Anda di halaman 1dari 26

Pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu masalah penting yang ada di

fasilitas kesehatan, karena limbah yang dikelola berpotensi tinggi dalam transmisi
penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media

lingkungan.23 Adanya sistem pengelolaan limbah medis rumah sakit yang baik
maka dapat membantu mengendalikan penyakit dengan mengurangi paparan
masyarakat terhadap bakteri yang resisten, mengurangi penularan HIV/AIDS dan

Hepatitis dari alat kesehatan yang terkontaminasi.24 Rumah sakit merupakan


salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dimana terdapat peraturan khusus yang
mengatur tentang pengelolaan limbah B3 yaitu Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara
dan persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Peraturan ini menjelaskan bahwa pengelolaan
limbah B3 pada fasilitas kesehatan meliputi pengurangan dan pemilihan,
penyimpanan , pengangkutan , pengolahan , penguburan , dan/atau penimbunan

.10

Untuk mengetahui aspek pengelolaan limbah B3 pada rumah sakit sesuai Permen
LHK No 56 tahun 2015 maka dibawah akan dijelaskan dari masing-masing aspek
tersebut :

a. Pengurangan dan Pemilihan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. Pengurangan Limbah B3

Pengurangan limbah B3 dilakukan untuk memperkecil jumlah dan sifat bahaya dari
limbah B3. Pengurangan limbah B3 dapat dilakukan dengan melalui langkah
sebagai berikut:

a) Pengurangan pada sumber

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan eliminasi secara keseluruhan


marerial berbahaya atau menggunakan material yang lebih sedikit menghasilkan
limbah. Hal yang dapat dilakukan meliputi :

1. Memperbaiki tata kelola lingkungan dengan menghindari penggunaan material


yang mengandung bahan yang berbahaya dan beracun misalnya menghindari
penggunaan penyegar udara kimiawi karena melepaskan formaldehida, destilat
minyak bumi, p-diklorobenzena.
2. Mengganti termometer merkuri dnegna termometer digital atau elektronik.

3. Melakukan kerjasama dengan pemasok untuk mengurangi penggunaan


kemasan produk

4. Melakukan substitusi peggunaan bahan kimia berbahaya dengan bahan yang


tidak beracun untuk pembersih (cleaner)

5. Menggunakan metode pembersihan yang lebih aman dengan menggunakan


desinfeksi uap bertekanan daripada menggunakan desinfeksi kimiawi.

Kegiatan pengurangan pada sumber dapat dilakukan dengan cara (reduce) :

1. Melakukan sentralisasi pengadaanbahan kimia berbahaya

2. Memantau distribusi bahan kimia pada beberapa fasilitas atau unit kerja sampai
dengan pembuangannya sebagai limbah B3

3. Menerapkan system “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in first out)
dalam pemakaian produk dan bahan kimia.

4. Melakukan pengadaan produk dengan jumlah yang kecil daripada membeli


sekaligus dalam jumlah besar, dengan mempertimbangkan tanggal
kadaluwarsa dan frekuensi penggunaan yang tidak dapat ditentukan.

5. Menggunakan produk atau bahan kimia sampai habis.

6. Selalu memastikan tanggal kadaluwarsa seluruh produk pada saat diantar oleh
pemasok yang disesuaikan dengan kecepatan konsumsi terhadap produk
tersebut.

b) Penggunaan kembali (Reuse)

Pengunaan kembali fasilitas medis yang dimaksudkan adalah pemakaian


peralatan berulang-ulang kali sesuai dengan fungsinya. Sehingga pemilihan
peralatan yang dapat digunakan kembali lebih dianjurkan dibandigkan dengan
produk yang hanya sekali pakai. Pemilihan produk ditunjang dengan peningkatan
sterilisasi dan standar desinfeksi terhadpap peralatan yang digunakan. Beberapa
peralatan medis yang dapat digunakan kembali sesuai fungsinya seperti : skapel
dan kemasan dari kaca. Setelah digunakan peralatan tersebut harus diletakkan
secara terpisah dari limbah yang tidak bias digunakan kembali, kemudian dicuci
dan didterilasikan menggunakan metode yang telah disetujui dan memiliki izin
seperti autoklaf. Sesuai perundang- undangan jarum suntik plastik dan kateter
tidak dapat digunakan lagi sehingga harus dibuang.

c) Daur ulang (Recycle)

