Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di

Indonesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan

meninggal karena PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001,

tampakbahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi

dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan

kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi

akan terus berlanjut. (Nida Nabilah Nur, 2016)

Fenomena tingginya kasus diabetes melitus dan hipertensi di

Pekalongan juga didukung dengan data evaluasi BPJS Kesehatan Kantor

Cabang Pekalongan pada bulan Oktober 2015. Data tersebut

menggambarkan penyakit diabetes melitus menduduki peringkat ke 2

dengan jumlah kasus 2,093 sedangkan hipertensi berada di peringkat

pertama dengan jumlah kasus 2,314. (Sarmaulina sitompul et al, 2016)

Indikator disabilitas menjadi penting dengan makin meningkatnya

prevalensi penyakit kronis, sejalan dengan meningkatnya umur harapan hidup

bangsa Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi disabilitas seperti

1
2

penyakit kronis, perilaku beresiko dan lingkungan. Disabilitas merupakan

interaksi dari keterbatasan yang dialami individu dengan lingkungannya. Bukan

hanya keadaan fisik atau jiwa, namun merupakan fenomena multi dimensi

fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas, hambatan partisipasi dan faktor lingkungan.

(Siti Iswandari, 2009)

Nafisah (dalam Widjadja, 2009:8). Penyakit kronis merupakan

penyakit yang membutuhkan pengendalian yang intensif dan disiplin

dengan perlakuan-perlakuan tertentu. Penyakit kronis umumnya terjadi pada

mereka yang telah cukup lama untuk mengalaminya, akan tetapi usia tidak

selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan penyakit kronis. Pada

kenyataanya, sebagian besar penyakit kronis terjadi pada semua usia, walaupun

kebanyakan diantaranya terjadi pada usia lanjut. (dalam Timmreck, T.C.,2004)

Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit

kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular

merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional

maupun global pada saat ini. Data WHO tahun 2008 menunjukan bahwa dari

57 juta kematian yang terjadi, 36 juta atau hampir dua pertiganya

disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.( Nida Nabilah Nur. 2016)

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang di laksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai


3

kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien.

Tujuan PROLANIS yaitu mendorong peserta penyandang penyakit

kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar

yang berkunjung ke Faskes tingkat pertama memiliki hasil baik pada

pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai

panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

Sasaran PROLANIS yaitu seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang

penyakit kronis (DM Tipe 2 dan Hipertensi). Aktifitas dalam prolanis meliputi

aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home visit, Reminder, aktifitas klub dan

pemantauan status kesehatan.

Berdasarkan studi pendahuluan, di Kabupaten Pekalongan terdapat 27

Puskesmas. Pelaksanaan Prolanis belum berjalan secara optimal disebabkan

beberapa macam alasan seperti peserta prolanis di Puskesmas masih sedikit

yaitu kurang dari 20 orang, sedangkan yang memiliki peserta banyak tidak

sesuai bukti perjanjian tertulis antara Puskesmas dengan BPJS Cabang

Kabupaten Pekalongan, mereka memanfaatkan program Prolanis untuk mencari

keuntungan Puskesmas tersebut karena Puskesmas Kabupaten Pekalongan sudah

BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).

Puskesmas Wonopringgo memiliki peserta Prolanis terbanyak se-

Kabupaten Pekolongan, yang kemudian di susul oleh Puskesmas Kedungwuni

dan Puskesmas Tangkil. Peserta prolanis di Puskesmas Wonopringgo yaitu 136


4

peserta, yang terdiri dari 76 penderita Hipertensi, 24 penderita DM Tipe 2 dan

36 Penderita Hipertensi dan DM Tipe 2.

Indikator rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP (Fasilitas

kesehatan Tingkat Pertama) yang dimaksud pada ayat 1 pasal 34 dalam

peraturan Jaminan Sosial Kesehatan merupakan jumlah peserta Prolanis yang

rutin berkunjung ke FKTP dibandingkan dengan jumlah peserta Prolanis

terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus).

Target pemenuhan rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP

oleh FKTP sesuai dengan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi

fasilitas kesehatan tingkat pertama, dibagi dalam dua Zona yaitu Zona aman dan

Zona kurang. Pada target Zona kurang rasio kunjunagn pasien ≤50% sedangkan

Zona aman ≥50%.

Puskesmas Wonopringgo sudah menjalankan program PROLANIS

sejak 2016. Peserta Prolanis berharap mendapatkan fasilitas yang baik dan

sesuai standar serta dalam manajeman Puskesmas sendiri tidak mengalami miss

manajemen dan dalam kondisi stabil atau tetap di zona Aman,

Puskesmas Wonopringgo pernah mengalami di zona kurang yang

terjadi di awal tahun 2017 dengan rasio kunjungan pasien Prolanis ≤50%,

sehingga membuat kapitasi pendapatan Puskesmas Wonopringgo menurun yang

tadinya di hargai Rp. 6000,00 per-orang menjadi Rp. 5400,00 per-orang, setelah

2 bulan kemudian menjadi Rp. 5600,00 per-orang. Penurununan kapitasi ini

tidak sesuai dengan penurunan peserta malah menjadi bertambah banyak peserta
5

Prolanis, seharusnya apabila Puskesmas Wonopringgo mempunyai peserta lebih

dari 100 orang masuk kedalam zona aman dengan catatan peserta Prolanis

dalam kondisi sehat atau stabil. Kemunduran peserta ini terjadi di manajemen

pemegang peserta Prolanis, yang manajemen pemegang Prolanis memegang

pembagian kegiatan sesuai uraian jabatannya. Pejabat pemegang program

Prolanis di Puskesmas Wonopringgo ada 3, yang terdiri dari 1 koordinasi

pemegang program, 1 Dokter, 1 Kepala Puskesmas.

