Oleh:
PADALARANG
2014
A. Pengertian
1. Pengertian Eliminasi Urine
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel
(feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah yang besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden
kanker kolorektal (Robinson & Weigley, 1989)
B. Anatomi Fisiologi
a. Ginjal
b. Ureter
Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan dalam merupakan membran
mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih. Lapisan
tengah terdiri dari serabut otot polos yang mentranspor urine melalui ureter
dengan gerakan peristaltis yang distimulasi oleh distensi urine di kandung kemih.
Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung yang menyokong ureter. Fungsi
utama ureter yaitu mentranspor urine dari ginjal ke kandung kemih.
c. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan
tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan
organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada di dalam rongga panggul
di belakang simfis pubis. Pada pria kandung kemih terletak pada rektum bagian
posterior. Dan pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anterior uterus
dan vagina. Kandung kemih dapat menampug sekitar 600 ml urine, walaupun
pengeluaran urine normal sekitar 300 ml.
d. Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulasi
membuat urine bebas dari bakteri. Membran mukosa melapisi uretra, dan kelenjar
uretra mensekresi lendir ke dalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat
bakteriostatis dan membentuk plak untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan
otot polos yang tebal mengelilingi uretra.
Uretra pada wanita memiliki panjang sekitar 4 sampai 6,5 cm, dan meatus
urinarius terlentak diantara labia minora, di atas vagina, dan di bawah klitoris.
Uretra pada pria, yang merupakan saluran perkemihan dan jalan keluar sel serta
sekresi dari organ reproduksi, memiliki panjang 20 cm. Uretra pada pria ini terdiri
dari 3 bagian, yaitu: uretra prostatik, uretra membranosa, dan uretra penil atau
uretra kavernosa. Meatus terletak pada ujung distal penis.
b. Faring
c. Esofagus
d. Lambung
f. Usus besar
Kimus yang berair memasuki kolon. Kolon dibagi menjadi kolon asendens,
kolon transversal, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Kolon berfungsi untuk
absorpsi (volume air, natrium, dan klorida), proteksi (lendir untuk melumasi
kolon, mencegah trauma pada dinding bagian dalamnya), sekresi (bikaronat
disekresi untuk mengganti klorida), dan eliminasi (feses dan gas atau flatus).
6. Karakteristik Feses
a. Warna
Normal: Dewasa= coklat muda (berasal dari pigmen bilirubin)
Anak-anak= warna kuning
b. Konsistensi (bentuk/perabaan)
Normal: lembek dan semi solid
c. Bentuk
Normal: silinder (bentuk dari rektum, diameter 2,5 cm)
d. Berat
±100-400 gram/hari tergantung diet.
e. Bau
Aromanya dipengaruhi oleh makanan yang masuk dan flora bakteri dari
masing-masing orang.
f. Unsur
Normal: sedikit serat, asam organik, dan amonia.
D. Penatalaksanaan
No Langkah Rasional
1 Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan Membantu klien untuk
dlakukan, mengapa hal tersebut perlu buang air kecil
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja
sama.
2 Bawa alat ke dekat klien memudahkan dalam
melakukan implementasi.
3 Berikan privasi klien dengan menutup skerem, Privasi memungkinkan
membuka pakaian bagian bawah klien serta klien bersikap rileks dan
pasang selimut mandi dan turunkan selimut dapat mengeluarkan
pasien. buang air kecil lebih cepat
4 Cuci tangan dan observasi prosedur Mencegah penularan
pengendalian infeksi yang sesuai. mikroorganisme ke klien
atau nosokomial.
5 Pasang handscoen dissposible Mencegah penularan
mikroorganisme ke
perawat
6 Bantu klien menggunakan urinal (pada laki-
laki) dan pispot (pada perempuan).
Tawarkan urinal sehingga klien dapat Klien mungkin lebih
memposisikan urinal tersebut secara memilih untuk
mandiri, atau lakukan urinal di antara memakai urinal di
tungkai klien dengan pegangannya letakkan daerah perineumnya
di bagian teratas sehingga urine akan sendiri
mengalir ke dalam urinal.
Letakkan alat pemanggil dalam jangkauan Supaya bila sudah
klien. Tinggalkan klien selama 2-3 menit selesai bisa segera
atau sampai klien memberi tanda, atau tetap memanggil perawat
tinggal bersama klien jika klien memerlukan
bantuan, berdiri di sisi tempat tidur atau jika
ia memerlukan bantuan lain.
6 Jika sudah selesai, bantu klien memindahkan Supaya tidak terjadi
urinal sesuai kebutuhan. perkembangan bakteri
Apabila basah, lap di area sekeliling karena urine yang
orifisium uretra dengan tissue setelah uretra tertinggal karena tidak
dibersihkan dengan air bersih. bersih
Pastikan perineum dalam keadaan kering. membersihkannya.
Tawarkan waslap yang lembab atau air,
sabun dan handuk untuk mencuci dan
mengeringkan tangan.
Ganti drawsheet dan alasnya jika basah
Pakaikan kembali pakaian bagian bawah
klien
8 Kosongkan dan bilas urinal, kemudian Urinal yang bersih agar
kembalikan urinal tersebut ke tempatnya. dapat digunakan kembali
oleh klien.
9 Setelah selesai, cuci tangan 12 langkah. Supaya tidak terjadi
perpindahan
mikroorganisme ke
perawat.
10 Dokumentasikan temuan di dalam catatan klien Mendokumentasikan yang
dengan menggunakan jumlah urine, jika diukur, telah diimplementasikan
dan semua data pengkajian. oleh perawat.
No Langkah Rasional
1 Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan Membantu klien untuk
dlakukan, mengapa hal tersebut perlu buang air besar dengan
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja menggunakan pispot.
sama.
2 Berikan privasi klien dengan menutup skerem, Privasi memungkinkan
buka pakaian agian bawah pasien, serta pasang klien bersikap rileks dan
selimut mandi dan turunkan selimut pasien. dapat mengeluarkan
buang air besar lebih
cepat
3 Cuci tangan dan observasi prosedur Mencegah penularan
pengendalian infeksi yang sesuai. mikroorganisme ke klien
4 Pasang handscoen dissposible Mencegah penularan
mikroorganisme ke
perawat
5 Siapkan klien
Untuk klien yang dapat membantu dengan Lipatan pada sprei teratas
menaikkan bokong mereka, lipai ke bawah akan memajankan klien
seprai teratas di sisi dekat anda untuk secara minimal dan
memajankan pinggul dan atur gaun memfasilitasi
sehingga gaun tersebut tidak mengenai penempatan pispot.
pispot.
Untuk klien yang tidak dapat menaikkan
atau menurunkan bokong mereka dari
pispot, lipat sprei ke bawah sampai pinggul.
6 Berikan pispot
Bagi klien yang dapat menaikkan bokong:
a. Minta klien untuk memfleksikan lutut, Penggunaan mekanika
mengalihkan berat badan pada tubuh yang baik oleh
punggung dan tumit, dan kemudian klien dan perawat dapat
menaikkan bokong. Klien dapat mencegah ketegangan
menggunakan tapeze, jika tersedia,atau dan pengerasan otot yang
pegang tempat tidur untuk membantu. tidak perlu.
Bantu klien menaikkan bokongnya dan
meletakkan telapak tangan anda pada
posisi menghadap ke atas, letakkan siku
tangan ke kasur sebagai pengungkit.
b. Tempatkan bantalan dissposible untuk Penempatan pispot yang
melindungi seprai di tempat tidur yang tidak benar dapat
akan diletakkan pispot. Posisi pispot menyebabkan abrasi kulit
reguler di bawah bokong dengan ujung pada area skratum (pada
yang sempit mengarah ke kaki tempat laki-laki) dan libia (pada
tidur dan bokong menindih lingkaran perempuan) dan isi pispot
yang halus. tumpah.
Bagi klien yang tidak dapat menaikkan
bokong:
a. Bantu klien ke posisi miring
b. Tempatkan pispot pada bokong dengan
lingkaran yang terbuka ke arah kaki
tempat tidur
c. Gulingkan bokong klien dengan tenang
ke atas pispot
7 Tinggikan kepala tempat tidur ke posisi Posisi ini mengurangi
semifowler/ ketegangan pada
punggung klien dan
memugkinkan posisi
yang lebih normal untuk
eliminasi.
8 Berikan tissue toilet kepada klien, naikkan Cegah benda-benda yang
pagar tempat tidur, dan pastikan bahwa lampu berada dalam jangkauan
pemanggil perawat dapat digunakan. Minta klien terjatuh.
klien untuk memberikan tanda jika eliminasi
telah selesai. Tinggalkan klien hanya jika
dalam penilaian anda keadaannya aman untuk
ditinggalkan.
9 Mengangkat pispot: atur posisi tempat tidur
dan klien ke posisi semula
Angkat pispot, pegang pispot dengan satu untuk memastikan
tangan. agar isinya tidak
tumpah.
Tutupi pispot dan tempatkan di atas kursi Menutup pispot akan
terdekat. mengurangi bau yang
menyengat dan
mengurangi rasa
malu klien.
10 Bersihkan daerah perianal dan anus pada Daerah perianal dan anus
pasien yang buang air besar pada pispot bersih maka tidak adanya
Bersihkan dengan tissue bakteri yang dapat
Ambil waslap dan bersihkan dengan air berkembang di sana.
sabun pada daerah perianal
Bilas dengan air bersih
Keringkan dengan handuk.
11 Bantu pasien mengenakan pakaian bagian Supaya pasien merasa
bawah nyaman kembali
12 Atasi bau yang tidak sedap di dalam ruangan Bau dari eliminasi dapat
dengan mnyemprotkan pengharum udara di membuat klien dan orang
dalam ruangan kecuali dikontraindikasikan yang menjenguk klien
karena adanya masalah pernapasan, alergi, menjadi malu, akan tetapi
atau karena bau itu menyengat bagi klien. pengharum udara dapat
membahayakan orang
yang memiliki masalah
pernapasan.
13 Buka skerem, rapikan alat yang telah Alat yang bersih dan
digunakan kemudian cuci tangan dapat digunakan kembali.
Dan cuci tangan
mencegah penularan
mikroorganisme ke
perawat.
14 Dokumentasikan hasil temuan pada catatan Mendokumentasikan
klien dengan menggunakan format atau daftar yang telah
tilik yang disertai catatan narasi bila perlu. diimplementasikan oleh
perawat.
No Langkah Rasional
1 Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan Membantu pasien dengan
dlakukan, mengapa hal tersebut perlu cara pemberian spuit
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja gliserin supaya fesesnya
sama. dapat dikeluarkan.
2 Privasi memungkinkan klien bersikap rileks Privasi memungkinkan
dan dapat mengeluarkan buang air kecil lebih klien bersikap rileks
cepat
3 Cuci tangan dan observasi prosedur Mencegah penularan
pengendalian infeksi yang sesuai. mikroorganisme ke klien.
4 Pakai handscoen dissposible Mencegah penularan
mikroorganisme ke
perawat
5 Atur posisi pasien Supaya lebih mudah
Dewasa: miring ke kiri dengan lutut dalam pemberian
kanan fleksi gliserinnya.
Bayi dan anak: dorsal rekumben di
bawahnya diberi pispot
6 Pasang alas dan perlaknya Supaya tidak mengotori
seprai.
7 Teteskan glisern pada punggung tangan untuk Mengetes dahulu gliserin
memeriksa kehangatan kemudian tuangkan ke yang akan diberikan.
mangkok kecil.
8 Isi spuit gliserin 10-20cc dan keluarkan udara Supaya spuit benar-benar
penuh dengan obat,
bukan udara.
9 Setelah pasien berada di posisi miring, tangan Supaya lebih mudah
kiri dan kanan mendorong bokong ke atas untuk memasukkan
sambil memasukkan spuit perlahan-lahan gliserin.
hingga ke rektum, lalu pasang bengkok.
10 Masukkan spuit gliserin 7-10cm untuk orang Dalam memberikan
dewasa dan 5-7,5cm untuk anak serta 2,5- gliserin harus sesuai
3,74cm untuk bayi. dengan aturannya.
11 Masukkan gliserin perlahan-ahan sambil Memasukkan gliserin
menganjurkan pasien untuk mengambil napas perlahan sangat penting,
panjang dan dalam. karena mungkin akan
sakit.
12 Cabut spuit dan letakkan di dalam bengkok Supaya spuit yang sudah
kotor tidak mengotori
yang lainnya.
13 Bantu pasien BAB Membantu pasien
Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bereliminasi.
bisa ke toilet
Untuk pasien yang dalam keadaan umum
yang lemah da tirah baring, pasang pispot.
14 Ambil pispot
15 Bersihkan daeerah perianal pada pasien yang Daerah perianal bersih
buang air besar pada pispot maka tidak adanya
Bersihkan dengan tissue bakteri yang dapat
Ambil waslap dan bersihkan dengan air berkembang di sana.
sabun pada daerah perianal
Bilas dengan air bersih
Keringkan dengan handuk.
16 Ganti selimut mandi dan selimut tidur
17 Bantu pasien mengenakan pakaian bagian Membuat klien kembali
bawah berpakaian
18 Buka skerem Membuat klien merasa
lebih nyaman
19 Rapikan alat kemudian cuci tangan Alat-alat yang bersih
dapat digunakan kembali
oleh klien.
20 Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, Mendokumentasikan
adanya distensi abdomen. implementasi yang telah
dilakukan.
Kozier & Erb.(2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC