Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

FENOMENA THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PELAKU


PERJALANAN UNTUK MENGGUNAKAN BIS KOTA SURABAYA

I Putu Artaya¹, I Gede Arimbawa², Adhi Muhtadi³, dan Sapto Budi Wasono4
1,2
Fakultas Ekonomi, Universitas Narotama
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
3,4
Fakultas Teknik, Universitas Narotama
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
e-mail: putuartaya@yahoo.co.id

ABSTRAK
Jumlah penumpang bis kota dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini menjadikan
fenomena yang menarik, di tengah gempuran iklan kendaraan pribadi ternyata masih ada
pelaku perjalanan yang menggunakan bis kota. Oleh karena itu, tim peneliti dalam kajian
sudut keilmuan Perilaku Konsumen mencoba mengetahui lebih dalam fenomena yang terjadi
tersebut melalui The Theory of Planned Behavior (sikap, norma subyektif dan perceived
behavioral control) yang pernah diungkapkan oleh Ajzen (1998) dan Evans (2006). Hasil
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: Perilaku responden atau
penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh (a) Sikap (X1) dalam menentukan
pilihan pada moda transportasi bis kota, (b) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran
secara signifikan artinya pengguna bis kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya
motivasi dan keyakinan yang muncul dalam dirinya, dan (c) Perceived Behavioral Control
(X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota untuk menggunakan bis kota
sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor Bungurasih sampai dengan
Jembatan merah.
Kata kunci: Sikap, Norma Subyektif, Perceived Behavioral Control, Behavioral Intention.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bis Kota Surabaya belum menjadi pilihan moda transportasi utama warga kota yang
akan bepergian. Hal ini dibuktikan dari data Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Timur
Surabaya yang menyatakan bahwa jumlah bis kota di Surabaya hanya sebesar 1% saja dari
jumlah keseluruhan kendaraan bermotor. Dibandingkan dengan data jumlah kendaraan
bermotor lainnya, jumlah bis kota terlalu sedikit untuk melayani warga Kota Surabaya. Pada
Tahun 2011 jumlah sepeda motor sebesar 10.095.753 unit dan jumlah mobil sebesar 929.670
unit. Sehingga total 2 kendaraan pribadi tersebut adalah sebesar 11.025.423 unit. Sedangkan
jumlah bis kota pada Tahun 2010 hanya sebesar 220 unit (BPS Kota Surabaya, 2012).
Sedangkan load factor penumpang yang didata oleh tim peneliti pada survey
pendahuluan adalah sangat rendah. Pada jam sibuk, load factor hanya mencapai 70%, dan
pada jam-jam lainnya hanya berkisar 37%. Rentang waktu keberangkatan apabila pada jam
sibuk berkisar 15 hingga 20 menit sedangkan pada jam tidak sibuk rentang waktu
keberangkatannya bisa mencapai 45 menit hingga 1 jam 15 menit. Hal ini untuk orang
kebanyakan adalah sangat mengganggu dikarenakan rentang waktu tunggu yang terlalu lama
di dalam bis kota hingga mencapai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa bis kota
belum menjadi pilihan utama warga Kota Surabaya guna melakukan perjalanan sehari-hari.

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Sehingga lambat laun jumlah jalan di Kota Surabaya yang mengalami kemacetan tidak hanya
di jalan-jalan utama akan tetapi juga sudah melebar ke jalan-jalan yang menuju akses ke luar
kota misalnya di Jl. Gunungsari yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Kab. Sidoarjo
dan Kab. Gresik.
Dalam penelitian TPB nanti akan diketahui sikap, norma subyektif dan perceived
behavioral control pengguna bis kota yang pada akhirnya berpengaruh terhadap niat
menggunakan bis kota Surabaya. Semoga hasil penelitian ini pada Tahun ke-1 bisa
menyimpulkan fenomena TPB pengguna bis kota yang ada dan pada Tahun ke-2 nantinya
akan diteliti bagaimana sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control pengguna
kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil) yang kurang memanfaatkan pelayanan bis kota.
Permasalahan
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control secara
simultan terhadap behavioral intention menggunakan bis kota Surabaya?
2. Bagaimana pengaruh sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control secara
parsial terhadap behavioral intention menggunakan bis kota Surabaya?

