Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN BLIGHTED OVUM

Disusun Oleh :
dr. Felix Halim

Pembimbing :
dr. Alexander H. M. Sinaga

PROGRAM INTERNSHIP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RATU AJI PUTRI BOTUNG
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSHIP

SEORANG PASIEN DENGAN BLIGHTED OVUM

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

dr. Felix Halim

Telah diajukan, dikoreksi, dibacakan dan dinyatakan telah memenuhi syarat


laporan internship.

Penajam, Oktober 2018

Dokter Pendamping Internsip RSUD Ratu Aji Putri Botung,

dr. Alexander H. M. Sinaga


LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Penajam
Tanggal Masuk : 16 September 2018
Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2018

2. Anamnesis
 Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari
yang lalu. Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT: 26 Juni 2018,
hamil 11-12 minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar
sebanyak 3 kain. Saat ini yang keluar dari jalan lahir hanya berupa flek-
flek berwarna hitam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri di perut
bagian bawah. Pasien melakukan ANC teratur di bidan sebanyak 5 kali.
Kemudian, dilakukan USG oleh Sp.OG, dikatakan bahwa kantung
kehamilan kosong. Pasien menyangkal adanya keluhan keluar lendir dari
jalan lahir, keputihan dan demam. Pasien tidak memiliki riwayat trauma
pada perut sebelumnya. BAK tidak ada keluhan, namun BAB dirasakan
tidak lancar.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, alergi
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
 Riwayat Pemakaian Obat:
Pasien hanya mengkonsumsi vitamin selama kehamilan.
 Riwayat Menarche, Perkawinan, Obstetrik dan Kontrasepsi
1. Riwayat Menstruasi : 13 tahun, teratur, lamanya 6-7 hari, ganti
pembalut sebanyak 2-3 kali/hari.
2. Riwayat Perkawinan : 1 kali pada usia 25 tahun, pada tahun 2018
3. Riwayat Obstetrik: Anak 1 --> Hamil saat ini
4. Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada
3. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Laju Nadi : 73 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7 0C

Pemeriksaan Fisik
1. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2. Leher: pembesaran KGB (-/-)
3. Paru: simetris, stem fremitus kanan = stem fremitus kiri, sonor pada
kedua lapangan paru, vesikuler (+/+), ronki (-/-) dan wheezing (-/-).
4. Jantung: bunyi jantung I > bunyi jantung II, regular (+), murmur (-).
5. Abdomen: soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal.
6. Ekstremitas: akral hangat, crt < 3 detik edema (-/-), pucat (-/-).
7. Genetalia dan anus:
I : V/U tenang, Perdarahan(+)
Io : Portio livid, OUE tertutup, perdarahan (+)
Vt : Uterus sebesar telur bebek, Ø tidak ada, tidak teraba massa di
adnexa kanan dan kiri, parametrium dalam batas normal, nyeri goyang
portio tidak ada, cavum douglas tidak menonjol.
4. Pemeriksaan Penunjang
USG
Tampak GS ukuran 6,74 cm intrauterin, Fetal pole negatif, Tidak ada cairan
bebas, Adneksa dalam batas normal.
kesan : Anembryonic Pregnancy

Laboratorium (17 September 2018)


Pemeriksaan Laboratorium Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Hb 13,2 gr/dl 12-15 gr/dl
Ht 38 % 37-47 %
Leukosit 7.300 /mm3 4.500-10.500/mm3
Eritrosit 4,9 x 106 /µL 4,2-5,4 jt/ µL
Trombosit 307.000 / mm3 150.000-450.000/mm3
MCV 77 fL 80-100 fL
MCH 27 pg 27-31 pg
MCHC 35 % 32-36 %
Hitung Jenis
Eosinofil 4% 0-6 %
Basofil 0% 0-2 %
Netrofil segmen 50 % 50-70 %
Limfosit 40 % 20-40 %
Monosit 6% 2-8 %
Faal Hemostasis
Waktu Perdarahan 2 menit 1-7 menit
Waktu Pembedahan 8 menit 5-15 menit
Hepatitis
HBsAg 19 U/L < 31 U/L
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 93 mg/dl <200 mg/dl
Ginjal-Hipertensi
Ureum 17 mg/dl 13-43 mg/dl
Kreatinin 0,60 mg/dl 0,51-0,95 mg/dl

