PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit demam berdarah dengue.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian demem berdarah.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis, penyebab, manifestasi klinis,
komplikasi, dan pemeriksaan penunjang demam berdarah.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien demam berdarah.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan
demam berdarah.
1.3 Manfaat
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1 DEFINISI
2.2 KLASIFIKASI/STADIUM
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOFISIOLOGI
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
Aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan akan terjadi proses
peradangan yang akan menimbulkan demam pada penderita. Bereaksinya virus
dengan antibodi akan membentuk kompleks virus antibodi, sehingga dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Akibat dari aktivasi tersebut akan dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a,
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga
terjadi penurunan volume plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Dari pembentukan kompleks virus antibodi juga mengakibatkan depresi
tulang belakang sehingga terjadi trombositopenia, yang menyebabkan timbulnya
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi yang merupakan
penyebab utama terjadinya perdarahan.
Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan
trombositopenia, sedangkan perdarahan massive akibat kelainan yang lebih
kompleks, yaitu trombositopenia, gangguan faktor pembekuan, dan
kemungkinan oleh faktor DIC.
Infeksi virus dengue mempunyai spectrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), Demam dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom
syok dengue (SSD)).
2.6 PENATALAKSANAAN
1). Penatapelaksanaan Medik
Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 – 1,5 liter
di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg BB /
24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan
rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan,
seperti parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh
0
≥ 38,5 C dan Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau
tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urine ≤
40 cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) →
tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan
kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke
tetesan rumatan
Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi
penurunan TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang
berlanjut, atau terjadi perdarahan masif, atau penurunan kesadaran,
perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit. Penurunan jumlah trombosit perlu
dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan
periksa Haemorrhagic test.
Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik atau
rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih intensif,
kalau perlu di rawat di ICU.
Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang
menyolok disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila terjadi
perdarahan yang masif dengan penurun kadar Hb dan Ht, segera beri
tansfusi Whole blood.
Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan
yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak nyata,
dan pemantauan laboratorium tidak menunjukkan perbaikan, maka
pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen Plasma) atau
Plasma biasa.
2). Penatapelaksanaan Non Medik
Tirah baring
Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
Keadaan klinis di monitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu
( minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu
pada status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (Mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H): Respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (Setiap jam
atau 4- 6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Faal
hemostatis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
2.8 KOMPLIKASI
1. Perdarahan Luas
2. Syok
3. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting
diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui
apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml/kg berat badan/jam.
4. Oedema Paru
· Dehidrasi
· Perdarahan
· Bradikardi
5. Penurunan Kesadaran
3.1 PENGKAJIAN
A. Pengkajian Primer
a. Anamnesa
I. Identitas klien
Nama : ………………………………………………..
Usia : ………………………………………………..
Jenis kelamin : …………………………………………………
Agama : …………………………………………………
Alamat : ………………………………………………….
Pendidikan : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
II. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhankan apa yang klien rasakan saat itu
III. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang diderita klien.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Jika pasien memiliki riwayat kesehatan sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
d. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
IV. Pola Fungsional Gordon
a. Pola presepsi-Manegement kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola latihan dan aktifitas
e. Pola istrahat dan tidur
f. Pola presepsi dan kognitif
g. Pola presepsi dan konsep diri
h. Pola peran dan hubungan
i. Pola seksual dan reproduksi
j. Pola koping-toleransi stress
k. Pola nilai dan kepercayaan
B. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum
Kepala
Mata
Hidung dan sinus
Mulut da tenggorok
Leher
Toraks
Sirkulasi
Abdomen
Ekstremitas
b. Pengkajian Psikososial
Anak : Perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan
penyakit, mekanisme koping yang digunakan
Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stres
- Berikan
pengobatan
TEMPERATURE
REGULATION
- Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara continue
- Monitor TD, nadi
dan RR
- Monitor warna
dan suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
- Tingkatan intake
cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien
untuk mencegah
hilanggnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan suhu
- Dan
kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergensi yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi
dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti
piretik jika perlu
VITAL SIGN
MONITORING
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
baringkan
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
Perubahan vital
sign
2. Resiko defisit volume NOC NIC - Vital sign
cairan Fluid Fluid management membantu
Definisi: penurunan cairan Hydration - Pertahankan mengidentifikasi
intra vascular, interstial, dan Nutritional status: catatan intake dan fluktuasi cairan
atau intraseluler. Ini food and fluid intake output yang akurat
mengacu pada dehidrasi, Kriteria Hasil: - monitor vital sign - intravaskuler
kehilangan cairan saat Mempertahankan - monitor masukan dapat
tampak perubahan pada urine output sesuai makanan / cairan meningkatkan
natrium dengan usia dan BB, dan hitung intake jumlah cairan
Batasan karakteristik: BJ urine normal, HT kalori harian tubuh, untuk
Perubahan status normal - kolaborasi mencegah
mental Tekanan darah, nadi pemberian IV terjadinya
Penurunan tekanan suhu tubuh dalam - monitor status hipovolemic
darah batas normal nutrisi syok.
Penurunan tekanan Tidak ada tanda- - dorong keluarga
nadi tanda dehidrasi, untuk membantu
Peningkatan cairan
Diaphoresis menentukan
intervensi
Perilaku distraksi
- Ajarkan tentang
Mengekpresikan
tehnik
perilaku
nonfarmakologi
Sikap melindungi
- Berikan analgetik
area nyeri
untuk mengurangi
Indikasi nyeri yang
nyeri
dapat di amati
- Evaluasi
Perubahan posisi
keefektifan
untuk menghindari
control nyeri
nyeri
- Tingkatkan
Sikap tubuh
istrahat
melindungi
- Kolaborasikan
Dilatasi pupil
dengan dokter
Melaporkan nyeri
jika ada keluhan
secara verbal
dan tindakan
Gangguan tidur
nyeri tidak
Faktor yang berhubungan
berhasil
:
Agen cedera - Monitor
(mis.,biologis,zat kimia, penerimaan
fisik, psikologis pasien tentang
management
nyeri
Analgesic
administrasion
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek riwayat
alergi
- Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika pemberian
lebih dari 1
- Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesic pilihan,
rute pemberian
dan dosis optimal
- Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vilat sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesic pertama
kali
- Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Lampiran
1. Pathway
Resiko syok
Kerusakan endotel hipovolemik
Agregasi trombosit
pembulu darah
Perdarahan
Resiko perdarahan
Asidosis metabolik
Hipoksia jaringan Abdomen
Efusi pleura
Penekanan intraabdomen Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Ketidak efektifan pola kebutuhan tubuh
nafas Nyeri