Daur ulang merupakan pemanfaatan kembali material yang sudah tidak terpakai
lagi dengan melalui proses kimia, fisika, dan/atau biologi yang nantinya akan
menghasilkan produk yang baru baik sejenis maupun berbeda. Bahan yang dapat
didaur ulang diantaranya adalah bahan organic, plastik, kertas, kaca dan logam.
Bahan plastik yanga akan didaur ulang dilakukan pada jenis plastik yang berbahan
dasar Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan High Density Polyethylene
(HDPE) dengan nomor symbol 1 dan 2. Contoh plastic dengan bahan dasar
Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) seperti botol minuman yang jernih dna
pengepakan makanan. Sedangkan contoh plastik dengan bahan dasar High
Density Polyethylene (HDPE) seperti botol khusus produk makanan, deterjen,
kosmetik dan pelapis.

Limbah yang terkontaminasi dengan zat radioaktif seperti gelas plastic, kertas,
sarung tangan sekali pakai, dan jarum suntik tidak dapat didaur ulang atau
digunakan kembali, kecuali pada tingkat radioaktifitasnya di bawah tingkat klirens
sesuai pada peraturan perundnag-undangan dibidang ketenaganukliran. Adanya
daur ulang pada limbah medis maka akan menghindari terbuangnya suber daya
yang berguna ke fasilitas penimbusan akhir (landfill).

2. Pemilahan Limbah B3

Pemilahan merupakan tanggung jawab penghasil limbah yang menjadi


tahapan awal yang sangat penting dalam pengelolaan limbah B3 dan letaknya
harus sedekat mungkin dengan sumber limbah. Pemilahan juga harus dilakukan
selama pengelolaan limbah berjalan mulai dari penyimpanan, pengumpulan dan
pengangkutan. Efisiensi penggunaan kemasasan dapat dilakukan jika
penempatan dan pelabelan dilakukan secara tepat. Pemisahan juga berguna
untuk mencegah terjadinya kontaminasi antara limbah yang berbahaya dan tidak

berbahaya sehingga memperkecil toksisitas dan volume aliran limbah.25


Pentingnya pemilahan limbah dapat mengurangi jumlah limbah B3 yan harus
dikelola dan dibuang ke media lingkungan, mempermudah alur limbah padat yang
aman dan efektif, dan mempermudah untuk melakukan penilaian terhadap jumlah
dan komposisi berbagai alur limbah sehingga fasilitas kesehatan memiliki basis
data yang dapat mempermudah mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan
limbah yang sesuai dengan biaya dan mengetahui efektifitas dalam upaya
pengurangan limbah.
Tabel 2.2 Kelompok, Kode Warna, Simbol, Wadah/Kemasan Limbah Medis.
Kode
No Kelompok limbah Gambar Simbol Kemasan
warna
1. Limbah infeksius
meliputi :
a. Limbah padat; Kantong
merupakan hasil bahan plastik kuat
sekali pakai yang dapat dan anti
dibuang kecuali limbah
bocor atau
benda tajam. Seperti : pipa
kontainer.
karet, kateter, dan set
intravena.

b. Limbah mikrobiologi dan Kantong


bioteknologi; yang plastik kuat
merupakan limbah dari dan anti
pembiakan di laboratorium, bocor, atau
stok atau specimen kontainer.
mikroorganisme hidup atau
vaksin yang dilemahkan,
pembiakan sel manusia
dan hewan yang digunakan
dalam penelitian dan agen
infeksius dari penelitian dan
Kuning
laboratorium industry,
limbah yang dihasilkan dari
bahan biologis, racun, dan
peralatan yang digunakan
untuk memindahakan
pembiakan.
c. Limbah pakaian kotor; Kantong
merupakan barang yang plastik.
terkontaminasi dengan
cairan tubuh termasuk
kapas, pakaian, plaster,
atau pembalut kotor, tali-
temali, sprei, selimut, dan
kain-kain tempat tidur dan
barang lainnya yang
terkontaminasi dengan
darah.
2. Limbah patologis Kantong
meliputi : plastic kuat
a. Limbah anatomi dan anti
Kuning bocor, atau
manusia; meliputi :
jaringan, organ, dan kontainer.
bagian tubuh.
Lanjutan Tabel 2.2. Kelompok, Kode Warna, Simbol, Wadah/Kemasan Limbah
Medis.
Kode
No Kelompok limbah Gambar Simbol Kemasan
warna
b. Limbah hewan; meliputi : Kantong
jaringan hewan, organ, plastik kuat
bagian tubuh, bangkai dan anti bocor,
atau belulang, bagian atau kontainer.
berdarah, cairan, darah
dan hewan uji yang
digunakan dalam
penelitian, buangan dari
fasilitas pelayanan
kesehatan, dan rumah
hewan.