5. Diagnosis
Diagnosis Kerja:
G1P0A0 U25tahun Hamil 11-12 minggu dengan Blighted ovum

6. Rencana Terapi
a. Pembedahan: Kuretase Hisap
Terapi post kuretase hisap:
a) Non farmakologi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi bertahap

b) Farmakologi:
1. Amoksisilin 3x500 mg
2. Methylergometrin 3 x 0,2 mg
3. Asam Mefenamat 3x500 mg
4. Biosanbe 1x1 tab

b. Diagnostik:
1. Ultrasonografi
2. Pemeriksaan patologi anatomi jaringan hasil kuretase

c. Monitoring:
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Kontraksi uterus
4. Tanda-tanda perdarahan dan infeksi

e. Edukasi:
1. Istirahat total
2. Diet tinggi kalori tinggi protein
3. Mobilisasi
4. Menjaga hygiene alat reproduksi
5. Pasca kuretase sebaiknya menunda kehamilan sampai 6 bulan
Blighted Ovum

1. Pendahuluan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau
pada berat janin kurang dari 500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi
pada sekitar 10-15% dari kehamilan.
Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak
darah hingga perdarahan yang banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran
sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus
lebih kecil dari yang seharusnya.
Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1)
Faktor janin (fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu
(maternal), yang terdiri dari infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes
mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, alkoholik, faktor
imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum
inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal),
kelainan sperma.
Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala,
tanda dan proses patologi yang terjadi, seperti :
a. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan
pervaginam, ostium uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan. Gejala yang timbul biasanya hanya
perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi
pelepasan atau belum.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pada
pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran uterus sesuai dengan
umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas
walaupun mungkin sudah tidak tampak normal.
c. Abortus Kompletus
Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari
500 gram. Gejala yang tampak berupa semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil yang
menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan besar
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan
sebagian lainnya masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina
ditemukan kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil
konsepsi yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya
ditemukan pada kavum uteri tampak massa hiperekoik dengan
bentuk tidak beraturan.
e. Missed Abortion
Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang
mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus
yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut.
g. Abortus Infeksius
Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia.
h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal
kehamilan walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini
hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Bila tidak
dilakukan tindakan, kehamilan ini kan berkembang terus walaupun
tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus spontan yang
berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan.
Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan
bahwa separuh kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya
mengalami degenerasi atau tidak ada pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan ultrasonografi.
2 Blighted Ovum

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan kegagalan


perkembangan embrio dimana hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap
awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung kehamilan pada kasus blighted
ovum terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami kegagalan berkembang
pada masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.

Gambar Blighted ovum

3.  Etiologi
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses
pembuahan sel telur dan sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum
diketahui, namun beberapa faktor dapat mengakibatkan terjadi blighted ovum.
1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma.
2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada
masa awal kehamilan berhenti.
3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol
4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada
pasangan suami istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma
dan ovum dan semakin banyak seorang istri pernah hamil memperbesar
kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus,
kelainan imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya
kadar beta hCG serta penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol.

4.   Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan
pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi
trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk
hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan
terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan
(progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan
menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan
embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan
embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.

5. Manifestasi Klinis
Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Gejala dan tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode
menstruasi terlambat dan tes kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum
dapat ditemukan perdarahan melalui vagina atau berupa bercak-bercak perdarahan
dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.

6. Diagnosis
Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat
didiagnosis secara pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan
kantung kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. USG bisa
dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat
lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada
kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya
struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu, bila pada USG pertama didapatkan
gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila
tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah
mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik.
Bila hasil USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk
menghindarkan keraguan saat menegakkan diagnosis blighted ovum dilakukan
USG ulang 10 hari kemudian.
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi


dilatasi dan kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian
preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.
Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis
dapat dilalui oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim
menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum
uteri dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.
Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted
ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati
agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat
dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab
blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat
diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat
hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam
kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari
pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika
terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan
mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor
sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal
dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika
belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.
Penatalaksanaan post kuretase :
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika
diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan,
dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian
metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan
anaerob. Pemberian metronidazole dapat diberikan bersama amoksisilin
yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca
tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
8. Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan
seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang
di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang
terjadi lebih dari satu kali pada wanita.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita
yang hendak hamil, bila menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit
tersebut, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan
kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

Anda mungkin juga menyukai