fasilitas kesehatan, karena limbah yang dikelola berpotensi tinggi dalam transmisi
penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media
lingkungan.23 Adanya sistem pengelolaan limbah medis rumah sakit yang baik
maka dapat membantu mengendalikan penyakit dengan mengurangi paparan
masyarakat terhadap bakteri yang resisten, mengurangi penularan HIV/AIDS dan
.10
Untuk mengetahui aspek pengelolaan limbah B3 pada rumah sakit sesuai Permen
LHK No 56 tahun 2015 maka dibawah akan dijelaskan dari masing-masing aspek
tersebut :
1. Pengurangan Limbah B3
Pengurangan limbah B3 dilakukan untuk memperkecil jumlah dan sifat bahaya dari
limbah B3. Pengurangan limbah B3 dapat dilakukan dengan melalui langkah
sebagai berikut:
2. Memantau distribusi bahan kimia pada beberapa fasilitas atau unit kerja sampai
dengan pembuangannya sebagai limbah B3
3. Menerapkan system “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in first out)
dalam pemakaian produk dan bahan kimia.
6. Selalu memastikan tanggal kadaluwarsa seluruh produk pada saat diantar oleh
pemasok yang disesuaikan dengan kecepatan konsumsi terhadap produk
tersebut.
Daur ulang merupakan pemanfaatan kembali material yang sudah tidak terpakai
lagi dengan melalui proses kimia, fisika, dan/atau biologi yang nantinya akan
menghasilkan produk yang baru baik sejenis maupun berbeda. Bahan yang dapat
didaur ulang diantaranya adalah bahan organic, plastik, kertas, kaca dan logam.
Bahan plastik yanga akan didaur ulang dilakukan pada jenis plastik yang berbahan
dasar Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan High Density Polyethylene
(HDPE) dengan nomor symbol 1 dan 2. Contoh plastic dengan bahan dasar
Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) seperti botol minuman yang jernih dna
pengepakan makanan. Sedangkan contoh plastik dengan bahan dasar High
Density Polyethylene (HDPE) seperti botol khusus produk makanan, deterjen,
kosmetik dan pelapis.
Limbah yang terkontaminasi dengan zat radioaktif seperti gelas plastic, kertas,
sarung tangan sekali pakai, dan jarum suntik tidak dapat didaur ulang atau
digunakan kembali, kecuali pada tingkat radioaktifitasnya di bawah tingkat klirens
sesuai pada peraturan perundnag-undangan dibidang ketenaganukliran. Adanya
daur ulang pada limbah medis maka akan menghindari terbuangnya suber daya
yang berguna ke fasilitas penimbusan akhir (landfill).
2. Pemilahan Limbah B3
Adanya identifikasi dan pemisahan yang tepat pada limbah medis B3 yang toksik
pembatas akses(1)
(1) Permen LHK No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Limbah infeksius, benda tajam, dan patologis maksimal disimpan selama 2 (dua)
hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri, putrekasi, dan bau. Apabila disimpan
lebih dari 2 (dua) hari, maka dilakukan proses desinfeksi kimiawi atau disimpan
dalam pendingin pada suhu 0℃ (nol derajat celcius) atau lebih rendah.
(1) Permen LHK No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
tajam tidak dibuang dalam wadah atau kantong limbah sesuai kelompok limbah.3
2 www.medicom.co.id
Lokasi penyimpanan harus tetap, berada jauh dari ruang pasien, laboratorium,
ruang operasi, atau area yang diakses masyarakat. Lokasi penyimpanan limbah
B3 sementara harus diberikan tanda peringatan seperti :
Penumpukan limbah pada sumber limbah harus dihindari. Kantong imbah harus
segera ditutup atau diikat secara kuat apabila telah terisi ¾ (tiga per empat) dari
volume maksimalnya.beberapa hal yang harus dilakukan oleh personil yang
secara langsung melakukan penanganan limbah antara lain:
2. Pengakutan Insitu
Pengolahan limbah B3 secara termal harus memenuhi syarat lokasi dan peralatan
dan teknis pengoperasian peralatan pengolahan limbah B3 secara termal.
Persyaratan lokasi kegiatan pengolahan limbah B3 oleh penghasil meliputi :
(2) www.medicom.co.id
1. Aman dari banjir dan tidak rawan bencana alam
atau sudah dilindungi dan dikelola dengan teknologi khusus apabila merupakan
daerah yang rawan banjir dna bencana alam.