Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang

Tambang bawah tanah adalah suatu tambang yang kegiatan kerjanya

dibawa tanah atau tidak secara langsung berhubungan degan udara luar,oleh

karena itu pada tambang bawa tanah dingunakan system ventilasi yang bertujuan

untuk menyediakan dan mengalirkan udara segar ke dalam tambang bagi

pernafasan pekerja dan proses lain yang memerlukan udara.

pada tambang bawa tanah,garis besarnya ventilasi tambang

dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu : pengaturan kuantitas udara meliputi

pengaturan arah aliran, kecepatan dan jumlah udara yang mengaliri ke dalam

tambang serta penempatan mesin-mesin agin yang diperlukan. Sedangkan yang

kedua adalah pengaturan kualitas udara yang merupakan proses pembersihan

udara dari bahan-bahan pengotor, pengaturan suhu serta kelembaban udara

tambang.

Degan maraknya terjadi ledakan ataupun terbakarnya suatu tambang bawa

tanah yang menyebabkan kerugian dan sampai kematian para pekerja,yang

diakibatkan perusahaaan pertambangan tersebut tidak memperhatikan secara

baikuntuk kuantitas dan kualitas udara yang di alirkan ke dalam tambang maupun

udara yang sudah ada di dalam tambang.

Untuk menunjang pekerjaan di dalam terowongan, menjaga kelancaran

dan kenyamanan bekerja sangatlah penting selalu dilakukan pengontrolan maupun

evaluasi kuantitas dan kualitas udara sehingga pendistribusian udara segar

kedalam tambang bawa tanah berlangsun baik dan lancar selain itumemenuhi
kebutuhan udara tambang, udara juga sebagai media untuk menghilangkan debu-

debu da gas-gas berbahaya dalam tambang,sehingga dapat tercapai kondisi

ventilasi untuk bekerja dan sesuai dengan peraturan ventilasi tambang bawa tanah

bedrdasarkan keputusan mentri pertambangan dan energy nomor 555

k/26/M.PE.1995 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum.

1.2 Maksud danTujuan.

Adapun maksud dan tujuan dari seminar tambang ini adalah memenuhi

kurikulum mata kuliah semester VIII pada jurusan teknik pertambangan,fakultas

teknlogi mineral, isntitut sains teknologi T.D pardede sedangkan tujuan nya

adalah Untuk menghitung kuantitas udara masuk maupun yang berada di dalam

tambang dan untuk mengevaluasi kualitas udara segar yang dibutukan di tambang

bawa tanah, dalam lokasi front kerja maupun dalam lubang utama jalur masuk ke

front kerja agar tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman,dengan demikian

target produksi dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah dibuat

sebelumnya.

1.3 Batasan Masalah

disini penulis membatasi penelitian yang akan dilakukan pada”kajian teknis

mengenai kuantitas dan kualitasUdarapada tambang batubara bawah tanah”

seperti :

- Evaluasi Kebutuhan udara tambang yang diperlukan pekerja

- Evealuasi kualitas dan kelembapan udara tambang agar dapat diperoleh

lingkungan kerja yang nyaman dan aman.


- Evaluasi kebocoran pipa ventilasi yang digunakan dalam tambang

- Total jumlah udara yang masuk ke dalam tambang.

1.4 Metode penulisan

Metode penulisan yang dilakuka pada penulisan ini didasarkan pada study

kepustakaan dan saduran dari tugas akhir.


BAB II

DASAR TEORI

Sitem penambangan terdiri dari tambang terbuka dan tambang bawa tanah.

Penambangan terbuka digunakan apabila bahan galian letaknya dekat dari

permukaan bumi dengan kata lain jika striping rasio antara bahan galian dengan

overburden masih kecil dan dapat ditambang secara menguntungkan jika striping

rasionya semakin besar, maka penambangan batubara akan lebih menguntungkan

jika ditambang menggunakan system penambanganbawa tanah.

tambang bawah tanah adalah suatu tambang yang kegiatan

kerjanya dibawa tanah atau tidak secara langsung berhubungan degan udara

luar,oleh karena itu pada tambang bawa tanah dingunakan system ventilasi yang

bertujuan untuk menyediakan dan mengalirkan udara segar ke dalam tambang

bagi pernafasan pekerja dan proses lain yang memerlukan udara.

3.1 Tambang Bawa Tanah ( UndergroundMining )

Metode penambang pada tambang bawa tanah adalah suatu metode pekerjaan

pada suatu endapan yang dimulai dari pekerjaan pembuatan bukaan menuju

endapan sampai pekerjaan pengambilan endapan itu sendiri metoda penambangan

tergantung pada rencana induk penambangan serta kemampuan alat yang tersedia.

3.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metoda Penambangan.

Dalam pemilihan metode penambangan dilakukan dengan

mempertimabangkan beberapa hal sebagai berikut. :

- Tingkat keamanan yang tinggi bagi para pekerja.


- Hasil produksi maksimum untuk setiap shift pekerjaan.

- Ongkos produksi per ton endapan yang rendah dengan memperoleh

hasil yang sebesar – besarnya

- Tingkat kualitas produksi bahan galian akhir sesuai dengan keinginan

pasaran.

- Kondisi (ekologi) daerah sekitar.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi metode penambangan suatu

endapan secara teknis adalah.:

A. Ketebalan lapisan endapan

Semakin tebal lapisan endapan, maka pemilihan metode penambangan

haruslah semakin efektif, karena semakin tebalnya lapisan endapan,pekerja

penambangan akan semakin sulit dan beresiko tinggi. Oleh karena itu lapisan

endapan yang tebal biasanya ditambang perlapisan endapan sesuai dengan urutan

lapisannya.

B. Sudut kemiringan (dip) daripada lapisan endapan

Arah penyebaran suatu endapan atau biasa disebut “strike” merupakan

sudut horizontal yang dibentuk oleh suatu endapan, yang umumnya diukur dari

titik arah utara ke arah timur. Sedangkan kemiringan biasa disebut “dip” yakni

sudut vertikal yang dibentuk oleh suatu endapan, yang diukur dari arah bidang

horizontal terhadap kemiringan suatu endapan. Arah dan kemiringan memiliki

satuan yang sama yaitu derajat (o) dan diukur menggunakan kompas geologi.

Arah dan Kemiringan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan

metode penambangan bawah tanah, karena kemiringan akan sangat berpengaru


terhadap cara penambangan dan pembuatan lubang bukaan serta pengangkutan

yakni apakah nantinya horizontal, vertikan atau miring.

C. Struktur Dan Sifat Lapisan Endapan

Guna pemilihan metode penambangan juga harus dioerhatikan hal - hal

sebagai berikut pengotor pada endapan, kekuatan pada lapisan endapan cleat dan

kemungkinan terjadinya self combustion ( proses suabakarang yang sering terjadi

pada endapan batubara )

Jika dipermukaan kerja terlihat alur endapan atau cleat, maka diusahakan

semudah mungkin menambangnya dengan menentukan arah dari permukaan kerja

berikutnya kekuatan endapan mempengaruhi pemilihan metode penambangan,

jenis penyangga yang digunakan serta desain pilar.

D. Sifat Dari Lapisan Batubara Sekitar ( atap dan lantai )

kekuatan batuan sekitar dapat diartikan sebagai seberapa jauh jarak antara

permukaan kerja terujung dengan penyangga tarakir sehingaa batuan atap

tidak/belum jatuh,sehingga kekuatan batuan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :

 Lemah : jika batuan sekitar pecah jatuh pada jarak < 5 meter dari

permukaan kerja.

 Sedang : : jika batuan sekitar pecah jatuh pada jarak 5 - 10 meter

dari permukaan kerja.

 Kuat : : jika batuan sekitar pecah jatuh pada jarak > 10 meter dari

permukaan kerja

Dimana yang retak digolongkan sebagai batuan yang lemah atap yang lemah

tentunya tentunya lebih membutuhkan lebih banyak penyangga dan lantai yang
lunak dapat menyebabkan peralatan atau penyangga terbenam karena tekanan

atap.

E. Terjadinya Gas Tambang

Beragam jenis type gas beresiko, tumpah ruah dan terdapat banyak

didalam tambang bawah tanah. Metan yaitu gas beresiko yang didapati di

tambang batubara bawah tanah.Sedang utuk tambang bijih bawah tanah, gas yang

paling beresiko yaitu carbonmonodioxide (CO).Beberapa pekerja tambang bawah

tanah riskan terkena dengan gas beracun.Akibat aliran hawa terowongan yang

terbatas, gas-gas beracun tidak dapat segera lepas ke atmosfer.Beberapa gas

beracun ini diantaranya CO, CO2, H2S, NOx, dan SO2.Gas ini dapat terjadi

akibat sistem peledakan, emisi kendaraan dan alat berat ataupun gas yang lepas

alami oleh keadaan batuan.

Pada banyak keadaan, susah bikin kandungan semasing gas itu jadi betul-

betul 0. Oleh karenanya diputuskanlah ambang batas.Tak ada satupun pun gas

yang bisa melebihi ambang batas ini.Bila terdapat dalam kandungan tinggi, gas-

gas ini dapat mengakibatkan kematian.

Karbon monoksida berbentuk toksin karena hemoglobin dalam darah lebih

mudah mengikat gas ini di banding oksigen. Akibat darah yang malah

mengangkut CO, maka supply oksigen ke organ vital jadi menyusut. Salah satu

organ yang sensitif yaitu otak.Kekurangan oksigen pada otak dapat

mengakibatkan rusaknya otak sampai mengantar pada kematian. Tersebut disini

tanda-tanda akibat keracunan karbon monoksida dalam beragam konsentrasi :


 35 ppm (0. 0035%) Pusing bila terdedah kian lebih 6 jam

 100 ppm (0. 01%) Pusing bila terdedah kian lebih 2 jam

 200 ppm (0. 02%) Pusing dalam rentang 2-3 jam

 400 ppm (0. 04%) Pusing hebat dalam rentang 1-2 jam

 1, 600 ppm (0. 16%) Pusing dalam 45 menit. Tidak sadar dalam 2 jam.

 3, 200 ppm (0. 32%) Pusing dalam rentang 5-10 menit. Kematian dalam

30 menit.

 6, 400 ppm (0. 64%) Pusing kurun waktu 1-2 menit. Kematian kurang dari

20 menit.

 12, 800 ppm (1. 28%) Tidak sadar dalam 2-3 tarikan napas. Kematian

dalam 3 menit.

3.1.2 Keuntungan dan kelemahan Metode Metode Tambang Bawa Tanah

Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita ketahui

bahwa penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-

metode yang lain.Hal ini dikarenakan Batubara berupa lapisan

sedimenPenyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas

beracun).

Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Room And Pillar

Suatu metode penambangan yang menyatakan suatu blok akan menggali

masuk 2 sistem atau jalur, masing-masing melintang dan memanjang.


Metode ini hanya penggalian maju terowongan terhadap room and pillar

secara berurutan mulai dari yang terdalam apabila jaringan terowongan digali

telah mencapai batas maksimum.

Keuntungan :

2. Lingkup penyesuaian terhadap korelesi alam penambangan lebih


luas dibandingkan dengan long wall yang di maksimumkan
3. Hingga batas – batas tertentu dapaat meenyesuaikan terhadap
variasi kemiringan
4. Mampu menambang blok yang tersisa oleh penambangan system
long wall misalnya karena adanya patahaan
5. Dapat melakukan penambangan suatu blok yang berkaitan dengan
perlindungan permukaan.
6. Cukup efektif untuk menaikan Recovery (Pillar Robbing)
menaikan recovery baatubara.

Kelemahan :

1. Recovery penambangan rendah (60 –70 %).


2. Banyak terjadi insiden (kecelakaan) atap yang runtuh
3. Ada batas maksimumpenambangan bagian dalam karena
adanya tekanan bumi.
4. Karena banyak yang disisakan akan meninggalkan masalah dari
segi keamanan untuk penerapan dilakukan batubara untuk
mudah mengalami swa bakar/self combustion.
Gambar :3.1.1 Room And Pillar

2. Metode penambangan batubara system long wall/lorong panjang

Metode penambangan batubara adalah yang digunakan secara luas pada

penambangan bawah tanah.

Ciri-ciri penambangan batubara long wall adalah sebagai berikut :

1. Recoverynya tinggi karena menambang sebagian besar batubara

2. Permulaan kerja dapat dipusatkan karena dapat berproduksi besar.

3. Apabila kemiringannya landai mekanisasi penambangan, transportasi

dan penyanggaan menjadi beda sehingga dapat meningkatkan efisiensi

penambangan.

4. Karena dapat memusatkan permukaan kerja, panjang terowongan

yang dikerja terhadap produksi batubara menjadi pendek.

5. Mengguntungkan dari segi keamanan karena ventilasinya mudah dari

swa bakar/self combustion yang timbul juga sedikit.

6. Karena dapat menguatkan tekanan bumi, pemotongan batubara

menjadi mudah.
7. Apabila terjadi hal-hal keruntuhan kerja dan kerusakan mesin maka

penggunakan produksi batubaranya besar.

Gambar :3.1.2 System Long Wall/Lorong

3. Metode Ambrukan (Caving Methods)

1. Top Slicing

Top Slicing adalah suatu penambangan untuk endapan-endapan bijih dan

lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh.

Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari atas ke bawah pada

lombong yang disanggah.Kalau lombong sudah selesai digali, maka

penyanggah di atasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara

bertahap.Metode ini akan memungkinkan perolehan tambang yang tinggi

walaupun sering terjadi “dillution”.

Upaya untuk meningkatkan efesiensi sistem penambangan ini adalah:

1. Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di beberapa

permukaan kerja (front).


2. Mengurangi jumlah “raise” berarti jarak antar raise dapat diperbesar.

3. Mengurangi pekerjaan, persiapan harus diimbangi dengan pengangkutaan


yang lebih efisien.

Untuk menghindari bahaya dan mengurangi

keselamatan kerja, proses ambrukan sebaiknya dibuat secara

pelan-pelan agar tidak runtuh.

Keuntungan Top Slicing :

1. Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang

terjadi.

2. Dapat mengadakan pengambilan contoh batuan (sampling) di dalam

lombong secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang pasti.

3. Dapat menghasilkan produksi yang besar.

4. Jika endapan bijih teratur dan jelas batas - batasnya, maka perolehan

tambangnya sangat tinggi (90 – 95).

Kerugian Top Slicing :

1. Penirisan menjadi sibuk karena pada saat hujan, air hujan masuk dari

retakan – retakan.

2. Dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata

lingkungan

3. Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.

4. Membutuhkan persiapan kerja yang lama dan banyak.


5. Banyak mengunakan penyanggah kayu sehingga dapat menyebabkan

kebakaran dan penimbunan gas–gas beracun dari proses pembusukan

kayu penyanggah.

Gambar :3.1.3Top Slicing

2. Sub Level Caving

Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan yang mirip top

slicing tetapi penambangan dari sub level artinya penambangan dari atas ke

bawah dan setiap penambangan pada suatu level dilakukan lateral atau

meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih antara dua sub level

ditambang dengan cara meruntuhkan atau mengambrukkan.

Suatu tumpukan bekas penyanggah (timber mat) akan terbentuk di

bagian atas dari ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang

pecah dari lapisan penutup di atasnya.


Metode ini cocok untuk endapan – endapan bijih yang memiliki sifat

seperti berikut :

1. Bentuk endapan tidak homogen

2. Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi bongkahan

–bongkahan dan akan menjadi penyanggah batuan terhadap timber di

bawahnya.

3. Kekuatan bijih lemah tetapi batuan tidak runtuh untuk beberapa waktu

dengan penyanggahaan biasa tetapi endapan ini akan runtuh bila

penyanggaan ini diambil.

Sub Level Caving merupakan salah satu metode penambangan untuk

tambang bawah tanah yang berproduksi besar, tetapi cukup berbahaya.

Umumnya kecelakaanyang terjadi yaitu tertimpa oleh penyanggah sendiri.

Keuntungan Sub Level Caving:

1. Cara penambambangannya agak murah.

2. Tidak ada pillar yang di tinggalkan

3. Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan

penyanggah kayu sedikit, kecuali pada endapan – endapan sulfida.

4. Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.

5. Bisa mengadakan pencapuran dengan memilih penambangan dari

berbagai lombong yang berbeda kadarnya.

6. Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih,

sehingga sekaligus dapat berproduksi.


Kerugian sub level caving:

1. Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selective mining), karena

tak dapat ditambang bagian demi bagian.

2. Perolehan tambang tidak terlalu tinggi.

3. Dillution sering terjadi sampai 10 % .Bila dillution harus rendah

maka mining recoverynya juga menurun.

4. Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu

banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke

metode lain.

Gambar :3.1.4 sub level caving

3. Blok Caving

Block Caving merupakan suatu cara penambangan yang dimulai dengan

membuat suatu “undercat” terhadap suatu blok endapan bijih. Sebelum

undercat diruntuhkan, harus disanggah dulu memakai pillar kemudian pillar ini

di buang, maka blok akan runtuh secara perlahan– lahan.


Corongan bijih ore chute harus banyak, agar pengambilan bijih yang pecah

(broken ore) dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur,

sehingga kemungkinan terjadinya pengotoran (dillution) karena bercampurnya

bijih dengan lapisan penutup dapat dibatasi atau dikurangi.

Metode ini cocok untuk endapan bijih yang memilki sifat seperti berikut:

1. Bentuk endapan homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih.

2. Kekuatan bijih lemah sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat

dipisahkan dari block di sebelahnya.

3. Kekuatan batuan samping lemah, sehingga mudah pecah menjadi bongkah

– bongkah yang lebih besar dari pada bongkah bijih, dimana tekanannya

akan membantu memecah endapan bijih di bawahnya.

4. Kemiringan endapan tidak menjadi soal, tetapi jika berbentuk urat bijih

sebaiknya memiliki kemiringan > 65°.

5. Kadar bijih tidak perlu bernilai tinggi.

Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan pada bijih yang

berukuran besar, dan akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas

antara endapan bijih dan lapisan penutupnya teratur, tidak banyak kantung bijih

(pockets) “ore shoot”, “off shoot”, dll.

Keuntungan blok caving:

1. Pekerjaan persiapan penambangan hanya terjadi pada permulaan saja,

setelah ambrukan berjalan, maka pekerjaan persiapan umumnya sudah

berakhir.

2. Keamanan karyawan lebih terjamin, kecuali perawatan pada “draw point”.


3. Dapat berproduksi besar, dan hanya memerlukan sedikit pemboran,

peledakan serta penyanggah, jadi dapat menekan ongkos penambangan.

4. Ventilasi lebih baik, apalagi bila rekahan–rekahan di antara bijihnya yang

pecah itu tidak tertutup oleh partikel–partikel halus, jadi biasa terjadi

ventilasi alam.

5. Produksi terpusat pada “draw point” dan draw point terkumpul pada

“grizzly level”, sehingga produksi mudah terkontrol.

Kerugian blok caving :

1. Membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama pada tahap pertama
persiapan penambangan.
2. Perawatan “draw point” dan saluran–saluran yang dilalui bijih (ore passes)
umumnya sulit dan mahal.
3. Penggotoran sering terjadi terutama menjelang akhir penambangan,
sehingga perolehan tambang rendah.
4. Cara penambangan ini sukar diubah ke sistem penambangan yang lain dan
produksi tidak dapat dihentikan terlalu lama, karena dapat menyebabkan
macetnya proses penurunan.
5. Ukuran “broken ore” tidak dapat dikontrol.

Gambar :3.1.5 block caving


3.1.3.Tahapanpersiapan pertama

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah pembuatan room

diantara pilar tujuan nya yaitu untuk membuat lubang bukaan sebagai jalan

masuk ke lapisan batubara serta membuat pilar-pilar yang nantinya diambil pada

tahap kedua kegiatan.

Penyanggan yang dilakukan pada lubang bukaan ini dapat berupa

penyangga kayu, penyangga besi/ baja ataupun baut batuan pemilihan penyangga

yang tepat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jenis dan besarnya gaya

yang bekerja pada penyangga setelah dipasasang, lama pengunaanlubang bukaan

kondisi khusus yang memerlukan penyangga khusus serta faktor ekonomi yang

tidak mengabaikan keselamatan.

System ventilasi pada kegiatan tahapan pertama ini cukup rumit, karena

pada tahapan ini banyak terbentuk lubang buntu sehingga memerlukan sistim

ventilasi tersendiri, maka dari itu dalam tahapan kegiatan pertama ini

membutuhkan peralatan bantu peranginan seperti mesin angin bantu dan pipa

angin bantu.

3.1.3.1 Tahapan kedua

Tahapan kedua kegiatan metoda penambangan room and pilar adalah bila

dilakukan pengambilan pilar, pilar ini dapat diambil dengan cara open end

pocket, wing dan splitting.

Pada aopen end pilar-pilar dibagi menjadi beberapa bagian dimana

penambangan dilakukan dari satu pilar ke pilar lainnya ( tetapi tidak mengambil
satu pilar secara keseluruhan sekaligus). Daerah dari sebagian pilar yang terambil

akan runtuh dan menimbulkan open end dengan demikian semua pilar terambil .

Sedangkan pada pocket dan wing hampir sama dengan cara splitting, akan tetapi

pembagian nya bentuk menyudut seperti saku sehingga pilar sehingga pilar yang

tersisa berbentuk seperti sayap yang berfungsi sebagai penyangga selama

pengambilan dan nantinya juga ikut di ambil, sehingga terjadi runtuhan di daerah

bekas pilar tersebut.

Sistem ventilasi pada tahap kedua ini hapir sama seperti ventilasi tahap

pertama akan tetapi pada tahap ini kemungkinan udara melewati daerah runtuhan

sehingga diperlukan penanganan tersendiri, sperti penggunaan bloder sebagai

jalan udara. Setelah menembus daerah runtuhan untuk mencegah hal yang tidak

dinginkan seperti terjadinya swabakar batubara karena udara tercampur dengan

gas methan yang terakumulasi.

Metode room and pilar baik diterapkan pada lapisan batubara yang dip

lapisan nya tidak melebihi 30o, serta lapisan batuan sekitarnya memiliki kekuatan

yang tnggi. Keuntungan dari metoda ini yaitu dapat menambang dengan selektif

dengan cara meninggalkan lapisan pengotor sebagaipenyangga dan kerugian nya

yaitu menyulitkan dalam melakukan sisitim ventilasi, maka dari situ perlu

diaalkukan sisteim ventilasi yang baik dan melakukan pengkajian secara berskala.
3.2. Ventilasi Tambang

Ventilasi tambang merupakan suatu usaha yang dialakukan untuk

mengalirkan udara bersih ke sepanjang jalan udara, tempat bekerja serta tempat-

tempat tertentu pada tambang bawa tanah sesuai dengan kebutuhan yang telah

diperkirakan/direncanakan dari segi kuantitas maupun kualitasny.

Pada dasarnya sistem pada tambang bawah tanah adalah suatu sistem yang

unik, karena mengkombinasikan berbagai metode penambangan,

ventilasi supporting hingga kegiatan yang kompleks.Tambang bawah tanah bagi

sebagian orang merupakan seni dalam mengekstrak mineral dari perut bumi.Dan

salah satu hal yang sangat esensial dalam tambang bawah tanah adalah sistem

ventilasi.

Pembuatan ventilasi ini bertujuan agar para pekerja di dalam tambang

tidak kehabisan udara segar. Karena dapat menyebabkan hilangnya nyawa para

pekerja, oleh karena itu perlunya pengaturan ventilasi yang sesuai dengan

kebutuhan yang memberikan jaminan suplai udara yang memadai dan dapat

bekerja dengan optimal

Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi

peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah.Pada tambang

bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan

pernapasan manusia (pekerja) dan juga untuk menetralkan gas-gas beracun,

mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam udara tambang dan untuk

mengatur temperatur udara tambang sehingga kaan tercipta kondisi kerja yang

aman dan nyaman.


3.2.1.TujuanVentilasi Tambang

Sistem ventilasi merupakan metode aplikasi dari prinsip fluida dinamik

(dalam hal ini udara) terhadap laju udara pada bukaan tambang bawah

tanah.Sistem ventilasi ini diperlukan tidak hanya untuk memberikan asupan udara

bersih bagi pekerja tambang tapi juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut.

Pada dasarnya, sistem ventilasi tambang bawah tanah ini memiliki tiga fungsi

umum, yaitu :

1. Sebagai kontrol kualitas dan kuantitas udara, yaitu menyediakan dan

mengalirkan udara segar ke dalam tambang untuk kebutuhan pernafasan

pekerja dan proses lain yang ada di dalamnya, termasuk debit dan tekanan.

2. Melarutkan dan membuang gas-gas pengotor hingga mencapai

kondisi balance (equilibrium) terutama setelah aktivitas peledakan dan

memenuhi syarat bagi aktivitas penambangan.

3. Menyingkirkan debu dan partikuler hingga berada di bawah nilai ambang

batas (NAB) dan aman untuk melaksanakan aktivitas tambang.

4. Mengatur (adjustment) temperatur, kelembaban di dalam tambang

sehingga memberikan kondisi yang nyaman untuk bekerja.

3.2.2. Prinsip Ventilasi Tambang

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawa tanah berlaku

prinsip aliran udara tambang yaitu :

1. Aliran udara yang bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ke

tekanan yang lebih rendah.

2. Udra akan mengalir dari tempat bertemperatur lebih rendah ke

tempat temperature yang lebih tinggi.


3. Udara lebih banyak mengalir melalu jalur-jalur ventilasi yang

memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan tahanan

yang lebih besar.

4. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfer,bisa

positif(blowing) atau negatif ( exshausting)

5. Hokum –hukum mekanika fuida akan selalu dipergunakan

dalam perhitungan ventilasi tambang.

3.2.3. Pengertian Udara Tambang

Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfir dengan emisi

gas-gas dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya.

Parameter kualitas udara meliputi gas, debu, temperatur serta kelembaban

udara.

Standar udara yang bersih adalah udara yang mempunyai komposisi sama

atau mendekati dengan komposisi udara atmosfir pada keadaan normal. Udara

segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari Nitrogen, Oksigen,

Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain. Komposisi udara segar dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Komposisi Udara Segar

Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)


Nitrogen (N2) 78,09 75,53
Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida CO2) 0.03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284
(sumber : Hartman, 1982)
Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal

terdiri dari

Nitrogen = 79 % dan

Oksigen = 21 %

Disamping itu selalu dianggap bahwa udara segar akan selalu mengandung

karbondioksida ( CO2) sebesar 0,02 %.

Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang selalu

mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar benar kering. Oleh

karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

3.2.4. Pengendalian kualitas Udara Tambang

Pengendalian kualitas udara tambang meliputi pengendalian kandungan

gas dalam udara, debu yang dihasilkan akibat proses penambangan, temperatur

dan kelembapan udara di dalam tamang sehingga udara dalam tambang tetap

bersih dan segar. Kebutuhan udara segar utuk Pengendalian kualitas udara

tambang ini didasarkan kepada kebutuhan udara unrtuk pernafasan manusia

menghilangkan atau menurunkan gas pengotor dan debu tambang sehingga

kadarnya tidak melewati batas maksimum yang diperkenankan.

3.2.5. Penyedian Kebutuhan Udara Bersih Minimum

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum

didasarkan kepada Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani


(1992) dan Mark (1991) serta patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering

digunakan dalam perhitungan ventilasi tambang.

1. Menurut Surat Keputusan Mentamben RI

No.555.K/26/MPE/1995 Pasal 369 Mengenai Ketentuan

Umum pada tambang bawah tanah yaitu :

“Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya

aliran udara bersih yang cukup untuk semua tempat kerja

dengan ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari 19.5

persen dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5

persen”.

2. Pekerja/Orang

Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang,

sedangkan menurut tempat kerja yang ada asap dan debu nya

sesuai standar OSHA (Occupational Safety and Health

Administration) manusia memerlukan udara segar 0,1 m3/s per

orang atau 211 cfm, PT. Antam, Tbk UBPE Pongkor

menggunakan standart 200 cfm/orang.

3. Peralatan

Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106

cfm) untuk setiap HP diesel yang dioperasikan, sedangkan

menurut patokan kebiasaan dibutuhkan antara 100 s.d 200 cfm

untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.

4. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus

dipertahankan antara 18 derajat celcius sampai dengan 24


derajat Celcius dengan kelembaban relatif maksimum 85

persen.

5. Kondisi ventilasi ditempat kerja harus:

Untuk rata-rata 8 jam

1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;

2) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan

3) Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04

persen

6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus

sekurang-kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan

kecepatan

7. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration),

kehilangan udara dari sistem ventilasi yang diijinkan adalah

maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara segar yang

diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan

memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum yang

diperkenankan dan berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang

diijinkan dalam udara.


Tabel 3.2 Laju Pernafasan Dan Kebutuhan Oksigen Dalam Pernafasan Manusia

Kecepatan Udara terhirup O2 terkonsumsi Perbandingan

pernafasan permenit dalam cfm ( x 10- volume

Aktifitas kerja permenit in3 menit atau ( 4


m3/detik) CO2dengan

x 10-4m3/detik) O2 selma

pernafasan

Istirahat 12 -18 300 – 800 0,01 0,75


(0,82 – 2,18) ( 0,47)
Kerja sedang 30 2,800 – 3.600 0,07 0,90
( 7,64 – 9,83) ( 3,3 )
Kerja keras 40 6,000 0,1 1,00
(16,4) ( 4,7)

Dari tabel di atas dapat ditentukan perhitungan untuk menentukan jumlah

udara yang di butuhkan seseorang untuk bernafas ( Hartman,H L, 1982 ) yaitu

a. Berdasarkan Kandungan oksigen (O2) minimum yaitu 19,5 %

Maka jumlah udara yang dibutuhkan Q ( cfm)

Pada saat bernafas oksigen akan berkurang sebanyak 0,1 cfm sehingga akan

diperoleh persamaan untuk jumlah oksigen ( O2) sebagai berikut. :

Jumlah O2dalam
= Jumlah O2 untuk
= Jumlah O2 minimum
udara masuk pernapasan untuk pernapasan

1) bekerja keras

Quantitas udara yang di konsumsi oleh pekerja keras ( 4,7 x 10-


5
m3/detik)

0,21 Q – ( 4,7x 10 -5m3/detik) = 0,195 Q


(0,21 - 0,195 )Q = 4,7 x 10 -5m3/detik

0,015Q =4,7 x 10 -5m3/detik

Q = 3,2 x 10 -5m3/detik

= 0,19 m3 / mnt ( 6,7 cfm )

b. Berdasarkan Kandungan oksigen CO2minimum yang diizinkan

yaitu 0,5 % jiak nilai angka untuk pernafasan = 1,0 maka jumlah

CO2pada pernafasan akan bertambanh sebanyak 1,0 x 0 ,1 = 1 cfm

dengan demikian akan diperoleh persamaan :

Jumlah O2dalam Jumlah O2 untuk Jumlah O2 minimum


udara masuk
= pernapasan
= untuk pernapasan

0,0003 Q + ( 4,7x 10 -5m3/detik) = 0,003 Q

(0,005 - 0,0003 )Q = 4,7 x 10 -5m3/detik

0,0047Q = 4,7 x 10 -5m3/detik

Q = 0,01 m3 / 21,3 cfm

3.2.6. Kandungan Oksigen Dalam Tambang

Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk kehidupan

manusia. Pada pernapasan manusia akan menghirup oksigen yang kemudian

bereaksi dengan butiran darah ( heamoglobine ) menjadi oksiheamoglobin ang

akan mendukung kehidupan. Dalam udara normal kandungan oksigen (O2 ) adalah

21 % dan udara dianggap layak untuk suatu pernapasan apabila kandungan

oksigen tidak bisa berkurang dari 19,5%.


Banyak proses–proses yang terjadi di alam yang menyebabkan kandungan

oksigen dalam udara terutama untuk udara tambang bawa tanah peristiwa

oksidasi, pembakaran pada mesin bakar dan pernapasan oleh manusia merupakan

contoh dari proses pengurangan kandungan oksigen kandungan oksigen (O2)

dalam udara juga berkurang pada keadaan ketinggi ( altitude ) yang makin tinggi

kekurangan oksigen dalam udara yang digunakan bagin pernapasan akan

berpengaruh terhadap keadaan fisikologi manusia seperti pada tabel berikut. :

Tabel 3.3. Efek Kekurangan Oksigen Terhadap Kondisi Fisik Manusia

Kandungan O2 (%) dalam udara Efek ( pengaruh )

17 Laju pernafasan menjadi lebih cepat


( sama dengan di ketinggian 16000m)
15 Terasa pusing suara mendesing dalam
telingga dan jantung berdenyut lebih cepat
13 Mulai kehilangan kesadaran

9 Pucat dan jatuh pingsan

7 Sangat menbahayaka kehidupan


( terancam mati )
6 Kejang–kejang dan kematian

3.2.6. Gas-Gas Pengotor Dalam Tambang

Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah

tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang

maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam

tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat gas racun, yakni; gas yang
bereaksi dengan darah dan dapat menyebabkan kematian. Gas – gas pengotor

tersebut adalah :

a. Karbondioksida (CO2).

Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan

bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu

terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal

kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul

pada bagian bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran

ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua.

Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari

lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan CO2 = 0,5 %

laju pernafasan manusia mulai meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju

pernafasan menjadi dua kali lipat dari keadaan normal, dan pada kandungan CO2

= 5 % laju pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia

hanya dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut

dengan ‘blackdamp’.

b. Metana (CH4).

Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara

dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas

metana dengan udara disebut ‘tiredamp’. Apabila kandungan metana dalam udara

tambang bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus

dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan

karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan udara.


Metana merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses pembatubaraan terjadi maka gas

metana terbentuk bersama-sama dengan gas karbondioksida. Gas metana ini akan

tetap berada dalam lapisan batubara selama tidak ada perubahan tekanan padanya.

Terhadap kandungan gas metana yang masih terperangkap dalam suatu lapisan

batubara dapat dilakukan penyedotan dari gas metana tersebut dengan pompa

untuk dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam methane drainage’

Banyak gas methan yang timbul akibat pengalian permenitnya dapat ditetntukan

dengan rumus :

QCH4 = α x W d x I x Wo x Y

4320

Dimana QCH4 = emisi gas methan m3/ menit

α = faktor penggalian untuk satu penggalian α 2 + zi (< 4)

dimana Z merupakan panjang perpotongan

W = kecepatan kemajuan penggalian yang dilakukanperbulannya

( m/ bulan )

d = ketebalan lapisan batubara ( meter )

I = kedalaman penggalian ( meter )

Wo = kandungan methan dalam kandungan batubara ( Ton/m3)

ϒ = densitas batubara ( Ton/m3)

Dari rumus di atas maka dapat ditulis rumus sederhana pembebasan

methan pada lapisan batubara karena penggalian batubara yaitu :

QCH4 = ( produksi batubara per jam ) x ( kandungan gas methan dalam batubara)
Adapun nilai ambang batas (NAB) maksimum methan pada udara tambang adalah

1% sehingga bila melebihi batasan itu perlu memerlukan pendilusian dengan

sejumlah udara jumlah udara yang dibutuhkan untuk pendilusian itu dapat

ditentukan dengan rumus untuk pendilusian berbahaya, yaitu:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑏𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔


Q = 𝑁𝐴𝐵 𝑔𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 .....................................(3.2)

c. Karbon Monoksida (CO2).

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan

pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat

kematian yang tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap

haemoglobin darah, sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan

segera bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni

tubuh lewat darah.

Aktifitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove,

1954) mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan

haemoglobin. Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar,

proses peledakan dan oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida merupakan

gas beracun yang sangat mematikan karena sifatnya yang kumulatif. Gas CO pada

kandungan 0,04 % apabila terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit

perasaan tidak enak, dua jam dapat menyebabkan rasa pusing dan tiga jam

menyebabkan pingsan, lima jam dapat menyebabkan kematian. Kandungan gas

CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part per milion). Sumber CO yang sering

menyebabkan kematian adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang juga
gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih ringan dari berat jenis

udara sehingga selalu terapung dalam udara.

d. Hidrogen Sulfida (H2S).

Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau

telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan hasil

dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit

lebih berat dari udara. Nilai ambang batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-

Time Weighted Average) yang diperkenankan umtuk pemaparan sebesar 10 ppm

pada waktu selama 8 jam sehari.

Untuk waktu singkat (TLV-STEL/ Treshold Limit Value – Short Term

Exposure Limit) tidak diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas

H2S mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan

dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman.

e. Sulfur ioksida (SO2).

Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar.

Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung dan tenggorokan.

Nilai ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada

waktu terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.

f. Nitrogen Oksida NOX).

Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’, namun pada

keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang

sangat beracun.Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil

peledakan dan gas buang dari motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5
ppm.Oksida nitrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan

kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-

paru apabila terhirup oleh manusia.

Adapun ciri-ciri dari nitrogen oksida NO2 adalah :

 Spesifik grafity = 1,529

 Sumber = dari mesin diesel, mesin gasolin,

peledakan dan pemberhentian listrik.

 Dampak kehidupan = berbaha bila terdapat dalam jumlah yang

cukup besar

 Merupakan gas yang berwarna coklat kemerah-merahan

 Bukan merupakan gas yang sangat beracun

g. Gas Pengotor Lain.

Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas

Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang

biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu

merupakan pengotor udara tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya

cukup tinggi, karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.

Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari

aktivitas penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, pemuatan,

dan pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan

berdasarkan kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.


Tabel 3.4.Sifat Bermacam Gas
Nama Sim Berat Sifat fisik Pengaruh Sumber Ambag Ambang Kisar
Bol Jenis Utama batas batas ledak
Udara TLU- TLU-C
=1 TWA (%)
(%)

Oksign O2 1,1056 Tdk berwarna Bukan Udara normal


tdk racun tdk
berbau,tdk berbahay
ada rasa a
Nitrgen N2 0,9673 Tdk Bukan Udara normal
berwarna, Racun lapisan
tdk tapi
berbau,tdk Menyesak
ada rasa Kan
KarboD CO2 1,5291 Tdk Sesak Pernafasan,l 0,5
ioksida berwarna, nafas apisan,motor
tdk berkering bakar,peleda
berbau,rasa at kan
agak asam
Methan CH4 0,5545 Tdk Menyesak Lapisan, 5 –15
berwarna, kan motor bakar,
tdk nafas peledakan
berbau,tdk dapat
ada rasa meledak
Karbon CO 0,9672 Tdk Racun Nyala 0,005 12.5
Monok berwarna, dapat api,peledaka – 74
sida tdk meledak n,motor
berbau,tdk bakar,
ada rasa oksidasi
Hidroge H2S 1,1912 Tdk Racun Lapisan air 0,001 4 –44
n berwarna, dapat tanah,pele
sulfida bau telur meledak dakan
busuk, rasa
asam
Sulfur SO2 2,2636 Tdk Racun Pembakaran 0,0005
Dioksi berwarna, sulfida,motor
da bau bakar
mangganggu
, rasa asam
Nitroge NO2 1,5895 Bau tajam, Racun Peledakan,m 0,0005
n N2O warna coklat, otor bakar
Oksida rasa pahit
Hidroge H2 0,0695 Tdk Dapat Air pada 4– 74
n berwarna, meledak api,panas
tdk bateray
berbau,tdk
ada rasa
Radon RA 7,665 Radio lapisan IWL ? -
aktif
3.2.7. Pengukuran Pengecekan Gas-Gas Dalam Tambang.

Dalam pengecekan ataupun mendeteksi kandungan gas-gas dalam dalam

tabambang. Baik itu gas yang diperluan ( oksigen ), gas pengotor ataupun gas

bebahaya dapat dilakukan dengan beberapa macam alat yang umum

digunakan,yait :

A. Drager multi detector

Suatu alat untuk mengukur kandungan gas karbon monoksida

(CO)2 methan (CH)4 oksigen (O2) (H2S) dima cara pengukurannya adalah

dengan mengihsap udara tambang melalui dragger multi detector yang

telah dipasang tube indekator diujung penghisapnya, sehingga udara

masuk melalui tube indicator tersebut.

B. Methan detector

Keberadaan gas methan juga dapat di ukur dengan

mempergunakan alat pengukur methan detector.Diman methan terukur 0-

15 % pada pengukuran methan, alat ini ditempatkan diman methan

dicurigai berakumulasi (ditempatyang lebih tertinggi) dan terbaca

kandungan methan tersebut dengan skala petunjuk.

C. Safty lamp

Safty lamp dipergunakan untuk mengetahui kandungan oksigen

dan methan pada udra tambang. Alat ini berbbahan bakar bensin atau

naftalena dimana nyala api berwarna biru

Cara pengukur adalah dengan mengamati nyala pada alat,karena

api selalu membutuhkan oksigen. Semakin kecil kandungan oksigen pada

udara, maka nyala api akan semakin kecil, dan akan mati bila kandungan
oksigen hanya 16% pada pengukuran methan, nyala api akan semakin

besar bila kandungan methan meningkat dan akan terjadi letupan bila

methan 4%.

3.2.6. Pengendalian Gas-Gas Pengotor.

Beberapa cara pengendalian berikut dapat dilakukan terhadap gas

pengotor pada tambang bawah tanah :

1. Pencegahan

a. Menerapkan prosedur peledakan yang benar.

b. Perawatan motor bakar.

c. Pencegahan terhadap adanya api, dll.

2. Pemindahan (removal)

a. Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan.

b. Penyaliran melalui lubang pengeluaran.

c. Penggunaan ventilasi isap lokal.

3. Absorbsi (Absorbtition)

a. Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin.

b. Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan.

4. Isolasi (Isolation)

a. Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar atau sudah tidak

dikerjakan.

b. Penggunaan waktu-waktu peledakan pada saat antar gilir atau waktu-waktu

tertentu.
5. Pelarutan

a. Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi bantu.

b. Pelarutan dengan menggunakan percikan air.

c. Pelarutan lokal dengan menggunakan percikan air.

3.2.7. Temperatur Tambang.

Pengaturan temperatur dalam tambang, bertujuan untuk

menghasilkan udara segar dan nyaman. Panas udara dalam tambang harus

dipertahankan pada batas tertentu, sehingga manusia dapat bekerja dengan

efisiensi kerja yang tinggi. Dalam keadaan normal, udara tidak pernah dalam

keadaan kering tetapi selalu mengandung kadar air. Maka parameter yang diukur

untuk menentukan keadaan udara tersebut adalah,

Temperatur udara sangat mempengaruhi kenyamanan bagi pekerja yang

berada pada tambang bawah tanah, karena udara diperlukan pula untuk

pendinginan panas tubuh.

Parameter temperatur terdiri dari :

a) Dry bulb temperatur (td)


b) Wet bulb temperatur (tw
c) Temperatur efektif (te)

Temperatur efektif merupakan suatu standar suhu untuk mengetahui

kenyamanan lingkungan kerja tambang. Penentuannya dapat dilakukan secara

grafis dengan menggunakan variabel temperatur cembung kering (td), temperatur

cembung basah (tw) dan kecepatan aliran udara. Temperatur efektif akan

mempengaruhi efesiensi kerja.


Temperatur udara diukur menggunakan PsychometerPada alat tersebut

terdapat dua buah termometer dalam skala derajat Celcius yang diletakkan

berdampingan pada bingkai kayu. Fungsinya untuk mengukur temperatur

cembung kering (Dry Bulb Temperature) yang menunjukkan panas sebenarnya

dan temperatur cembung basah (Wet Bulb Temperature) yang menunjukkan

temperatur pada saat terjadinya penguapan air. Pengukuran temperatur dilakukan

pada stasiun yang sama pada saat pengukuran kecepatan aliran udara.

Gambar 3.1.6Psycometer

3.2.7. Kelembaban Relatif (  )

Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara tekanan uap dari

udara pada suatu keadaan tidak jenuh dengan tekanan uap udara pada keadaan

jenuh, pada keadaan temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dihitung

dengan menggunakan pendekatan rumus :

Keterangan :
 = Rh = kelembaban relatif (%)

Ps = harga tekanan uap jenuh pada td (in.Hg)

Ps’ = harga tekanan uap jenuh pada tw (in.Hg)


Pb = tekanan barometer (in.Hg)

Pv = tekanan uap jenuh (in.Hg)

T = temperatur (oF)

W = specific humidity (lb/lb.da)

V = specific volume (ft3/lb)

w = densitas udara (lb/ft3)

Dalam perhitungan densitas udara dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan rumus :

Pa = (Pb – Pv) in.Hg


T = (460 + o C) o R

W = specific humidity (lb/lb.da)

V = specific volume (ft3/lb)

w = densitas udara (lb/ft3)

Batas kelembaban relatif yang diperkenankan untuk tambang bawah

tanah adalah tidak lebih dari 85 % dan nilai dapat ditentukan secara grafis dengan

menggunakan grafik temperatur efektif

3.2.8. Klasifikasi Debu Tambang.

Klasifikasi Debu

Klasifikasi debu pada dasarnya dapat dibedakan menurut

tingkat bahayanya terhadap fisik dan kemampuan ledakannya. Berikut

ini klasifikasi debu berdasarkan tingkat bahayanya, yaitu :

a) Debu fibrogenik
Merupakan debu yang berbahaya terhadap pernafasan, seperti silika

(kuarsa dan chert), silikat (asbestos, talk, mika dan silimanit), meal

fumes (asap logam), bijih timah, bijih besi, karborondum dan

batubara (anthrasit, bitumineous).

b) Debu karsiogenik

Contohnya kelompok radon, asbestos dan arsenik.

c) Debu beracun

Merupakan debu yang mengandung racun yang berbahaya terhadap

organ dan jaringan tubuh, seperti bijih berilium, arsenik, timah

hitam, uranium, radium, thorium, khromium, vanadium, air raksa,

kadmium, antimoni, selenium, mangan, tungsten, nikel dan perak

(khususnya oksida dan karbonat).

d) Debu radioaktif

Merupakan debu yang berbahaya karena radiasi sinar alpha dan

sinar beta, seperti bijih uranium, radium dan thorium.

e) Debu yang dapat meledak (terbakar di udara)

Contohnya debu logam (magnesium, alumunium, seng, timah dan

besi), batubara (bituminous dan lignit), bijih sulfida dan debu

organic.

f) Debu pengganggu

Contohnya gypsum, gamping dan kaolin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa jauh pengaruh dan

bahaya debu bagi kesehatan manusia antara lain:

a) Komposisi kimia dan mineralogi debu


Ditinjau dari tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan, komposisi

mineralogi lebih penting dibandingkan komposisi kimiawi dan

fisiknya. Atau silika bebas (Si) lebih berbahaya daripada senyawa

silika (SiO2) terhadap paru-paru.

b) Konsentrasi

yaitu banyaknya partikel debu yang dinyatakan dengan dua cara,

yaitu :

1)) Atas dasar jumlah, satuannya adalah mppcf (million of particles

per cuft) atau ppcc (particles per cubic centimeter).

2)) Atas dasar berat, satuannya adalah mg/m3

Faktor konsentrasi merupakan faktor terpenting kedua setelah

komposisi. Secara umum debu dapat membahayakan paru-paru

jika konsentrasi lebih besar dari 0,5 mg/m3.

c) Ukuran partikel

Partikel debu yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron berbahaya,

karena luas permukaannya besar dengan demikian aktifitas

kimianya pun besar. Selain itu debu halus tergolong debu yang

dapat dihirup karena tersuspensi di udara.

d) Waktu kontak

yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan seseorang berhubungan

dengan lingkungan yang mengandung debu.

e) Daya tahan tubuh perorangan

Faktor ketahanan individu terhadap bahaya debu sampai saat ini

merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi.


Untuk mengurangi konsentrasi debu dan mencegah timbulnya

debu secara berlebihan pada kegiatan penambangan, perlu dilakukan

langkah-langkah pengendalian debu diantaranya :

a) Melakukan pengukuran kadar debu.

b) Menggunakan penyemprot air (water sprayer) pada saat

penggalian.

c) Melakukan operasi penambangan yang baik dan benar serta

mencegah terbentuknya debu secara berlebihan.

d) Mengurangi debu dengan membersihkan debu yang mengendap

dan membersihkan udara dari debu dengan alat pengumpul debu

(dust colector).

e) Pengenceran (dilution) dengan memasukkan udara segar

secukupnya ke tempat-tempat sumber debu menggunakan kipas

angin bantu.

Kecepatan udara yang efektif untuk pengendalian kualitas

udara di setiap permuka kerja minimum 0.25 – 0.5 m/detik. Kecepatan

udara yang terlalu tinggi dapat menaikkan debu yang telah mengendap,

oleh sebab itu kecepatan udara maksimum di tempat kerja antara

1.52 – 2 m / detik yang disesuaikan dengan kondisi setempat.


3.2.9. Sumber Panas Dalam Terowongan

1. Pemampatan Udara (Autocompression)

Proses aliran udara masuk (intake air) dari luar masuk kedalam

tunnel/shaft/vertical opening akan menimbulkan panas.

2. Pemakaian Peralatan Mekanis dan Penerangan

Peralatan yang dipakai di tambang bawah tanah (Dosco,AM-50,bor)

apabila dioperasikan akan menimbulkan panas, selain itu penerangan

yang digunakan didalam tambang bawah tanah (lampu tambang,lampu

neon di junction) akan mengeluarkan panas.

3. Panas Batuan (Geothermal Gradient)

Temperature (kering) bawah permukaan akan meningkat seiring dengan

kedalaman lubang bukaan yang dibuat. Setiap jenis batuan mempunyai

derajat panas yang berbeda (virgin rock temperature), contoh : Coal

Mine UK (1,8 – 4,0)0C/100mtr, Anaconda Copper Montana (4,6 –

6,0)0C/100mtr.

4. Sensible Heat Flow

Panas dari dinding batuan yang ditransfer kedalam aliran ventilasi pada

lubang bukaan.

5. Panas Dari Peledakan (Blasting)

Panas peledakan merupakan panas singkat yang akibatnya bisa membuat

lingkungan udara di front kerja menjadi relatif lebih panas dari pada

tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran udara dapat berbalik kembali

ke front kerja, tempat dimana peledakan baru saja terjadi.

Konsekuensinya debu akibat bongkaran batuan tidak terbawa keluar.


6. Human Metabolism (Respirasi)

Panas yang dikeluarkan tubuh pada saat bekerja karena adanya proses

proses respirasi.

7. Oksidasi

Panas yang timbul karena terjadinya proses oksidasi didalam tambang

bawah tanah,contoh: oksidasi pada batubara (spontaneous combustion)

dan timber/kayu.

8. Pergeseran Batuan (Rock Movement)

Pergeseran batuan yang diakibatkan karena adanya gangguan geologi

(fault, amblegan/subsidence, atap runtuh ) akan menimbulkan panas.

9. Pemompaan Air (Pipelines)

Pada proses pemompaan air tambang akan timbul panas yang

diakibatkan adanya gesekan antara air yang dipompa dengan pipa.

Tabel 3.5.Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak

Bahan Peledak Btu/lb Q(kJ/kg) Q(kal/gram)

Nitroglycerin 2555 5943 1420

60 % Straight Dynamite 1781 4143 990

40 % Straight Dynamite 1673 3891 930

100 % Straight Gelatin 5219 5859 1400

75 % Straight Gelatin 2069 4812 1150

40 % Straight Gelatin 1475 3431 820

75 % Amonia Gelatin 1781 4142 990


40 % Amonia Gelatin 1439 3347 800

Semi Gelatin 1691 3933 940

AN-I-o 94.5/5.5 1601 3724 890

AN-FO 94.3/5.7 1668 3880 927

AN-AL-Water 1979-2159 4603-5022 1100-1200

3.2.10. Sistim Ventilasi tambang

Sistem ventilasi tambang bawah tanah dapat dibedakan ke dalam dua

macam sistem yaitu sistem ventilasi alami (natural ventilation sistem) dan sistem

ventilasi mekanis (mechanical ventilation sistem).

a. Sistem Ventilasi Alami (Natural Ventilation Sistem)

Ventilasi alami adalah suatu sistem ventilasi yang mengalirkan

udara ke dalam tambang dengan memanfaatkan keadaan dan tenaga

alam. Mengalirnya udara disebabkan karena adanya perbedaan tekanan

antara jalan udara masuk dengan jalan udara keluar. Perbedaan ini

harus cukup besar agar dapat mengatasi adanya gesekan belokan dan

perubahan penampang pada aliran udara di dalam tambang. Ventilasi

alami sangat tergantung dari perbedaan ketinggian bukaan serta

perbedaan temperatur di dalam dan di luar tambang. Makin besar

perbedaan tersebut maka tekanan ventilasi alam akan semakin besar

pula(Balai Diklat TBT, 2006). Arah aliran udara di dalam tambang

ventilasi alami dapat dilihat pada gambar 26 dibawah ini,

Apabila temperatur udara di dalam tambang lebih tinggi dari

temperatur udara di luar tambang (misalnya pada malam hari atau pada
saat musim hujan) maka tekanan udara di dalam tambang akan lebih

besar dari tekanan udara di luar tambang sehingga udara akan mengalir

dari titik P2 ke titik P1. Bila temperatur udara di dalam tambang lebih

rendah dari temperatur udara di luar tambang (pada siang hari atau

pada musim panas), maka tekanan udara di dalam tambang akan lebih

kecil daripada tekanan udara di luar tambang sehingga udara akan

mengalir dari titik P1 ke titik P2.

b. Sistem Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation Sistem)

Ventilasi mekanis adalah suatu sistem ventilasi yang

mengalirkan udara ke dalam tambang dengan menggunakan mesin

angin sebagai alat untuk memberikan perbedaan tekanan. Sistem

ventilasi ini dibedakan menjadi dua sistem (Balai Diklat TBT, 2006)

yaitu :

1) Sistem Hisap (Exhaust System)

Pada sistem ini mesin angin induk diletakan pada jalan

udara keluar. Dengan adanya isapan mesin angin ini, maka tekanan

udara di dalam tambang akan mengecil dan udara dari luar

tambang yang bertekanan besar akan masuk ke dalam tambang.

Setelah melalui tempat kerja maka udara akan menjadi kotor dan

dihisap oleh mesin angin untuk dialirkan keluar tambang.


GAMBAR 2.

Keuntungan sistem ventilasi mekanis sistem hisap adalah :

a) Jalan udara masuk dapat digunakan sebagai jalan angkutan

utama.

b) Aliran udara lebih mudah dikendalikan untuk menghindari

terjadinya swabakar (self combustion).

c) Relatif tidak menambah kelembaban udara di dalam tambang.

Kerugian sistem ventilasi mekanis sistem hisap adalah :

1) Kurang efektif jika digunakan untuk mengencerkan atau

mendilusikan gas-gas yang ada di dalam tambang.

2) Kurang optimal dalam menurunkan kadar debu dalam

tambang.

2) Sistem Hembus (Forcing System)

Pada sistem ini mesin angin utama diletakkan pada jalan

udara masuk. Mesin angin ini akan menekan udara ke dalam

tambang, sehingga udara mengalir melalui jalan-jalan udara di

dalam tambang.

Keuntungan sistem ventilasi mekanis hembus adalah :


1) Kecepatan angin yang dihasilkan akan semakin besar

sehingga lebih efektif bila digunakan untuk mengencerkan

gas-gas dan menurunkan kadar debu yang ada di dalam

tambang.

2) Udara yang dihembuskan adalah udara bersih sehingga dapat

menurunkan temperatur.

Kerugian dari ventilasi mekanis sistem hembus adalah :

1) Udara dari permukaan kerja yang mengandung gas dan debu

akan mengenai operator dan mesin pada arah balik dan

menyebar didalam lubang.

2) Kelembaban udara didalam tambang relatif meningkat.

3) Aliran udara akan lebih sulit dikendalikan, sehingga dapat

menyebabkan swabakar (self combustion).

c. Sistem Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)

Sistem ventilasi bantu sangat diperlukan pada tempat-tempat

yang tidak terjangkau oleh ventilasi induk. Ventilasi bantu ini biasanya

diperlukan pada pekerjaan persiapan atau pembuatan lubang maju.

Adapun tujuan dari sistem ventilasi bantu adalah :

1) Mengalirkan udara kelubang-lubang buntu baik pada pekerjaan

persiapan maupun penambangan.

2) Mengencerkan gas-gas dan menurunkan kadar debu tambang

pada tempat-tempat kerja sampai dibawah nilai ambang batas

yang diizinkan.

Sistem ventilasi bantu dapat dibedakan menjadi (NCB, 1978)


a) Sistem Hembus Sederhana (Simple Forcing Sistem)

Pada sistem ini udara bersih dihembuskan kepermukaan

kerja melalui pipa dengan kecepatan tertentu dan udara kotor dari

permuka kerja akan mengalir melalui lubang persiapan tersebut

(gambar 27). Sistem ventilasi ini biasanya digunakan pada

pembuatan lubang secara manual dengan pemboran dan peledakan.

Keuntungan dari sistem hembus sederhana ini adalah efektif untuk

mengencerkan gas-gas dan debu tambang. Sedangkan kerugian

dari sistem ini adalah udara kotor yang mengandung debu dan gas

tambang dari permuka kerja akan berbalik arah mengenai para

pekerja dan menyebar didalam lubang.

b) Sistem Hisap Sederhana (Simple Exhaust System)

Pada sistem ini udara kotor pada permuka kerja akan

dihisap oleh pipa angin sehingga udara bersih akan mengalir

melalui lubang persiapan kepermuka kerja (gambar 28). Sistem

peranginan ini biasanya digunakan untuk pembuatan lubang

persiapan secara mekanis, dimana kadar debu lebih dominan dari

kadar gas tambang. Keuntungan dari sistem hisap sederhana ini

adalah efektif untuk menghindari terjadinya penyebaran debu di

Permuka kerja dan dapat mengarahkan debu tambang tersebut.

Sedangkan kerugiannya adalah kurang efektif dalam

mengencerkan gas-gas tambang dan membersihkan asap pada

pembuatan lubang persiapan.


c) Sistem Kombinasi Hembus dan Hisap (Overlap System)

Pada sistem ini udara bersih dihembuskan kepermuka kerja dan

udara kotor yang berasal dari kegiatan dipermuka kerja dihisap

oleh mesin angin bantu yang dilengkapi dust colector. Sistem

kombinasi ini dibedakan menjadi dua :

1)) Forcing With Exhaust Overlap System

Sistem peranginan ini digunakan pada pembuatan lubang bukaan

secara mekanis dimana kadar gas-gas tambang lebih dominan dari kadar

debu tambang pada permuka kerja

2)) Exhaust With Forcing Overlap System

Sistem peranginan ini digunakan pada pembuatan lubang bukaan

secara mekanis dimana kadar debu tambang lebih dominan dari kadar gas-

gas tambang pada permuka kerja

Jenis pipa udara yang digunakan antara lain :

a) Unsupported flexible duct (flat play), jenis ini mempunyai

tahanan (resistance),dan kebocoran (leakage) yang kecil,

fleksibel tetapi tidak dapat digunakan untuk pipa isap karena

pipa mudah menciut(gambar 31).

b) “Semi rigid fabric duct” (flexaduct), jenis ini mempunyai

tahanan dan kebocoran yang besar, fleksibel, mudah dalam

penyambungan dan dapat digunakan untuk pipa isap (exhaust)

(gambar 32).

c) “Steel duct”, jenis ini mempunyai tahanan dan kebocoran yang

kecil, tidak fleksibel dan sulit dalam penyambungan dan


pengangkutannya, dapat digunakan untuk pipa isap maupun

hembus.

3.2.10. Perhitungan Kuantitas Udara Ventilasi


Dalam perhitungan system ventiasi yang digunakan yaitu metode

perhitungan secara manual.Dimana data yang diperlukan langsung diambil dengan

pengukuran langsung dan diolah berdasarkan perhitungan manual.

Kuantitas udara adalah jumlah udara yang masuk kedalam tambang

dengan luas dan kecepatan tertentu yang di ukur setiap satuan waktu.

Pengendalian kualitas udara tambang merupakan pengaturan terhadap jumlah

alirannya agar cukup untuk pernafasan dan mengurangi konsentrasi gas serta debu

yang terbawa dalam udara


BAB III

PEMBAHASAN

Penambangan Ddilakukan di Pit sentral barat yaitu dengan mengunakan

dan semi mekanis. Metode untuk penambangan yang dilakukan saat itu metode

Room and pillar dengan bentuk lubang bukaan berbentuk trapezium

Jenis metode ventilasi yang diterapkan untuk saat itu yaitu metode

ventilasi lokal dengan sistim ventilasi hembus, dengan mempergunakan empat

buah mesin angin yang berkekuatan 4 KW 2 buah dan 11 kw 2 buah jenis pipa

yang digunakan usepported fleksible duct ( flatlay) diameter 50 cm dan (0,5

meter) dengan luas penampang = 3,14(0,52)

= 0,196m2

Untuk kandungan udara yang terdapat di luar tambang ( udara bebas) dari

hasil pengukuran langsung mengunakan alat drager multi detector. Presentase

yang didapat yaitu : kandungan gas oksigen sebesara 20,9% dan kandungan gas

pengotor di udara tambang seperti gas methan,karbon monoksida ,hidrogen

sulfida di bawa nilai ambangbatas dimana kandungan gas oksigen di udara bebas

dalam keadaan baik.

Jumlah udara yang terdapat didalam udara tamabang bawa sebelum

dilakukan pemompaan udara ke front kerja yaiu :

= rata-rata luas penampang bukaan (panjang keseluruhan lubang tambang)

6,944𝑚2+7,184𝑚2+7,194𝑚2+7,108𝑚2+6,758𝑚2+7,102𝑚2
x
7

= 661,7 m
42.2
= 7
x 661,7
= (6,028m2) x (661,7 meter)

= 3988,72 m3

Suatu sistim ventilasi mempengaruhi kelangsungan aktifitas-aktifitas yang

berada di dalam suatu tambang,semakin banyak aktifitas yang di lakukan maka

semakin banyak pula membutuhkan suplay udara segar. Disisi lain aktifitas yang

dilakukan itu selalu berubah-ubah, seperti bertambahnya kemajuan suatu front

kerja maka peranginan akan berubah juga kebutuhan nya untuk itu perlu

dilakukan evalusi agtaupun pengkajian sistim ventilasi secara berskala, baik dari

kualitas maupun kuantitasnya supaya kelangsunhgan aktifitas di dalam tambang

tersebut dapat terjamin dan sesuai dengan kebutuhan ataupun rencana yang

selengkapny.

Pada tamabng batubara bawa tanah ada beberapa acuan yang harus di

perhatikan dalam mengevaluasi sistim ventilasi yang sudah ada sebelumnay

diterapkan yaitu antara lain :

1. Keperluan udara minimum (debit udara minimum) untuk keperluan


pernapasan seseorang adalah sebesar 0,1 m3/detik.
2. Kandungan gas-gas di dalama udara harus selalu dibawa nila ambang
batas.

Debit udara rata-rata yang megalir dari pipa ventilasi pada waktu
pengamatan sebesar 1,528 m3/detik jadi debu udara sekarang sudah lebih dari
cukup.

Front kerja main gate blok 1

Di front kerja main gate blok 1 aktifitas yang dilakukan yaitu

pengambilan aatau penambangan batubara dimana jumlah

keseluruhan tenaga kerja 3 orang sehingga kebutuhan debit


udara minimum untuk semjua pekerja dalam satu front tersebut

yaitu sebesar :

Q = 0,1m3/detik x 3 orang

= 0,1m3/detik

Debit udara rata-rata yang mengalir dari pipa ventilasi pada

waktu pengamatan sebesar 1,156 m3/detik jadi debit udara

sudah lebih dari mencukupi.

3.2. Jumlah Udara Yang Masuk Kedalam Tambang

Kemampuan mesin angin yang digunakan untuk memompakan udara ke

dalam front kerja tambang dapat dihitung dari spesifikasi mesin angin.

a. Mesin angin daya 11 kw dengan kemampuan rata-rata volume udra


100+200
yang dihasilkan = 150 m3/ menit
2

= 2,5 m3/ detik.

b. Untuk mesin angin daya 4 kwdengan kemampuan rata-rata volume


80+140
udra yang dihasilkan = 110 m3/menit
2
= 1,83 m3/ detik

3.3. Evaluasi kebocoran Pipa Ventilasi Yang Digunakan Dalam Tambang

Dari pengukuran di lapangan untuk jumlah udara yang masuk ke dalam

setiap front kerja dan jumlah udara yang keluar pipa ventilasi yang bocor sebagai

berikut

a. Front kerja tail gate blok 1

Msein angin yang digunakan yaitu berdaya 4 kw dimana jumlah udara

yang masuk sampai ke front kerja = 1,528m3/detik

total jumlah udara yanhg keluar dari pipa ventilasi yang bocor 0,071m3/detik
jadi jumlah udara yang masuk kedalam tambang dengan mesin angin 4 KW

menyuplai udara kedalam front tail gate blok 1 yaitu :

1,83m3 / detik = 1,528 + 0,071

1,83m3 / detik = 1,599m3/detik

Hasil yang didapat dari perhitungan tidak sama dengan kemampuan mesin angin

yang digunakan dimana jumlah udara yang hilang yaitu :0,024m3/detik.

Maka dari hasil perhitungan di atas untuk efisiensi mesin angin yang digunakan

dengan 4 KW menyuplai udara ke front kerja tail gate Blok I :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔


= x 100
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

1,599 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= x 100
1,83𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 87,3 %

3.4. pengendalian gas pengotor dalam tambang

Anda mungkin juga menyukai