3. Limbah benda tajam Kuning


meliputi : Kontainer
Jarum, siringe, scalpel, plastik kuat
dan anti bocor
pisau, dan kaca, yang
dapat menusuk atau l
menimbulkan luka, baik
yang telah digunakan atau
belum digunakan.
4. Limbah bahan kimia Cokelat - Kantong
kadaluwarsa, tumpahan, plastik kuat
atau sisa kemasan; dan anti
meliputi : bocor.
Bahan kimian dalam
desinfeksi, insektisida, dan
yang digunakan untuk
menghasilkan bahan
biologis.
--
5. Limbah dengan Cokelat
kandungan logam berat Kontainer
yang tinggi, seperti: plastik kuat
dan anti bocor
termometer merkuri pecah
dan sphygmomanometer
merkuri pecah
6. Limbah radioaktif Merah Kantong
boks timbal
(Pb) dengan
simbol
radioaktif

7. Limbah tabung gas


(container bertekanan) - Kantong
--
plastic
8. Limbah farmasi; Cokelat - Kantong
merupakan obat buangan plastik atau
seperti obat kadaluwarsa, kontainer.
terkontaminasi, dan
buangan.
9. Limbah sitotoksik; Ungu Kantong
merupakan obat plastik atau
sitotoksik seperti obat kontainer
yang kadaluwarsa,
terkontaminasi, dan plastik kuat
buangan, limbah dan anti
genotoksik (mutagenik). bocor.

Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

Adanya identifikasi dan pemisahan yang tepat pada limbah medis B3 yang toksik

dan berbahaya dapat mengurangi jumlah limbah dan risiko pembuangan.26

b. Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3)

Penyimpanan limbah B3 wajib dilakukan oleh pengasil limbah B3. Penyimpanan


limbah merupakan kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
limbah B3 dalam waktu sementara. Penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan
dengan cara :

1. Menyimpan limbah B3 pada TPS limbah B3

2. Menyimpan limbah B3 menggunakan wadah


limbah B3 sesuai kelompok limbah B3

3. Menggunakan warna yang sesuai dengan


karakteristik limbah pada setiap kemasan dan wadah limbah. Berupa warna merah
untuk limbah radioaktif, kuning untuk limbah infeksius dan limbah patologis, ungu
untuk limbah sitotoksik, dan cokelat untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan dan limbah farmasi.

4. Memberikan simbol dan label limbah B3 pada


setiap kemasan
Waktu penyimpanan limbah B3 rumah sakit yang sudah melaui tindakan
pengurangan dan pemilahan limbah B3 memiliki ketentuan sebagai berikut :

1. Limbah B3 infeksius, benda tajam dan patologis,


disimpan di tempat penyimpanan limbah B3 sebelum dilakukan pengangkutan
limbah B3, penglahan limbah B3, dan penimbunan limbah B3 paling lama :
a. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari
0℃.

b. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperature


sama dengan atau lebih kecil dari 0℃.

2. Limbah B3 bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan


dan sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki
kandungan logam berat tingi dan tabung gas/container bertekanan, disimpan di
tempat penyimpanan limbah B3 paling lama :

a. 90 (sembilan puluh) hari, untuk limbah B3 yang


dihasilkan sama atau lebih dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari

b. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk limbah


B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk limbah
B3 kategori 1.

Lokasi penyimpanan limbah B3 memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Aman dari banjir dan tidak rawan bencana alam


atau sudah dilindungi dan dikelola dengan teknologi khusus apabila merupakan
daerah yang rawan banjir dna bencana alam.

2. Jarak lokasi pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan


pengolahan limbah B3 dengan lokasi fasilitas umum diatur dalam izin lingkungan.

Tempat penyimpanan limbah B3 memiliki syarat untuk fasilitas penunjangnya,


yaitu :

1. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau


semen dengan system drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi.

2. Tersedia sumber air ataukran air


untukpembersihan.

3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.

4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak


yang tidak berkepentingan.
5. Mudah diakses dan dijangkau oleh kendaraan
pengangkut limbah.

6. Aman dari sinar matahari, hujan, angin kencang,


banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana
kerja.

7. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan


burung.

8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang


baik dan memadai.

9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau


penyiapan makanan.

10. Peralatan pembersihan, pakaian, pelindung, dan


wadah atau kantong limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi
fasilitas penyimpanan.

11. Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas


penyimpanan senantiasa dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai
setiap hari.

Penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan oleh


penghasil limbah sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah dari bangunan
utama dasilitas pelayanan kesehatan. Apabila dalam hal ini tidak tersedia
bangunan terpisah, penyimpanan limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas atau
ruangan khsuus yang berada di dalam bangunan fasilitas pelayanan kesehatan,
apabila :

1. Kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan


pembangunan tempat penimpanan secara terpisah dari bangunan utama fasilitas
pelayanan kesehatan.

2. Akumulasi limbah yang dihasilkan dalam jumlah


relative kecil.

3. Limbah dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam


waktu kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam sejak limbah dihasilkan
Gambar 2.1. Tempat penyimpanan limbah B3 dalam ruangan dengan dilengkapi

pembatas akses(1)

(1) Permen LHK No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.
Gambar 2.2. Ruang pendingin limbah B3 untuk waktu lebih dari 48 jam(1)

Limbah infeksius, benda tajam, dan patologis maksimal disimpan selama 2 (dua)
hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri, putrekasi, dan bau. Apabila disimpan
lebih dari 2 (dua) hari, maka dilakukan proses desinfeksi kimiawi atau disimpan
dalam pendingin pada suhu 0℃ (nol derajat celcius) atau lebih rendah.

Lampiran III Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik


Indonesia Nomor 56 tahun 2015 menjelaskan mengenai tata cara penyimpanan
limbah B3 pada fasilitas pelayanan kesehatan. Limbah B3 harus disimpan dalam
kemasan dengan simbol dan label yang jelas. Terkecuali untuk limbah benda tajam
dna limbah cairan, limbah B3 dari kegiatan pelayanan kesehatan umumnya
disimpan dalam kemasan plastik, wadah yang telah diberi plastik limbah, atau
kemasan denganstandar tertentu seperti antibocor. Cara yang paling tepa untuk
mengidentifikasi limbah sesua dengan kategorinya adalah pemilahan limbah
sesuai warna kemasan dan label simbolnya. Prinsip dasar penanganan (handling)
limbah medis antara lain :

1. Limbah harus diletakkan dalam wadah atau


kantong sesuai kategori limbah.

2. Volume limbah jika sudah mencapai ¾ (tiga per


empat) dari volume maksimal kantong atau wadah harus ditutup secara aman
untuk dapat dilakukan pengelolaan selanjutnya.

(1) Permen LHK No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.
3. Penanganan (handling) limbah harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari tertusuk benda tajam , apabila limbah benda

tajam tidak dibuang dalam wadah atau kantong limbah sesuai kelompok limbah.3

4. Pemadatan atau penekanan limbah dalam wadah


atau kantong limbah dengan tangan atau kaki harus dihindari secara mutlak.

5. Penanganan limbah secara manual harus dihindari.


Apabila hal tersebut harus dilakukan, bagian atas kantong limbah harus tertutup
dan penanganana sejauh mungkin dari tubuh.

6. Penggunaan wadah atau kantong limbah ganda


harus dilakukan, apabila wadah atau kantong limbah bocor, robek, atau tidak
tertutup sempurna.

Gambar 2.3. Contoh Wadah Limbah Infeksius(2)


Gambar 2.4. Contoh Kantong Limbah Infeksius(2)

Gambar 2.5. Contoh Safety Box Untuk Benda Tajam(2)

2 www.medicom.co.id
Lokasi penyimpanan harus tetap, berada jauh dari ruang pasien, laboratorium,
ruang operasi, atau area yang diakses masyarakat. Lokasi penyimpanan limbah
B3 sementara harus diberikan tanda peringatan seperti :

BERBAHAYA : PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS

- HANYA UNTUK PIHAK BERKEPENTINGAN

c. Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3)

Pengangkutan limbah B3 merupakan bagian dari pengelolaan limbah B3 setelah


tahap pengurangan, pemilahan, dan penyimpanan limbah B3. Tahap
pengangkutan limbah merupakan bagian penting, sehingga dalam
pelakasanaannya perlu dilakukan secara hati-hati untuk mengurangi risiko
terhadap personil pelaksana pengangkutan. Untuk mengurangi risiko tersebut
maka diperlukan perlibatan seluruh bagian meliputi : bagian perawatan dan
pemeliharaan fasilitas pengelolaan limbah fasilitas pelayanan kesehatan, bagian
house keeping, maupun kerjasama antar personil pelaksana.

Pengumpulan limbah yang merupakan bagian dari kegiatan penyimpanan, yang


dilakukan oleh penghasil limbah sebaiknya dilakukan dari ruangan ke ruangan
pada setiap pergantian petugas jaga, atau sesering mungkin. Waktu pengumpulan
untuk setiap kategori limbah harus dimulai pada setiap dimulainya tugas jaga yang
baru.

1. Pengumpulan setempat (on-site)

Penumpukan limbah pada sumber limbah harus dihindari. Kantong imbah harus
segera ditutup atau diikat secara kuat apabila telah terisi ¾ (tiga per empat) dari
volume maksimalnya.beberapa hal yang harus dilakukan oleh personil yang
secara langsung melakukan penanganan limbah antara lain:

a. Pengumpulan limbah minimum setiap hari atau


sesuai dengan kebutuhan dan diangkut ke lokasi pengumpulan.

b. Setiap kantong limbah harus dilengkapi


dengan simbol dan label sesuai kategori limbah, termasuk informasi mengenai
sumber limbah.
c. Setiap pemindahan kantong atau wadah
limbah harus segera diganti dengan kantong atau wadah limbah baru yang sama
jenisnya.

d. Kantong atau wadah limbah baru harus selalu


tersedia pada setiap lokasi dihasilkannya limbah.

e. Pengumpulan limbah radioaktif harus


dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan dibidang ketenaganukliran.

2. Pengakutan Insitu

Pengangkutan limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatan dapat


menggunakan troli atau wadah beroda. Alat pengangkutan limbah harus
memenuhi spesifikasi yaitu : mudah dilakukan bongkar-muat limbah, troli atau
wadah yang digunakan tahap goresan limbah beda tajam, mudah dibersihkan. Alat
pengangkutan limbah insitu harus dibersihkan dan dilakukan desinfeksi setiap hari
menggunakan desinfektan yang tepat seperti senyawa klorin, formaldehida,
fenolik, dan asam.

Personil yang melakukan pengangkutan limbah harus dilengkapi dengan pakaian


yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Pengupulan dan
pengangkutan limbah insitu harus dilakukan secara efektif dan efisien dengan
mempertimbangkan bebrapa hal berikut :

a. Jadwal pengumpulan dapat dilakukan sesuai


rute atau zona.

b. Penunjukkan personil yang bertanggung jawab


untuk setiap zona atau area.

c. Perencanaan rute yang logis, seperti


menghindari area yang dilalui banyak orang atau barang.
d. Rute pengumpulan harus dimulai dari area
paling jauh sampai dengan yang paing dekat dengan lokasi pengumpulan limbah.
Gambar 2.6. Contoh Troli Pengumpul Limbah B3 Infeksius(2)

d. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3)

Pengolahan limbah B3 sebagai upaya untuk memperkecil atau menghilangkan


sifat bahaya dan racun pada limbah. Pengelolaan limbah dapat dilakukan secara
termal dan nontermal. Pengelolaan limbah B3 dilakukan secara termal oleh :

1. Penghasil limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan


limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3. Alat yang digunakan
yaituautoklaf tipe alir gravitasi atau tipe vakum, gelombang mikro, iradiasi frekuensi
radio, dan incinerator.

2. Pengolah limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan


limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3. Alat yang digunakan hanya
incinerator.
Pengolahan secara nontermal dapat dilakukan seperti enkapsulasi sebelum
ditimbun, inertisasi sebelum ditimbun dan desinfeksi kimia. Untuk limbah yang
berwujud cair dapat dilakukan pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dari fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengolahan limbah B3 secara termal harus memenuhi syarat lokasi dan peralatan
dan teknis pengoperasian peralatan pengolahan limbah B3 secara termal.
Persyaratan lokasi kegiatan pengolahan limbah B3 oleh penghasil meliputi :

(2) www.medicom.co.id
1. Aman dari banjir dan tidak rawan bencana alam
atau sudah dilindungi dan dikelola dengan teknologi khusus apabila merupakan
daerah yang rawan banjir dna bencana alam.