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned Behavior)
TPB merupakan kelanjutan dari TRA (Arnould, Price, dan Zinkhan, 2005:647). Sikap
dan perilaku tiap orang dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berada di sekililingnya, seperti
orang tua, teman, pengalaman, serta pengetahuan yang dimiliki dalam proses pengambilan
keputusan. Tidak adanya keinginan, keuangan yang tidak mencukupi, perubahan lingkungan,
maupun tidak adanya motivasi merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang
dalam mengambil keputusan (Evans, 2006:74).
Model TPB merupakan pengembangan dari model TRA dengan adanya penambahan
satu variabel, yaitu kontrol keperilakuan yang dirasakan. Kontrol keperilakuan secara
langsung mempengaruhi niat untuk melaksanakan suatu perilaku dan juga mempengaruhi
perilaku di mana dalam situasi pengguna berniat untuk melaksanakan suatu perilaku namun
dihalangi dalam melakukan tindakan tersebut. Kontrol keperilakuan yang dirasakan
ditunjukan dengan tanggapan seseorang terhadap halangan dari dalam atau halangan dari luar
sewaktu melakukan perilaku atau tingkah laku. Kontrol keprilakuan dapat mengukur
kemampuan seseorang dalam mendapatkan sesuatu dalam mengambil suatu kegiatan.
Menurut Ajzen (1991:3), keinginan dari individu dalam menunjukkan suatu perilaku
merupakan faktor utama dari TPB. Keinginan dapat diasumsikan untuk mendapatkan faktor
motivasi yang akan mempengaruhi perilaku. Konsumen memberikan petunjuk bagaimana
seseorang mencoba, bagaimana dampak yang akan berpengaruh akan rencana mendesak jika
semuanya menunjukan perilaku. Keinginan yang kuat dapat melawan perilaku, sehingga akan
menunjukan kinerja.
Niat dapat menjelaskan tingkah laku seseorang yang juga dipengaruhi oleh sikap,
norma subyektif, dan kontrol keprilakuan yang dirasakan. Sikap lebih melihat kepada
penilaian dari seseorang bahwa pelaksanaan pada suatu tingkah laku adalah positif dan itu
berlaku pula sebaliknya, sedangkan norma subyektif lebih melihat kepada persepsi seseorang
bahwa orang yang memikirkan orang lain yang dekat dengannya harus atau tidak harus
melakukan suatu tingkah laku dalam konteks tertentu. Norma subyektif juga ditujukan kepada
persepsi seseorang terhadap orang lain dimana orang tersebut perlu memberikan atau

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

menunjukkan tingkah laku tersebut (Evans, 2006:75). Model dari TPB ditampilkan pada
Gambar 1.

Sikap terhadap
Perilaku

Norma
Subyektif Niat Perilaku

Kontrol
Keperilakuan
yang

Gambar 1. Model Theory of Planned Behavior


Sumber: Evans (2006:75)

TPB telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan menjelaskan niat
perilaku serta perilaku aktual dalam psikologi sosial (Miliar dan Shevlin 2003, dalam Lin dan
Lee 2004). TPB digunakan dalam penelitian ini untuk memprediksi faktor yang diyakini
dapat mempengaruhi sikap manajer terhadap perilaku berbagi pengetahuan dalam lingkungan
kerja (Ryu et al. 2003, dalam Lin dan Lee 2004).
TPB diperkenalkan oleh Icek Ajzen melalui artikelnya “From Intention to Actions: a
Theory of Planned Behavior.” Teori perilaku rencanaan telah menjadi salah satu teori yang
paling berpengaruh dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku, selain itu teori perilaku
rencanaan juga telah banyak digunakan untuk memprediksi cakupan luas perilaku-perilaku
(Pavlou dan Fygenson, 2006). Teori perilaku rencanaan berasumsi bahwa individu-individu
adalah rasional, mereka menggunakan informasi yang tersedia dan mempertimbangkan
implikasi dari tindakan mereka.
Dua faktor penentu dasar dari intensi dalam teori perilaku rencanaan sama dengan
model asli dalam teori tindakan beralasan. Dua faktor tersebut adalah sikap seseorang
berhubungan dengan suatu perilaku dan norma-norma subyektif. Sikap ke arah suatu perilaku
merupakan penilaian positif atau negatif dari seseorang terhadap perilaku tertentu yang akan
dibentuknya. Norma-norma subyektif adalah keyakinan normatif seseorang dan motivasi
untuk patuh dengan pihak-pihak tertentu (Ajzen, 1991).
Faktor ketiga anteseden intensi dalam teori perilaku rencanaan adalah kendali perilaku
persepsian (Ajzen, 1988:132). Kendali perilaku persepsian berkenaan dengan perasaan mudah
atau sulit melakukan perilaku dan kendali perilaku yang dirasakan diasumsikan
mencerminkan pengalaman masa lalu dan juga antisipasi halangan dan rintangan (Ajzen,
1988:132).
Teori Statistika
Metode Analisa: Uji Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linier berganda (Multiple Regression
Analysis). Adapun formula dari model regresi linier berganda tersebut menurut Arief (Metode
Penelitian Ekonomi, 1993:91) adalah sebagai berikut:

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Sumber : Arief, Sritua, 1993, “Metode Penelitian Ekonomi”. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Dimana:
Y = Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya
X1 = Sikap / perilaku Responden Pengguna Perjalanan Bus kota
X2 = Norma Subyektif
X3 = Perceived Behavioral Control
b0 = Merupakan intersep yang menggambarkan pengaruh rata-rata semua variabel
yang tidak dimaksudkan ke dalam variabel model terhadap Y
b1, b2, b3, = Adalah koefísien regresi
e = Merupakan faktor penggangu
Hasil analisa regresi linier berganda dapat digunakan sebagai dasar dalam menganalisis untuk
membuktikan hipotesis yang diajukan. Bentuk pengujian hipótesis, hipótesis pertama dan
hipótesis kedua, disajikan sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan uji F, yaitu untuk menguji
keberartian koefísien regresi secara keseluruhan dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :
H0 = b1 = b2 = b3 = 0
Ha : minimal Satu bl  0
Pengujian melalui uji F atau variasinya adalah dengan menibandingkan Fhitung (Fh) dengan
Ftabel (Ft) pada  = 0,05
Apabila hasil perbitungan menunjukkan:
a. Fh > Ft  maka H0 ditolak, Ha diterima.
Artinya dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara
keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebasnya.
b. Fh < Ft  maka H0 diterima, Ha ditolak.
Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas
secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebasnya.
Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan uji t, yaitu untuk menguji
keberartian koefísien regresi secara parsial dengan rumus sebagai berikut :
H0 : b1= b2= b3= b4= b5 = 0
Ha : b1  b2  b3  b4  b5  0
Pengujian dilakukan melalui uji t dengan cara membandingkan antara thitung (th) dengan
ttabel (tt) pada  = 0,05.
a. Th > tt  maka H0 ditolak, Ha diterima.
Artinya :
1) Variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas, dan
2) Ada pengaruh diantara dua variabel yang diuji.
b.Th < tt  maka H0 diterima, Ha ditolak
Artinya :
1) Variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebasnya, dan
2) Tidak ada pengaruh diantara dua variabel yang diuji.

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

HASIL DAN DISKUSI


Dari 200 lembar kuesioner yang telah disebarkan hanya 195 lembar kuesioner yang
kembali dan dapat diolah atau digunakan untuk analisis selanjutnya, sedangkan 5 lembar
angket dinyatakan tidak bisa digunakan, karena 3 lembar kuesioner tidak kembali dan 2
lembar kuesioner lainnya dinyatakan pengisiannya tidak lengkap (ada beberapa item butir
pernyataan yang tidak diisi oleh responden). Sehingga hanya 195 kuesioner yang bisa
digunakan atau diolah untuk analisis selanjutnya.
Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin Responden
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah (%)
Pria 107 54,87
Wanita 88 45,13
Total 195 100%
Sumber: Data Kuesioner Diolah

b. Usia Responden
Tabel 2. Usia Responden
Usia (th) Jumlah (%)
< 17 17 8,71
17 – 25 36 18,46
26 – 55 134 68,72
55 < 8 4,10
Total 195 100%
Sumber: Data Kuesioner Diolah

c. Pendidikan Responden
Tabel 3. Pendidikan Responden
Pedidikan Jumlah (%)
< SLTA 173 88,71
Sarjana 20 10,26
Pasca Sarjana 2 1,03
Total 195 100%
Sumber: Data Kuesioner Diolah

d. Pekerjaan Responden
Tabel 4. Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah (%)
PNS / TNI / POLRI 14 7,18
Pegawai Swasta 86 44,10
Wiraswasta 11 5,64
Ibu Rumah Tangga 51 26,15
Pelajar / Mahasiswa 33 16,92
Total 195 100
Sumber: Data Kuesioner Diolah

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Analisis Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya Melalui Pendekatan Uji
Regresi Linier Berganda
Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Terhadap Variabel Behavioral Intention
Pengguna Bis Kota Surabaya
Koefisien
Variabel Bebas Standar Error t-rasio Sig. t r. Parsial
Regresi
Constant 1,225 0,394 3,107 0,002 -
X1 0,394 0,066 5,937 0,000 0,366
X2 0,180 0,066 2,720 0,007 0,168
X3 0,144 0,064 2,404 0,029 0,139
R 0,723
R Square 0,473
Adjusted R Square 0,762
F-ratio 23,940
Sig F 0,000
DW test 1,975
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada analisis regresi linier berganda tersebut di atas akan dibahas mengenai besarnya
koefisien regresi yang menyatakan pengaruh secara bersama-sama dan parsial variabel Sikap
Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3)
terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y) dan pengujian
hipotesis (uji F dan uji t) untuk mengukur signifikansi pengaruh variabel Sikap Responden
(X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel
Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y). Hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian ini adalah ada pengaruh variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif
Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention
penggunaan Bis Kota Surabaya (Y)
Pengujian Hipotesis Pertama: Uji Simultan atau Uji F
Dalam melakukan pengujian secara simultan, hjipotesa dalam penelitian ini dibentuk
sebagai berikut:
Ho: Seluruh variabel bebas tidak satupun memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
tidak bebas
Ha: Seluruh variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
Dengan kaidah keputusan dalam pengujian hipotesa sebagai berikut :
Ho diterima jika F-hitung atau F-Ratio < dari F-tabel (signikansi F > 5%) dan,
Ha diterima jika F-hitung atau F-Ratio > dari F-tabel (signifikansi F < 5%).
Besarnya nilai F hitung pada Tabel 5 menunjukkan angka sebesar 23,940 nilainya
lebih besar dari nilai F tabel 3,89 dengan taraf signifikansi 95% dan nilai probabilitasnya
sebesar 0,000 dan lebih kecil dari  = 0,05 maka diputuskan untuk menerima Ha yang berarti
secara serempak terbukti semua variabel X yakni Sikap Responden (X1), Norma Subyektif
Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention
penggunaan Bis Kota Surabaya (Y).
Artinya perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh:
1) Sikap (X¹) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota
2) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna bis
kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan yang
muncul dalam dirinya, dan

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

3) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis kota
untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama koridor
Bungurasih sampai dengan jembatan merah.
Pengujian Hipotesis Kedua: Uji Parsial atau Uji t.
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh secara parsial
masing-masing variabel Sikap Responden (X1), Norma Subyektif Responden (X2), Perceived
Behavioral Control (X3) terhadap variabel Behavioral Intention penggunaan Bis Kota
Surabaya (Y). Untuk proses pengujian hipótesis, disajikan pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel 6. Hasil Uji t variabel SIKAP RESPONDEN (x1), NORMA SUBYEKTIF RESPONDEN
(x2), PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (x3) terhadap variabel BEHAVIORAL
INTENTION PENGGUNA BIS KOTA SURABAYA (Y).
Variabel Signifikansi t  Keterangan
Sikap Responden (X₁) 0,000 0,05 Signifikan
Norma Subyektif Responden (X²) 0,007 0,05 Signifikan
Perceived Behavioral Control (X³) 0,029 0,05 Singnifikan
Sumber: Hasil Pengolahan Data.