Puskesmas Wonopringgo memiliki peserta Prolanis sebanyak 136

orang,sekarang rasio kunjungan peserta Prolanis ≥50%. Aktifitas peserta

Prolanis di Puskesmas Wonopringgo yaitu konsultasi medis, Home visit, senam

bersama, dan konseling. Peserta Prolanis melakukan konsultasi medis dan

mendapat obat selama sebulan sekali, yang di lakukan setiap hari rabu dengan

tanggal yang sudah di jadwalkan. Bagi peserta DM tipe 2 di lakukan cek gula

darah selama sebulan sekali. Senam untuk peserta Prolanis dilakukan seminggu

sekali setiap hari Jumat dan durasi senam kurang lebih 60 menit. MOU

Puskesmas Wonopringgo dalam pengambilan obat yaitu Apotik Kajen.

Puskesmas Wonopringgo sudah pernah melakukan evaluasi di akhir

tahun 2016, dari hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa kegiatan Prolanis di

Puskesmas Wonopringgo berjalan baik, dari segi manajemen dan dari segi

peserta Prolanis yang mendapatkan fasilitas kesehatan merasa puas dengan

pelayanaannya. Kekuatan yang dimiliki Puskesmas Wonopringgo dalam

meningkatkan rasio kunjungan pasien yaitu tenaga SDM (Sumber Daya

Manusia) yang selalu memotivasi pasien untuk hidup baik dalam menjaga
6

kesehatannya dan pasien merasa puas dengan motivasi tersebut. Kelemahan

yang dimiliki Puskemas Wonopringgo adalah wawasan tenaga SDM tidak up to

date dalam perkembangan program Prolanis. Peluang yang dimiliki yaitu

bertambahnya peserta Prolanis dan menekan angka rujukan serta meningkatkan

kualitas hidup masyarakat. Ancaman yang dimiliki yaitu suatu hal dari yang

berasal dari luar yang menahan Puskesmas Wonopringgo untuk stabil di zona

aman.

Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang

digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness),

peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu

spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT

(strengths, weakness, opportunities, dan threats). (Siti Uswatun Chasanah ;

2013).

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : “PERENCANAAN STRATEGIS PROGRAM PENGELOLAAN

PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS WONOPRINGGO

KABUPATEN PEKALONGAN.”

1. 2. Identifikasi Masalah

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara integritas yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan tingkat pertama, dan BPJS Kesehatan. Penyakit yang termasuk

kedalam Prolanis adalah Hipertensi dan DM tipe 2.


7

Puskesmas Wonopringgo memliki peserta terbanyak yaitu 136 peserta.

Aktifitas Prolanis di Puskesmas Wonopringgo yaitu Konsultasi medis sebulan

sekali setiap hari Rabu, Home visit, senam bersama yang di lakukan setiap hari

jumat, dan konseling. Pemberian obat untuk peserta Prolanis sebulan sekali dan

untuk pasien DM tipe 2 dilakukan cek gula darah selama sebulan sekali. MOU

Puskesmas Wonopringgo yaitu Apotik Kajen.

Puskesmas Wonopringgo pernah mengalami di zona kurang sehingga

membuat kapitasi pendapatan Puskesmas Wonopringgo menurun. Berdasarkan

evaluasi kegiatan Prolanis di Puskesmas Wonopringgo, analisis SWOT dapat

mendukung penelitian ini untuk membangun kedepannya.

1. 3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah

penelitiannya adalah “Perencanaan Strategis program pengelolaan penyakit kronis

(Prolanis) di Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?”

1. 4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perencanaan strategis program pengelolaan

penyakit kronis (Prolanis) di Puskesmas Wonopringgo Kabupaten

Pekalongan.
8

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang meliputi kekuatan

(strength) dan kelemahan (weakness) Prolanis bagi Puskesmas

Wonopringgo.

b. Untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menjadi peluang

(opportunity) dan ancaman (threath) Prolanis bagi Puskesmas

Wonopinggo.

c. Menyusun rencana strategis Prolanis di Puskesmas Wonopringgo.

1. 5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis,

praktis, maupun strategis.

1. Teoritis

a. Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dalam ranah ilmu kesehatan

masyarakat.

b. Sebagai inspirasi pembuatan penelitian sejenis di kalangan akademis

dengan pokok bahasan PROLANIS.

c. Menambah kepustakaan tentang kajian Analisis SWOT dalam Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di Puskesmas Wonopringgo

Kabupaten Pekalongan.

2. Praktis
9

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan perencanaan

strategis dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di

Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

b. Sebagai acuan dalam pengembangan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS) di daerah lainnya.

3. Strategis

a. Menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk kemajuan

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) ditahun berikutnya.

1. 6. Ruang Lingkup Penelitian

1) Lingkup keilmuan

Berdasarkan lingkup materi penelitian yang di laksanakan merupakan dalam

lingkup kesehatan masyarakat khususnya bidang Administrasi Kebijakan

Kesehatan (AKK)

2) Lingkup masalah

Penelitian ini di batasi pada perencanaan strategis dalam program Prolanis

ditinjau dari wilayah kerja Puskemas Wonopringgo

3) Lingkup sasaran

Sasaran pada penelitian ini adalah peserta BPJS Kesehatan pengguna Prolanis

di wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo.