2. Jarak antara lokasi pengelolaan limbah B3 untuk


kegiatan pengolahan limbah B3 dengan lokasi fasilitas umu diatur dalam izin
lingkungan

Persyaratan lokasi kegiatan pengolahan limbah B3 oleh pengolah limbah B3 yang


memiliki izin dan kerjasama dengan penghasil limbah B3 meliputi :

1. Aman dari banjir dan tidak rawan bencana alam


atau sudah dilindungi dan dikelola dengan teknologi khusus apabila merupakan
daerah yang rawan banjir dna bencana alam.

2. Berada pada jarak minimal 30 (tiga puluh) meter


dari :

- Jalan umum atau jalan tol

- Daerah pemukiman, perdagangan, hotel,


restoran, fasilitas keagamaan, dan pendidikan

- Garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang


surut, kolam, danau rawa, mata air, dan sumur penduduk

- Daerah cagar alam, hutan lindung, dan daerah


lainnya yang dilindungi

- Tidak berlaku jika berada pada kawasan


industry
Persyaratan peralatan kegiatan pengolahan limbah B3 menggunakan peralatan
yaitu pengoperasian peralatan dan uji validasi. Pada pengolahan limbah B3 yang
menggunakan insinerator oleh pengasil limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran sekurang-kurangnya 99,95%. Sedangkan pengolahan limbah B3
dengan menggunakan incinerator oleh pengolah limbah B3 yang memiliki izin
harus memiliki efisiensi pembakaran paling sedikit 99,99%. Pengoperasian
peralatan incinerator dilarang digunakan untuk limbah B3 radioaktif, limbah B3
dengan karakteristik mudan meledak dan merkuri.

e. Penguburan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3)

Pengelolaan limbah B3 pada tahap peguburan limbah B3 merupakan


penangaanan kusus untuk limbah medis patologis dan benda
tajam apabila pada lokasi penghasil limbah tidak memiliki alat pengolah limbah B3
seperti insinerator. Penguburan limbah B3 hanya bisa dilakukan pada lokasi
penghasil limbah seperti fasilitas pelayanan kesehatan. Pembuatan lokasi dan
fasilitas penguburan limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis yaitu
merupakan daerah aman dari banjir, berjarak minimal 20 m dari sumur atau
perumahan, kedalaman kuburan minimal 1,8 m dan diberikan pagar pengamanan
dan papan penanda kuburan limbah B3.

Penguburan limbah B3 harus memiliki persetujuan penguburan limbah B3 yang


dterbitkan oleh Kepala Instansi Lingkungan Hidup kabupaten/kota setelah
koordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Jika
permohonan disetujui maka masa berlaku persetujuan tersebut selama 5 tahun
dan dapat diperpanjang.

f. Penimbunan Limbah Bahan Berbahya dan Beracun


(B3)

Penimbunan limbah B3 wajib dilakukan oleh penghasil limbah terhadap limbah B3


yang dihasilkan. Penimbunan limbah B3 dilakukan pada limbah B3 yang berupa
abu terbang insinerator dan slag atau abu dasar insinerator. Penimbunan limbah
B3 hanya dapat dilakukan di fasilitas penimbunan saniter, penimbunan terkendali
dan penimbusan akhir limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk
kegiatan penimbunan limbah B3.

Sebelum dilakukan penimbunan, limbah B3 wajib dilakukan enkapsulasi dan


inertisasi. Enkapsulasi merupakan proses yang prinsipnya melakukan solidifikasi
terhadap limbah untuk menghindari terjadnya pelindian terhadap limbah dan
menghilangkan risiko limbah diakses oleh organisme pemulung. Limbah yang
dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda tajam, dan abu terbang. Wadah
yang digunakan berupa high density polyenthylene (HDPE) atau drum logam.
Sedangkan inertisasi erupakan proses solidifikasi limba menggunakan semen dan
material lain sebelum limbah ditimbun. Inettisasi dapat dilakukan terhadap limbah
abu hasil pembakaran insinerator.

Penimbunan limbah B3 yang dilakukan oleh fasilitas penimbunan harus


mendapatkan persetujuan dari Kepala Instansi Lingkungan Hidup
baik provinsi maupun kabupaten/kota tempat penimbunan dilakukan. Masa
berlaku persetujuan tersebut selama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang.

Anda mungkin juga menyukai