Anda di halaman 1dari 22

MODUL PRAKTIKUM

PERPETAAN

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2017
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
PENJELASAN PRAKTIKUM PERPETAAN ii
MODUL 02 – GPS 5
MODUL 03 – 10
MODUL 04 – 14
MODUL 05 – 21
LAMPIRAN 45

i|
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

PENJELASAN PRAKTIKUM PERPETAAN

RESPONSI
1. Peserta wajib mengikuti responsi praktikum setiap minggu
2. Responsi diadakan setiap sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dosen
pengampu
3. Responsi terdiri dari penjelasan praktikum dan tes responsi, tidak mengikuti
responsi otomatis nilai tes responsi nol
4. Nilai tes responsi akan dimasukan ke dalam nilai akhir praktikum.

PRAKTIKUM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum dilaksanakan di Lapangan maupun di ruang perkuliahan
2. Praktikum dilaksanakan selama 90 menit, sudah termasuk tes awal dan
tes akhir
3. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum berarti tidak lulus praktikum
dan otomatis tidak lulus Mata Kuliah Mekanika Fluida
4. Mahasiswa diharapkan hadir tepat waktu dengan toleransi
keterlambatan 15 menit. Mahasiswa yang terlambat 5-10 menit
dikenakan sanksi perorangan (10) dan sanksi kelompok (-5). Sedangkan
untuk mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit dianggap tidak hadir
praktikum dan mendapat saksi perorangan (-20) dan sanksi kelompok (-
5) tetapi masih berhak mengikuti dan mengerjakan laporan praktikum
5. Mahasiswa tidak diperkenankan bercanda ketika sedang melaksanakan
praktikum
6. Bagi mahasiswa yang memecahkan dan/atau merusak properti
laboratorium, segera lapor asisten dan mengganti item tersebut
setelah kejadian tersebut
7. Mahasiswa tidak boleh menggunakan fasilitas apapun di laboratorium
tanpa izin dari asisten yang bertugas

1
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

B. KELENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum yang telah disiapkan
oleh asisten
2. Selama praktikum, Mahasiswa diwajibkan memakai jas laboratorium
lengan panjang, pakaian rapi dan sopan, dan tidak memakai kaos
Oblong. Jika kelengkapan tidak terpenuhi, praktikan tidak diizinkan
mengikuti praktikum = nilai praktikum 0
3. Mahasiswa harus sudah memakai jas lab ketika memasuki ruangan
laboratorium dan dibuka setelah praktikum selesai praktikum
4. Modul Praktikum Wajib dibawa pada saat mengikuti Praktikum, jika
tidak dibawa maka akan terdapat pengurangan nilai
5. Tas mahasiswa disusun rapih diruang di tempat yg sudah disediakan
dan disarankan tidak membawa barang berharga
6. Peralatan pribadi yang diperlukan untuk praktikum, meliputi
stopwatch/HP/ berstopwatch (1 per kelompok), penggaris 30 cm (2
per kelompok), kalkulator (1 per kelompok), alat tulis (perorangan).

C. IJIN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum hanya
diperbolehkan oleh 2 alasan :
1. Sakit, dengan melampirkan surat sakit (surat sakit dari dokter)
paling lambat 1 minggu setelah praktikum, diberikan pada
asisten yang bertugas saat praktikum. pemberitahuan bahwa
mahasiswa sakit harus disampaikan oleh teman satu kelompok
ke asisten yang bertugas pada saat praktikum dilaksanakan
2. Ijin, dengan melampirkan surat ijin (yang dibuat oleh
wali/orangtua/Instansi) pada hari praktikum dilaksanakan,
diberikan pada asisten praktikum

2
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

Pemberitahuan bahwa praktikan izin harus disampaikan oleh teman satu


kelompok ke asisten yang bertugas pada saat praktikum dilaksanakan.
1. Tidak ada praktikum susulan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti
praktikum. Namun mahasiswa tetap diharuskan mengumpulkan laporan
dengan data kelompoknya dan berhak mendapat nilai penuh laporan
2. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tanpa keterangan tidak
berhak mendapatkan nilai laporan praktikum modul yang dipraktikumkan

D. PENYUSUNAN LAPORAN
A. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum merupakan laporan perorangan ditulis di kertas A4.
2. Pengumpulan laporan dilakukan satu minggu setelah praktikum
3. Laporan diserahkan kepada asisten yang bertugas sesuai dengan jam
praktikum secara berkelompok
B. KOMPONEN LAPORAN
1. Cover laporan
2. Tujuan praktikum (5)
3. Prinsip percobaan (10)
4. Dasar Teori (15)
5. Data awal (4)
6. Pengolahan data (10)
7. Data Akhir (4)
8. Analisa A (30)
9. Analisa B (10)
10. Kesimpulan (10)
11. Daftar pustaka (2)
C. KETENTUAN ISI LAPORAN:
1. Cover laporan : mengikuti format yang telah diberikan
2. Dasar Teori : dikerjakan secara perorangan (satu kelompok boleh sama)
3. Tujuan praktikum : berisi tujuan praktikum bukan sasaran praktikum

3
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

4. Prinsip Praktikum : dijelaskan dalam bentuk paragraf, merupakan prinsip


praktikum (metoda yang dilakukan saat praktikum hingga tercapai tujuan
praktikum)
5. Data Awal : berupa data hasil pengamatan di laboratorium (boleh berupa
tabel)
6. Pengolahan data : berupa tahapan-tahapan perhitungan lengkap untuk 1
jenis variasi debit
7. Data Akhir : merupakan data hasil pengolahan dari data awal (boleh
berupa tabel)

E. NILAI TOTAL PRAKTIKUM


Nilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran
mahasiswa pada saat responsi dan praktikum (10%), nilai tes responsi (15),
nilai tes awal/akhir (15), dan nilai laporan (60%)

4
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

MODUL 01 – GLOBAL POSITIONING SYSTEM

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi GPS
2. Mahasiswa dapat menggunakan GPS secara sederhana dalam menentukan
posisi di lapangan.
3. Mahasiswa mampu mem-plot hasil pembacaan GPS ke dalam peta google map

B. DASAR TEORI
GPS dalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara
terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga
memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian,
kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.
Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-
teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini
dinamakan penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkan
bersifat geosentrik, artinya pusat massa bumi dianggap sebagai pusat sistem
koordinat sehingga sistem koordinat ini berlaku untuk seluruh dunia. Sebagai
bidang referensi (bidang datum) koordinat digunakan elipsoid World Geodetic
System 1984 (WGS 1984).
Ada dua jenis alat penerima sinyal GPS yaitu navigasi dan jenid goedetik.
Alat penerima jenis navigasi merupakan alat yang mempunyai bentuk sederhana,
kecil, dan praktis dibawa kemana-mana karena tidak dilengkapi alat
perlengkapan lainnya (seperti statip atau kaki tiga dan antena luar) sehingga,
tidak memerlukan bantuan orang lain untuk membawanya.karena itu, alat ini
sangat sesuai untuk digunakan sebagai alat petunjuk navigasi. Berbeda dengan
jenis navigasi, jenis geodetik merupakan alat penerima sinyal satelit GPS yang
mempunyai bentuk dan ukuran lebih besar dari jenis navigasi, serta dilengkapi
dengna kaki tiga (statip) untuk menempatkan antena tepat diatas titik yang akan

5
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

diukur/ditentukan posisinya. Dengan demikian, untuk membawa seluruh


perlengkapan kelapangan diperlukan dua atau tiga orang personal.
Prinsip penentuan posisis degan GPS ini merupakan metode pengikatan
keblakang. Pada metode pengikatan kebelakang yang asli, data yang diukur
adalah sudut-sudut di titik yang dicari koordinatnya desatelit-satelit yang sedang
diamati (paling sedikit diperlukan empat satelit untuk setiap satu titik ukur.
Berhubung posisi/ koordinatnya sudah diketahui setiap saat, maka satelit-satelit
tersebut bervungsi sebagai titik ikat. Posisi yagn diukut/ditentukan oleh metode
GPS ini adalah dalam bentuk koordinat siku-siku tiga dimensi atau dapat pula
dlam bentuk koordinat geodetis (lintang, bujur) yang semuanya ditentukan
terhadap elipsoid geosentrik World Geodetic System 1984 (WGS-1984).

C. ALAT DAN BAHAN :


1. GPS
2. Alat Tulis
3. Komputer/ Laptop Untuk Input data

D. CARA KERJA
1. Siapkanlah peralatan yang sudah ditentukan
2. Ambillah Titik Koordinat dengan menggunakan GPS pada wilayah yang
tidak tertutupi oleh Vegetasi
3. Trackinglah wilayah yang akan dilewati dengan menggunakan GPS, dan
tandai wilayah-wilayah yang diaanggap penting dengan menggunakan
waypoint.
4. Data yang sudah terekam di GPS selanjutnya di Eksport ke software
Mapsource/Global mapper

6
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

MODUL 02 – SURVEY PENGUKURAN DENGAN WATERPASS

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
1. Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan
detail
2. Memahami cara menentukan beda tinggi,
3. Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
4. Memahami cara menentukan tinggi patok, dan
5. Memahami cara mentukan kemiringan patok

B. DASAR TEORI
1. Teori Pengukuran
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya
untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun
untuk pekerjaan konstruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya
digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak
bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan
urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada,
dan lain-lain.Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering
digunakan, yaitu :
a) Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
b) Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
c) Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
d) Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
e) Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya

7
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah


sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal
adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di
dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
1) Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2) Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
3) Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
2. Fungsi utama.
a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama
tinggi, sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian
yang sama.
b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang
dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik – titik tertentu,
maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik –
titik tersebut

3. Poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang
terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-
titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara
sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat
dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain
diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di
lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di
samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah
diketahui koordinatnya.

8
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

C. ALAT DAN BAHAN

1. Pesawat penyipat datar (PPD)

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :


a. Lingkaran horizontal berskala,
b. Skala pada lingkaran horizontal,
c. Okuler teropong,
d. Alat bidik dengan celah penjara,
e. Cermin nivo,
f. Sekrup penyetel fokus,
g. Sekrup penggerak horizontal,
h. Sekrup pengungkit,
i. Sekrup pendatar,
j. Obyektif teropong,
k. Nivo tabung,
l. Nivo kotak.

9
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

2. Statif (Kaki Tiga)

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga

kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya

runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi

rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak

pada gambar dibawah ini :

3. Unting – Unting
4. Rambu Ukur
5. Payung
6. Meteran
7. Patok
8. Kompas

D. CARA KERJA
1. Penentuan profil
a. Profil Memanjang
· Pemasangan patok dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai
dengan keinginan anda. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah utara

10
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

dengan menggunakan kompas. Kemudian menolkan nilai dariwaterpass, dimana


arah utara merupakan patokan utama. Waterpassdiletakkan di tengah-tengah
antara kedua patok.

1) Waterpass diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar


sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya dalam
kedudukan yang seimbang (di tengah-tengah).

2) Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double


Standing”, yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran
pulang dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan
pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai pembacaan belakang
dan P1 sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.

3) Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala
arah.

4) Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0) selanjutnya disebut pembacaan


belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah
dan bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1).

5) Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita mengadakan


pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1 (pembacaan belakang). Pada
teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah.

6) Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di atas


sampai pada patok terakhir.

7) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada tabel

b. Profil Melintang
1) Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali
kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang.
2) Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur
disebelah kanan waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi simbol c

11
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

dan d.
3) Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada
patok terakhir.
4) Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia

c. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus
dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :

1) Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam
Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga.
Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang alt
ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan
hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke
lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus
diperhatikan juga antara lain :

2) Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
3) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut.
4) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan
alat terlepas.
5) Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang
sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk
dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
6) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah.
7) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung
nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

12
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

8) Membidikan Alat Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan


mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan
diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang
dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan
diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.

D. Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
a. Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu
ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang
stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar
biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang
stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia
bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma
mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya
pembacaan. Kegunaan pembacaan benang ini adalah :

1) Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara


tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara
rambu-rambu ukur yang dibidik.

2) Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak
dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam
satuan meter (m) atau centimeter (cm).

3) Pembacaan Sudut Waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran


mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut
mendatar atau sudut horizontal.

13
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

4) Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

a) Satuan derajat
Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi
kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).
b) Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap
bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi
kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid
(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass
NK2 dari Wild.

E. Cara Penentuan Beda Tinggi


Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah alat untuk penyipat
datar (waterpass). Penentuan beda tinggi dengan menggunakan alat
ukurwaterpass dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung keadaan di
lapangan:

a. Menempatkan alat ukur penyipat datar pada salah satu titik. Misalnya
pesawat di letakkan di titik B. Tinggi A (garis bidik) atau titik tengah
teropong di atas titik B di ukur dengan mistar. Dengan gelembung di tengah–
tengah lingkaran, garis bidik diarahkan ke mistar (bak) ukur yang diletakkan
di titik A.

b. Besarnya pembacaan benang tengah pada bak ukur dinamakan J, maka beda
tinggi antara titik A dan B adalah :

14
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

b. Alat ukur penyipat datar ditempatkan diantara titik A dan B. Jarak alat ukur
penyipat datar antara kedua bak ukur diambil kira-kira sama. Diusahakan agar
pesawat tetap berada ditengah – tengah. Pada kedua titik tersebut diletakkan
bak ukur. Arahkan pesawat ke bak ukur A (pembacaan belakang) dan hasil
pembacaannya dinamakan R. Lalu pesawat diputar searah jarum jam untuk
melakukan pembacaan benang tengah pada bak ukur B (pembacaan muka) dan
hasil pembacaannya dinamakan V. Maka beda tinggi antara titik A dan B:

c. Menempatkan alat ukur di luar titik A dan titik B, hal ini dilakukan dilakukan bila
keadaan terpaksa, mungkin karena adanya penghalang seperti sungai, selokan
atau saluran-saluran air lainnya antara kedua titik tersebut. Pada gambar
dibawah ini, pesawat ditempatkan di sebelah kanan titik B selanjutnya dilakukan

15
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

pembacaan benang tengah dan hasil pembacaan bak ukur B disebut V, maka
beda tinggi antara titik A dan B adalah :

Dari ketiga cara tersebut, yang paling teliti adalah dengan cara
menempatkan alat ukur tersebut di antara dua titik yang akan diukur beda
tingginya karena dengan mengubah arahnya sesuai dengan arah jarum jam maka
kesalahannya negatif, juga kesalahan atmopsferiknya saling berbagi.

3.5. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran


Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.
Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :
a. Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder )
Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan
pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila
terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus di ulang atau hasil yang mengalami
kesalahan tersebut dicoret saja.
b. Kesalahan Sistimatis ( Sistematic Error )
Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya
panjang meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak
sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau
mengkaligrasi alat/memperbaiki alat.
c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error )

16
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

Kesalahan ini dapat terjadi karena hal–hal yang tidak diketahui dengan pasti
dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah.
Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai
rata– rata sebagai hasil.

Hambatan
Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi jalannya / proses pengukuran yaitu :

1. Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran,


2. Faktor bahan dan alat,
Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena
apabila cuaca hujan otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari
hujan.
Rumus – rumus yang di gunakan
Rumus Perhitungan Profil Memanjang
a. Perhitungan Jarak Optis patok utama
Rumus :
D = ( Ba – Bb ) x 100
Dimana :
D = Jarak Optis (m)
Ba = Benang atas (mm)
Bb = Benang bawah (mm)
b. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
Rumus :
∆H = Bt blkn – Bt muka
Dimana :
∆H = Beda Tinggi (m)
Bt blkn = Benang Tengah (mm)
Bt muka = Benang Tengah (mm)

17
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

c. Perhitungan Koreksi Kesalahan


· Perhitungan Kesalahan Keseluruhan
Rumus :
Z =∑ ∆H ± ∆H
Dimana :
Z = Kesalahan
∑ ∆H = Jumlah Total Beda Tinggi Pengukuran
∆H = Jumlah Beda Tinggi Pengukuran per patok
· Perhitungan Kesalahan Perpatok
Rumus :
K = - (Z / ( n – 1 ))
Dimana :
K = Nilai Koreksi
Z = Kesalahan
N = Banyaknya Patok
d. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
Rumus :
Pn = Pn-1 ± ∆H n-1 ± K
Dimana :
Pn = Tinggi Titik Utama
Pn-1 = Tinggi Titik Utama sebelum Pn
∆H = Beda tinggi
K = Koreksi
e. Perhitungan Kemiringan Patok Utama
Rumus :
/ Tn = (∆H/ D ) / 100 %
Dimana :
/ Tn = Kemiringan Titik Yang ditinjau
∆H = Jarak Optis Rata-Rata Tiap Patok Utama
Rumus Perhitungan Profil Melintang

18
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

a. Perhitungan Jarak Optis Detail’


Rumus :
D = ( Ba – Bb ) x 100
Dimana :
D = Jarak Optis
Ba = Benang Atas
Bb = Benang Bawah

b. Perhitungan Beda Tinggi Detail


Rumus :
∆H = Tinggi Pesawat – Bt Detail
Dimana :
∆H = Beda Tinggi
Bt = Benang Tengah

c. Perhitungan Tinggi Titik Detail


Rumus :
T = Pn ± ∆H
Dimana :
T = Tinggi Titik Detai Yang ditinjau
Pn = Tinggi Titik Patok Utama
d. Perhitungan Kemiringan Detail
Rumus :
/ T det = ( ∆H Detail / D det ) * 100 %
Dimana :
/ T det = Kemiringan detail
∆H Detail = Beda tinggi detail
D det = Jarak Optis detail

19
Prodi Teknik Lingkungan 2017 MODUL PRAKTIKUM PERPETAAN

MODUL 03 – PEMBUATAN PETA DENGAN ARCVIEW

A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI
Registrasi peta merupakan langkah awal dalam pemasukan data di ArcView.
Sebelum proses digitasi, peta harus diregistrasi dulu utk menyamakan koordinat
peta hasil scan dengan koordinat bumi sebenarnya. Proses ini biasa disebut
koreksi geometric. Di ArcView ada beberapa cara utk meregistrasi peta, seperti
memanfaatkan Extensions Register and Transform tool dan Extensions Spasial
Anayst. Disini saya akan coba membagi pengalaman saya dalam meregistrasi
peta menggunkana extensions Register and Transform tool (Syakur, 2008)
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengaktivkan extension ini
dan extensions JPGE (JFIF) Image Support dengan memilih menu
file à extensions. Setelah itu di menu view akan muncul sub menu register and
tranform sprt gambar di bawah. Selanjutnya panggil peta yg akan di register
dalam bntuk *.JPG, atau *.TIFF

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Tulis
2. Komputer/ Laptop Untuk Input data

D. CARA KERJA
1. Sediakan lembar peta berformat JPG yang akan diregistrasi
2. Masukan peta berformat JPG kedalam software ArcView untuk di registrasi
3. Kemudian digitasi peta sesuai sesuai dengan wilayah yang sudah ditentukan
4. Sajikan peta sesuai format penyajian peta yang baik
5. Untuk lebih jelasnya liat video tutorial yang sudah diberikan

20

Anda mungkin juga menyukai