4) Lingkup lokasi
10

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Wonopringgo

5) Lingkup waktu

Waktu pelaksanaan penelitian :

a. Tahap persiapan : April 2017

b. Tahap pelaksanaan : Juli 2017

c. Tahap penyelesaian : Agustus 2017


11

1. 7. Penelitian terdahulu yang sejenis

Judul/Peneliti/ Tahu Rancangan


No Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Lokasi Penelitian n penelitian
1) Input
 SDM
Beban kerja yang tinggi membuat
penggandaan tugas
ANALISIS  Sumber dana
PELAKSANAAN Dana klub juga bersumber dari iuran peserta
PROGRAM 1) Input Prolanis setiap bulan sebesar Rp. 20.000 –
PENGELOLAAN  SDM Rp.40.000
PENYAKIT KRONIS  Sumber dana  Sarana Prasana
(PROLANIS) BPJS
 Sarana prasarana Ada 2 dokter keluarga tidak memiliki
KESEHATAN PADA tempat untuk melakukanpenyuluhan dan
DOKTER KELUARGA Penelitian  SOP
1 2016 senam, sehingga dokter tersebut meminjam
DI KABUPATEN kualitatif 2) Proses aula puskesmas atau halaman sekolah
PEKALONGAN  Perncanaan  SOP
TAHUN 2016  Pengoragnisasian Belum ada SOP kegiatan Prolanis
Disusun oleh : Sirmaulana  pelaksanaan 2) Proses
Sitompul, Chriswardani 3) Output  Perencanaan
Suryawati, Putri Asmita Untuk perencanaan SDM di dokter keluarga,
Wigati satu dokter keluarga sudah merencanakan
SDM untuk kegiatan Prolanis, seperti adanya
1 ahli gizi, 1 promotor kesehatan, 1
perawat dan 1 admin Prolanis.
 Pengorganisasian
12

Hasil di lapangan BPJSKesehatan belum


melaksanakan tugasnya dengan baik,
koordinasi komunikasi hanya terjadi saat ada
masalah saja.
 Pelaksanaan
Kegiatan edukasi/konsultasi medis dilakukan
apabila peserta
prolanis berkunjung ke tempat praktik dokter
keluarga, pemantauan kesehatan di lakukan
setiap bulan sekali
3) Output
Dari 7 dokter yang diteliti ada 4
dokter yang sudah melaksanakan
kegiatan aktivitas klub.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat
perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal
Pengaruh senam Prolanis dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,003 <α
terhadap penyandang =0,001); antara tekanan darah diastolik awal dan
akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α
hipertensi =0,001); antara tekanan darah sistolik awal dan akhir
2 Disusun oleh : 1. Deiby O. 2016 eksperimental Tekanan darah
pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01); dan
Lumempouw antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada
2. Herlina I. S. Wungouw3. latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01). Terdapat
Hedison Polii perubahan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah
latihan senam baik pada latihan 2 kali/minggu
maupun 3 kali/minggu.
PERBANDINGAN Senam Prolanis, Hasil penelitian mendapatkan subjek penyandang
3 2016 Eksperimental
KADAR SERUM kreatinin, DMT2. DMT2 berjumlah 30 orang (15 orang untuk
13

KREATININ PADA masing-masing kelompok) yang mengikuti senam


PASIEN DM TIPE 2 Prolanis di Klinik Husada Sario Manado. Pada
DENGAN kelompok 1 kali/minggu, terjadi penurunan kreatinin
FREKUENSI SENAM pada 1 orang (7%), kenaikan pada 2 orang (13%) dan
PROLANIS 1 KALI PER tetap pada 13 orang (87%), sedangkan pada kelompok
MINGGU DAN 3 KALI 3 kali/minggu, tidak terjadi penurunan kreatinin, tetapi
ada kenaikan pada 4 orang (27%) dan tetap pada 11
PER MINGGU
orang (73%). Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks
disusun oleh : mendapatkan perbedaan kadar kreatinin yang
1.Angela W. L. Ch. bermakna antara kedua kelompok (p=0,001).
Pangemanan
2. Sylvia R. Marunduh
3. Joice N. A. Engka

Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan peneliti terdahulu antara lain, Fokus penelitian pada

Puskesmas dengan menggunakan Analisis SWOT. Lokasi penelitian ini terjadi di wilayah Puskesmas Wonopringgo Kabupaten

Pekalongan. Rancangan penelitian ini menggunakan diskriptif kualitatif. Variabel yang diteliti menggunakan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman. Infoman peneltian di bedakan menjadi 2 yaitu infoman utama yang terdiri dari Dokter, Pemegang progam

Prolanis, Kepala Puskesmas dan infoman triangulasi tediri dari 4 peserta penderita Hipertensi dan 4 peserta penderita DM tipe 2.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Prolanis

2. 1. 1. Definisi

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan

Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita

penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan efsien. Program tersebut memadukan

sistem pelayanan kesehatan dan komunikasi kepada populasi yang memiliki

kondisi yang kemandirian dirinya merupakan hal utama.

Prolanis menurut peraturan BPJS Kesehatan nomor 2 tahun 2015

adalah suatu sistem yang memadukan antara pelaksanaan pelayanan

kesehatan dan komunikasi bagi sekelompok peserta dengan kondisi

penyakit tertentu melalui upaya penanganan penyakit secara mandiri.

Prolanis merupakan salah satu program promoti, preventif yang dijalankan

FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) yang di usung kerjasama

dengan BPJS Kesehatan diantara program lainnya, seperti penyuluhan

kesehatan, imunisasi, Keluarga Bererncana (KB), dan skrining kesehatan.

2. 1. 2. Tujuan

14
15

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas

hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifk

terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis

terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

2. 1. 3. Sasaran dan bentuk pelaksanaan

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis

(Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi).

Aktiftas dalam Prolanis meliputi aktiftas konsultasi

medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktiftas klub dan pemantauan

status kesehatan.

Peanggung jawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian

Manajemen Pelayanan Primer.

2. 1. 4. Langkah pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan PROLANIS :

1) Melakukan identifkasi data peserta sasaran berdasarkanPeserta

terdaftar PROLANIS :

a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau

b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun

RS)

2) Menentukan target sasaran


16

3) Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/Puskesmas berdasarkan

distribusi target sasaran peserta

4) Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola

5) Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,

Laboratorium)

6) Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani

peserta PROLANIS

7) Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan

kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)

8) Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus

Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS

9) Melakukan verifkasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form

kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis

10) Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta

terdaftar PROLANIS

11) Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar

12) Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS

13) Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola

14) Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan

status kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan

Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan

pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan

15) Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal

peserta per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)


17

16) Melakukan Monitoring aktiftas PROLANIS pada masing-masing

Faskes Pengelola:

a. Menerima laporan aktiftas PROLANIS dari Faskes Pengelola

b. Menganalisa data

17) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS

18) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat.

2. 1. 5. Aktifitas Prolanis

a. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati

bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola

b. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan

penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta

meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS

Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal

1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan

kondisi kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi.

Langkah - langkah:

a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifkasi peserta

terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan

Hipertensi yang disandang.


18

b. Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi

Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya

c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub

d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal

dari peserta. Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam

kelompok Prolanis (membantu Faskes Pengelola melakukan proses

edukasi bagi anggota Klub)

e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktiftas Klub minimal

3 bulan pertama

f. Melakukan Monitoring aktiftas edukasi pada masing-masing

Faskes Pengelola:

1) Menerima laporan aktiftas edukasi dari Faskes Pengelola

2) Menganalisis data

g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS

h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya

3. Reminder melalui SMS Gateway

Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui

pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut.

Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke

masing-masing Faskes Pengelola Langkah – langkah:


19

a. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta

PROLANIS/Keluarga peserta per masing-masing Faskes Pengelola

b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway

c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes

Pengelola

d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola

e. Melakukan monitoring aktiftas reminder (melakukan rekapitulasi

jumlah peserta yang telah mendapat reminder)

f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat

reminder dengan jumlah kunjungan

g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

4. Home Visit

Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah

Peserta PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri

dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga.

Sasaran:

Peserta PROLANIS dengan kriteria :

1) Peserta baru terdaftar

2) Pesertatidak hadir terapi di Dokter Praktek

Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-turut

3) Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut

(PPDM)
20

4) Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-

turut (PPHT)

5) Peserta pasca opname

Langkah – langkah:

a. Melakukan identifkasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home

Visit

b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan

c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit

d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan

berkas sebagai berikut:

1. Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan

Peserta/Keluarga peserta yang dikunjungi

2. Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes

Pengelola

e. Melakukan monitoring aktiftas Home Visit (melakukan rekapitulasi

jumlah peserta yang telah mendapat Home Visit)

f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat

Home Visit dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status

kesehatan peserta

g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

2. 1. 6. Hal-hal yang harus di perhatikan:


21

1) Pengisian formulir kesediaan bergabung dalamPROLANIS oleh calon

peserta PROLANIS. Peserta PROLANIS harus sudah mendapat

penjelasantentang program dan telah menyatakan kesediaannya untuk

bergabung.

2) Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta Peserta PROLANIS

adalah peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan

atau Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingka Lanjutan.

3) Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses

entri data dan pemberian flagpeserta didalam aplikasi Kepesertaan.

Demikianpula dengan Peserta yang keluar dari program.

4) Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (P-

Care).

2. 1. 7. Rasio Peserta PROLANIS Rutin Berkunjung Ke FKTP (Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama).

Rasio Peserta Prolanis Rutin berkunjung ke FKTP adalah

indikator untuk mengetahui pemanfaatan FKTP oleh Peserta Prolanis dan

kesinambungan FKTP dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan

Peserta Prolanis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 31 ayat (2) pada

Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑙𝑎𝑛𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔


𝑅𝑃𝑃𝐵 = 𝑥100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑙𝑎𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝐹𝐾𝑇𝑃

Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung (RPPB) ke FKTP

merupakan jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP


22

dibandingkan dengan jumlah peserta prolanis terdaftar di FKTP dikali 100

(seratus) dengan hasil perhitungan dalam persen.

Target pemenuhan rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke

FKTP oleh FKTP sesuai dengan kesepakatan antara BPJS Kesehatan

dengan asosiasi fasilitas kesehatan tingkat pertama, dibagi dalam dua Zona

yaitu Zona aman dan Zona kurang. Pada target Zona kurang rasio

kunjunagn pasien ≤50% sedangkan Zona aman ≥50%..

2. 2. Beberapa faktor penyakit yang termasuk kedalam Prolanis

2. 2.1. Hipertensi

A. Definisi

Penyakit Darah tinggi atau Hipertensi (Hypertention) adalah

suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic (bagian atas) dan

angka bawah (dyestolic) pada pemeriksaan tensi darah menggukan alat

pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. (Nurul Wahdah.

2011: 7)

Menurut Joint National Committe on Prevention Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII/ JNC 2003

hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140

mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg (Depkes RI,2013).


23

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya (Lanny

Sustraini dkk, 2004:12). Penyakit ini seakan menjadi ancaman karena

dengan tiba-tiba seseorang dapat divonis menderita darah tinggi (Sofia

Dewi dan Digi Familia, 2012:20).

Hipertensi Menurut Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah

tahun 2012 adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ

tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi

pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung

koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta

penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantng)

(Dinkes Jateng,2012:38).

B. Klasifikasi

Menurut Nurul Wahdah (2011: 8) menyatakan penyakit darah

tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya

Hipertensi Primary dan Hipertensi Secundary :

Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya

tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang

dan faktor lingkungan.


24

Hipertensi Secundary adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal

ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa

(umur ≥18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran tekanan darah atau

lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 2.1). Klasifikasi

tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada

tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah

diastolik (TDD) <80 mmHg. Pre-hipertensi tidak dianggap sebagai

kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan

darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang

akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada

kategori ini harus diterapi obat.

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang

ditandai oleh tekanan darahyang sangat tinggi yang kemungkinan dapat


25

menimbulkan atau telah terjadinyakelainan organ target. Biasanya

ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg, dikategorikan sebagai

hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi. Pada hipertensi

emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan

kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga

tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam)

untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut (Muchid, 2006:6)

C. Etologi

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara

penyakit tidak menular lainya. Hipertensi dibedakan menjadi

hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya

penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan, dan lain-

lain (Dinkes Jateng, 2012:39).

D. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan

peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang


26

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Bustan, 2007:61)

E. Diagnosis

Hipertensi seringkali disebut silent kiler karena pasien dengan

hipertensi biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik

yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-

rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan

untuk mendiagnosis hipertensi (Muchid, 2006:7). Di pelayanan

kesehatan primer/Puskesmas, diagnosis hipertensi ditegakkan oleh

dokter, setelah mendapatkan peningkatan tekanan darah dalam dua

kali pengukuran dengan jarak satu minggu. Diagnosis hipertensi

ditegakkan bila tekanan darah ≥140/90 mmHg, bila salah satu baik

sistolik maupun diastolik meningkat sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis hipertensi (Depkes RI, 2013)

F. Tanda dan gejala

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala

penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada

masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala

penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita hipertensi

tidak merasakan adanya gejala penyakit (WHO, 2012).

Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya

untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi adalah


27

dengan mengukur tekanan darah. Bila tekanan darah tidak terkontrol dan

menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut hipertensi berat atau

hipertensi maligna)(Palmer dan William, 2007:12). Tidak semua

penderita hipertensi mengenali atau merasakan keluhan maupun

gejala, sehingga hipertensi sering dijuluki pembunuh dian-diam

(silent killer). Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita

hipertensi antara lain: sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar,

pusing, penglihatan kabur, rasa sakit didada, mudah lelah dll (Depkes RI,

2013:17).

Menurut Nurul Wahdah (2011:14) Pasien Hipertensi mempunyai

resiko yang meningkat untuk terjadinya :

 Penyekit jantung (gagal jantung, kematian mendadak,

kardiomiopati) dan aritmia.

 Stroke

 Penyakit jantung koroner

 Aneurisma aurta (kelemahan dinding aurta yang mengekibatkan

dilatasi hingga 1,5 kali lebih besar dan berresiko untuk ruptur),

sering mengakibatkan kematian mendadak.

 Gagal ginjal.

 Retinopati (penyekit mata yang mengakibatkan kebutaan)

Target kerusakan akibat Hipertensi antara lain :

 Otak : menyebabkan Stroke


28

 Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan.

 Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infrag

jantung), gagal jantung

 Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.

2. 2.2. DM Tipe 2

A. Definisi

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi dengan semastinya, dikenal dengan istilah Non-insulin

Dependent Diabetes Millitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai

kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap

insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh

terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di

dalam darah. (Nurul W.,2011 : 88)

B. Gejala DM tipe 2

a. Gejala paradiabetes

Kelelahan yang berlebihan, keletihan dan mengantuk setelah

makan, kesulitan berkonsentrasi, kesukaan pada makanan yang manis,

roti-rotian dan segala makanan yang memiliki tingkat karbohidrat

tinggi, mengalami kelebihan berat badan atau sulit menurunkannya,

menjadi terganggu jika tidak makan dalam waktu yang lama (Nurjanah,

2006).
29

b. Gejala diabetes

Sering buang air kecil (poliurea) terutama pada malam hari,

sering haus (polidipsia) dan lapar (polifagia), cepat lemas dan cepat

lelah, berat badan menurun drastis, kesemutan pada jari tangan dan

kaki, gatal-gatal, penglihatan kabur atau berubah, gairah seks menurun,

luka sukar sembuh (Sidohutomo, 2009).

C. Pengobatan dan penanganan penyakit Diabetes Millitus

Pada penderita Diabetes Millitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan

dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktifitas fisik. Pengontrolan

nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan,

yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak

mencapai hasil yang diharapkan, maka pembarian obat tablet akan

diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet

tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.(Nurul W., 2011 : 90)

D. Pencegahan diabetes (Nurul W., 2011: 94)

1) Kontrol berat badan Anda. Risiko diabetes tipe 2 meningkat jika berat

badan anda 20% lebih dari angka ideal.

2) Tetap ikuti pola makan rendah lemak dan biasakan makan dalam porsi

kecil.

3) Konsumsi sayuran dan buah-buahan.

4) Membiasakan diri hidup sehat.

5) Hindari menoton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama.


30

6) Jangan mengkonsusmsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan

garam yang tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar

karbohidarat dan lemak tinggi.

7) Lakukan olahraga secara teratur untuk membantu tubuh membakar lebih

banyak glukosa tanpa tambahan insulin.

2. 3. Perencanaan

Menurut Endang Sutisna Sulaeman (dalam kumpulan Azwar,1988)

perncanaan adalah suatu proses menganailisis dan memahami sistem yang dianut,

merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan

segala kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, menganalisis

efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian

selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suastu

sistem pengawasan yang terus-menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang

optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.

Menurut Dedi Alamsyah (2012 : 23) menyatakan bahwa ciri-ciri

perencanaan sebagai berikut:

1) Bagian dari administrasi

Suatu perencanaan yang baik adalah menempatkan pekerjaan sebagian dari

sistem administrasi secara keseluruhan.

2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan


31

Suatu perencanaan yang baik adalah dialkukan secara terus menerus dan

berkelanjutan.

3) Berorientasi masa depan

Sautu perencanaan yang baik adalah berorientasi pada masa depan. Artinya

setiap pekerjaan yang dilaksanakan mendatangkan kebaikan pada masa yang

akan datang.

4) Mampu menyelasaikan masalah

Suatu perencanaan yang baik adalah mampu menyelesaikan masalah dan

tantangan yang dihadapi.

5) Mempunyai tujuan

6) Bersifat mampu dikelola

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu kelola dalam arti sifat wajar,

logis, objektif, jelas, runtun dan telah disesuaikan dengan sumber daya.

Macam-macam perncanaan seabagai berikut : (Dedi Alamsyah, 2012 : 24)

1) Dipandang dari sudut jangka waktu berlakunya rencana

2) Dipandang dari sudut tingkatan rencana

3) Dipandang dari sudut orientasi waktu

4) Dipandang dari sudut ruang lingkup

2. 4. Strategi

Strategi adalah suatu rencana umum yang bersifat menyeluruh

(Komprehensif) yang mengandung arahan tentang tindakan-tindakan utama yang

apabila terlaksana dengan baik akan berpengaruh pada tercapainya berbagai


32

tujuan jangka panjang. Dengan kata lain, strategi merupakan suatu pernyataan

tentang cara-cara yang akan digunakan dimasa depan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Perumusan strategi diawali dengan analisis strategik yang

meliputi analisis lingkungan luar dan dalam organisasi Puskesmas. Analisis

strategik biasanya dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis lingkungan

dalam sebagai kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) serta analisis

lingkungan luar sebagai peluang (oppertunities) dan ancaman (threat). (Edang

S.S., 2014 : 148)

Rencana strategik Puskesmas adalah dokumen rencana jangka menengah

atau jangka panjang Puskesmas yang menggambarkan arah yang harus dituju

serta langkah yang harus dilaksanakan. Rencana strategik Puskesmas

memusatkan perhatian untuk melakuakan pekerjaan yang benar dan efektif dan

bertujuan agar Puskesmas berfungsi dengan baik serta tanggap dan antisipatif

terhadap lingkungan Puskesmas. (Endang S.S., 2014 : 143)

2. 5. Analisis SWOT

Menurut Siti Uswatun Chasanah (2013) Analisis SWOT adalah metode

perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),

kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam

suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk

akronim SWOT (strengths, weakness, opportunities, dan threats). Proses ini

melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
33

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak

dalam mencapai tujuan tersebut.

Analisis SWOT dipergunakan untuk mencapai keuntungan dalam

kesemapatan suatu organisasi dalam kekuatanya, dangan menghindari ancaman.

S = Strenght (kekuatan)

Kekuatan dalam suatu program pemasaran sosial yang ditawarkan lingkungan

sebagai suatu kesempatan program untuk mencapai secara objektif dan lebih

efektif.

W = Weakness (kelemahan)

Situasi apa, rintangan atau pembatas dalam lingkungan pemasaran sosial dan

perubahan yang muncul secara potensial merusak atau problem dalam mencapai

program yang efektif.

O = Opportunity (peluang)

Apakah sumber atau kemampuan dari program pemasaran sosial dapat

mengambil keuntungan dari kesempatan-kesemapatan yang telah di identifikasi

dalam lingkungan atau dapat berguna secara efektif untuk pencapaian pemasaran

sosial yang objektif.

T = Threath (ancaman)

Aspek-aspek apa dari suatu pemasaran atau kelemahan organisasi yang terutama

mudah mendapat kritikan dari ancaman lingkungan yang telah di identifikasi yang

menahannya dari pencapaian pemasaran sosial.


34

2. 6. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan

kesehatan, saran peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang

menyeluruh dari suatu wilayah. (Dedi Alamsyah, 2012 : 43)

Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk

menyelanggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah

kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi Puskesmas sebagai

ujung tombak pembangunan bidang kesehatan.

2. 7. Unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 6 M, yaitu: (Philip Kothler. 2004)

1. Man

Man (manusia) yaitu orang yang menggerakan dan melakukan aktivitas-

aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk mendayagunakan

sumberdaya lainnya.

2. Money

Money (uang) yaitu faktor yang amat penting, bahkan menentukan

didalam setiap proses pencapaian tujuan. Tentulah tidak disangkal lagi,

setiap program, setiap kegiatan atau rutin maupun proyek, besar maupun

kecil, semua tidak akan terlaksana tanpa adanya penyediaan uang atau

dana yang cukup.


35

3. Materials

Materials (material) yaitu materi yang terdiri dari bahan setengah jadi dan

bahan jadi.

4. Machines

Machines (mesin) yaitu mesin yang digunakan untuk memberi kemudahan

atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan

efisiensi kerja.

5. Method

Method (metode) yaitu dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-

metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya

pekerjaan.

6. Market

Market (pasar) yaitu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang

ditunjukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

mendistribusi barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai

tujuan organisasi.
36

2. 8. Alur pikir

Analisis lingkungan program


prolanis Puskesmas
Wonopringgo

Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Gambar 02. Alur pikir

Teori Analisis SWOT

(di modifikasi dari Fatimah Ibtisam, 2016)


BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Alur penelitian

Analisis lingkungan program


prolanis Puskesmas
Wonopringgo

Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Stabilitas RPPRB (Rasio Peserta


Prolanis Rutin Berkunjung) di
Zona aman

37
38

3. 2. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pendekatan analisis SWOT dalam

program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Pendekatan tersebut meliputi

beberapa variabel analisis lingkungan internal yang meliputi kekuatan dan

kelemahan, sedangkan variabel analisis lingkungan eksternal meliputi peluang

dan ancaman. Peneliti mengklasifikasikan masing-masing variabel diatas dengan

modifikasi teori SWOT menurut Fatimah ibtisam (2016). Sehingga variabel yang

akan diteliti berjumlah empat variabel.

Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Wonopringgo Kecamatan

Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Ada beberapa hal yang menjadi dasar

pemelihan lokasi penelitian pertama, berdasarkan observasi peneliti menyatakan

bahwa Puskesmas Wonopringgo memiliki peserta Prolanis terbanyak se-

Kabupaten Pekalongan. Kedua, memudahkan peneliti dalam mendapatkan data

pendukung penelitian.
39

3. 3. Waktu Penelitian

Bulan Pelaksanaan tahun 2017


No Jadwal Penelitian Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap persiapan x x x x x x x x
Penyusunan
x x x x x x x x x x x x x
proposal
1
Menyusun
x x x x x x x x x
instrumen
Mengurus perijinan x x x
Tahap pelaksanaan x x x x
Pengumpulan data x x x x
2
Analisis data x x x x x
Perumusan hasil x x x
Tahap penyelesaian x x x
Penyelesaian
kerangka sekripsi
3 Revisi dan editing
skripsi
Penyerahaan
sekripsi
40

3. 4. Definisi Operasional

N Cara pengambilan
Variabel Definisi operasional Dimensi Indikator
o data
Keunggulan program Prolanis yang Wawancara
Memiliki strategi dalam
1 Kekuatan ditawarkanPuskesmasWonopringgodibandingPuskesm Method mendalam, observasi
meningkatkan kepesertaan
as lain dan dokumentasi
Memiliki kelebihan dibanding Wawancara
Man mendalam, observasi
dengan FKTP yang lain
dan dokumentasi
Pengukur keberhasilan Wawancara
Kelemaha
2 Rintangan atau perubahan yang muncul dalam Prolanis Method Prolanis di Puskesmas mendalam, observasi
n
Wonopringgo dan dokumentasi
Perbaikan program agar tetap Wawancara
Man mendalam, observasi
stabil di Zona aman
dan dokumentasi
Peserta yang bukan dari wilayah Wawancara
BertambahnyapesertaProlanisdapatmeningkatkankapita
3 Peluang Market Wonopringgo dapat masuk ke mendalam, observasi
sipendapatanPuskesmasWonopringgo
Puskesmas Wonopringgo dan dokumentasi
Wawancara
SDM yang dimiliki Puskesmas
Man mendalam, observasi
Wonopringgo berkualitas
dan dokumentasi
Wawancara
Suatu hal yang dapat menahan organisasi dalam Penghalang Prolanis stabil di
4 Ancaman Man mendalam, observasi
pencapaian stabilitas zona aman zona aman
dan dokumentasi
Wawancara
Peserta Prolanis tidak rutin
Man mendalam, observasi
berkunjung
dan dokumentasi
41

3. 5. Jenis dan Rancangan Peneitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan, dalam penelitian ini menggunakan

Diskriptif Kualitatif untuk informan utama dan kuantitatif untuk informan

triangulasi. Penelitian ini merupakan menganailisis data yang ada sehingga

dapat menggambarkan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman.

2. Rancanagan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Riset dengan

metode studi kasus yang menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam,

menyeluruh atas objek tertentu. (Siswanto, dkk, 2013)

3. 6. Informan Penelitian

Informan merupakan orang yang dipilih peneliti berdasarkan

pertimbangan subjektifnya, bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi

yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (purposive sampling)

(Siswanto, dkk, 2013). Oleh karena itu peneliti menggunakan informan utama dan

informan triangulasi.

Karakteristik informan penelitian yaitu responden yang berhubungan

dengan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di Puskesmas

Wonopringgo.Berikut karakteristik informan yang digunakan dalam penelitian

yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan diteliti yaitu:


42

A. Informan utama

Informan utama dalam penelitian ini terdiri dari 3 informan, informan yaitu :

1) Koordinasi pemegang program

Koordinasi pemegang program Prolanis sebagai sasaran sekunder yang

mengetahui, bertanggung jawab dan mensosialisasi peserta Prolanis

2) Dokter

Dokter sebagai sasaran sekunder yang mengetahui penyakit pasien

Prolanis

3) Kepala Puskesmas Wonopringgo

Kepala Puskesmas Wonopringgo sebagai sasaran sekunder yang

bertanggung jawab dalam kegiatan Prolanis, mengetahui kemajuan

Prolanis, dan pemberi keputusan dalam kegiatan Prolanis di Puskesmas

Wonopringgo.

B. Informan triangulasi

Informan triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari 8 informan yaitu:

1) Peserta Prolanis penderita Hipertensi

 Peserta yang aktif 2 orang

 Peserta yang kurang aktif 2 orang

2) Peserta Prolanis penderita Dmtipe 2

 Peserta yang aktif 2 orang

 Peserta yang kurang aktif 2 orang


43

3. 7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.

3. 7. 1. Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya yaitu

data peserta Prolanis di Puskesmas Wonopringgo dan pemegang program

Prolanis di Puskesmas Wonopringgo.

3. 7. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari dokumen-dokumen

yang di miliki Puskesmas Wonopringgo, dokumentasi dan studi

kepustakaan.

3. 8. Alat Pengumpul Data

Pencatatan data selama melakukan penelitian sangat penting karena menjadi dasar

yang akan dianalisis berdasarkan hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan

data harus dilakukan dengan cara yang baik dan setepat mungkin. Alat bantu

pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Pedoman Wawancara

Merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan

penelitian dangan cara melakukan tanya jawab responden atau pihak-pihak

yang terkait penelitian.


44

2. Observasi

Merupakan pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung

pada objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam hal ini,

peneliti mengamati secara langsung keadaan di Puskesmas Wonopringgo

3. Alat perekam

Alat perekam sebagai alat pengumpul data agar memudahkan peneliti untuk

mengingat kembali apa yang telah dikatakan informan dan dapat digunakan

sebagai pembuktian-pembuktian. Peneliti menggunakan alat perekam dengan

seizin informan. Penggunaan alat perekam memungkinkan peneliti untuk

lebih berkonsentrasi pada apa yang telah dikatakan oleh informan. Alat

perekam dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat dan dapat

menjadi bahan utuh yang menghasilkan bentuk analisis yang cermat saat

penelitian menuangkannya pada catatan lapangan.

4. Catatan lapangan

Catatan dalam penelitian ini sangat berguna bagi peneliti, sebagai alat

perantara yang peneliti lihat dan rasakan dalam rangka pengumpulan data.

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa didengar, dilihat dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian kualitatif. Demikian juga dalam pembuatan laporan penelitian

semua harus didukung data yang ada dilapangan dalam hal ini adalah catatan

lapangan.

3. 9. Teknik Analisis Data


45

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis untuk mengolah data

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih

jelasnya masing-masing tahap dijabarkan sebagai berikut :

1) Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum atau meringkas, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Proses ini berlangsung secara terus menerus sepanjang pelaksanaan

penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2) Penyajian data

Penyajian data merupakan serangkaian kalimat yang disusun secara

sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami dari berbagai hal

yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada

analisis atau tindakan lain berdasarkan analisis tersebut. Dengan

menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan apa yang terjadi, merencankan kerja

selanjutnya berdasarakan apa yang dipahami. Penyajian data ini harus

mengacu pada rumusan masalah.

3) Penarikan kesimpulan
46

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis dan bila

didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.

3. 10. Validitas data

Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan dalam penjaminan

validitas data dalam penelitian kualitatif.Teknik triangulasi yang akan digunakan

penelitian ini adalah triangulasi sumber. Data yang diperoleh kemudian diuji

keabsahannya dengan cara membandingkan hasil wawancara antara informan

yang satu dengan yang lain. Dengan demikian diharapkan mutu dari keseluruhan

proses pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi valid.

3. 11. Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu pra lapangan, lapangan dan

pasca lapangan.

1) Tahap pra lapangan

 Melakukan studi pendahuluan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS) di Puskesmas Wonopringgo.

 Membuat proposal penelitian.

 Menentukan objek penelitian, informan utama, dan informan triangulasi.

 Menyiapkan alat penelitian meliputi : pedoman wawancara mendalam,

alat perekam, catatan lapangan dan alat dokumentasi.

2) Tahap lapangan
47

 Melakukan perijinan penelitian ke Bappeda Kabupaten Pekalongan,

Dinkes Kabupaten Pekalongan, dan Puskesmas Wonopringgo.

 Mengemukakan maksud dan tujuan penelitian ke Puskesmas

Wonopringgo.

 Menemui informan baik informan utama maupun informan triangulasi dan

memaparkan maksud dan tujuan melalui Informed consent.

 Mengambil data melalui metode wawancara mendalam disertai melakukan

perkaman, pencatatan lapangan dan dokumentasi.

 Melakukan observasi di Puskesmas Wonopringgo.

3) Tahap pasca lapangan

 Membuat transkip wawancara dari informan.

 Merangkum hal-hal yang pokok sesuai fokus penelitian dengan bantuan

matrik kecenderungan pola (pattern matcing) atau reduksi data.

 Menyajikan hasil penelitian.

 Menyusun simpulan dan saran.


48

3. 12. Skema Penelitian

Judul:
“Perencanaan strategis Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di Puskesmas
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan”

Perumusan Masalah:
Bagaimanakah Perencanan strategis Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) di
Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?

Tujuan:
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi Analisis dalam program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di
Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan berdasarkan analisa SWOT
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi visi, misi, nilai-nilai Prolanis di Puskesmas Wonopringgo
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) Prolanis bagi Puskesmas Wonopringgo.
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi peluang (opportunity) dan ancaman
(threath) Prolanis bagi PuskesmasWonopringgo.

Jenis Penelitian:
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain Diskriptif kualitatif

Metode Kualitatif:
1. Rancangan Penelitian : Metode studi kasus dengan desain diskriptif
kualitatif
2. Informan Penelitian :
a. Informan Utama (koordinasi pemegang program, Dokter, Kepala Puskesmas
Wonopringgo)
b. Informan Triangulasi (peserta Prolanis penderita Hipertensi dan peserta Prolanis
penderita DM tipe 2)
3. Metode Pengumpulan Data : Data Primer dan Data Sekunder
4. Alat Pengumpulan Data : Pedoman Wawancara, Alat Perekam, dan Catatan
Lapangan
5. Teknis Analisis Data : Reduksi, Penyajian Data dan Penarikan
Kesimpulan
6. Validitas data : Triangulasi

Output Penelitian:
Menyusun Analisis dalam Program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di Puskesmas
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai