana peraturan ini pada pasal 109
ditambahkan 2 ayat, yaitu ayat 7 dan 8, dimana dalam ayat tersebut menjelaskan
bahwa "apabila penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta, pemilihan
penyedia dilanjutkan dengan dilakukan negosiasi teknis dan harga/biaya"
Penjelasanya adalah, tidak dibutuhkan lagi 3 ( tiga ) penawaran pada satu
pelelangan seperti ketentuan Pepres 54 Tahun 2010.
Berbicara Negoisasi Teknis dan Harga, Kementrian Umum sebagai pembina jasa
kontruksi di Indonesia, akhirnya juga melakukan perubahan pada Permen PU
07/PRT/2011 dengan mengacu ke Pepres 4 tahun 2015 Pasal 109, yaitu
diberlakunya Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Nomer
31/PRT/2015 pada pasal 6c ayat 7 " apabila penawaran yang masuk kurang dari
3 (tiga) peserta, pemilihan penyedia dilanjutkan dengan dilakukan negosiasi
teknis dan harga/biaya.
Ada hal yang menarik disini terhadap negosiasi teknis dan Harga pepres 4 Tahun
2010 dengan Pasal 6c Permen PUPER 31/PRT/2015, ada beberapa perbedaan
namun sebenernya sebagai penegasa tata cara negoisasi dalam hal pekerjaan
kontruksi, yaitu :
mungkin diatas beberapa type yang bisa saya sampaikan, selanjtnya saya
mencoba belajar tata cara negoisasi teknis dan harga berdasarkan metode
pelksanaan pekerjaan :
CONTOH SEBUAH PEKERJAAN : PEKERJAAN BANGUNAN KANTOR (
KONTRAK GABUNGAN )
Pada Saat pembukaan penawaran, hanya dua peserta yang memasukan
penawaran, yaitu PT.Heri Ganteng dan PT.Heri Cakep. Pada saat dilakukan
koreksi arimatika, PT.Heri Cakep harga terkoreksinya lebih rendah dari
PT.Heri Ganteng, maka PT Heri Cakep adalah peserta terendah. Setelah
mendapatkan urutan terendah, maka selanjutnya dilakukan evaluasi
selayaknya lelang biasa, melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga.
Kedua PT, akhirnya lulus disetiap tahapan. Selanjutnya Pokja sesuai
ketentuan IKP melakukan negosiasi teknis dan harga, dengan membuat
undangan kepada PT Heri Cakep terlebih dahulu. Adapun dalam undangan
diharapkan Pokja juga memberikan note apa saja yang harus dipersiapkan
peserta.
Hal yang harus dipersiapkan pesrta :
Nah perhatikan text warna kuning pada harga satuan pekerjaan antara harga satuan
pekerjaan peserta, tentunya akan kliatan harga peserta jauh lebih tinggi daripada HPS satuan
PPK. Maka sesuai dengan metode pelaksanaan yang mempengaruhi harga , silakan dilakukan
negosiasi harga tersesbut dengan tetap melakukan nego hanya pada harga satuannya . untuk
melakukan nego tetap mengacu kepada HPS PPK atau harga dasar yang berlaku saat ini.
Bilamana peserta tidak sepakat dengan nego yang ditawarkan dan peserta menyatakan harga
itu wajar , maka Pokja meminta peserta menunjukan bukti terhadap bahan bahan diatas ( jika
terdapat bahan) dengan melihat perbandingan analisa harga satuan dasar peserta dengan
perbandingan harga satuan dasar PPK. Jika peserta bisa menunjukan bukti bahwa harga nya
sesuai harga pasar yang berlaku saat ini , maka nego di pekerjaan tersebut dialihkan ke
pekerjaan lain , tentunya kembali melihat metode pelaksanaan yang sewajarnya dapat
dijadikan negoisasi, dan bilamana peserta tidak bisa membuktikan harga harga tersebut, maka
Pokja meminta peserta sepakat untuk melakukan nego, bila tidak maka peserta dapat di
batalkan jadi pemenang dengan menyatakan tidak ada kesepakatan nego dan lanjut
mengundang yang kedua.