Berdasarkan hasil pengujian yang tampak pada Tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa:
1. Variabel Sikap Responden (X1) memiliki tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05
ini menunjukkan bahwa variabel Sikap Responden (X1) memiliki pengaruh terhadap
variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y),
2. Tingkat signifikansi variabel Norma Subyektif Responden (X2) sebesar 0,007 lebih kecil
dari 0,05 berarti variabel Norma Subyektif Responden (X2) memiliki pengaruh nyata atau
signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y), dan
3. Variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,029
lebih kecil dari 0,05 artinya variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki
pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota
Surabaya (Y).
Berarti antara Uji F atau uji simultan dengan dengan uji t atau uji parsial memiliki
kesamaan, yakni keseluruhan variabel bebas memiliki pengaruh nyata dalam menumbuhkan
motivasi, kepercayaan dan keyakinan bagi pengguna bis kota. Artinya secara nyata seluruh
variabel bebas memiliki peran nyata terhadap menumbuhkan Behavioral Intention Pengguna
Bis Kota Surabaya (Y).

KESIMPULAN
1. Besarnya nilai F hitung pada Tabel 5 menunjukkan angka sebesar 23,940 nilainya lebih
besar dari nilai F tabel 3,89 dengan taraf signifikansi 95% dan nilai probabilitasnya
sebesar 0,000 dan lebih kecil dari  = 0,05 maka diputuskan untuk menerima Ha yang
berarti secara serempak terbukti semua variabel X yakni Sikap Responden (X1), Norma
Subyektif Responden (X2), Perceived Behavioral Control (X3) terhadap variabel
Behavioral Intention penggunaan Bis Kota Surabaya (Y).
Artinya perilaku responden atau penumpang bis kota, secara simultan dipengaruhi oleh:
a) Sikap (X1) dalam menentukan pilihan pada moda transportasi bis kota
b) Norma Subyektif Responden (X2) memiliki peran secara signifikan artinya pengguna
bis kota bersedia menggunakan bis kota karena munculnya motivasi dan keyakinan
yang muncul dalam dirinya, dan

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

c) Perceived Behavioral Control (X3) muncul keyakinan dari dalam diri pengguna bis
kota untuk menggunakan bis kota sebagai sarana transportasi di Surabaya, terutama
koridor Bungurasih sampai dengan jembatan merah.
2. Berdasarkan hasil pengujian yang tampak pada Tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa:
a) Variabel Sikap Responden (X1) memiliki tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari
0,05 ini menunjukkan bahwa variabel Sikap Responden (X1) memiliki pengaruh
terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota Surabaya (Y),
b) Tingkat signifikansi variabel Norma Subyektif Responden (X2) sebesar 0,007 lebih
kecil dari 0,05 berarti variabel Norma Subyektif Responden (X2) memiliki pengaruh
nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention Pengguna Bis Kota
Surabaya (Y), dan
c) Variabel Perceived Behavioral Control (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,029 lebih kecil dari 0,05 artinya variabel Perceived Behavioral Control (X3)
memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel Behavioral Intention
Pengguna Bis Kota Surabaya (Y).
Berarti antara Uji F atau uji simultan dengan dengan uji t atau uji parsial memiliki kesamaan,
yakni keseluruhan variabel bebas memiliki pengaruh nyata dalam menumbuhkan motivasi,
kepercayaan dan keyakinan bagi pengguna bis kota. Artinya secara nyata seluruh variabel
bebas memiliki peran nyata terhadap menumbuhkan Behavioral Intention Pengguna Bis Kota
Surabaya (Y).

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behavior 2nd ed. New York: Open University
Press.
Dharmesta, Basu Swastha & T.Hani Handoko (1998). Manajemen Pemasaran: Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Liberty: Yogyakarta.
Engel, Blackwell and Miniard (2002), Perilaku Konsumen. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Husein, Umar, 2000. Metodelogi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Mowen, J. C. & Minor,M. (2002), Perilaku Konsumen. Jakarta : Erlangga.
Peter, J. Paul, dan Jerry C. Olson. (2000), Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Jilid1. Edisi 4.Terjemahan. Jakarta
Schiffman, Leon G. & Leslie Kanuk,. 2004. Consumer Behaviour. 8th edition. USA. Prentice
Hall International, Inc.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Timotius and Chwee Beng Lee, 2007. Explaining The Intention to Use Technology among
Student teacher an Application of The Theory of Planned Behavioral
(TPB),Vol.26.No.4,(Online).(http//www.emeraldinsight.com/diakses 22 Pebruari
2010).

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-1-8

Anda mungkin juga menyukai