Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

AKHLAQ BERMASYARAKAT

A. Akhlaq Bertamu dan Menerima Tamu


Orang yang beriman kepada allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan
tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini
sebagaimana sabda Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barang siapa yang beriman pada allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya.” (HR.Bukhari)
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat
silaturahmi. Maksud orang disini bisa tetangga,saudara (sanak family), teman sekantor
dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjenguk yang
sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah
keluarga, dan sebagainya.
Tujuan utama bertamu menurut islam adalah menyambung persaudaraan atau
silaturahmi. Tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab), saudara seiman dan dengan non
muslim juga. Silaturahmi tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan
banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat berinteraksi
terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan
baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan sebagainya.
Apabila manusia memutuskan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk
dihubungkan, maka ikatan sosial masyarakat akan berantakan, kerusakan menyebar
disetiap tempat, permusuhan terjadi dimana-mana, sifat egoism muncul kepermukaan.
Sehingga setiap individu masyarakat menjalani hidup tanpa petunjuk, seorang tetangga
tidak mengetahui hak tetanggnya, seorang faqir mersakan penderitaan dan kelaparan
sendirian karena tidak ada yang peduli .
Dalam islam diterangkan beberapa adab bertamu, baik yang berkaitan dengan tuan
rumah dan tamu.
a. Adab bagi tuan rumah
1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa,
bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa), sebgaimana bersabda
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “janganlah engkau berteman melainkan
dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang
yang bertakwa!
2. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang
miskin berdasarkan Nabi bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam, “ sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah dimana orang-orang kayanya diundang dan
orang-orang miskinnya ditinggalkan. “(HR.Bukhari Muslim)
3. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang.
4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana hadist yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda sebagai berikut : “
Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan
menyesal.” (HR.Bukhari)
5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya
saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang
terbaik. Allah telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
bersama tamu-tamunya: dalam Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 26-27 Allah
berfirman: “Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak
sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu
Ibrahim) sambil berkata : ”Tidaklah kalian makan? (QS: Adz Dzariyat: 26-27).
6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga,
tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim .
7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan
kepada sesame muslim.
8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan dari pada yang sebelah kiri. Hal ini
dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.
9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa yang tidak mengasihi yang
lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah
golongan kami. “ (HR.Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).
10. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya.
11. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-
bincang dengan pembicara yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur,
tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika datang, dan merasa
kehilangan tatkala pamitan pulang.
12. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut
kepadanya sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis salam. Allah
berfirman dalam surat Adz Dzariat ayat 27 sebagai berikut. “Kemudian Ibrahim
mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.”
13. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut
merupakan penghormatan bagi mereka.
14. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya
dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan
wajah yang ceria dan berseri-seri.
15. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah
shallallahu ‘alihi wa sallam sebagai berikut : “Menjamu tamu adalah tiga hari,
adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal
pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya”.
16. Hendaknya menghantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.
b. Adab Bagi Tamu
1. Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada
udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa dirinya atau agamanya.
a. Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi.
b. Tidak ada kemungkaran pada tempat undangan tersebut.
c. Orang yang mengundang adalah muslim.
d. Penghasilan orang yang mengundang bukan dari penghasilan yang diharamkan.
Namun, ada sebagian ulama menyatakan boleh menghadiri undangan yang
pengundangnya berpenghasilan haram. Dosanya bagi orang yang mengundang,
tidak bagi yang diundang.
e. Tidak menggugurkan suatu kewajiban tertentu ketika menghadiri undangan
tersebut.
f. Tidak ada mudharat bagi orang yang menghadiri undangan.
2. Hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya
ataupun orang yang miskin.
3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesame muslim.
Sebagaimana hadist yang menerangkan bahwa, “semua alam tergantung
niatmya,karena setiap orang tergantung niatnya.” (HR.Bukhari Muslim)
4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan
hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka.
5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunnahkan untuk menghadiri undangan
karena menampakkan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian
ibadah,sebagaimana sabda Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “ jika salah
seorang di antara kalian di undang, hadirlah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan
apabila tidak berpuasa, makanlah!
6. Seorang tamu meminta persetujuan tuan untuk menyantap, tidak melihat-lihat kearah
tempat keluarnya perempuan, tidak menolak tempat duduk yang telah disediakan.
7. Termasuk adab bertamu adalah tidak banyak melirik-lirik kepada wajah orang-orang
yang sedang makan.
8. Hendaknya seseorang berusaha untuk tidak berlama-lama bertamu, agar tidak
membertkan tuan rumah,sebagaimana pada surat Al-Ahzab ayat 53. Segeralah pulang
setelah selesai urusan. Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan
berbagai permasalahan hidup. Apabila tuan rumah telah memperhatikan jam,
hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi
atau mengurus masalah lain.
9. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini
dapat mempererat kasih sayang antar sesame muslim.
10. Jika seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, ia harus meminta izin
kepada tuan rumah terlebih dahulu.
11. Seorang tamu hendaknya mendoakan orang yang memberi hidangan kepadanya
setelah selesai mencicipi makanan tersebut dengan doa: “ Ya Allah berikanlah
makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan hendaklah
minuman kepada orang yang telah memberiku minuman”.(HR.Bukhari)
12. Setelah selesai bertamu hendaklah seorang tamu pulang dengan lapang dada,
memperlihatkan budi pekerti yang mulia, dan memanfaatkan segala kekurangan tuan
rumah.
B. Hubungan Baik dengan tetangga

Di dalam kitab MUKHTARUL AHADITS ( ahmad AL-Hasimi :1416:472) dikatakan


bahwa Rosul SAW bersabda . ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian hendaknya
ia berbuat baik kepada tetangganya .’(HR.Syaikhani ).

Bertetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa mereka tolak .
manusia bukan semata –mata personal – being ( makhluk individu )tapi juga merupakan sosial
– being ( makhluk sosial ).Seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain ,satu sama lain
selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama .Ini merupakan hukum sosial .Islam bahkan
memerintahkan segenap manusia untuk sensntiasa berjemaah dan berlomba dalam berbuat
kebaikan .Sebaliknya islam melarang manusia untuk bersekutu dalam melakukan dosa dan
permusuhan.
Allah SWT berfirman : Artinya :”Dan tolong –menolonglah kamu dalam ( mengerjakan
)kebajikan dan taqwa ,dan jangan tolong –menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ,dan
bertaqwalah kamu kepada Allah , Sesungguhnya Allah Amat berat sisa-Nya ( QS;Al- Madah
;2).
Untuk menumbuhkan dan mensosialisasikan budaya kebaikan dan taqwa , maka tetangga
merupakan objek yang harus di dahulukan setelah anggota keluarga .Ini hirarki penyebaran
kebaikan sebagaimana yang di arahkan Al-Qur’an .

Dalam sebuah Hadits yang di riwayatkan dari Abu Syuraih Ra.,Nabi SAW. Bersabda
,”Demi Allah ,dia tidak beriman !Demi Allah , dia tidak beriman ! Demi Allah , dia tidak
beriman ,”Seseorang lalu bertanya ,”Siapa ya Rosulullah ?”Beliau bersabda ,”Orang yang
membuat tetangganya tidak aman dari kejahatan ,”( HR,Bukhari ).
Ada yang menarik dari redaksi hadits ini , Rosulullah Saw, bersumpah sampai tiga kalin
deanga nama Allah dan vonis yang sangat keras “ tiadak beriman ” tatkala beliau mengungkap
esensi hidup bertetangga . Rosullah Saw. Tidak pernah mengulang –ulang peryataan , kecuali
peryataan tersebut menyangkut sesuatu yang sangat penting .Dengan redaksi seperti tergambar
bahwa hubungan bertetangga menempati posisi yang sangat penting dalam Islam .
Mengapa Rosulullah Saw .menganjurkan umatnya untuk berbuat baik kepada tetangga
dan tidak menyakitinya sedikit pun ? Dalam islam , Akhlak mulia adalah kunci pertama dalam
kehidupan seseorang muslim .Memuliakan tetangga adalah salah satu diantaranya .jadi
,memuliakan tetangga adalah keimanan dan salah satu bentuk akhlak mulia . Rosulullah
Saw.Mengungkapkan bahwa jibril selalu memerintahkannya untuk berbuat baik kepada
tetangga ,sampai –sampai beliau mengira para tetangga adalah salah satu ahli waris .Ada kisah
pula tentang seorang wanita ahli ibadah ,tapi ia di vonis oleh Rosulullah sebagai ahli neraka ,
lantaran ia selalu menyakiti tetangganya .
Tak heran jika dalam sebuah hadits , Rosulullah mewanti-wanti,” Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari akhir , maka hendaklah dia menghormati tetangganya “(HR,
Bukhari /6018).

C. Hubungan Baik dengan Masyarakat

Selain hubungan baik dengan tetangga dan tamu,orang Islam harus dapat berhubungan
baik dengan masyarakat umum yg berada pada lini-lini kehidupan,baik orang itu berbeda agama
sekalipun.Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan,karena manusia merupakan makhluk
sosial dan menjadi fitrah manusia untuk saling kenal diantara sesama.

Tujuan islam adalah membangun individu dan masyarakat agamis,yaitu masyarakat yg


hubungan sosialnya dibangun berdasarkan tujuan dan hukum agama.Masyarakat ideal adalah
masyarakat yg di antara tanggung jawab sosial dan iman memiliki hubungan yg kuat dan tidak
dapat di pisahkan.

Iman membuat manusia komitmen dengan norma-norma akhlak dan hukum–hukum


praktis.Umat islam sendiri hendaknya tidak melanggar hak-hak orang lain.dengan
demikian,masyarakat Islam senantiasa dalam kesejahteraan dan ketenangan.Orang mukmin
dalam perilaku dan ucapannya harus berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dan tidak berbuat
zalim.Iman kepada Allah Swt ini menjadi sumber berkah Ilahi bagi manusia.Ini juga merupakan
janji Allah.

Masyarakat Qur’ani adalah masyarakat yg mengakui persamaan dan persaudaraan.Pleh


karenanya,Nabi Muhammad Saw setelah tiba di kota madinahdan membangun masjid,beliau
langsung melakukan satu terobosan dalam membangun sebuah masyarakat ideal.Beliau
mempersiapkan infrastruktur terlebih dahulu dan itulah persaudaraan Islam,sehingga dengan
demikian persatuan dan keakraban dapat terwujudkan dalam masyarakat Islam.

Mengajak seluruh individu masyarakat Islam untuk menciptakan kestabilan di dalam


masyarakat dengan persatuan di antara mereka.Allah Swt memerintahkan mereka untuk
memperbaiki hubungan sosialnya.Tapi,sebelum menjelaskan kewajiban sosial,dalam ayat 102
surat Ali Imran,Allah Swt terlebih dahulu mengajak mereka untuk bertakwa.
Ciri khas lain dari masyarakat ideal menurut Al-Qur’an adalah keadilan dan menjauhi
sikap ekstrim kiri dan kanan.Umat Islam harus memperhatikan seluruh dimensi prinsip keadilan
dan menjadikan sikap moderat sebagai dasar perilakunya.

Dalm masyarakat Qurani, nilai-nilai Ilahi dan akhlak menggantikan hawa nafsu dan ini
dengan sendirinya merupakan ciri khas masyarakat ideal.Manusia berusaha keras dengan
perilaku baiknya untuk menciptakan kondisi yg ideal dalam kehidupannya.

Mayarakat yg seperti ini akan aman dari segala bentuk kerusuhan,kesulitan,keburukan


akibat kezaliman dan penindasan yg terjadi.Jelas,ketika semua manusia berusaha meraih
keutamaan akhlak,maka dengan sendirinya mereka akan menghindari hal-hal yg membuat
mereka jauh dari Allah Swt.Gerakan ideal ini dapat merealisasikan janji Allah Swt akan “hayat
thayyibah”

Jadi,hubungan baik dengan masyarakat,islam selain memiliki tujuan materi,juga serius


menciptakan jiwa dan hati manusia dengan cahaya,persaudaraan,pengorbanan,penghambaan dan
keikhlasan .Isalam dan agama-agama Ilahi yg lain menginginkan yg demikian bagi
masyarakat.Dengan demikian,ada tujuan lebih tinggi dari sekedar masalah materi.Tapi pada saat
yg sama Islam juga menjamin kebutuhan materi masyarakat.Yakni,dalam masyarakat
Islam,semua manusia dapat mendapatkan kesejahteraan,keamanan dan kehidupan yg
layak,dimana contohnya seperti di awal kemunculan Islam.Bila masyarakat Islam mencari
keimanan yg di sertai dengan mengamalkan perintah Ilahi,maka itulah yg akan terjadi seperti yg
didambakan manusia sepanjang sejarah.Yakni,kesejahteraan materi disertai keselamatan akhirat.

D. Pergaulan muda-mudi
Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata
cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela (Miftah farid, 2000:65).

 Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis
secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara
bebas.
 Kedua, hendanya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana
islami agar terhindar dari fitnah.
 Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS.
17:32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram.
 Keempat, menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa ‘membangkitkan selera’.
 Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan
sebagaimana dicontohkan Nabi SAW, “sesungguhnya aku tida berjabatan tangan dengan
wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i).
 Keenam, hendaknya tida melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita
dalam satu tempat
TUGAS AL-ISLAM
“AHLAQ BERMASYARAKAT”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. LIA AYU ASTINA
2. M.FADLI ABBAS
3. MUH ILHAM HUSEINI
4. M.ROSIDI
KELAS : 3.A

ILMU ADMINISTRASI BISNIS


ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
T.A 2016

Anda mungkin juga menyukai